Latar Belakang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang kompleks dengan bagian-bagian organnya yang memiliki fungsi tertentu. Pada umumnya organ dalam tumbuhan itu terbagi menjadi 2 yaitu, vegetatif dan generatif. Salah satu contoh yang termasuk dalam organ generatif adalah bunga. Bunga digunakan oleh tumbuhan untuk proses fertilisasi. Ada dua alat kelamin pada bunga yaitu alat kelamin jantan (androecium) alat kelamin betina (ginacium). Setiap andrecium terdiri dari filamen, anthera dan konektivum. Anthera pada umumnya terdiri dari dua teka yang masing-masing teka terdiri dari dua kotak sari. Di dalam kotak sari itu akan dipenuhi denga serbuk sari atau yang biasa disebut dengan polen. Polen yang memiliki ukuran yang sangat kecil ini dapat dibentuk sebuah preparat irisan. Pada umumnya polen ini mempunyai dua dinding, Dinding luar polen terdiri dari 2 lapis, dinding luar yang terdiri dari kutin yang strukturnya kasar disebut eksin dan dinding dalam yang tipis terdiri dari pektin dan selulosa disebut intin. Pada dasarnya polen sangat beragam, keragaman polen terkait dengan bentuk ukuran dan tipe pahatan dinding yang merupakan hal yang menarik. Berbeda dengan tumbuhan spermatophyta, tumbuhan pteridophyta mempunyai spora sebagai alat untuk perkembangbiakannya. Spora pada tumbuhan paku ini memiliki bentuk yang beragam, namun pada umumnya, spora ini juga tersusun atas dua dinding yaitu, bagian luar yang tebal disebut dengan eksin dan bagian dalam yang tipis disebut dengan intin. Setiap jenis tumbuhan paku mempunyai karakteristik spora yang berbeda, hal inilah yang menjadi landasan untuk membedakan masing-masing tumbuhan paku. Karena setiap polen dan spora yang dimiliki setiap itu memiliki perbedaan maka dapat dipastikan terdapat berbagai macam jenis polen dan spora yang ada di muka bumi ini, oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan deskripsi polen dan spora spesimen serta dijelaskan pula prosedur untuk membuat preparat spora dan polen sebagai alat untuk mempermudah pengamatan polen dan spora tumbuhan.



1.2 Tujuan Kegiatan pembuatan polen dan spora bertujuan untuk a. membuat preparat polen dan spora dengan metode asetolisis b. membuat deskripsi spora dan polen spesimen c. Membandingkan polen berbagai tumbuhan d. Mengidentifikasi faktor-faktor penunjang pembuatan preparat secara asetolisis agar memperoleh sediaan yang baik



1.3 Manfaat Kegiatan pembuatan polen dan spora manfaat untuk a. Dapat membuat preparat polen dan spora dengan metode asetolisis b. Dapat membuat deskripsi spora dan polen spesimen c. Dapat membandingkan polen berbagai tumbuhan d. Dapat mengidentifikasi faktor-faktor penunjang pembuatan preparat secara asetolisis agar memperoleh sediaan yang baik



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Para ahli taksonomi mengidentifikasi tumbuhan menggunakan morfologi akar, batang, daun, bunga, buah dan biji dalam taksonomi, tetapi identifikasi menggunakan struktur morfologi polen jarang dilakukan. Namun, untuk perkembangan yang lebih lanjut



untuk mengidentifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat morfologi



polen untuk mengidentifikasi takson di tingkat suku, marga, spesies, dan di bawah spesies, penempatan takson yang diragukan, penyusunan kembali, penggabungan dan pemisahan, serta sebagai penguat bukti taksonomi yang lain (Davis & Heywood, 1973). Karakter utama yang bernilai taksonomi dari polen adalah jumlah dan posisi alur, tipe apertura, bentuk ornamen eksin serta variasi yang ditunjukkan oleh ukuran dan bentuk polen (Davis & Heywood, 1973). Polen merupakan perkembangan dari mikrospora hasil dari pembelahan meiosis (Foster & Gifford, 1973). Letak polen berada dalam kepala sari tepatnya dalam kantung yang disebut lokulus (Hidayat, 1994). Polen memiliki fungsi yang penting dalam beberapa bidang meliputi morfologi polen dan kaitannya dalam taksonomi tumbuhan, filogeni, dan palinologi fosil (Mikaf, 2013). Setiap polen mempunyai bentuk, ukuran, ornamentasi eksin, serta apertura yang bervariasi (Moore & Webb, 1978). Ciri yang diperlihatkan eksin pada polen dapat menjadi sumber penting dalam kegiatan identifikasi yang meliputi: bentuk dan ukuran, jumlah dan susunan pada dinding apertura, serta struktur dan ornamentasi pada eksin (Kapp, 1969). Polen berada dalam antera tepatnya dalam kantung yang disebut teka. Polen merupakan perkembangan mikrosporosit (sel induk mikrospora) yang mengalami meiosis serta sitokenesis menghasilkan sel mikrospora haploid tersususn tetrad yang dapat terpisah menjadi monad. Inti sel mikrospora akan mengalami mitosis menghasilkan inti sel generatif dan inti sel vegetatif (Foster and Gifford, 1973). Dinding luar polen terdiri dari 2 lapis, dinding luar yang terdiri dari kutin yang strukturnya kasar disebut eksin dan dinding dalam yang tipis terdiri dari pektin dan selulosa disebut intin. Polen berdasarkan ornamen dari dinding eksin dibedakan menjadi tiga yaitu: yang pertama psilate yang eksinnya rata (psilate), misalnya pada Kalanchoe pinnata dan Punica granatum; yang kedua adalah berduri (echinate), misalnya pada Hibiscus rosasinensis dan Ipomea pes-tigridis.; dan yang ketiga adalah jala (reticulate), misalnya pada Lilium sp dan Belamcanda sinensis (Kartini, 2012).



Gambar 1. Beberapa contoh ornamen Eksin, A: rata pada Kalanchoe pinnata. B: Berduri pada Urena Iobata dan C: jala pada Lilium sp (Kartini, 2012).



Polen memiliki celah sebagai tempat keluarnya buluh serbuk. Celah polen ada yang sederhana dan kompleks. Celah yang panjang disebut kolpi sedang celah yang pendek dan bulat disebut porus. Tipe polen berdasar bentuk celahnya dibedakan menjadi 4 seperti yang terlihat pada gambar 2.



Gambar 2. Beberapa contoh tipe celah polen, A: monocalpate pada Crinum asiaticum B: tricolpate pada P.foetida C: Colporate pada Urena Iobata dan D: triporate pada Clitoria ternatea (Kartini, 2012). Polen kelompok tumbuhan Monokotil umumnya memiliki satu celah panjang (monocolpate) sedang pada Dikotil terdapat tiga celah panjang (tricolpate). Celah yang kompleks, pada daerah sentral terdapat porus dan di daerah luar ada celah panjangnya, disebut colporate. Setiap polen memiliki 2 kutub yang berlawanan, sisi proksimal terdapat di tengah permukaan yang dekat dengan sumbu sedang sisi distal terdapat di tengah permukaan yang jauh terhadap pusat tetrad. Ukuran polen bervariasi antara 10 mikron sampai lebih dari 200 mikron (Kartini, 2012). Perbedaan antara pollen monokotil dan dikotil antara lain: 1) Butir pollen monokotil umumnya lonjong dibandingkan dikotil. 2) Pada monokotil butir pollen tetrad tunggal yang biasanya tersusun dalam satu



bidang, sedangkan dikotil susunannya biasaanya tetrahedral



Morfologi Umum Pollen (Sewyer, 1981) Ilmu yang mempelajari tentang pollen dan spora disebut palinologi yang umumnya lebih terfokus pada struktur dinding (Erdtman, 1969). Berbeda dengan tumbuhan spermatophyta, tumbuhan pteridophyta mempunyai spora sebagai alat untuk perkembangbiakannya. Spora pada tumbuhan paku ini memiliki bentuk yang beragam, namun pada umumnya, spora ini juga tersusun atas dua dinding yaitu, bagian luar yang tebal disebut dengan eksin dan bagian dalam yang tipis disebut dengan intin. Setiap jenis tumbuhan paku mempunyai karakteristik spora yang berbeda, hal inilah yang menjadi landasan untuk membedakan masing-masing tumbuhan paku. Karena setiap polen dan spora yang dimiliki setiap itu memiliki perbedaan maka dapat dipastikan terdapat berbagai macam jenis polen dan spora yang ada di muka bumi ini. Sifat pollen yang penting dalam mempelajari pollen yaitu unit pollen, polaritas pollen, simetri pollen, bentuk pollen, tipe dan jenis apertura serta ornamen exine (Erdtman, 1952). Sebagian besar tanaman memiliki bentuk unit pollen monad. Pada beberapa genus ada yang tetrad, dyad, dan polyad (Faegri dan Iversen, 1989). Apertura adalah suatu penipisan atau modifikasi dinding spora atau pollen yang berfungsi untuk jalan keluar isi spora atau pollen (Davis, 1999). Bentuk polen Peroblate



Perbandingan P/E 8/4



Di bagian luar lapisan eksin tersebut terdapat hiasan (ornamentation/sclupture) yang penting untuk diskripsi polen. Moore dan Webb (1978), membagi bentuk ornamentasi sbb: -



Psilate



: bila permukaan polen halus



-



Verrucate



: bila polen atau spora mempunyai tonjolan seperti kutil, biasanya tonjolan lebarnya lebih besar dari tingginya



-



Echinate



: bila ornamentasinya menyerupai duri



-



Striate



: bila ornamentasinya memanjang dengan pola parallel



-



Reticulate



: polen atau spora memiliki pola ornamentasi seperti jarring-jaring



-



Rugulate



: apabila elemen ornamentasinya memanjang ke samping dan tidak teratur



-



Clavate



: tonjolan ornamentasinya melebar dibangian pangkal



-



Perforate



: ornamentasinya berupa lubang-lubang dengan diameter kurang dari satu micrometer



-



Gemmete



: ornamentasinya baik lebar maupun tinggi tonjolannya sama ukurannya dan mengkerut pada bagian dasarnya



-



Scabrate



: memiliki proyeksi elemen dengan diameter lebih dari satu micrometer dan menyerupai granua sehingga disebut juga granulate