Lapsus - Fitri Yuliana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. J G1P0A0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN NORADINA ANGGI AGUSTIN BANJARMASIN



Di susun Oleh : Fitri Yuliana, S.Keb 11194992110010



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN TAHUN 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. J G1P0A0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN NORADINA ANGGI AGUSTIN BANJARMASIN” dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.



Dr. RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG.,M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.



2.



Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.



3.



H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia.



4.



Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Universitas Sari Mulia.



5.



Meldawati, M. Keb selaku Preseptor Klinik (PK) yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan dan perbaikan Laporan Asuhan Kebidanan ini.



6.



Lisda Handayani, SST, M.Kes selaku Preseptor Pendidikan (PP) yang telah



memberikan arahan, bimbingan dan dukungan. 7.



Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Profesi Kebidanan Universitas Sari Mulia Banjarmasin yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam penyusunan Laporan Asuhan



Kebidanan. 8.



Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil dalam terwujudnya Laporan Asuhan Kebidanan. Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Asuhan Kebidanan masih jauh



dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Asuhan Kebidanan.



Banjarmasin, Agustus 2021



FITRI YULIANA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Nurul Jannah (2017) dalam Sulfiani (2017)). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 jumlah kematian ibu berjumlah 4.221 kematian dari 4.778.621 dari kelahiran hidup dan penyebab terbanyak disebabkan oleh perdarahan, disusul hipertensi dalam kehamilan, kemudian infeksi di posisi ketiga. Oleh karena itu dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2020). Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sangat diperlukan dengan tujuan mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip



keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Kurniarum, 2016).



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif.



C. Tujuan 1.



Umum Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. J G1P0A0 Hamil 40 Minggu dengan Inpartu Kala 1 Fase Aktif menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin.



2.



Khusus a. Mengidentifikasi pengkajian pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif secara komprehensif melalui pendekatan asuhan kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin b. Menginterpretasikan data dasar untuk menegakkan diagnosa atau masalah pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif melalui pendekatan asuhan kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin c. Mengidentifikasi masalah potensial pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif melalui pendekatan asuhan kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin



d. Mengidentifikasi tindakan segera pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif untuk mencegah masalah potensial di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin e. Mengidentifikasi rencana asuhan pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif melalui pendekatan asuhan kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin f. Mengidentifikasi pelaksanaan rencana asuhan pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif yang telah ditetapkan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin g. Mengidentifikasi hasil asuhan kebidanan pada ibu bersalin inpartu kala 1 fase aktif secara komprehensif melalui pendekatan asuhan kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin D. Manfaat 1.



Bagi Mahasiswa Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam penerapan asuhan kebidanan terutama pada ibu bersalin.



2.



Bagi Tempat Pelayanan Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya di PMB Noradina Anggi Agustin, dalam memberikan asuhan kebidanan persalinan.



3.



Bagi Institusi Dapat dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Sari Mulia Banjarmasin khususnya program studi profesi bidan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penerapan asuhan kebidanan persalinan.



4.



Bagi Pasien Sebagai sarana informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan ibu terutama mengenai Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Dasar Persalinan 1.



Pengertian Dalam



pengertian



sehari-hari



persalinan



sering



diartikan



serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kurniarum, 2016). Dalam Kurniarum (2016) ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut : a. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001) b. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak



pada



saat



pengeluaran



bayi



sampai



dengan



pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996). c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).



d. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).



2.



Macam-Macam Persalinan Menurut Kurniarum (2016), macam persalinan adalah sebagai berikut : a. Persalinan spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut. b. Persalinan buatan bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria. c. Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.



3.



Sebab-sebab Mulainya Persalinan Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori oksitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin.



Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut : a.



Penurunan Kadar Progesteron Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai



berkontraksi



setelah



tercapai



tingkat



penurunan



progesterone tertentu. b.



Teori Okitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.



c.



Keregangan Otot-otot Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.



d.



Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.



e.



Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat



menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.



4.



Tanda-Tanda Persalinan Menurut Kuriawan (2016) yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah : a.



Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut : 1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan 2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan 3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar 4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix. 5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang



terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks b.



Penipisan dan pembukaan servix Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.



c.



Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.



d.



Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.



5.



Tahapan Persalinan Menurut Yulizawati et al., (2019), tahapan persalinan adalah sebagai berikut : a.



Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)



Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan (Manuaba, 2006). Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu: 1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang menghasilkan perubahan serviks. 2) Fase aktif:  Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.  Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.  Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.



Fase-fase



tersebut



dijumpai



pada



primigravida.



Pada



multigravida pun terjadi demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek (Wiknjosastro dkk, 2005). b.



Kala II (Pengeluaran) Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk, 2005). Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit



(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi kala II yaitu 50 menit (Kenneth et al, 2009). Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang (Simkin, 2008). c.



Kala III (Kala Uri) Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro dkk, 2005). Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder (Manuaba, 2006).



d.



Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan) Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Pada tahap ini, kontraksi



otot rahim meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama bayinya (Manuaba, 2008).



6.



Komplikasi Persalinan Beberapa komplikasi yang lebih umum menurut National Institute of Child Health and Human Development (2017) adalah: a.



Persalinan yang tidak maju. Terkadang kontraksi melemah, serviks tidak cukup melebar atau tidak tepat waktu, atau penurunan bayi di jalan lahir tidak berjalan dengan lancar. Jika persalinan tidak berlanjut, petugas kesehatan dapat memberikan obat kepada wanita tersebut untuk meningkatkan kontraksi dan mempercepat



persalinan,



atau



wanita



tersebut



mungkin



memerlukan persalinan sesar. b.



Robekan perineum. Vagina wanita dan jaringan di sekitarnya cenderung robek selama proses persalinan. Terkadang robekan ini sembuh dengan sendirinya. Jika robekan lebih parah atau wanita tersebut telah menjalani episiotomi (luka bedah antara vagina dan anus), petugas akan membantu memperbaiki robekan tersebut menggunakan jahitan.



c.



Permasalahan dengan tali pusar. Tali pusar mungkin tersangkut di lengan atau kaki saat bayi keluar melalui jalan lahir. Biasanya, petugas melakukan intervensi jika tali pusat melilit leher bayi, tertekan, atau keluar sebelum bayi.



d.



Detak jantung bayi yang tidak normal. Sering kali, detak jantung yang tidak normal selama persalinan tidak berarti ada masalah. Petugas kesehatan kemungkinan akan meminta wanita tersebut untuk berganti posisi untuk membantu bayi mendapatkan lebih banyak aliran darah. Dalam kasus tertentu, seperti ketika hasil tes menunjukkan masalah yang lebih besar, persalinan mungkin harus segera dilakukan. Dalam situasi ini, wanita tersebut lebih mungkin membutuhkan persalinan sesar darurat, atau petugas kesehatan



mungkin



perlu



melakukan



episiotomi



untuk



memperlebar lubang vagina untuk persalinan. e.



Ketuban pecah dini. Persalinan biasanya dimulai dengan sendirinya dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah. Jika tidak, dan jika kehamilan mendekati atau mendekati aterm, petugas kemungkinan akan menginduksi persalinan. Jika ketuban wanita hamil pecah sebelum 34 minggu kehamilan, wanita tersebut akan dipantau di rumah sakit. Infeksi dapat menjadi perhatian utama jika ketuban wanita pecah lebih awal dan persalinan tidak dimulai dengan sendirinya.



f.



Asfiksia perinatal. Kondisi ini terjadi ketika janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup di dalam rahim atau bayi tidak



mendapatkan oksigen yang cukup selama persalinan atau melahirkan atau hanya setelah lahir. g.



Distosia bahu. Dalam situasi ini, kepala bayi telah keluar dari vagina, tetapi salah satu bahu menjadi macet.



h.



Pendarahan yang berlebihan. Jika persalinan menyebabkan robekan pada rahim, atau jika rahim tidak berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta, perdarahan hebat dapat terjadi. Di seluruh dunia, perdarahan seperti itu adalah penyebab utama kematian ibu. Persalinan mungkin juga memerlukan perhatian khusus dari



petugas kesehatan ketika kehamilan berlangsung lebih dari 42 minggu, ketika wanita tersebut menjalani operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, atau ketika dia lebih tua dari usia tertentu.



B. Konsep Dasar Kala 1 1.



Pengertian Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di tandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergeseran serviks mendatar dan terbuka (Ai Nursiah, dkk 2014 dalam Sulfiani (2017)).



Kala I dibagi atas 2 fase yaitu : a.



Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.



b.



Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase, yaitu : (1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. (2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. (3) Periode deselerai : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Nurul, 2017). Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus



akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm (multipara).



2.



Perubahan Fisiologi Kala 1 Selama rentan waktu dari adanya his sampai pembukaan lengkap 10 cm terjadi beberapa perubahan yang fisiologis. Perubahan fisiologis kala I meliputi :



a.



Perubahan pada serviks 1) Pendataran pada serviks/effacement Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm, menjadi sebuah lubang saja dengan pinggir yang tipis. 2) Pembukaan serviks Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba lagi.



b.



Perubahan sistem kardiovaskuler 1) Tekanan darah Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi. Posisi tidur terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu biasanya mengalami hipotensi dan janin mengalami asfiksia. 2) Denyut jantung Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung



antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selam periode segera sebelum persalinan. c.



Perubahan metabolism Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh.



d.



Perubahan sistem respirasi Pada



respirasi



atau



pernapasan



terjadi



kenaikan



sedikit



dibandingkan sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan yang tidak benar. e.



Kontraksi uterus Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos



uerus



dan



penurunan



hormon



progesterone



yang



menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. f.



Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah Rahim Segmen Atas Rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya persalinan serta mendorong anak keluar.



g.



Perubahan hematologist Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel darah putih meningkat secara progres



selama kala I persalinan sebesar 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap. h.



Perubahan renal Polyuri sering terjadi selama persalinan, di karenakan oleh kardiak out-put yang meningkat serta disebabkan oleh glomerolus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang yang mengurangi aliran urine selama kehamilan.



i.



Perubahan gastrointestinal Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang, menyebabkan pencernanan hampir berhenti disela persalinan dan menyebabkan konstipasi. Makanan yang masuk ke lambung selama fase pendahuluan atau fase kemungkinan besar akan tetap berada dalam perut selama persalinan. Rasa mualmuntah bukanlah hal yang jarang, hal ini menunjukan berakhirnya kala I persalinan.



j.



Perubahan suhu badan Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 10oC. Suhu badan yang naik sedikit merupakan yang wajar namun jika



keadaan



ini



berlangsung



mengindikasikan dehidrasi.



lama,



kenaikan



suhu



k.



Perubahan pada vagina dasar panggul Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi, setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak, bagian depan yang maju tersebut kedasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis, waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan dari luar peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka, regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan menimbulkan perdarahan yang banyak (Ai Nursiah, dkk 2014).



3.



Perubahan Psikologis Kala I Perubahan psikologi pada ibu bersalin selama kala I antara lain sebagai berikut : a.



Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan secara pesimistik atau negatif.



b.



Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap sekelilingnya.



c.



Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.



d.



Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap pemerikasaan.



e.



Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan pemberi perawatan.



f.



Tampak “lepas kontrol” dalam persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang membantu).



g.



Respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya (Widia, 2015)



4.



Masalah dan Penyulit Pada Kala I Indikasi – indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan segera selama kala I persalinan : a.



Perdarahan pervaginam selain dari lender bercampur darah (show).



b.



Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin



c.



Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang 37 minggu).



d.



Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi : temperature tinggi >380C, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban yang berbau.



e.



Tekanan darah >160/100 dan/ atau terdapat protein urin.



f.



DJJ 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit.



g.



Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5.



h.



Presentasi ganda/majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala).



i.



Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)



j.



Tanda dan gejala syok : Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/menit), tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat atau kulit lembab, dingin, napas cepat (lebih dari 30 x/menit), cemas, bingung atau tidak sadar, dan produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)



k.



Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang dimana pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam , dan kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)



l.



Tanda dan gejala belum inpartu yaitu, kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik, tidak ada perubahan serviks dalam waktu satu sampai dua jam.



m. Tanda dan gejala partus lama yaitu, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, pembukaan serviks kurang 1 cm per jam, dan kurang dari dua kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang 40 detik (Ibnu Pranoto, dkk 2014).



5.



Pathway Kala 1



C. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I 1.



Pengkajian Data Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara, anamneses dengan melakukan tanya jawab untuk memperoleh data meliputi :



riwayat kesehatan, riwayat reproduksi : riwayat haid, riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi dan psikologi. Dan pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan dilakukan pemeriksaan penunjang bila perlu. Pada persalinan kala I umumnya klien akan mengeluh tentang keadaannya dimana klien merasakan mules pada perut bagian bawah yang menjalar kepinggang, dan klien juga mengatakan bahwa terdapat pengeluaran lendir bercampur dengan darah, serta sifat nyeri yang dirasakan semakin lama semakin sering dan bertambah kuat. 2.



Analisa Masalah dan Diagnosa Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada primigravida yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten persalinan yang dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam. Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan



10 cm dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multigravida dan primigravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm multigravida. Pada kala I persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda vital sekitar 2 atau 3 jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam. 3.



Mengidentifikasi Masalah Potensial Dalam mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dilakukan pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu terjadinya kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan pervaginam selain dari lender dan darah, ketuban pecah yang bercampur dengan mekonium kental yang di sertai dengan tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.



4.



Tindakan Segera Pada kala I persalinan yaitu terjadinya kala I lama yang mengakibatkan tanda gawat janin, ketuban pecah yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.



5.



Rencana Tindakan Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada persalinan normal yaitu, memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan, membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinana dini, dan mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien). Perencanaan asuhan tindakan yang perlu dilakukan juga dapat berupa, pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan ambulasi dan posisi ibu, menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman, serta menganjurkan keluarga member dukungan.



6.



Pelaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.



7.



Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat



dianggab



efektif



jika



memang



benar



efektif



dalam



pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif.



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA IBU G1P0A0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN INPARTU KALA 1 FASE AKTIF



Hari / Tanggal Pengkajian : Sabtu / 14 Agustus 2021 Tempat



: PMB



Jam Pengkajian



: 06.30 wita



A. DATA SUBJEKTIF 1.



Identitas Istri (pasien)



2.



Suami (penanggung jawab)



Nama



: Ny. J



Nama



: Tn. MRS



Umur



: 21 tahun



Umur



: 24 tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku/ Bangsa



: Banjar / Indonesia



Suku/ Bangsa : Banjar / Indonesia



Pendidikan



: SMK



Pendidikan



: SMK



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Sungai Andai



Alamat



: Sungai Andai



Keluhan Utama Ibu mengeluh mules dan nyeri perut sejak kemarin pukul 18.00 dan ada keluar lendir darah.



3.



Riwayat perjalanan Penyakit Sejak merasakan mules pasien segera siap-siap untuk kerumah bidan.



4.



Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah 1 tahun.



5.



6.



Riwayat Haid a.



Menarche umur



: 13 tahun



b.



Siklus



: ± 28 hari



c.



Teratur/ tidak



: Teratur



d.



Lamanya



: ± 7 hari



e.



Banyaknya



: 2-3 kali ganti pembalut/ hari



f.



Dismenorhoe



: Tidak



g.



HPHT



: 8 Nopember 2020



h.



Taksiran partus



: 15 Agustus 2021



i.



Usia Kehamilan



: 40 minggu



Riwayat Obstetri G1P0A0



No Thn 1



Kehamilan UK



Penyulit



UK



2021



7.



Persalinan Tempat/ Cara Penyulit Penolong



Bayi BB



PB



Seks



Keadaan Lahir



Riwayat Keluarga Berencana a.



Jenis :-



b.



Lama :-



c.



Masalah :-



8.



9.



Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan ibu



:-



b. Riwayat kesehatan keluarga



:-



Keadaan Kehamilan Sekarang a. Selama hamil ibu periksa di



: bidan dan puskesmas



b. Mulai periksa sejak usia kehamilan



: 28 minggu



c. Frekuensi periksa kehamilan



Penyulit Ket Nifas



1) Trimester I



:-



2) Trimester II



: 1 kali



3) Trimester III



: 2 kali



d. Status imunisasi



: TT3



e. Keluhan/ masalah yang dirasakan ibu : No



Keluhan/ Masalah



1



Tidak ada keluhan



Usia Kehamilan



Tindakan



Oleh



10. Pola Kebutuhan Sehari-hari a.



Nutrisi 1) Terakhir makan & minum : ± 2 jam yang lalu 2) Banyaknya



b.



: 1 porsi makanan, 2 gelas air putih



Eliminasi 1) BAB a) Terakhir BAB



: ± 3 jam yang lalu



b) Konsistensi



: lembek



c) Warna



: kuning kecoklatan



2) BAK



c.



a) Terakhir BAK



: ± 1 jam yang lalu



b) Warna



: kuning jernih



c) Bau



: pesing



Personal hygiene Terakhir mandi & sikat gigi



d.



: ± 2 jam yang lalu



Aktifitas Sejak merasakan mules ibu melakukan persiapan untuk pergi ke tempat bidan.



e.



Tidur dan istirahat Ibu tidak tidur sejak merasakan perut mules sampai sekarang.



f.



Pola seksual Ibu lupa kapan terakhir ibu melakukan hubungan suami istri.



Ket



11. Data Psikososial dan Spiritual a.



Ibadah yang diinginkan ibu saat ini Berdoa



b.



Perasaan ibu saat ini dalam proses persalinan yang akan dilaluinya Ibu merasa sedikit gugup namun sangat merasa tenang dalam menghadapi proses persalinan.



c.



Pengetahuan ibu tentang proses persalinan Ibu mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dari orang tua dan bidan.



d.



Pendamping persalinan yang diharapkan ibu Suami dan orang tua



e.



Pengambil keputusan dalam keluarga Suami



B.



DATA OBJEKTIF 1.



Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum



: baik



b. Kesadaran



: compos mentis



c. Berat badan Sebelum hamil



: 46 kg



Sekarang



: 53 kg



IMT



: 19,7 kg/m2 (11,5 - 16 kg)



d. Tinggi badan



: 153 cm



e. LILA



: 26 cm



f. Tanda-tanda vital



: TD 120/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,9oC, respirasi 24x/menit



2.



Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi 1) Kepala



: rambut dan kulit kepala tampak bersih dan tidak rontok



2) Muka



: tidak tampak pucat dan tidak tampak oedem



3) Mata



: konjungtiva tidak tampak pucat dan sklera tidak tampak ikterik



4) Telinga



: tampak bersih dan tidak tampak ada sekret



5) Hidung



: tampak bersih, tidak tampak adanya benjolan abnormal, dan tidak tampak ada pernapasan cuping hidung



6) Mulut



: bibir tidak tampak anemis, gigi tidak tampak karies, dan lidah tampak bersih



7) Leher



: tidak tampak adanya pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid



8) Dada/ mamae



: payudara tampak simetris, puting susu tampak menonjol, tampak hiperpigmentasi pada areola



9) Abdomen



: tidak tampak adanya bekas luka operasi, tampak adanya linea nigra dan striae gravidarum



10) Tungkai



: tidak tampak oedem dan varises



11) Genitalia



: tidak tampak adanya keputihan, belum ada pembukaan vulva, perenium belum menonjol dan tidak ada tekanan pada anus



b. Palpasi 1) Leher



: tidak teraba pembesaran vena jugularis dan ada teraba pembesaran kelenjar tiroid



2) Dada/ mamae



: simetris, tidak teraba benjolan abnormal, puting susu menonjol.



3) Abdomen Leopold I



: Pada bagian fundus teraba bulat, besar dan tidak melenting (bokong). TFU 3 jari dibawah prosesus xipodeus



Leopold II



: Pada bagian perut ibu sebelah kanan teraba memanjang seperti papan dan bagian kiri



teraba bagian-bagian kecil janin (punggung kanan) Leopold III



: Pada bagian bawah teraba keras, bundar dan melenting (presentasi kepala)



Leopold IV



: Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul 4/5 (divergen)



Mc Donald



: TFU 28 cm



TBJ



: 2635 gram



His



: frekuensi 4 kali dalam 10 menit, selama 44 detik



4) Tungkai



: tidak teraba oedem dan varises



c. Auskultasi DJJ (+), terdengar jelas di kuadran kanan bawah, frekuensi 140 x/menit d. Perkusi Reflek patella



: kanan/kiri (+/+)



Cek ginjal



: kanan/kiri (-/-)



e. Pemeriksaan Dalam Keadaan vagina



: ada lendir darah



Arah serviks



: antefleksi / arah kedepan



Pendataran serviks



: 50%



Pembukaan serviks : 7 Ø Selaput ketuban



: utuh



Presentasi



: kepala



Posisi titik penunjuk : ubun-ubun kecil Penurunan presentasi : Hodge II Kesan panggul



: luas



3.



Pemeriksaan Penunjang (17 Juni 2021) a. Hb



: 12,8 g%



b. Protein urin



: (-)



c. Reduksi urin



: (-)



d. Swab antigen : negatif (14 Agustus 2021) C. ANALISA DATA 1.



Diagnosa Kebidanan :



G1P0A0, hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif



2.



Masalah



:



-



3.



Kebutuhan



:



KIE tentang persiapan persalinan



D. PENATALAKSANAAN 1.



Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik dengan hasil TD 120/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,9oC, respirasi 24x/menit. Rasional : Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan penyakit yaitu tentang diagnosis, tindakan medik yang akan dilakukan, segala resiko dari tindakan medik tersebut (Valery M.P. Siringoringo et al, 2017). ”Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”



2. Memberikan asuhan sayang ibu, antara lain : a.



Menganjurkan ibu untuk minum disela kontraksi untuk menambah tenaga.



b.



Memberikan motivasi pada ibu agar semangat dalam menghadapi persalianan.



c.



Mengajarkan ibu bagaimana cara meneran yang benar.



d.



Mendengarkan dan menanggapi semua pertanyaan ibu.



e.



Menghadirkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan psikologi



Rasional : Salah satu upaya pencegahan kematian ibu yang diakibatkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran adalah melakukan asuhan sayang ibu (safe motherhood) (Asri,2010). Asuhan sayang juga merupakan asuhan yang berhubungan signifikan antara implementasi asuhan sayang ibu dengan kelancaran proses persalinan (Jahratin, 2018). ”Ibu mengerti atas saran yang disampaikan” 3. Melakukan pemantauan keadaan umum ibu dan melakukan observasi kemajuan persalinan melalui partograf. Rasional : Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I persalinan (Sulfiani, 2017). ”Keadaan umum ibu baik dan tidak terjadi komplikasi” 4. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap dan kepala janin terlihat didepan jalan lahir. Rasional : Mengejan pada waktu pembukaan belum lengkap dan kepala belum berada di depan vulva tidak dianjurkan karena akan membuat ibu kelelahan dan hal ini juga dikontraindikasikan, sebab tindakan ini tidak terarah serta mendorong janin secara paksa yang dapat mengubah frekuensi denyut jantung janin. ”Ibu mengerti atas penjelasan yang disampaikan” 5.



Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan tidak tidur dengan posisi terlentang. Rasional : Posisi terlentang dapat menekan aorta disertai mengurangi aliran darah menuju uterus dan ekstremitas bawah. Posisi ini juga memperpanjang kala 2, menyebabkan penurunan kadar oksitosin di dalam sirkulasi, menurunkan frekuensi dan kekuatan kontraksi, serta dapat menyebabkan abnormalitas DJJ.



“Ibu mengetahui dan ibu langsung merubah posisi miring kiri” 6. Mengajarkan ibu teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : Teknik relaksasi nafas ini dapat mengurangi ketegangan pada ibu yang membuat stress pada saat nyeri persalinan, dengan dilakukannya teknik relaksasi nafas ini akan membuat rileks tubuh dan akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stress, maka hormon tersebut akan digantikan dengan hormon endorphin. Hormon endorphin merupakan hormon penghilang rasa sakit (Sukarta, 2017). “Selama proses penurunan kepala ibu melakukan dengan baik”



E.



CATATAN PERKEMBANGAN HARI/ NO. TANGGAL/ CATATAN PERKEMBANGAN JAM 1. Sabtu / 14 S : Ibu mengatakan nyeri ibu mengatakan nyeri dan ingin Agustus 2021/ 07.50 wita



meneran O : TD



: 120/90 mmHg



N



: 90x/menit



RR



: 24x/menit



T



: 36,8oC



His



: 5x/ 10’/ > 45”



DJJ



: 138x/’



Genitalia : pembukaan 10 cm, kepala hodge III+, vulva membuka, perenium menonjol dan ada tekanan pada anus Ketuban pecah spontan A : G1P0A0, hamil 40 minggu dengan kala II P : 1. Melakukan pertolongan secara APN 08.10 wita



2. Bayi baru lahir jenis kelamin perempuan, berat badan 2600 gram 3. Melakukan pemotongan tali pusat 4. Mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi dengan selimut 5. Melakukan IMD / SSC pada ibu minimal 1 jam



2.



Sabtu / 14 S : Ibu mengatakan perut terasa mules dan sedikit nyeri Agustus 2021/ 08.16 wita



setelah melahirkan O : TD



: 120/80 mmHg



N



: 86x/menit



T



: 36,7oC



RR



: 20x/menit



TFU



: sepusat



Kontraksi : baik Genitalia : perdarahan ± 100 cc A : P1A0, post partum dengan kala III P : 1. Memastikan janin tunggal 2. Melakukan injeksi oksitosin segera setelah bayi lahir 3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali 08.20 wita



4. Plasenta lahir lengkap



HARI/ NO. TANGGAL/ JAM



CATATAN PERKEMBANGAN 5. Perineum utuh, tidak ada laserasi 6. Melakukan massase uterus selama 15 detik 7. Menilai perdarahan jalan lahir



3.



Sabtu / 14 S : Ibu mengatakan perut terasa mules Agustus



O : TD



: 120/80 mmHg



N



: 86x/menit



RR



: 20x/menit



2021/



T



: 36,7oC



08.16 wita



TFU



: 1 jari dibawah pusat



Kontraksi : baik Genitalia : perdarahan ± 100 cc A : P1A0, post partum dengan kala IV P : 1. Melakukan pemantauan keadaan ibu, TTV, perdarahan dan kontraksi uterus berdasarkan partograf 2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum 3. Menganjurkan ibu untuk istirahat sambil menyusukan bayinya



BAB IV PEMBAHASAN



Pada langkah pertama semua informasi yang akurat dan lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan melalui anemnesa pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang. Data yang dikumpulkan antara lain berupa keluhan klien, riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,dan meninjau data laboratorium. Pada proses pengkajian dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada kasus, data subjektif diketahui keluhan ibu mules dan nyeri perut sejak kemarin pukul 18.00 dan ada keluar lendir darah. Dimana menurut Kuriawan (2016) tanda-tanda ibu akan bersalin yaitu ditandai adanya kontraksi uterus dan pengeluaran lendir darah dari jalan lahir. Pada data subjektif didapatkan usia ibu 21 tahun dimana menurut Forrest (2019) usia yang dianggap aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah usia 21-35 tahun. Dalam rentang usia ini komdisi fisik ibu dalam keadaan prima dan merupakan rentang usia reproduksi sehat, alat-alat reproduksi sudah matang dan ibu sudah siap menghadapi persalinan, terjadi kesiapan dalam hal mempelajari sesuatu atau dalam menyesuaikan dengan keadaan tertentu, misalnya menghadapi persalinan.



Data obyektif pendukung diagnosa yaitu keadaan umum baik, kesadaran sadar penuh dan bisa berespon terhadap rangsangan, tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,9oC, respirasi 24x/menit, protein dan reduksi urin (-), Hb 12,8g%, antigen (-). Hasil pemeriksaan fisik normal, his 4 kali / 10 menit / > 40 detik, pembukaan 7 cm, dan kepala bayi di Hodge III. Hal ini sejalan dengan Kuriawan (2016) dimana pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm (multipara). Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif di atas, maka ditegakkan sebuah diagnosa kebidanan yaitu G1P0A0 hamil 40 minggu dengan inpartu kala 1 fase aktif. Pada analisa data dan diagnosa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Tindakan segera yang diberikan pada ibu adalah pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan tindakan distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, serta menganjurkan keluarga memberi dukungan. Pada langkah keempat ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Pada Ny. J perencanaan yang dilakukan yaitu memberikan informasi kepada ibu dan keluarga untuk mengetahui kondisi ibu saat ini serta tindakan selanjutnya



yang akan dilakukan, memberikan asuhan sayang ibu, memantau kondisi ibu melalui partograf, menganjurkan ibu untuk miring kiri, menganjurkan pada ibu untuk tidak meneran jika belum saatnya, mengajarkan ibu teknik distraksi dan relaksasi. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Pada kasus Ny. J pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada pelaksanaan tindakan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Kasus evaluasi dari pelaksanaan yaitu keadaan umum ibu baik dan terpantau melalui partograf, ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan, rasa nyeri dan mules yang dirasakan ibu sedikit berkurang, penurunan kepala bayi sesuai dengan pemantauan pada partograf, dan tidak ditemukan komplikasi selama pemantauan di kala 1 fase aktif.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. J, G1P0A0 hamil 40 minggu dengan inpartu kala 1 fase aktif di Praktik Mandiri Bidan Noradina Anggi Agustin Banjarmasin telah diterapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 (tujuh) langkah varney yang meliputi pengkajian, analisa masalah dan diagnosa, antisipasi masalah potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dapat disimpulkan : 1. Pada pengkajian data subyektif yang dilakukan pada NY.J didapat adalah



ibu mengeluh mules sejak kemarin dan ada keluar lendir darah. Data obyektif yang didapat adalah pada pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran sadar penuh dan bisa berespon terhadap rangsangan, pemeriksaan tanda-tanda vital: 120/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,9oC, respirasi 24x/menit, protein dan reduksi urin (-), Hb 12,8g%, antigen (-). Hasil pemeriksaan fisik normal, his 4 kali / 10 menit / > 40 detik, pembukaan 7 cm, dan kepala bayi di Hodge III. 2. Dari hasil pengkajian baik data subyektif, obyektif dan pemeriksaan



laboratorium yang didapatkan pada Ny. J. maka interpretasi yang dilakukan dengan menentukan diagnosa berdasarkan nomenklatur kebidanan, yaitu : G1P0A0, hamil 40 minggu dengan inpartu kala 1 fase aktif. 3. Tidak ada masalah potensial atau komplikasi yang terjadi pada ibu.



4. Tindakan segera pada Ny. J adalah pemantauan terus menerus kemajuan



persalinan mengunakan partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan tindakan distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, serta menganjurkan keluarga memberi dukungan. 5. Perencanaan asuhan pada Ny. J yaitu memberikan informasi kepada ibu



dan keluarga untuk mengetahui kondisi ibu saat ini serta tindakan selanjutnya yang akan dilakukan, memberikan asuhan sayang ibu, memantau kondisi ibu melalui partograf, menganjurkan ibu untuk miring kiri, menganjurkan pada ibu untuk tidak meneran jika belum saatnya, mengajarkan ibu teknik distraksi dan relaksasi. 6. Pelaksanaan asuhan pada Ny. J sesuai dengan perencanaan . 7. Setelah dievaluasi keadaan ibu, tidak ada terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi dari tindakan tersebut.



B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Agar dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam penerapan asuhan kebidanan persalinan terutama pada ibu inpartu kala 1. 2. Bagi Tempat Pelayanan Agar dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya di PMB Noradina Anggi Agustin Banjarmasin, dalam memberikan asuhan kebidanan persalinan.



3. Bagi Institusi Agar dapat dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Sari Mulia Banjarmasin khususnya program studi profesi bidan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penerapan asuhan kebidanan nifas 4. Bagi Pasien Sebagai sarana informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan ibu terutama mengenai Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).



DAFTAR PUSTAKA



Forrest, E. (2019) Midwifery at a Glance. 1 st edn. West Sussex: John Wiley & Soms,Inc Kementerian Kesehatan (2020) PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2019, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. doi: 10.5005/jp/books/11257_5. Kurniarum, A. (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 1st edn. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. National Institute of Child Health and Human Development (2017) ‘What are some common complications during labor and delivery?’, National Institute of Child Health and Human Development, pp. 8–10. Available at: https://www.nichd.nih.gov/health/topics/labor-delivery/topicinfo/complicati ons. Sukarta, A. (2017) ‘PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN IBU INPARTU KALA FASE AKTIF’, IV, pp. 39–45. Sulfiani (2017) ‘Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Pada Ny “F” Gestasi 38-40 Minggu Dengan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar’, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Available at: http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7803/1/Sulfiani_opt.pdf. Yulizawati et al. (2019) ‘Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan’, in. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.