Lapres Amoksisilin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL PEMBUATAN SEDIAAN OBAT STERIL INJEKSI REKONSTITUSI NATRIUM AMOKSILLIN 5 %



Nama



: Mohammad Sofyan



NPM



: 1618001081



Kelas/kelompok



: B/D



Dosen pengampu : Metha Anung A.,M.Sc.,Apt.



LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI PRODI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI



UNIVERSITAS PEKALONGAN TAHUN 2020



I.



TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi rekonstitusi Natrium Amoksisilin 5% 2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan yang meliputi uji kebocoran, uji volume terpindahkan, uji particular, uji kejernihan, uji PH, dan uji waktu rekonstitusi.



II.



DASAR TEORI 1. Definisi sediaan injeksi Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoksisilin telah menggantikan ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010). Secara kimiawi,



amoksisilin



adalah



asam



(2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-



hidroksifenil) asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2- karboksilat (Kaur et al., 2011). Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1995). Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, 1989) 2. Persyaratan Sediaan Injeksi Persyaratan Sediaan Injeksi Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika memenuhi persyaratan, yaitu :  Aman Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek toksik.  Harus jernih Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan benang. Pada umumnya kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik 4



sehingga tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan partikel.  Sedapat mungkin isohidris Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.  Sedapat mungkin isotonis Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9 %. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil) terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.  Tidak berwarna Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila obatnya memang berwarna.  Steril Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).  Bebas pirogen Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam (Voight, 1995). 3. Penggolongan  Injeksi intraderma atau intrakutan



Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.  Injeksi subkutan atau hipoderma Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untuk 7 mengurangi iritasi jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit)  Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.  Injeksi intravena Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.  Injeksi intraarterium Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer, digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 110 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.  Injeksi intrakardial Dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung bakterisida.  Injeksi intratekal atau subaraknoid Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang diberikan 1-2 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida dan diracik untuk wadah dosis tunggal.



 Injeksi intraperitonial Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai.  Injeksi intraartikulus Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan atau suspensi dalam air.  Injeksi subkonjungtiva Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata, umumnya tidak lebih dari 1 ml.  Injeksi intrasisternal dan peridual Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang rumit (Depkes RI, 1979) Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil (Tan dan Rahardja, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, yang harus memiliki sifat toksisitas yang selektif, artinya obat tersebut bersifat toksik pada mikroba, tetapi tidak toksik pada tuan rumah atau manusia (Pelczar, 1988). Penisilin dan sefalosporin merupakan kelompok antibiotik beta laktam yang telah lama dikenal. Amoksisilin merupakan penisilin semi-sintetik oral yang secara struktur berhubungan dengan ampisilin (Pires de Abreu and Ortiz, 2003) Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian : serbuk hablur, putih. Amoksisilin sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Agar amoksisilin mudah larut dalam air, maka dibuat garam amoksisilin C16H19N3O5S.Na (Depkes RI, 1995). Amoksisilin digunakan sebagai trihidrat dalam produk oral dan sebagai garam dalam produk parenteral. Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh



bakteri gram – negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram – positif seperti Streptococcus pneumoniae, Enterococci, Listeria dan Staphylococcus yang tidak menghasilkan penisilinase (McEvoy, 2002). Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba (Istiantoro dan Ganiswarna, 1995). Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering. Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa-senyawa yang tidak stabil dalam bentuk larutan tetapi stabil dalam bentuk kering. Injeksi ini diberikan dalam bentuk serbuk kering yang telah disterilkan dan dalam kemasannya



disertai



dengan



pelarutnya



(aqua



pro



injeksi).



Dalam



penggunaanya, air ditambahkan secara aseptis ke dalam vial obat untuk menghasilkan obat suntik yang diinginkan (Ansel, 1989) Injeksi amoksisilin adalah larutan steril dari Na-amoksisilin dalam aqua pro injeksi. Injeksi amoksisilin disiapkan dengan cara melarutkan Naamoksisilin untuk injeksi dalam aqua pro injeksi dengan jumlah yang sama. Na-amoksisilin untuk injeksi adalah bahan yang terdiri dari Na-amoksisilin dengan atau tanpa zat tambahan (Departement of Health, 2002). Natrium amoksisilin 50 mg/ml lebih tidak stabil pada semua larutan infus dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah, 10 atau 20 mg/ml (Trissel, 1998). Amoksisilin memiliki dua jalur degradasi, disebut sebagai dimerisasi dan peruraian hidrolitik pada cincin β-laktam (Connors, 1992). Nama Resmi : Amoxicillinum Halaman 95 Nama lain: amoksisilin Bobot jenis : 419,45 Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol ; tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali Kegunaan : sebagai antibiotic



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT Gelas kimia 250 ml Oven Batang pengaduk Spatel Kaca arloji Pipet tetes Corong Pinset Gelas ukur 50 ml Autoklaf Karet pipet tetes Buret Jarum buret Penyaring 0,22 µM  Tissue/serbet              



IV.



    



BAHAN Amoksisilin natrium NaH2PO4 Na2HPO4 Benzil alkohol Aqua pro injection



WADAH  Vial  Ampul  Tutup vial



FORMULA No



Bahan



Jumlah (%)



Fungsi / alasan penambahan bahan



1



Amoksisilin



5% (b/v)



Zat aktif



2 3 4 5



natrium NaH2PO4 Na2HPO4 Benzil alkohol Aquapro



0,06435 (b/v) 0,61857 (b/v) 0,1% (v/v) Ad 100 ml



Dapar pengawet antimikroba Pelarut



injection V.



CARA KERJA A. Grey Area (ruang sterilisasi) Dibuat aqua pi dengan cara akuades sebanyak 150ml disterilkan dengan autoklaf



121°C selama 15 menit Ditara terlebih dahulu gelas kimia yang akan digunakan sesuai dengan volume yang dibutuhkan Disterilisasi semua alat dan wadah yang telah dicuci bersih menurut prosedur yang sesuai B. Grey Area (ruang penimbangan)



Dilakukan penimbangan di atas kaca arloji steril Untuk benzyl alcohol sebanyak 0,1 ml diambil dan dimasukkan ke dalam cawan penguap Diambil dan dimasukkan aqua pi sebanyak 1100ml kedalam gelas kimia 250ml steril yang sudah ditara C. White Area Grade A Background B



Digerus amoksisilin natriium dalam mortir sampai halus Ditambahkan dapar fosfat ke dalam serbuk amoksisilin natrium lalu diaduk hingga homogen Ditimbang serbuk yang berisi zat aktif dan dapar sebanyak jumlah zat aktif dan dapar per vial, yaitu 0,6g ke dalam masing-masing vial Vial ditutup sementara dengan menggunakan aluvoil D. White Area grade A Background B (ruang pencampuran)



Dilarutkan benzyl alcohol dengan air sedikit demi sedikit sampai volume mencapai 100 ml dengan gelas kimia 250 ml (hingga mencapai tanda)



Diaduk larutan dengan menggunakan membrane filter 0,22µm ke dalam gelas kimia 250 ml steril sebanyak 2 kali Dibilas buret steril dengan akua pi hingga tidak ada sisa alcohol, kemudian buret dibilas dengan larutan pembawa secukupnya Dimasukkan larutan ke dalam buret steril, bagian atas buret ditutup dengan alufoiil Dibuang dua tetes pertama larutan untuk menghindari masuknya alcohol ke dalam ampul Diisi 6 ampul 10 ml dengan 10,5 ml larutan, ditutup ujung ampul dengan alufoil E. Grey Area (ruang penutupan)



Ditutup ampul dan vial F. Grey Area (ruang sterilisasi)



Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf 121°C selama 15 menit Kemudian dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan membalik posisi sediaan dalam gelas kimia yang telah dilapisi kapas G. Grey Area (ruang evaluasi)



Sediaan diberi etiket dan dikemas dalam wadah sekunder lalu dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan  Cara Kerja Evaluasi I.



Uji Kebocoran



-untuk cairan bening tidak berwarna Wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan



kedalam larutan metilen blue 0,1% Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen blue akan masuk kedalam karena perubahan tekanan diluar dan didalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru -untuk cairan berwarna Dilakukan dengan posisi terbalik Ditempatkan wadah takaran tunggal diatas kertas saring atau kapas Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah II.



Uji Volume Terpindahkan



Disiapkan alat gelas ukur yang bervoulme 100ml yang telah disterilisasi Dituangkan sediaan pada gelas ukur Diamati volume sediaan apakah sudah sesuai dengan pada etiketnya Dicatat hasil pengamatannya III.



Uji Kejernihan



Diperiksa wadah bersih dari luar secara visual dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya Digunakan latar belakang hitam dan putih Dijalankan dengan satu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat terlihat dengan mata IV.



Uji PH



Disiapkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin 5% yang sudah jadi Dicetak dan diamati dengan menggunakan pH universal Dicatat hasilnya dilembar kerja



V.



Uji Waktu Rekonstitusi



Disiapkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin 5% yang sudah jadi Ditambahkan aquadest sampai tanda batas Diamati waktu yang dibutuhkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin untuk melarut dalam aquadest VI. No 1



2



DATA PENGAMATAN



Jenis Evaluasi Uji kebocoran



Prinsip Evaluasi



Jumlah



Hasil



Syarat



Wadah diletakkan



Sampel 1



Pengamatan Tidak bocor



Tidak satupun



pada posisi terbalik



ampul yang bocor.



Uji volume



Sediaan dipindahkan



1



(Lachman, 1991) Rata-rata kurang



terpindahkan



dari ampul ke dalam



(50 ml)



Volume tetap



dari 100% dan tidak



gelas ukur dan



satupun kurang dari



dilakukan



95%



pengamatan volume 3



Uji Partikular



yang terpindahkan Memerlukan system



1



elektrolit



4



Uji kejernihan



Ada (terdapat



Jumlah partikel / ml



partikular)



>50µm : negative



perhitungan partikel



>25 µm : < 1000



pengatur cairan yang



>10 µm : 30 menit



1979) >30 detik, semakin



tidak larut



cepat waktu



dan diukur waktu



rekonstituai maka



yang dibutuhkan



sediaan tersebut



serbuk melarut



semakin baik. (Depkes RI, 1979)



VII.



PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini melakukan uji PEMBUATAN SEDIAAN OBAT STERIL INJKSI REKONSTITUSI NATRIUM AMOKSISILIN 5%. Tujuan praktikum kali ini Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi rekonstitusi Natrium Amoksisilin 5%, Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan yang meliputi uji kebocoran, uji volume terpindahkan, uji particular, uji kejernihan, uji PH, dan uji waktu rekonstitusi. Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1995). Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, 1989) Pada praktikum kali ini menggunakan sampel amoksisilin. Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin



trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoksisilin telah menggantikan ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010). Secara kimiawi, amoksisilin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2karboksilat (Kaur et al., 2011). Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik golongan penisilin yang banyak beredar di pasaran dan banyak digunakan karena harga antibiotik golongan ini relatif murah (Harianto dan Transitawuri, 2006). Amoksisilin berspektrum luas dan sering diberikan pada pasien untuk pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia, otitis, sinusitis, infeksi saluran kemih, peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini tersedia dalam berbagai sediaan seperti tablet, kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible (UNICEF, 2013) Nama Resmi : Amoxicillinum Nama lain: amoksisilin Bobot jenis : 419,45 Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol ; tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali Kegunaan : sebagai antibiotic Uji kebocoran yaitu wadah atau botol yang berisi sediaan dimasukan kedalam wadah besar yang berisi air. Jika wadah bocor maka air akan masuk kedalam karena perubahan tekanan luar dan didalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan terdapat air. Syarat dari uji kebocoran yaitu tidak satupun ampul yang bocor (lachman,1992). Hasil dari praktikum kali ini adalah tidak terdapat ampul yang bocor sehingga sesuai dengan litelatur. Uji volume terpindahkan tujuanya untuk menjamin bahwa volume larutan yang dikemas dalam wadah dosis ganda sesuai dengan volume yang tertera pada etiket. Sediaan dipindahkan ampul kedalam gelas ukur dan lakukan pengamatan volume. Rata rata kurang dari 100% dan tidak satupun kurang dari 95%. Hasil yang didapat volume teap. Uji particular bertujuan untuk menghitung partikel asing subvisibel dalam rentan dalam rentang ukuran tertentu. Prinsipnya memanfaatkan sensor



penghamburan cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian mikroskopik Yaitu dengan menghitung bahan partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membrane mikropori. Syarat jumlah partikel >50 μm : negative > 25μm :10 μm;30detik. Semakin cepat rekonstusi maka sediaan tersebut semakin baik (Depkes RI,1979). Hasl yang diperoleh >30 menit tidak larut.