Layout Fix Bio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

II



TIM REDAKSI Pemimpin Redaksi Fathan Tri Rajendra S. Editor Bahasa Allendra Amala Haqqi, Fauzi Rahmadani, Filzatuz Zahro Ibrahim, Fathan Tri Rajendra S. Layouter Adnan Nauli Harahap, Amalia Andhini K., Shakira Amirah Non-konten Hani Rafifah, Nova Ria Astuti Sampul Andika Naufal Hilmy



III



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. dan solawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Bersyukur kepada Allah swt. karena atas kuasa dan rido-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan antologi biografi guru MAN Insan Cendekia Serpong ini dengan baik dan tepat waktu. Buku ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan buku ini: 1.



Ibu Dra. Persahini Sidik, M.Si sebagai kepala MAN Insan Cendekia Serpong.



2.



Rapiq, M.Pd sebagai guru Bahasa Indonesia sekaligus pemimbing antologi biografi guru MAN Insan Cendekia Serpong.



3.



Rekan



sejawat



penulis,



Aksatriya



Dumilah



Upakara



Ganitrikundha, yang tak henti saling memberi dukungan dalam penyelesaian buku ini. 4.



Semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu. Akhirnya, semoga amal perbuatan baik yang kita lakukan di



terima oleh Allah swt. dan buku ini memberikan manfaat kepada siapa saja yang mempelajarinya. Kami menyadari bahwa abuku ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik demi perbaikan buku ini sangat diharapkan. Tangerang Selatan, 20 Agustus 2019



Penulis



IV



DAFTAR ISI Halaman Sampul ......................................................................................... i Tim Redaksi ................................................................................................ ii Kata Pengantar .......................................................................................... iii Daftar Isi ..................................................................................................... iv Isi .................................................................................................................... Chairul Huda ................................................................................ 1 Ilma Halimatus Sadiah ................................................................ 5 Abdul Jalil ................................................................................... 10 Yelnita Nova ............................................................................... 15 Suhendra ..................................................................................... 18 Eva Novita .................................................................................. 22 Away Baidhowy ......................................................................... 28 Reisa Suci Arimbi ....................................................................... 31 Muhammad Ihsanudin ............................................................. 36 Pahrurroji M. Bukhori ............................................................... 44 Tentang Penulis ........................................................................................ 49



V



BAPAK ASRAMA Nova Ria Astuti - Vania Amara W Chairul



Huda



adalah



seorang guru agama di MAN Insan Cendekia Serpong. Beliau telah mengajar selama 16 tahun lebih satu bulan di sekolah tersebut sejak Juli 2003. Bapak yang kerap disapa Pak Huda ini lahir pada tanggal 27 Mei 1972. Beliau merupakan lulusan S1 Peradilan Agama STAIN Surakarta. Pria kelahiran Rembang ini sudah mengikat janji suci bersama guru biologi, Tina Yulistania, pada 3 Juli 2005. Awal pertemuan mereka bermula ketika mengajar di sekolah berasrama, MAN Insan Cendekia Serpong. Tidak ada yang dapat menduga bahwa kisah asrama ini berujung menjadi asmara. Sekarang pasangan suami istri ini telah dikaruniai dua putri dan satu putra. Putri pertamanya bernama Izzatu Ulya Nur Huda yang lahir pada tanggal 5 Juni 2006. Putri keduanya bernama Isyiqa Irfania Nur Huda lahir 4 Agustus 2008. Kemudian putra terakhirnya bernama Irsyad Muhammad Nur Huda lahir tanggal 15 Desember 2012. Menurut sang istri, bapak tiga anak ini merupakan pribadi yang penyayang dan perhatian. Beliau juga merupakan seorang guru yang sabar dan telaten dalam menghadapi murid-muridnya. Oleh karena itu, beliau terpilih menjadi wakil kepala madrasah bidang keasramaan. Selain itu, beliau juga dinobatkan sebagai Wali Asrama Ter-Ayah pada saat Civitas Day, acara yang diselenggarakan siswa untuk menghormati civitas yang telah berjasa selama ini.



1



Pertama kali mengenal beliau, mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa beliau adalah orang yang kaku dan sangat serius. Namun ketika sudah mengenal lebih dekat, beliau merupakan sosok yang hangat dan ramah. Beliau sering mengingatkan siswa-siswa dengan tegas tetapi penuh dengan kasih sayang. Perjalanan hidup beliau bukanlah jalan yang mudah untuk dilalui. Beliau menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat beliau baik dalam mencari ilmu maupun dalam kehidupan berumah tangga. Saat beliau menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs), beliau berusaha keras untuk masuk di Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MA PK). Beliau merupakan satu-satunya orang di kampungnya yang berhasil kuliah pada saat itu. Kesusahan beliau tidak berhenti di situ. Pekerjaan pertama beliau di pesantren tidak berakhir baik. Beliau tidak diberikan gaji meskipun telah bekerja dengan baik. Hal ini tidak membuat beliau berkecil hati. Beliau tetap berusaha dengan sepenuh hati. Beliau sampai bekerja kasar. Dan ternyata kejadian lama terulang kembali. Beliau kembali tidak mendapatkan sepeser uang pun dari hasil kerja kerasnya. Beliau memberanikan diri menginjakkan kaki ke kota Jakarta hanya dengan uang pas-pasan. Beliau tidak tau kemana nasib membawanya. Namun dengan istiqamah dan pertolongan dari Allah, beliau akhirnya dapat bekerja di MAN Insan Cendekia Serpong. Selain pria yang inspiratif, beliau juga merupakan ayah dan suami yang tangguh hatinya. Pertemuan pertama beliau bertemu dengan sang istri. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa keduanya bisa bersatu karena sangat berbeda. Bu Tina yang saat itu tinggal di depan kamar Pak Huda di asrama guru. Bu Tina, yang tidak menyukai pria berkulit hitam, dan Pak Huda, yang tidak ingin menikahi perempuan sunda, termakan



2



perkataan sendiri. Dengan perantara Bu Nova, beliau berdua dihubungkan untuk lebih mengenal. Bu Tina awalnya mengira Pak Huda kaku. Namun keramahan Pak Huda terasa setelah menikah. Pak Huda sangat ramah kepada keluarga sang istri. Beliau juga dekat dengan saudara mertua. Berdasarkan penuturan istrinya, beliau sangat dekat dan menyayangi anak-anaknya. Kebesaran dan ketangguhan beliau dibuktikan saat masa-masa terberat selama berumah tangga. Pada saat kelahiran anak kedua, Pak Huda dan Bu Tina, sapaan akrab siswa MAN Insan Cendekia Serpong, mendapat ujian. Bayi yang baru saja lahir itu mengalami kejang-kejang (step). Bayi ini pun segera ditangani secara khusus oleh dokter. Siapa sangka bahwa bayi tersebut terindikasi terserang penyakit torch. Bu Tina dan Pak Huda pun merasa shock dan tertekan saat mengetahui hal tersebut. Meskipun demikian, Pak Huda selalu ada untuk mendampingi istrinya dan menguatkannya. Pasangan suami istri tersebut berjuang bersama untuk menghadapi ujian yang menerpa rumah tangga beliau. Selama proses pencarian obat untuk si buah hati, mereka rela berkelana dari satu kota ke kota lain dari rumah sakit satu ke rumah sakit yang lain. Mereka juga rela mengorbankan harta dan tenaga demi menemukan obat untuk kesembuhan si anak. Kota hujanlah yang menjadi titik terang dari pencarian tersebut. Ya, Bogor, itulah kota yang menyediakan obat herbal yang mampu menyembuhkan penyakit tersebut. Mulailah kehidupan terapi dan pengobatan yang wajib mereka jalani. Rutinitas BSD - Bogor seakan sudah mendarah daging dalam cerita kehidupan mereka. Pasangan suami istri tersebut bahkan kerap kali harus izin dan mengosongkan jadwal demi pengobatan hingga akhirnya usaha mereka mulai menampakkan hasilnya. Bayi yang awalnya mengalami kesulitan



3



melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan saraf motorik akhirnya membaik. Anak kedua tersebut akhirnya bisa berjalan dengan normal meskipun mengalami keterlambatan perkembangan motorik. 4 tahun berikutnya, ujian kembali datang menghampiri mereka. Bu Tina hamil anak ketiga. Awalnya Bu Tina merasa agak takut untuk hamil lagi karena pengalaman masa lalunya tentang anak keduanya. Namun, Pak Huda selalu meyakinkan Bu Tina bahwa semua akan baik-baik saja. Akhirnya, Bu Tina pun berani untuk hamil lagi. Di kehamilan ketiganya ini, Bu Tina dan Pak Huda lebih berhati-hati dan mempersiapkan segalanya sebagai upaya agar anak tersebut dapat lahir dengan sehat. Semesta seakan tidak merestui jika keinginan mereka terkabul dengan cepat. Bayi ketiga ini awalnya lahir dengan sehat dan baik-baik saja tetapi beberapa hari kemudian gejala yang sama yang pernah dialami anak kedua muncul di anak ketiga ini. Pasangan suami istri ini kembali diuji dengan penyakit yang sama. Namun, karena



penyakit



ini



sudah



pernah



dialami



anak



kedua,



penanganannya dilakukan dengan cepat dan anak tersebut segera pulih walau mengalami keterlambatan bicara.



4



Jatuh Bangun Sang Pemimpi Amalia Andhini K - Shakira Amirah Ilma Halimatus Sadiah atau yang akrab dipanggil Kak Ilma ini adalah guru Bimbingan dan Konseling di MAN Insan Cendekia Serpong. Perempuan yang lahir pada hari ke 24 di Bulan November 50 tahun setelah Indonesia Merdeka ini sering kali mendapat panggilan kak dibanding bu. Hal itu kerap ia keluhkan karena ia merasa panggilan bu lebih cocok untuknya, apalagi sebagai seorang guru. Kak Ilma memiliki kisah menarik mengenai perjalanan hidupnya. Mulai dari minat yang awalnya tidak jatuh di bidang konseling sampai akhirnya ia memutuskan untuk mendalami bidang tersebut. Jauh sekali dari minat awalnya yaitu masuk di jurusan Hubungan Internasional, perjalanan tak terduga perempuan bernama Ilma ini terbilang panjang dengan alasan yang sangat menginspirasi. Kerja keras dan pantang menyerah adalah frasa yang bisa ditangkap dari perjalanan hidupnya. Semua yang beliau capai bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan terdapat pekerjaan dari kerja keras juga doa yang terus menerus ia panjatkan. Gap year bukan suatu hal yang membuat beliau menyerah, justru mendatangkan semangat disertai hal-hal baru yang tidak beliau sadari sebelumnya. Lulus dari boarding school di Banten disertai keaktifan beliau dalam mengikuti berbagai acara-acara yang beragam, tentu beliau sosok yang patut diteladani. Setelah menunggu selama satu tahun, ia kembali berjuang untuk masuk jurusan yang ia minati. Minat itu muncul ketika beliau mengikuti sebuah acara sosial untuk mengenal diri sendiri yang diadakan oleh Forum Rumah Dunia. Beliau mulai tertarik untuk lebih mengenal dan mempelajari orang lain, bukan hanya itu, mindset beliau yang sebelumnya, orang berguna adalah orang yang besar pun berubah. Sejak itu beliau menyadari bahwa hal-



5



hal kecil yang kadang tidak disadari juga merupakan suatu manfaat bagi orang lain. Dukungan dari orang tua yang ia dapatkan menjadi nilai semangat tersendiri bagi beliau. Tidak marah ataupun menekan dan justru menjadi teman cerita adalah bentuk dukungan lain yang beliau dapatkan. Pada akhirnya Beliau berhasil mencapai apa yang Beliau inginkan. Masuk ke jurusan yang sesuai dengan keinginannya dan aktif dalam BEM minat bakat menjadikan beliau orang yang berguna bagi orang lain. Seperti yang beliau katakan “Orang berguna tidak harus menjadi orang yang besar”. Pilihan yang jatuh Bimbingan Konseling dimulai dari keinginan yang kuat pada jurusan Hubungan Internasional. Jarak nilai yang cenderung tinggi pada jurusan tersebut membuat Beliau tidak masuk pada jalur selain Mandiri. Beliau yang sangat ingin untuk mendapatkan jurusan tersebut mendaftar universitas dengan tujuan yang sama. Namun takdir memang berkata lain, beliau hanya diterima dengan jurusan mandiri tentunya dengan biaya yang cukup tinggi. Beliau pun memutuskan untuk beristirahat sambil memantapkan diri selama setahun kedepan. Beliau bertanya kepada temantemannya tentang bagaimana itu kuliah dan apa yang akan Beliau lakukan. Suatu pelatihan dari konseling daerah yang diadakan oleh rumah dunia menarik minat Beliau. Pelatihan ini dihadiri berbagai psikolog, guru bimbingan konseling dan konselor yang sudah berpengalaman. Dari pelatihan ini Beliau mendapatkan pelajaran mengenai mereduksi stress dan juga cara memahami diri sendiri. Sejak pelatihan tersebut Beliau mulai memiliki ketertarikan di bidang psikologi.



Keinginannya



untuk



Internasional pun Beliau urungkan.



6



masuk



Jurusan



Hubungan



Mengubah mindset dan mulai fokus pada hal-hal kecil yang sangat berguna, kurang lebih begitu yang akhirnya beliau tanamkan. Setelah mulai memahami dirinya sendiri, Beliau mencari jurusan yang memang mengarah pada psikologi, pilihan Beliau jatuh pada jurusan bimbingan dan konseling. Pada saat itu di Banten dan sekitarnya hanya ada dua universitas yang menyediakan jurusan BK. Yang pertama adalah Universitas Ageng Tirtaysa (Untirta) dan yang kedua adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Beliau pun akhirnya memilih Untirta sebagai kampus tujuannya. Pertama kali datang ke Man Insan Cendekia Serpong untuk praktik kerja lapangan sebagai salah satu mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling. Saat itu beliau terkenal dikalangan muridmurid kelas 10. Dan Akhirnya mulai bulan Juli 2019, Beliau aktif sebagai salah satu guru BK di Man Insan Cendekia Serpong. Panggilan Kak yang cenderung lebih sering ia dapatkan karena usianya yang terbilang cukup muda dan tidak berbeda jauh dengan murid-murid di MAN Insan Cendekia Serpong. Selama berkuliah beliau aktif sebagai salah satu anggota BEM dalam bidang minat bakat. Senyum adalah hal yang tak jarang didaptkan murid-murid ketika menemui Beliau. Dengan ilmu yang sekarang Beliau miliki, Beliau lebih mudah memahami siswa-siswa di MAN Insan Cendekia. Beliau juga tak jarang memberikan motivasi disertai kata-kata semangat juga saran bagi anak-anak yang mengunjunginya di ruangan Bimbingan Konseling. Ketika beliau menginjak masa-masa akhir kuliah, beliau diwajibkan mengikuti sebuah kegiatan bernama kuliah kerja nyata atau KKN. KKN adalah sebuah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Bu Ilma melaksanakan kegiatan KKN ini selama satu bulan. Beliau melakukan kegiatan KKN



7



bersama dengan teman – teman satu kuliahnya. Ketika KKN mereka dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari beragam mahasiswa yang berbeda jurusan seperti konseling, pertanian, sospol, hukum, dan Pendidikan. KKN ini dilakukan di daerah Pandeglang, Banten. Di daerah pandeglang terdapat suatu daerah yang masih kurang perhatian dari pemerintah ataupun masyarakat. Saat itu beliau ditugaskan untuk menjadi guru konseling di sebuah sekolah di daerah tersebut. Ketika beliau menjadi guru konseling disana, beliau mendapati seorang anak perempuan berumur 11 tahun tidak bersekolah. Bukan hanya tidak bersekolah, anak perempuan ini juga tidak dapat membaca. Bu Ilma yang melihat keadaan ini langsung memiliki tekad yang terlintas di kepalanya saat itu, beliau ingin mengajarkan anak perempuan ini agar ia dapat membaca dan memberi penjelasan bahwa sekolah itu penting. Tak hanya itu, beliau merasa iba dikarenakan anak perempuan ini tidak memiliki teman karena ia tidak bersekolah. Ketika sedang sesi konseling, Bu Ilma menjelaskan betapa pentingnya menimba ilmu melalui sekolah. Keesokan harinya beliau baru mengetahui bahwa anak ini tidak bersekolah karena orangtuanya menganggap sekolah itu tidak penting dan ia tidak membutuhkan sekolah. Anak perempuan itu berkata bahwa ia dimarahi kedua orangtuanya ketika menyampaikan kata-kata Bu Ilma mengenai pentingnya Pendidikan. Bu Ilma memberikan perhatian khusus kepada anak perempuan ini. Tiap hari ia mengajarkan membaca dan menghitung. Mulai dari huruf alfabeth maupun huruf arab. Setiap hari anak perempuan tersebut datang ke pos Bu Ilma untuk belajar banyak hal-hal dasar yang seharusnya sudah dikuasai oleh anak seusianya. Orangtua dari anak perempuan ini bekerja sebagai petani. Tiap harinya, orangtua dari anak ini berangkat ke sawah sejak dini hari.



8



Hal tersebut menjadi penghalang bagi beliau untuk bertemu orangtua anak perempuan itu. Padahal, Bu Ilma memiliki keinginan yang kuat untuk memberikan penjelasan kepada kedua orangtua itu. Bu Ilma berharap dengan penjelasan yang beliau berikan pemikiran orangtua itu akan berubah menjadi lebih terbuka. Harapan itu pupus seketika ketika tidak ada waktu yang dapat digunakan untuk berbincang dengan orangtua dari anak tersebut. Sampai saat ini Bu Ilma berharap anak itu dapat memulai pembelajaran yang seharusnya, begitupula untuk semua anak dengan nasib yang sama.



9



Abdul Jalil Andika Naufal H. - Fathan Tri R. S. H. Abdul Jalil, S.Ag., MA. atau yang akrab disapa Pak Jalil adalah seorang guru Quran Hadist di MAN Insan Cendekia Serpong. Namanya berasal dari dua kata Bahasa Arab, yaitu abdu yang berarti “hamba” dan Al-Jaliil yang berarti “Tuhan Yang Maha Agung”. Secara keseluruhan, namanya memiliki arti “hamba Tuhan Yang Maha Agung”. Ia lahir di sebuah kota kecil yang terkenal sebagai



salah



satu



penghasil



bawang



di



Indonesia, Nganjuk, tepat pada hari pertama di tahun 1973. Tepat pada usianya yang menginjak 26 tahun, ia merantau ke sebuah tempat yang terletak jauh dari Jakarta di mana tempat itu masih penuh dengan hutan karet yang kelak akan menjadi komplek perumahan Bumi Serpong Damai. Hingga saat ini, Pak Jalil telah mengabdi selama 22 tahun di MAN Insan Cendekia Serpong yang sudah menjadi rumah kedua baginya. Selama masa abdinya, ia penah menjadi Wakil Kepala Madrasah Bidang Keasramaan selama dua tahun dan Wakil Kepala Madrasah Bidang Hubungan Masyarakat selama empat tahun. Pak Jalil dikenal sebagai guru yang lemah lembut, rajin, dan penyabar dalam mengajar muridmuridnya. Beliau juga aktif dalam kegiatan eksternal madrasah dan penyambutan tamu di madrasah. Selain itu, ia juga berperan sebagai penyeleksi guru baru MAN Insan Cendekia Serpong. Sebagai guru Quran Hadist, Pak Jalil menekankan penulisan Alquran dengan baik dan benar karena ia mengetahui bahwa menulis Alquran memerlukan kehati-hatian untuk menghindari pengubahan



10



arti kata Alquran akibat kesalahan penulisan. Selain itu, ia juga menekankan pemahaman tentang arti kata-kata dalam Alquran agar memudahkan pembaca Alquran memahami maksud dari ayat-ayat dalam Alquran. Ia memiliki riwayat pendidikan yang gemilang. Pada tahun 2008, ia mendapat gelar magister dari jurusan Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta dan saat ini ia sedang melanjutkan pendidikannya di jenjang doktoral. Pak Jalil memiliki seorang istri bernama Muzdalifah yang juga bekerja di tempat yang sama sebagai seorang perawat jaga di poliklinik. Mereka berdua sering terlihat berangkat ke tempat kerjanya menggunakan mobil HRV hitam milik mereka. Bermula dari tahun 1992 saat ia lulus dari SMEA Negeri Nganjuk, ia memutuskan untuk menempuh jalan yang berbeda dari jurusan ekonomi yang ia ambil semasa SMA. Ia pun merantau ke sebuah pesantren yang bernama Al-Amin di Sumenep. Di sana, ia benar-benar merasakan berbagai hal baru, terutama nilai-nilai dan pengetahuan hidup serta kehidupan berorganisasi di pesantren itu. Sambil mondok, ia melanjutkan pendidikannya di STAI Al-Amin yang tidak lain adalah sekolah tinggi agama Islam yang terletak di pesantren tersebut. Pada saat itu, ia mengambil jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam di Fakultas Dakwah STAI Al-Amin. Empat tahun kemudian, ia lulus dari tempat kuliahnya sekaligus pesantren yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Pada suatu hari, ia membaca harian Republika dan menemukan sebuah penawaran pekerjaan yang sangat prestisius pada waktu itu. Dalam rubrik penawaran pekerjaan itu, ia melihat sebuah kesempatan besar untuk mengajar di sekolah yang baru dicetus oleh BPPT, yaitu SMU Insan Cendekia Serpong. Ia pun mencoba mengikuti tes seleksi di Surabaya untuk mendapat kesempatan mengajar yang sangat



11



berharga. Namun, sesampainya di Surabaya, rasa percaya dirinya mendadak turun. Betapa banyak pesaingnya yang berasal dari lulusan universitas yang lebih ternama di seantero Jawa Timur dan daerah lainnya. Apa boleh buat, ia tetap memutuskan untuk mencoba dan menyerahkan jerih payah usahanya kepada Sang Ilahi. Dengan tekadnya, ia pun mengikuti serangkaian tes yang sangat panjang dan melelahkan. Beberapa waktu kemudian, ia menerima berita yang sangat mengejutkan dari BPPT. Benar saja, ia diterima d SMU Insan Cendekia Serpong, tempat bekerja yang akan menjadi cerita baru bagi hidupnya. Ia benar-benar senang mendapat kesempatan bekerja di ibukota yang didambakan oleh setiap orang. Betapa tidak, ia hanya salah satu dari lima orang yang diterima di sekolah itu bersama dengan Pak Bahrul Ulum, guru Bahasa Arab dan Pak Tubagus Sedyayunta, guru Komputer. Mulanya ia mengira bahwa lingkungan tempat bekerjanya akan dikelilingi oleh hiruk pikuk perkotaan dengan segala isinya di Jakarta. Namun, ia kembali dikejutkan oleh fakta yang ada setelah ia datang ke sekolah itu. Rupanya sekolah itu terletak di perkampungan Serpong yang letaknya jauh dari semua yang awalnya ia bayangkan. Ia pun memutuskan untuk tinggal di asrama guru selama delapan tahun sambil beradaptasi dengan lingkungan barunya. Walaupun ia terkejut, ia yakin ada banyak hal tidak terduga yang akan terjadi. Siapa yang mengira bahwa perkampungan yang jauh dari ibukota itu akan menjadi sebuah pusat perumahan dan perbelanjaan yang terkenal di Jabodetabek? Benar saja, lama kelamaan gedung-gedung bermunculan, pasar-pasar dan perumahan berkembang menjadi kawasan Bumi Serpong Damai yang benar-benar modern. Setelah empat tahun tinggal di asrama guru, tepat pada tahun 2001, ada seorang perawat poliklinik diterima di sekolah yang sudah



12



berubah status menjadi Madrasah Aliyah tersebut. Rupanya, perawat poliklinik itu menarik hati Pak Jalil untuk dijadikan sebagai istrinya. Tanpa berlama-lama, Pak Jalil menandai perawat itu sebagai peluang untuk dijadikan sebagai teman hidupnya. Ia pun meminta tolong ke salah seorang wali asrama, Pak Dadang Hasbullah, untuk dihubungkan dengan perawat itu. Ia juga mencari-cari data perawat pujaan hatinya di kumpulan data karyawan untuk dikirim ke orang tuanya sebagai permohonan restu untuk melamar pujaan hatinya. Dari data karyawan itulah ia mengenali nama pujaan hatinya, Muzdalifah. Beberapa waktu kemudian, Pak Jalil meminta untuk ta’aruf dengan pujaan hatinya dengan diperantarai oleh Pak Dadang. Prosesnya tidak mudah begitu saja. Bu Muzda harus meyakinkan orang tua dan kakeknya untuk mendapat restu untuk menikah dengan pria yang telah mencoba untuk melamarnya, terutama dengan kondisi fisiknya. Namun, dengan keinginan yang kuat, akhirnya orang tua dari Pak Jalil dan Bu Muzda menyetujui pernikahan tersebut. Pada tahun 2003, mereka berdua menikah sebagai tanda kebahagiaan untuk mereka berdua. Di luar dugaan, mereka mendapat cobaan dalam menjalani kehidupan mereka. Sampai saat ini, mereka belum dikaruniai anak. Mereka juga sudah mencoba berbagai cara untuk mendapat momongan, namun berulang kali pula mereka memperoleh kegagalan. Namun, dengan kesabaran yang dimiliki oleh Pak Jalil, mereka tetap bisa melanjutkan hubungan pernikahan mereka. Menurut Bu Muzda, Pak Jalil adalah seorang suami yang benar-benar istimewa karena kesabaran dan kesetiaan yang dimilikinya serta ia merupakan sosok yang selama ini menguatkan sang istri dengan segala hal yang dimiliki.



13



Di samping kehidupan rumah tangganya, Pak Jalil juga memiliki banyak pengalaman di pekerjaannya. Ia pernah menjadi tonggak utama kehidupan asrama sebagai Wakil Kepala Madrasah bidang Keasramaan selama dua tahun. Selama itu, ia merasakan lebih banyak hal-hal baru tentang kehidupan asrama. Ia mengurusi berbagai ragam masalah yang ada di kehidupan asrama, bahkan harus rela tidur larut malam hampir setiap hari. Namun, perannya membawa



sebuah



keasyikan



tersendiri



yang



mewarnai



kehidupannya. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah bidang Humas selama dua tahun. Lain bidang lain rasa, begitu pula di bidang humas yang membawa keasyikan lain yang mewarnai kehidupannya. Berbagai macam orang biasa ia temui, dari sekolah umum, madrasah, bahkan dari lembaga kampus sekalipun. Keramahannya benar-benar menunjang perannya sebagai orang humas. Ia juga biasa mewakili kepala madrasah, Bu Penny saat beliau sedang ada tugas di luar madrasah.



14



Yelnita Nova Allendra Amala -Adnan Nauli H. Kisah mengajarnya di Insan Cendekia dimulai ketika Ibu Nova mengikuti tes masuk guru untuk Insan Cendekia yang pertama kali di tahun 1995. Ibu nova tidak mendaftarkan dirinya sendiri, tetapi didaftarkan oleh teman-temannya ketika di sumbar. Sebelumnya, Ibu Nova adalah seorang asisten dosen di IAIN dan juga sebagai dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam dan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah. Berawal dari paksaan teman-temannya, Ibu Nova pun akhirnya mengikuti tes tersebut. Tak disangka-sangka Ibu Nova lolos tes tahap pertama tapi teman-temannya tidak ada yang lolos tes tersebut. Kemudian, tes tahap dua dilaksanakan di kantor pemerintah yang bagi Ibu Nova saat itu sangat bagus dan megah. Kemudian, surat keputusan tes tahap dua dikeluarkan dan tersebutlah Ibu Nova sebagai peserta untuk tes tahap tiga yang akan dilaksanakan di Jakarta. Awalnya, Ibu Nova tidak mau karena temantemannya dari Padang tidak ada yang lolos sampai tes tahap tiga, hanya Ibu Nova seorang yang lolos dari Padang. Tetapi, teman-teman Ibu Nova lagi-lagi memaksa Ibu Nova untuk melanjutkan tes tersebut. “sayang banget kan, sudah sampai disini masa enggak diambil kesempatan itu.” Kurang lebih begitulah teman-teman Ibu Nova ‘memaksa’nya untuk melanjutkan tes tahap tiga di Jakarta. Akhirnya, meskipun sedikit berat hati, Ibu Nova pergi ke Jakarta untuk tes tahap tiga disana. Tes tahap tiga akan menguji peserta tes, termasuk Ibu Nova, dalam prakter mengajar di depan para dewan juri. Seperti peserta lainnya Ibu Nova mengajar seperti biasanya karena sudah terbiasa menjadi dosen yang mengajar para mahasiswa di sumbar. Yang baru



15



diketahui setelahnya bahwa salah seorang juri diantara para dewan juri tersebut adalah Direktur Jendral Kementrian BPPT saat itu. “Alhamdulillah…” kata Ibu Nova ketika diwawancara “Ibu baru mengetahuinya setelah tes jadi Ibu enggak terlalu gugup.” Akhirnya, sekitar bulan Januari, keluarlah surat keputusan dari panitia pelaksana ujian di tanggal 4 Januari 1996, yang menyatakan bahwa Ibu Nova diminta berangkat ke Jakarta. Dengan kata lain, Ibu Nova lulus tes tahap tiga dan secara legal dan resmi menjadi guru SMA Magnet School (nama sekolah sebelum menjadi Insan Cendekia) pada tanggal 9 Januari 1996 dan akan melaksanakan pelatihan guru sebelum mengajar nanti di bulan Juli mendatang. Sebelum berangkat ke Jakarta, tidak ketinggalan kebahagiaan bagi Ibu Nova dalam akad serta walimah pada tanggal 5 Januari 1996, tepat sehari setelah pengumuman lolos tes tahap tiga dan empat hari sebelum berangkat ke Jakarta. Begitulah perjalanan panjang Ibu Nova menjadi guru SMA Magnet School. Ketika wawancara kami bertanya “Kenapa Ibu Nova mau menjadi seorang guru?”. Kemudian Ibu Nova menjawab “Pada awalnya ibu itu maunya jadi dokter, pokoknya orang-orang yang menyelamatkan orang begitu, tapi karena ayah memaksa, akhirnya Ibu Nova memilih untuk membenamkan pemikiran menjadi dokter.” “Lalu, bagaimana caranya kok bisa Ibu Nova setuju akan kehendak ayah Ibu Nova yang menenggelamkan cita-cita Ibu Nova yang begitu besar?” tanya kami penasaran. “Jadi ceritanya Ibu sudah mendaftar di SMA yang mahsyur di Padang. Ibu tes masuk seperti biasanya dan akhirnya muncullah pengumuman tes tersebut dan Ibu dinyatakan masuk SMA yang mahsyur tersebut. Namun, pada suatu sore yang ganjil, ayah Ibu Nova mengajak Ibu Nova jalan-jalan, yang mana ketika itu Ibu sedang



16



senang diterima di SMA tersebut. Ibu diajak berkeliling dan makan di restoran tanpa Ibu sadari itu adalah udang dibalik batu. Padahal, Ibu jarang pergi ke restoran, terlalu mahal saat itu. Kemudian, ketika di restoran, ayah Ibu (Nova) bercerita tentang seorang kakek yang ditinggal mati oleh istrinya dan anak-anaknya semua sedang pergi merantau. Kakek tersebut sedang sakit-sakitan, namanya juga sudah berumur. Lalu Si Bungsu mendengar berita tentang kakeknya yang sakit-sakitan, ‘Menurutmu apa yang akan Si Bungsu lakukan?’ tanya ayah Ibu Nova, Ibu menjawab ‘ya kalau gitu, Si Bungsu harus menemani si kakeklah yah’ wajarlah ibu berkata seperti itu, orang Ibu masih kecil. Kemudian hari, baru Ibu ketahui bahwa kakek yang sakit tersebut itu adalah kakek ibu dari pihak mama dan si bungsu adalah mama Ibu. Jadi, Ibu terpaksa dengat berat hati dan tak terima ini terjadi, bahwa Ibu harus kembali ke kampung kakek yang disana tak ada sekolah jurusan IPA yang berarti Ibu harus sekolah jurusan IPS. Dan akhirnya, Ibu harus menenggelamkan cita-cita Ibu menjadi dokter. Kemudian Ibu sekolah SMA di kampung kakek Ibu, lalu ke masuk ke IAIN (Institut Agama Islam Negeri yang sekarang disebut UIN) fakultas PAI jurusan Dakwah Islam. Kemudian menjadi Asisten Dosen sekaligus nyantren di sumbar. Jadi siang bantuin dosen, malam ngaji. Lalu dipromosikan menjadi dosen STIT dan STAI lalu terdampar menjadi guru IC dari Angkatan pertam di wisma hingga sekarang. Begitulah ceritanya. Tapi ibu tetap bersyukur, karena itu juga Ibu bisa disini, di IC. Bersama keluarga Ibu juga dan sebagainya. Intinya Ibu tetap mensyukuri meskipun Ibu tidak bisa jadi dokter.” Kurang lebih itulah yang dikatakan Ibu Nova saat kami memancarai beliau.



17



SUHENDRA Hani Rafifah - Izza Fekrat Suhendra dipanggil



lebih



tambahan



Hasan



atau



lebih



lengkap Assirbuni,



senang dengan adalah



seorang guru agama sekaligus pembina keasramaan di MAN Insan Cendekia Serpong. Bernama lahir semula Hendra Suhendra, alasan



namun



dengan



berbagai



akhirnya



orang



tuanya



memutuskan memberi nama Suhendra saja. Merasa bahwa namanya sama sekali tidak mengandung kata Arab, Bapak Suhendra merasa lebih senang dengan menambahkan kata “Hasan” sebagai nama tengah yang diambil dari nama kakeknya. Lahir di Cirebon pada 7 Agustus 1986 membuatnya ingin menambahkan ‘Assirbuni’ sebagai nama belakangnya pula. Pria yang saat ini berusia 33 tahun, mulai bekerja di MAN Insan Cendekia Serpong sejak 1 Juli 2017 setelah menjalani pendidikan terakhirnya S1 di PAI STAI Al-Hikmah Jakarta pada tahun 2017. Hingga saat tulisan ini dibuat, pria yang kini sudah memiliki istri ini, masih aktif mengajar di MAN Insan Cendekia Serpong. Semenjak menjadi guru di MAN Insan Cendekia Serpong, Pak Suhendra menetap di asrama guru gedung G di dalam area MAN ICS. Pak Suhendra mengajar bahasa Arab dan cara membaca kitab-kitab kuning di malam hari. Hal itu dikarenakan kecintaannya terhadap ilmu-ilmu agama. Pak Suhendra atau yang lebih akrab dipanggil Pak Hendra sejak dulu mempunyai mimpi untuk dapat



18



melanjutkan pendidikan di sebuah kota di Yaman yang bernama Hadramaut. Hal ini disebabkan banyak habib (keturunan nabi yang berilmu tinggi) yang tinggal di Yaman. Di MAN Insan Cendekia Serpong, Pak Hendra dikenal sebagai salah satu guru yang gemar bermain sepak bola. Tak jarang di setiap kegiatan ke luar seperti homestay dan LDK, Pak Hendra ikut bermain bola bersama murid-murid asuhnya, Aksatriya. Dengan umur 33 tahun, Pak Hendra merupakan sosok bapak yang sangat akrab dengan murid-murid asuhnya. Beliau selalu ingin terlihat sebaya dengan para muridnya. Dalam setiap pelajarannya pun tak jarang beliau mengeluarkan guyonan-guyonan. Di setiap kesempatan berbicara di depan umum, Pak Hendra selalu menekankan adab terhadap murid-muridnya, seperti sering mengingatkan agar selalu menunduk dan mengangkat tangan setiap berdoa dan betapa pentingnya adab berpakaian saat pergi ke masjid, serta banyak hal lainnya. Apa yang diajarkan Pak Hendra kepada murid-muridnya, beliau dapatkan ketika beliau ‘mondok’ di pesantren salaf. Pesantren salaf merupakan pesantren tradisional yang masih aktif mengajarkan kajian kitab-kitab kuning kepada santri-santrinya. Kegiatan selama di pesantren salaf itu sangat berarti bagi Pak Hendra. Beliau mengakui bahwa pesantren salaf tersebut adalah salah satu hal yang paling berkesan dari setiap fase hidup yang telah beliau jalani. Rasa kekeluargaan yang tinggi dirasakan Pak Hendra selama hari-hari beliau menimba ilmu di pondok pesantren salaf tersebut. Pak Hendra merasakan kedekatan dengan kyai-kyainya. Makan bersama para kyai, diajak menemui rekan kyai, serta membantu keperluankeperluan gurunya adalah bukti kedekatan Pak Hendra dengan kyaikyainya tersebut. Pak Hendra sangat menyenangi betapa para kyainya menunjukkan nilai-nilai uswatun hasanah dalam setiap



19



perilaku mereka. Hal ini menginspirasi Pak Hendra dalam mendidik murid-murid asuhannya di MAN Insan Cendekia Serpong. Selain para kyai, rasa kekeluargaan bersama teman-teman sebaya Pak Hendra juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pesantren salaf tersebut begitu berkesan baginya. Kesehariannya bersama teman-temannya selalu diliputi ukhuwah islamiyah yang kuat. Dalam setiap kegiatan bahkan canda sekalipun Pak Hendra dan teman-temannya tetap berada dalam ruang lingkup islamiyah. “Sangat berkesan, hingga ingin rasanya kembali ke kehidupan itu.” sebut Pak Hendra dalam wawancara kami. Setelah lulus dari pesantren salaf tersebut, Pak Hendra melanjutkan pendidikannya di PAI STAI Al-Hikmah Jakarta. Dari kampusnya itulah Pak Hendra mendengar tentang MAN Insan Cendekia Serpong, tempat beliau mengajar saat ini. Pak Suhendra pertama kali mengetahui MAN Insan Cendekia Serpong dari grup kampusnya.



Hanya



dengan



itu,



beliau



memutuskan



untuk



mendaftarkan diri menjadi pengajar di MAN Insan Cendekia Serpong. Beliau segera menyerahkan CV ke MAN Insan Cendekia Serpong. Saat itu, yang menerima CV Pak Hendra adalah Pak Abdul Jalil, yang saat ini sudah menjadi rekannya dalam mengajar di MAN Insan Cendekia Serpong, yaitu sebagai guru al-Qur’an dan Hadits. Awalnya, Pak Hendra merasa pesimis mengenai hasil yang akan didapatnya karena kompetitor lainnya kebanyakan merupukan lulusan universitas islam ternama seperti Universitas Islam Negeri (UIN). Namun, hal itu tidak menjadikan Pak Hendra gentar dan lantas memutuskan untuk menyerah. Hal ini berbuah manis, hasil menyatakan bahwa Pak Hendra yang terpilih menjadi pengajar sekaligus wali asrama di MAN Insan Cendekia Serpong. Bagi Pak Hendra menjadi bagian dari IC itu sendiri sudah merupakan satu hal yang berkesan. Ketika diwawancarai Pak Hendra



20



mengatakan bahwa orang-orang IC sangat ramah dan membuat beliau merasa menjadi bagian dari sebuah keluarga besar. Menurut Pak Hendra, secara keseluruhan siswa-siswi MAN Insan Cendekia Serpong memiliki kepribadian yang baik dan ramah serta sopan. Walaupun, masih saja dapat ditemukan segelintir anak yang nakal dan memerlukan bimbingan dan perhatian yang lebih dari anak lainnya. Dalam menyikapi hal ini, Pak Suhendra mengatakan bahwa beliau sebisa mungkin menyikapinya dengan tenang. Menurut Pak Hendra, hal ini menjadi lumrah dialami bagi remaja usia SMA seperti yang diasuh oleh Pak Hendra. Ketika ditanyakan tentang bagaimana cara menyikapi anak-anak seperti ini, Pak Hendra berkata, “Step by step, karena saya pribadi memperlakukan mereka sama halnya seperti sahabat,



karena



ada



tuntunan



beberapa



fase



umur



dalam



penyikapannya.” Begitulah, biografi singkat dari seorang Suhendra. Seseorang yang begitu mencintai ilmu agama. Semoga dengan ini, kita dapat meneladani beliau.



21



SANG PEMIMPI UNGU Fitranda K. T. - Imam D. H. Tersebutlah seorang wanita kelahiran Bumi Tangerang yang sangat menyukai apapun yang berwarna ungu, Eva Novita namanya. Ia diberi nama dengan bulan kelahirannya, yaitu di bulan November pada tanggal 20 tahun 1978. Menjadi guru bahasa arab di salah satu sekolah ternama di Banten, tepatnya di MAN Insan Cendekia Serpong. Beliau bertemu dengan pujaan hati pertama dan terakhir beliau di tempat ini juga, Muhammad Zaenuri. Sekarang, beliau telah dikaruniai anak pertama. Di sekolah tersebut beliau mengajar bahasa arab, sama seperti pelangkap hidupnya. Namun, beliau bukanlah penyuka bahasa pada awalnya. Rasa cintanya terhadap bahasa berawal dari sebuah kebimbangan ketika ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, antara memilih jurusan yang disukai atau tetap dekat dengan orang tua. Pada akhirnya, jurusan sastra arab yang menjadi pilihannya. Dengan statusnya sebagai anak pesantren, beliau tidak merasa kesulitan dengan program studi sastra arab yang semakin lama semakin beliau sukai. Kesukaan beliau terhadap bahasa arab tertulis di blog milik beliau, novitaungu. Di sana tertulis seluruh kisah hidup beliau, yang berasal dari diary yang telah lama beliau tulis. Beliau juga seorang penulis. Karya beliau cukup banyak, terutama tentang bahasa arab, keibuan dan lain-lain. Beliau juga sangat gemar membaca. Hal ini dibuktikan dengan dalamnya pemahaman beliau tentang pembelajaran bahasa arab dan al-Quran dari buku-buku dengan penulis-penulis ternama Beliau lulus dari SMA pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan tingginya ke Universitas Padjajaran, Bandung selama 4 tahun hingga tahun 2000. Setelah lulus, beliau



22



langsung mendaftar sebagai pengajar bahasa arab di Islamic Village School Tangerang untuk jenjang SD dan SMP hingga tahun 2004 dengan gaji yang pada tahun itu hanya berkisar di angka 500 ribuan setiap bulannya. Beliau punya mimpi yang besar, yaitu bisa naik haji di usia muda dengan uangnya sendiri. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah mendaftar haji di salah satu bank yang menyediakan program tabungan haji. Setiap bulan, beliau menyisihkan uang 100 ribu dari penghasilannya untuk ditabung. Pada waktu itu, dengan uang 100 ribu per bulan beliau baru akan bisa naik haji dalam kurun 10 – 12 tahun. Tidak cukup sampai disitu, beliau juga masih mencari sumber pendapatan lain. Hatinya merasa 12 tahun terlalu lama untuk ditunggu, dan ingin lebih cepat bisa naik haji. Beliau pun memutuskan untuk bekerja lebih. Setiap akhir pekan beliau berjualan baju keililing, dan penghasilannya lebih banyak daripada gaji menjadi guru bahasa arab. Namun beliau tetap mengajar bahasa arab. Semakin lama tabungannya semakin banyak. Pada tahun 2004 beliau membuka toko baju di Tangerang. Disana, beliau mendapat suatu kabar mengenai MAN Insan Cendekia Serpong dan memutuskan untuk mendaftar menjadi guru bahasa arab. Banyak sekali calon guru yang mendaftar, namun pada saat itu hanya ada tujuh calon guru yang medaftar sebagai pengajar bahasa arab dan beliau bertanding di sana. Bukanlah sebuah keberuntungan beliau bisa menjadi pengajar di sana, melainkan usaha dan kerja keras yang beliau kerahkan. Pada awalnya terdapat tujuh pesaing. Kemudian berkurang menjadi empat dan menyisakan dua, yaitu beliau dan satu orang pesaing beliau. Namun kemudian pesaing beliau mengundurkan diri, dan akhirnya beliau mendapat posisi sebagai guru bahasa arab. Di sana penghasilan yang beliau dapatkan lebih banyak dari pada sebelumnya. Karena beliau menjadi guru di lingkungan madrasah yang berasrama, maka ia memutuskan untuk



23



berhenti menjual baju dan memutuskan untuk fokus menjadi pengajar bahasa arab. Tabungan beliau semakin banyak dan beliau semakin ingin cepat naik haji, apalagi setelah mendapatkan bimbingan haji dari pembimbing. Namun tabungannya masih kurang sedikit lagi agar bisa membayar ongkos naik haji. Orang tua beliau yang mengetahui masalah ini, langsung memberikan talangan untuk tabunganya yang kurang. Pada tahun 2005 beliau dapat berangkat pergi naik haji setelah upaya berat yang harus dialaminya. Namun beliau harus berada di pesawat selama satu tahun lamanya. Berangkat di bulan Desember akhir dan sampai di negeri di Mesir tanggal 1 Januari 2006. Setahun kemudian syekh dari Mesir datang ke Insan Cendekia untuk mengajar pelajaran bahasa arab dan sekaligus sebagai native speaker bahasa arab. Namun, syekh itu berada di IC hanya untuk tiga tahun saja, yang kemudian akan digantikan syekh yang lain Tahun



2011



awal,



Universitas



Padjajaran



membuka



pendaftaran short course belajar bahasa arab di Mesir. Beliau tertarik sekali pergi ke Mesir dan bertemu dengan para syekh di sana. Beliau mendaftar dan telah menyiapkan biayanya. Ketika itu juga beliau meminta izin kepada pihak sekolah untuk meninggalkan kampus MAN Insan Cendekia selama satu bulan ke Mesir, dan disetujui oleh sekolah dengan keluarnya surat izin untuk tidak mengajar. Seketika itu juga beliau langsung menghubungi murid beliau yang berada di Mesir. Saying sekali, program short course tersebut dibatalkan dikarenakan jumlah pendaftar yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan program tersebut. Padahal, beliau sudah mendapatkan surat izin dan sudah berkomunikasi dengan murid beliau. Jadilah beliau memutuskan untuk menguras tabungan beliau dan pergi beli tiket pesawat sendiri bolak-balik ke Mesir dengan tanggal yang sama dan pada hari itu juga.



24



Berangkatlah beliau menuju Mesir sendiri. Beliau langsung menghubungi murid beliau. Ternyata, muridnya telah memberitahu kepada salah seorang syekh bahwa beliau sudah ada di sana. Dijemputlah beliau di bandara dan kemudian langsung berangkat menuju rumah sang syekh, yang dari Ibukota Kairo yang lama tempuhnya kira-kira tiga jam perjalanan darat. Rumah syekh tersebut berada di kampung tradisional, yang masih memiliki kendaraan seperti gerobak yang ditarik oleh hewan. Disana, beliau diajak berjalan-jalan keliling kota dan dijamu dengan sangat baik. Bahkan, beliau diajak ke Alexandria Padahal anak dari sang syekh sendiri belum pernah diajak pergi ke sana. Ketika akan pulang, beliau bersama teman-teman beliau yang lain, satu perempuan dan dua lakilaki terjebak kerumunan massa yang sedang berdemo. Mereka menginginkan Husni Mubarok mundur dari jabatan presiden pada waktu itu. Di sisi kanan kiri beliau banyak tentara yang berjaga dan mobil polisi yang sedang siap siaga. Militer Mesir telah menguasai daerah yang beliau akan lewati untuk bisa pulang. Pada akhirnya beliau terjebak di suatu daerah dan tidak bisa pergi. Beruntung, di tempat beliau terjebak ada masjid untuk perlindungan. Saat itu, bila keluar dari masjid maka akan terdengar suara tembakan, banyaknya teriakan, dan aksi pembakaran mobil karena terlalu dekatnya dengan tempat kerusuhan. Beliau berusaha untuk mencari angkutan umum atau kendaraan yang berani mengangkut beliau bersama teman-temannya. Sudah berjam-jam beliau hanya diam menunggu keadaan menjadi stabil, namun hal tersebut tak kunjung terjadi. Jalanan sangat sepi. Tidak ada satupun kendaraan yang berani untuk mengangkut penumpang atau pergi lalu-lalang. Padahal, dua hari lagi beliau harus sudah pulang sesuai dengan jadwal tiket. Akhirnya beliau menemukan salah satu taksi yang berani



25



mengantar beliau, namun dengan harga yang lebih mahal. Daripada terjebak lebih lama lagi, beliau memutuskan untuk mengambilnya dan segera pergi dari sana. Jalanan luas dan sepi, tapi di kanan dan kiri jalan mobil polisi bertebaran. Sampailah beliau bisa sampai ke Kairo. namun di sana juga tidak aman. Beliau mendapat kabar dari teman-teman di Indonesia, bahwa mereka digeledah yang padahal hanya mengambil kesempatan untuk mengambil barang-barangnya. Jadi beliau meminta salah satu teman laki-laki beliau untuk tinggal bersama beliau dan teman perempuan yang lain. Meskipun terdapat perasaan tidak nyaman namun lebih baik daripada mengambil risiko lebih. Besok harinya di pagi hari, keadaan jalanan sangat sepi. Warga Mesir belum memulai aktivitasnya. Jadi pagi hari adalah waktu yang sangat rentan terjadi kejahatan. Di Mesir kegiatan sekolah dan aktivitas perdagangan mulai aktif menjelang siang hari dan berakhir hingga larut malam. Keesokan harinya beliau tiba di bandara dengan aman. Namun, di sana kondisinya sangat ramai akan para penumpang yang ingin segera kembali ke negaranya demi menghindari konflik yang tidak menentu. Tetapi syukurlah, tidak terjadi pembatalan atau penundaan jadwal penerbangan akibat situasi ini. Berdesak-desakan menuju maskapai masing-masing membuat suasana semakin menegang, seakan-akan seperti jalan terakhir untuk keluar dari Mesir. Cerita beliau di Insan Cendekia dimulai dari tahun 2011 setelah pergi ke Mesir. Melewati beberapa tes antara lain yang diujikan yaitu: teori, praktik, kesehatan, dan psikotes. Beliau satu angkatan dengan Bapak Pahruroji dan Bapak Agung. Ketika itu, beliau mendaftar sebagai guru asrama putri dengan tujuh calon lainnya. Namun, tidak ada kata kebetulan. Beberapa dari pendaftar didapati bahwa mereka beberapa sudah berumah tangga dan punya anak sehingga tidak dapat tinggal di lingkungan IC. Hal ini



26



menyisakan



tiga



calon



pendaftar,



tapi



salah



satu



orang



mengundurkan diri. Akhirnya beliau dipanggil untuk bisa menjadi guru asrama di Insan Cendekia dan di sini beliau menemukan pujaan hatinya yang masih sampai tulisan ini dibuat tetap bersama di IC. Di tahun 2013 anak pertama beliau lahir. Pada awalnya dibutuhkan waktu 10-12 tahun untuk bisa berangkat naik haji, namun berkat usaha dan doalah yang dapat mewujudkannya hanya menjadi 2 tahun saja. Dalam berusaha beliau juga yakin dengan impiannya untuk tetap teguh dan percaya bahwa Allah lah pemberi jalan yang terbaik bagi hamba-hambanya. Dari semua kejadian yang dialami, beliau percaya bahwa segala mimpi yang kita inginkan akan terwujud bila disertai usaha yang maksimal dan doa yang selalu dipanjatkan maka tidak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia ini karena hanya berkat Allah kita mendapatkan apa yang kita inginkan.



27



Away Baidhowy Achmad Ghifari – Saddam Galih Pak Away Baidhowy mengawali karirnya tentunya diawali dari perjuangannya menimba ilmu. Pada tahun 1990, Pak Away menempuh Pendidikan di LIPIA atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab. LIPIA bertempat di Jakarta Selatan. Ketika di LIPIA, Pak Away sama sekali tidak mengeluarkan isi dompetnya sepeser pun karena beliau mendapat beasiswa penuh. Sampai sekarang Pak Away masih bersyukur karena ia tak harus merepotkan orang tuanya lagi terkait biaya kuliah. Ditambah lagi, saat menempuh Pendidikan di LIPIA Pak Away juga mendapat uang saku, lumayan untuk uang bensin dan uang jajan. Program studi yang ia tekuni saat di LIPIA ialah program Bahasa dan Syariah. Selama di LIPIA beliau menjalani kehidupannya dengan sungguh-sungguh karena rasa syukur yang beliau miliki. Alhamdulillah, beliau lulus dari LIPIA pada tahun 1997. Sebelum memasuki area Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong, Pak Away sempat mengajar di suatu Lembaga Pendidikan selama kurang lebih satu tahun. Hingga akhirnya beliau ditawarkan oleh kawannya, sebelum Pak Away sendiri yang mendapati berita tentang lowongan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong yang pada saat itu Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong masih bernama SMU Insan Cendekia. Banyak hal yang menjadi daya tarik SMU Insan Cendekia kala itu, salah satunya ialah pelopor sekolah tersebut yaitu Bapak Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng, yakni presiden RI ke-4 atau Pak Away yang memang berpikir merasa nyaman untuk mengajar anak remaja setara SMA. Namun, yang menjadi momok utama yang menarik dari SMU Insan Cendekia yang kala itu hanyalah sekolah yang baru berdiri dua tahun ialah visi misi yang dimiliki sekolah



28



tersebut yaitu menjadi tempat untuk menempa, mendidik, dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki bekal kerohanian dan tangguh dalam ilmu pengetahuan. Beliau sangat ikhlas dan bersemangat serta bersyukur saat mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong. Kala itu, Pak Away harus bersaing dengan 30-an pesaing yang lain. Bumi Serpong yang pada masa itu masih berupa hutan, dan akses menuju kesana terhitung tidak mudah. Namun, tampaknya halhal seperti itu tidak menggugurkan niat Pak Away untuk mengabdi di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong. Beliau harus menjalani tes yang diberikan dengan baik, seingat beliau tes untuk mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong ada dua kategori yang pertama ujian tulis lalu dilanjut dengan tes wawancara. Perjuangan



dan



niat



beliau



ternyata



tidak



sia-sia,



alhamdulillah beliau diterima untuk membagi pengetahuan dan mendidik para calon pemimpin bangsa ini. Bidang yang beliau geluti saat ini ialah Akidah Akhlaq. Sebuah tanggungjawab yang cukup berat memang untuk mengajar Akidah Akhlaq, bisa dibayangkan beban moral dan materiil yang harus beliau emban selama mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong. Dengan gaya beliau yang santai dan selalu berusaha membuat situasi kelas yang menyenangkan.



Namun,



materi



atau



pelajaran



yang



harus



disampaikan tetap dapat diterima murid dengan baik. Selain mengajar Akidah Akhlaq beliau juga pernah menjabat sebagai Wakamad Kesiswaan, atau wakil kepala madrasah bidang kesiswaan. Hal inilah yang membuat Pak Away Baidhowy terkesan sangat dekat dengan siswa. Karena seperti izin mengadakan acara atau saat pelaksanaannya para siswa yang berkepentingan harus menghadap beliau.



29



Beliau juga menciptakan banyak slogan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong, kita ambil contoh Belajar adalah Ibadah, Prestasi untuk Dakwah. Slogan ini awalnya beliau dapat dari motivasi seorang dosen fisikanya yang kerap dipanggil Pak Thomas Alva Edison. “Kamu itu belajar udah bagian dari ibadah, dan kalo kamu



memenangkan



olimpiade



ini,



kamu



bisa



menjadikan



kemenanganmu sebagai ladang untuk berdakwah.” ujarnya. Nah, Pak Away yang terkesima dengan kalimat itu langsung berpikir bagaimana bila kalimat tersebut lebih ringkas untuk dijadikan slogan. Maka muncullah kalimat Belajar adalah Ibadah, Prestasi untuk Dakwah. Sebagai slogan yang dikenal hingga kini. Bahkan, salah satu guru Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong pernah melihat slogan yang sama terpampang di plat sekolah-sekolah lain. Hal yang sama berlaku untuk slogan Prestigious Education Starts Here. Slogan tersebut ia dapat dari salah satu iklan susu anak yang berslogan Life starts here, slogan Nutrilon Royal. Kemudian ia berkonsultasi dengan Ms. Yuna dan memberitahukan idenya tentang membuat sebuah slogan yang mirip dengan “Life Starts Here” untuk digunakan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong. Maka didapatlah kalimat Prestigious Education Starts Here. Namun hebatnya beliau, hal yang patut menjadi contoh dari beliau ialah sosok beliau yang tenang, sabar, supel, friendly dan sangat doyan bersyukur serta selalu berusaha melihat sesuatu dari sisi positifnya.



30



Reisa Suci Arimbi Hafia Luma - Salma Indah Reisa



Suci



Arimbi, biasa dipanggil Reisa. Lahir di Jakarta, 31 Maret 1991. Dibesarkan di



Pamulang



ketiga



bersama kakak



perempuannya



yang



bernama Anita Qauniah, Dewi Aulia, dan Riana Anom Sari. Beliau sekarang tinggal di rumah dinas MAN Insan Cendekia Serpong. Beliau tinggal bersama suaminya sejak menikah pada tanggal 17 bulan Desember tahun 2017. Suami beliau bernama Zaenal Muttaqien. Saat ini beliau sedang mengandung calon anak pertamanya. Dulu hobinya adalah membaca, namun sejak hamil beliau merasa hobinya bergeser menjadi tidur. Makanan kesukaan beliau adalah bakmi dan semua jenis mie. Bu Reisa merupakan guru Bimbingan Konseling yang bertugas di asrama di MAN Insan Cendekia Serpong sejak bulan Juli 2015. Sekarang, beliau telah bekerja di IC kurang lebih selama 4 tahun 1 bulan. Sebelumnya, beliau bekerja di sekolah Madaniyah sebagai guru BK pada tingkat SMP setelah lulus S1 Psikologi di UIN Jakarta pada tahun 2014. Beliau juga lulus SIMAK UI untuk jenjang S2-nya dan masuk di jurusan Psikologi Intervensi Sosial Universitas Indonesia pada tahun 2015. Beliau sekarang sudah lulus dari pendidikan S2-nya saat bekerja di MAN Insan Cendekia Serpong. Walaupun Bu Reisa belum mempunyai anak, Bu Reisa merupakan seorang guru yang sangat baik dan penuh perhatian



31



seperti seorang ibu bagi siswa-siswi MAN Insan Cendekia Serpong. Beliau juga adalah orang yang dapat menjaga rahasia, mempunyai komitmen



dalam



pekerjaannya,



dan



selalu



berusaha



untuk



menyelesaikan masalah-masalah yang didengarnya. Selain itu, beliau mampu membuat siswa-siswanya nyaman saat berkonsultasi dengannya. Bu Reisa aktif dalam mengikuti organisasi yang berhubungan dengan



psikologi.



Beliau



menangani



beberapa



kasus



yang



menyangkut narkoba, terorisme, seks bebas, radikalisme remaja, dan pendidikan serta pengembangan psikologi. Salah satu organisasi yang beliau ikuti adalah DASPR (Division of Applied Social Psychology



Research).



Dalam



organisasi



tersebut,



Bu



Reisa



melakukan penelitian terkait psikologi. Ia juga aktif menebarkan pengetahuan tentang psikologi salah satunya dengan memposting artikel atau jurnal mengenai psikologi. Beberapa postingannya yang lain juga berkaitan tentang pendidikan di Indonesia. Bu Reisa terlahir sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara dan keluarga yang biasa saja. Baginya, memecah rekor untuk bisa berkuliah S1 merupakan anugerah dari Allah karena dilihat dari pendidikan kakak-kakaknya yang paling tinggi adalah D3. Itu pun hanya satu orang, sedangkan orang tuanya berprinsip “Jika mau dapat uang, ya harus kerja keras”. Meskipun begitu, orang tuanya mendukung Bu Reisa untuk tetap kuliah. Awalnya Bu Reisa sangat ingin mengambil jurusan perbankan syariah dan menjadikan psikologi sebagai pilihan kedua. Akhirnya, beliau mendaftar lewat jalur PMDK atau sekarang disebut SNMPTN jurusan perbankan syariah. Akan tetapi, jurusan perbankan syariah mengharuskan adanya nilai Bahasa Arab sebagai muatan lokal, sedangkan di SMAN 1 Tangerang Selatan, tempat beliau



32



bersekolah dulu, tidak ada pelajaran bahasa Arab karena pelajaran muatan lokalnya adalah bahasa Jepang. Akhirnya, beliau diterima di jurusan psikologi. Namun, beliau masih ingin mengambil jurusan perbankan syariah karena jurusan tersebut sangat menarik perhatian dan dibutuhkan di masa mendatang. Kemudian beliau mengikuti ujian tulis dengan pilihan pertama perbankan syariah dan management sebagai pilihan kedua. Akan tetapi, beliau justru diterima di pilihan kedua yaitu management sehingga beliau memutuskan untuk mengambil kuliah jurusan psikologi di UIN Ciputat. Saat kuliah, beliau mendapatkan beasiswa S1-nya dari BUMN Angkasapura sehingga semua biaya termasuk fasilitas, uang UKT, uang buku, maupun uang jajan dibiayai oleh BUMN. Saat berkuliah beliau mengikuti organisasi UKM FLAT atau organisasi pecinta bahasa asing. Biasanya mahasiswa jurusan psikologi tidak bertahan lama dalam organisasi tersebut karena letak gedung yang jauh. Dalam mempertahankan organisasi, UKM tersebut melakukan pendekatan individual. Kak Aqin atau Zainal Muttaqien saat itu menjabat sebagai ketua umum UKM FLAT tersebut dan mendapat bagian pendekatan individual terhadap mahasiswa jurusan psikologi. Saat itulah, Bu Reisa dan Kak Aqin bertemu, saling mengenal hingga akhirnya jadian pada tanggal 1 Oktober 2010. Saat itu juga lah Bu Reisa mulai konsisten memakai jilbab. Setelah lulus S1, beliau ingin melanjutkan kuliah S2 di Universitas Indonesia. Namun, karena belum ada biaya, beliau mencari pekerjaan. Beliau mendaftar di tokopedia di bagian rekrutment serta perusahaan-perusahaan swasta lainnya namun tidak diterima. Hal ini terjadi di bulan-bulan menjelang wisudanya. Dari sini, Bu Reisa merasa pesimis dan jatuh hingga merasa bahwa ini adalah titik terendahnya karena merasa sulit bekerja setelah kuliah di saat kakak-kakaknya yang hanya lulusan SMA mampu mendapatkan



33



pekerjaan lebih cepat. Hingga akhirnya ia memilih untuk mendaftar di sekolah, pilihan terakhir dari karir kuliahnya. Bu Reisa mendaftar di Sekolah Madaniyah. Saat wawancara, beliau bertemu dengan Bapak Muh. Tohyuni Nafis, pimpinan sekolah tersebut. Kemudian Bu Reisa dinyatakan diterima sebagai guru BK di sekolah tersebut. Beliau merasa terharu dan sangat bahagia karena pada akhirnya ada orang yang percaya bahwa beliau bisa bekerja. Beliau juga merasa bahwa ilmunya ketika dia bekerja sebagai guru menjadi bermanfaat lebih dari pekerjaan seorang psikolog di perusahaan. Menurutnya, pengalaman diterima bekerja untuk pertama kalinya merupakan pengalaman paling berharga yang tidak bisa beliau lupakan. Beliau mulai bekerja pada tanggal 8 Juli 2015 dan mendapatkan gaji pertama sebesar 2 juta 600 ribu rupiah. Setelah 1 tahun bekerja, Bu Reisa sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk melanjutkan S2-nya. Kemudian beliau mendaftar di SIMAK UI dan diterima di jurusan Psikologi UI.



Bersamaan



dengan itu, beliau juga diterima bekerja di Sekolah MAN Insan Cendekia Serpong menjadi guru BK bidang keasramaan. Jadwal kegiatan S2 beliau cukup sibuk dikarenakan kuliah pada pagi hari dan bekerja di dua tempat sekaligus. Yaitu menjadi guru di MAN IC dan menjadi Tim Riset DASPRUI. Selain itu, beliau memiliki dua buah karya yang terbit di jurnal internasional, salah satunya jurnal Rusia. Kak Aqin saat itu mendapat beasiswa untuk kuliah di Prancis. Begitu pulang dari sana, Kak Aqin memiliki cukup uang untuk menikah. Digelarlah pernikahan antara Bu Reisa dan Pak Aqin dengan menggunakan uang tabungan mereka sendiri tanpa meminta kepada orang tua. Bu Reisa mengaku bahwa akad pernikahannya merupakan momen paling berkesan baginya karena mereka menjalani hubungan dari minus, tahu satu sama lain, dari sama-sama belum memiliki uang, belum menjadi siapa-siapa, dan belum



34



memiliki pekerjaan. Setelah menikah, beliau merasa lebih memiliki tujuan hidup dan mampu mengelola uang dengan bijak. Beliau juga belajar banyak mengenai cara menjadi istri yang baik, seperti belajar memasak. Baginya memasak adalah suatu keterampilan yang bisa di asah dan bukannya bakat. Kemudian, bersama suaminya beliau tinggal di rumah dinas MAN IC Serpong. Begitu lulus jenjang S2-nya, beliau memutuskan untuk menunda jenjang S3-nya karena beliau sedang hamil dan ingin menikmati masa kehamilannya. Beliau sering membaca media sosial, timeline, dan artikel-artikel mengenai ibu hamil. Karena pekerjaannya yang lebih banyak menggunakan jam malam seperti rapat-rapat guru asrama, konseling siswa atau bahkan menyelesaikan masalahmasalah siswa underground sampai tengah malam, beliau sering mengantuk di siang hari sehingga lebih sering tidur. Selain itu, keluar di siang hari juga membuat beliau sakit mata karena terkena sinar matahari terutama saat sedang hamil. Menurut orang itu karena pengaruh janin. Layaknya ibu hamil biasanya, beliau juga mengidamkan sesuatu. Salah satunya yang terburuk kata beliau, beliau pernah mengidamkan cireng saat subuh sehingga suaminya harus keliling untuk mencari tukang gorengan cireng. Beliau merasa sangat bersemangat untuk mendidik seorang anak. Beliau berharap hidup keluarganya selalu sejahtera, baik anak dan suami, terlebih orang tua beliau yang selalu menjadi prioritas utama beliau. Dalam jangka panjang, beliau juga berharap untuk dapat tinggal di luar negeri, melanjutkan karir S3 beliau dan suaminya di sana serta bekerja di sana karena luar negeri memiliki lingkungan yang lebih bersih sehingga kesehatan terjamin serta pendapatan yang lebih besar dibandingkan di Indonesia. Setelah itu beliau akan kembali ke Indonesia untuk menikmati pensiun muda dan masa tuanya bersama suami serta anaknya.



35



Sosok di Balik Perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong yang Terorganisasi Filzatuz Zahro I. - Syahidah Asma A. A. Lahir



di



Panangkalan



pada 7 Februari 1970, guru MAN Insan



Cendekia



Serpong



ini



bernama Muhammad Ihsanudin. Pria



berusia



mengenyam



49



tahun



ini



pendidikan



menengahnya di Pondok Modern Gontor pada tahun 1992. Pondok modern yang semakin terkenal apalagi setelah terbitnya novel ‘Negeri



Lima Menara’



Ahmad



Fuadi



yang



karya



ternyata



pernah satu kelas dengan beliau. Setelah lulus dari Gontor, beliau melanjutkan pendidikannya untuk strata pertama di Jurusan Tarbiyah (Pendidikan) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selepas lulus dari IAIN, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Univeristas Indonesia sehingga nama yang selalu ditulis adalah Muhammad Ihsanudin, S.Ag, M.Hum. Mendapat gelar magister di perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, guru yang kerap dipanggil Pak Ihsan ini mengawali kariernya di SMA Insan Cendekia pada tanggal 1 November 1999 dan menjabat sebagai guru Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI). Satu tahun setelahnya, ia pun diterima sebagai PNS hingga sekarang memiliki eselon IV/a. Selain mengajar, beliau juga menjabat sebagai Kepala Perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong. Tak hanya itu, beliau juga menjadi konsultan bidang pengembangan perpustakaan



36



Indonesia, aktif sebagai asesor akreditasi perpustakaan sekolah, dan juri lomba perpustakaan seluruh wilayah Indonesia. Sekarang, ia tinggal di Bogor bersama istri dan dua anaknya. Pak Ihsan memiliki banyak sekali prestasi dalam perjalanan kariernya. Pada tahun 2009, Pak Ihsan didaulat penuh oleh peserta Konvensi Tenaga Perpustakaan Sekolah se-Indonesia sebagai Ketua Umum PP ATPUSI untuk masa kepengurusan hingga 2013. Kemudian untuk kedua kalinya beliau terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP ATPUSI periode 2014-2018 melalui Kongres 2 ATPUSI pada tanggal 5-6 Juni 2014 di IPB Convention, Botani Square, Bogor, Jawa Barat. Beliau kembali terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Ketua Umum PP ATPUSI untuk masa bakti 2018–2022 melalui Kongres 3 ATPUSI pada tanggal 22-24 November 2018 di Bogor. Selain di ATPUSI, Pak Ihsan aktif menjadi Pengurus Pusat IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) di bidang pengabdian masyarakat dan pembudayaan minat baca. Pak Ihsan punya obsesi yang kuat sekali untuk menyegarkan dunia perpustakaan sekolah yang sudah terpuruk selama 65 tahun. Dan berkat kerja keras beliau beserta seluruh pengurus ATPUSI baik di pusat maupun di daerah, serta berkat dukungan semua pihak, terutama seluruh Pustakawan dan Tenaga Perpustakaan sekolah di seluruh Indonesia, pelan tapi pasti kondisi dunia perpustakaan sekolah sudah mulai menunjukkan perbaikan. Seperti adanya SNP Perpustakaan Sekolah, PP No. 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, adanya lomba pustakawan sekolah dan perpustakaan sekolah dari tingkat bawah hingga tingkat nasional, adanya akreditasi perpustakaan sekolah, dan masih banyak lagi inovasi lainnya. Ia juga kerap kali menjadi pembicara di seminar seperti: Seminar Nasional dan Call For Paper; Ilmu Meningkatkan Kompetensi Kependidikan Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Kurikulum 2013;



37



Seminar Nasional Perpustakaan di Sulawesi Selatan; Seminar Perpustakaan Sekolah; dan Seminar Kebutuhan dan Pemindahan Tenaga Kependidikan. Salah satu lomba yang mendaulatnya sebagai juri adalah Lomba Perpustakaan Sekolah tingkat nasional pada tahun 2018. Masa kecil Pak Ihsan sangat bermakna. Banyak orang yang mungkin tidak percaya bahwa sejak SMP ia merupakan salah satu pembalap dalam geng motornya di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tidak ada satupun geng motor yang tidak mengenalnya. Namun meskipun begitu, beliau tidak pernah merokok dan minum minuman keras. Namun layaknya anggota geng motor mesti dikagumi oleh banyak perempuan, Pak Ihsan pun sesekali dekat dengan perempuan ketika itu. Ketika menginjak kelas 3 SMP, Pak Ihsan ingin sekali mengikuti ajang perlombaan Motocross namun tentu saja niatnya ditentang oleh keluarganya. Ia kabur dari rumah dan bersembunyi di tempat teman-temannya. Kakaknya pun mencarinya ke setiap tempat tongkrongannya, mengatakan



namun



tidak



tahu



tentu



saja



apa-apa



seluruh guna



teman-temannya menyembunyikan



keberadaannya. Hingga akhirnya setelah 3 hari kabur dari rumah, ia memutuskan pulang dan mendapati bahwa motor balapnya sudah dirantai dan orangtuanya sudah mengemasi seluruh pakaian pemuda itu. Ia begitu bingung atas pengusiran tersebut, dan segera diantar ke bandara dan terbang ke Surabaya menggunakan pesawat Bouraq. Dari Surabaya barulah ia melanjutkan perjalanan ke Ponorogo. Ternyata, ia dikirimkan ke sebuah pesantren yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Sayangnya karena ketika itu Gontor tidak membuka pendaftaran santri tahun ajaran baru. Ia pun dimasukkan terlebih dahulu ke sebuah pesantren lain bernama Pondok Pesantren Wali



38



Songo Ngabar yang jaraknya kurang lebih 3 kilometer dari Gontor. Yang terpenting kala itu bagi ayahnya adalah Pak Ihsan keluar dari Pulau Kalimantan. Hanya tiga hari ditemani oleh ayahnya, setelah itu ia dilepas sendiri di tanah Ponorogo. Bagi Pak Ihsan, saat itu merupakan titik balik dalam hidupnya. Ia kehilangan segalanya. Tidak ada yang dikenal, tidak punya apa-apa selain yang dibawanya dari Banjarmasin. Ia benarbenar merasa tidak betah. Tidak sampai satu tahun di pesantren tersebut, akhirnya tahun ajaran baru pun dimulai. Pak Ihsan diterima di Gontor dan melanjutkan pendidikannya di sana. Untungnya di sana ada kakak konsulat–kakak kelas yang berasal dari satu daerah yang sama–yang membuatnya tidak merasa kesepian. Orang yang paling berkesan selama di pesantren adalah teman sekamarnya, Taufik, yang selalu menemani dan menyemangatinya. Karena ingin kembali ke Banjarmasin, Pak Ihsan berniat untuk menjual barangbarang miliknya seperti lemari dan kasur. Namun Taufik selalu sabar menenangkannya. Akhirnya ia pun mulai menerima keadaan bahwa ia bersekolah di sana. Bahkan di 3 bulan pertama, ia menulis surat kepada kedua orangtuanya atas pilihan mereka menyekolahkannya di Gontor. Selama di Gontor, beliau adalah orang yang cukup aktif dan berprestasi. Ia merupakan anggota Penggerak Bahasa, Pengelola Koperasi, dan Kepala Keamanan di sana. Omzet yang didapatkannya dari mengelola koperasi pun cukup besar, meraih nilai 500 juta. Ia pun sering pergi ke Solo dan Surabaya untuk membeli barang dagangan di koperasi. Meskipun statusnya adalah santri, namun dengan jabatan itu ustaz di sana begitu memercayainya. Selepas ia lulus dari Gontor, ia dikirim ke Pondok Pesantren Daar el-Qolam Gintung, Tangerang untuk menjalani masa abdinya selama satu tahun. Setiap santri yang merupakan lulusan Gontor,



39



sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus lebih dahulu melakukan pengabdian selama satu tahun di pesantren relasi atau milik alumnus Gontor. Setelah menghabiskan satu tahun masa abdinya, ia pun memulai pendidikan strata pertama di IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat. Lulus dari UIN, pada tahun 1999 Pak Ihsan mendapat informasi terkait iklan lowongan kerja di koran Republika. Sebuah sekolah berasrama bernama SMA Insan Cendekia membuka lowongan kerja sebagai Kepala Asrama. Beliau pun mendaftar, dari 40 orang pendaftar akhirnya diterima dua orang yang menjabat sebagai Kepala Asrama Putra yaitu Pak Ihsan dan Kepala Asrama Putri yaitu Bu Evi. Di tahun 2000 seluruh pegawai SMA Insan Cendekia pun terdaftar sebagai PNS termasuk Pak Ihsan yang menjabat pula sebagai guru SKI. Setahun setelahnya ia pun menikah dengan seorang wanita dan setahun kemudian keduanya dianugerahi anak pertama. Tak lama setelah menjabat sebagai Kepala Asrama, di suatu malam di tahun 2002, Pak Ihsan dipanggil untuk menghadap Bapak Abdul Ghani, kepala sekolah kala itu. Selepas magrib, ia pun menghampiri pimpinan dan ditawari sebuah kesempatan menarik untuk mengembangkan kemampuan dan karier beliau. Dikarenakan perpustakaan sekolah kala itu belum terlalu berkembang dan terbengkalai karena tidak ada profesional yang mengurus, maka kepala sekolah menyarankan untuk melanjutkan pendidikan strata kedua di Ilmu Perpustakaan di Universitas Indonesia. Pun ia ketika itu telah memiliki anak kedua. Setahun



setelah



ia



menjalankan



aktivitasnya



sebagai



mahasiswa, Bapak Japar yang menjabat kepala sekolah pengganti Pak Abdul Ghani pun bertanya pada Pak Ihsan, apakah ia sudah cukup mempunyai ilmu untuk menerapkannya pada perpustakaan di SMA



40



Insan Cendekia. Pak Ihsan pun merasa siap dan akhirnya Pak Japar mengeluarkan surat keputusan pemindahan Pak Ihsan dari keasramaan ke perpustakaan. Namun statusnya tetap guru karena dari awal pendaftaran PNS ia merupakan guru SKI. Tiga tahun menjalani pendidikan pascasarjana di UI, Pak Ihsan lulus dengan nilai hampir sempurna, 98 dengan predikat A. Yang menarik dari skripsi yang dibuatnya adalah tema yang belum pernah diangkat oleh satupun mahasiswa ilmu perpustakaan di Indonesia. Beliau mengangkat tema ‘Kualitas Pelayanan Berbasis Libqual (Library Service Quality)’. Libqual ini belum umum di kalangan perpustakaan Indonesia. Hanya beberapa negara yang baru menerapkan Libqual ini seperti Perpustakaan Riset Amerika (America Resource Library) atau di Texas University. Skripsi yang dibuat oleh Pak Ihsan langsung meledak di kalangan pustakawan karena Libqual sangatlah awam di Indonesia kala itu. Setelah skripsi yang dibuatnya, banyak mahasiswa lain yang mulai mengangkat persoalan Libqual ini. Dikarenakan tidak ada dosen yang menguasai Libqual, akhirnya selama lima tahun berturut-turut Pak Ihsan dipanggil oleh pihak UI untuk menjadi penguji dalam sidang skripsi mahasiswa yang membahas Libqual ini. Nama beliau semakin meroket di kalangan pustakawan. Ia sering diundang ke banyak seminar. Tak lama setelah itu Kemendikbud membentuk ATPUSI. Kongres pertama membawanya menjadi Ketua Umum ATPUSI. Hal tersebut membuatnya sering berpergian ke luar negeri untuk menghadiri konferensi-konferensi internasional terkait perpustakaan. Semakin sibuk ketika ia didaulat menjadi juri dari lomba perpustakaan tingkat nasional yang mana menghadirkan 33 utusan terbaik dari tiap provinsi. Validasi yang merupakan salah satu penilaian membuatnya harus mengunjungi perpustakaan-perpustakaan utusan tiap provinsi tersebut.



41



Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum ATPUSI untuk ketiga kalinya yang akan berakhir di tahun 2020 nanti. Meskipun begitu, AD/ART ATPUSI sendiri mengatur bahwa maksimal periode jabatan Ketua Umum hanya dua kali. Namun karena seluruh anggota merasa bahwa tidak ada yang sekompeten Pak Ihsan, akhirnya AD/ART-lah yang diubah. Selain itu ia merupakan asesor yang mana bertanggung jawab adalah mengeluarkan predikat akreditasi perpustakaan sekolah. Kemendikbud pun melibatkan ATPUSI dalam menyusun undangundang terkait perpustakaan. Ia pun ikut bertanggung jawab terhadap perpustakaan nasional. Di Kemenag sendiri, Pak Ihsan selalu diminta untuk membahas dan menganalisis kompetensi dasar SKI, adapun ia juga menyusun soal UAMBN mata pelajaran SKI. Pak Ihsan tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia akan menjadi seseorang yang berpengaruh dalam dunia perpustakaan Indonesia. Menurutnya, perpustakaan sebenarnya terdiri dari empat unsur yang berkaitan dan bertahap. Data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Jurnal atau buku hanyalah sebuah media, sedangkan perpustakaan yang sebenarnya merepresentasikan keempat hal tersebut. Kumpulan data yang valid membentuk suatu kesatuan yang disebut informasi. Informasi yang bermanfaat membentuk suatu kesatuan yang disebut pengetahuan. Adapun



pengetahuan



yang



diaplikasikan



adalah



bentuk



kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah unsur peradaban tertinggi. Karena kebijaksanaanlah yang membuat seluruh perilaku manusia selaras. Head, heart, and hand. Sebagai contoh, logika berpikir bahwa korupsi itu tidak baik, hati meyakini bahwa korupsi itu tidak baik, pula tangan tidak melakukan korupsi karena ketiganya membentuk suatu keselarasan. Maka di situlah fungsi perpustakaan. Diharapkan



42



dengan adanya perpustakaan, siapapun bisa mengambil hikmah atau kebijaksanaan yang ada dan menyelaraskannya dalam aplikasi kebaikan di kehidupan sehari-hari.



43



DR. Pahrurroji M. Bukhori, S.HI., S.S., M.A., M.Ud. Adenan Abrarianda – Fauzi Rahmadani Ustad Oji, begitulah nama beliau dipanggil di lingkungan kampus MAN Insan Cendekia Serpong. Sosok yang memiliki nama lengkap DR. Pahrurroji M. Bukhori, SHI., SS., MA., M.Ud ini lahir di Kota Bogor pada tanggal 12 April 1976. Beliau dikenal sebagai orang yang faham tentang agama. Hal itu bisa dilihat dari riwayat pendidikan dan juga keseharian beliau. Beliau mengenyam pendidikan dasar di sekolah umum dan pondok pesantren. Setelah menuntaskan pendidikan dasar, beliau melanjutkan ke jenjang sarjana. Beliau memulainya dari Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kedua program studi ini beliau tuntaskan pada saat yang hampir bersamaan, yaitu lulus dari Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 2001 dan lulus dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada setahun kemudian. Setelah itu beliau melanjutkan ke jenjang S-2 di Fakultas Agama dan Falsafah Universitas Paramadina, Jakarta. Beliau mendapatkan gelar S-2nya pada tahun 2010. Tidak berhenti sampai disitu, beliau melanjutkan lagi studinya ke jenjang doktoral. Beliau menempuhnya di Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Bogor dan tuntas pada tahun 2015. Aktivitas beliau sehari-hari adalah mengisi kajian keagamaan di berbagai majelis ilmu. Salah satunya di MAN Insan Cendekia Serpong. Sudah cukup lama beliau menjadi bagian dari MAN Insan



44



Cendekia Serpong, tepatnya sejak tahun 2004 hingga sekarang. Beliau pernah menjabat sebagai Wakamad Keasramaan pada tahun-. Di Insan Cendekia, beliau mengisi kajian rutin setiap Rabu setelah shalat subuh. Biasanya beliau menjelaskan kitab-kitab agama yang berbahasa arab, sehingga para santri MAN Insan Cendekia Serpong bisa lebih memahaminya. Selain itu, beliau juga menjadi Mudir Ma’had Darulhusna Bogor. Beliau menerima amanah tersebut semenjak tahun 2018. Saat ini beliau sudah menikah, dan telah dikaruniai tiga anak. Beliau aktif berorganisasi dan juga cukup produktif dalam menulis buku. Karya beliau cukup banyak. Tidak hanya menulis, beliau juga mengedit dan menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab kedalam Bahasa Indonesia. Diantara karya pribadi beliau adalah buku Membebaskan Agama Dari Negara, Telaah Pemikiran Abdurrahman Wahid dan ‘Ali ‘Abd ar-Raziq (2003), Al-Iklil al-Musthafa min al-Arbain anNawawiyah (2015), Kurikulum Pendidikan Empat Imam Madzhab (2017), dan Kunci Rahasia Ilmu Kasyf Imam Al-Ghazali (2018). Perjalanan hidup beliau nyaris tak pernah lepas dari dunia pesantren. Beliau memulainya semenjak masih duduk di jenjang sekolah dasar. Pagi hari beliau berangkat ke sebuah SD negeri di dekat rumahnya, lalu pada sore harinya beliau pergi belajar mengaji sampai mentari tenggelam dan setelah itu barulah beliau pulang. Ketika MTs, beliau masuk ke pondok pesantren di dekat sekolahnya. Kedua tempat ini terletak cukup jauh dari rumahnya sehingga ketika jam belajar sekolah selesai, beliau tidak pulang ke rumah akan tetapi pulang ke pesantren. Hal tersebut berlanjut sampai beliau lulus dari MA. Setelah lulus dari MA, beliau melanjutkan studi di Yogyakarta. Beliau memulainya dengan modal nekat dan dorongan dari orangtua beliau. Ketika itu, beliau sama sekali tidak memiliki gambaran tentang bagaimana hidup di Yogyakarta. Selain karena memiliki kualitas



45



pendidikan yang bagus, kerabat beliau juga belum ada yang merantau ke Yogyakarta pada saat itu sehingga beliau melilih melanjutkan studi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di masa kuliah ini, beliau kembali masuk ke dunia pesantren. Beliau mendaftar ke Pondok Pesantren Al-Munawwir Yogyakarta. Beliau diterima setelah lolos tes tulis dan membaca kitab. Setahun kemudian, beliau mengikuti tes untuk masuk ke UGM. Alhamdulillah, beliau diterima di Fakultas Sastra UGM. Keseharian beliau masih sama, yaitu pagi sekolah sore mondok. Akan tetapi, lingkungan beliau saat kuliah ini lebih beragam. Beliau menemui buku-buku dari berbagai disiplin ilmu dan kebudayaan seperti filsafat timur, barat, islam, dan juga buku-buku sastra. Di tahun terakhir kuliah, tepatnya di tahun 2000-2001 beliau menyusun skripsi yang merupakan kajiian struktural terhadap novel berbahasa Arab, Azra’ Jakarta karya Najib El-Kilany. Lulus bergelar sarjana sastra dan sarjana hukum islam di waktu yang bersamaan, disitulah perjalanan hidup seorang Pahrurroji muda dimulai. Setelah menulis skripsi tentang kajian struktural novel berbahasa Arab, terlintas di benak beliau, “Kenapa tidak sekalian aku buatkan saja terjemahannya?”. Inilah yang menjadi cikal bakal dari karya pertama beliau, sebuah terjemahan dari novel berbahasa Arab Azra’ Jakarta. Buku tersebut merupakan buku terjemahan novel dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia yang pertama dan satu-satunya di kala itu. Buku ini juga menjadi langkah awal beliau di dunia kepenulisan. Di tahun berikutnya, barulah beliau menulis buku yang diberi judul Membebaskan Agama Dari Negara, dilanjutkan dengan karya selanjutnya, Telaah Pemikiran Abdurrahman Wahid dan ‘Ali ‘Abd ar-Raziq di tahun 2003. Tahun 2004 menjadi babak baru dalam kehidupan beliau. Di tahun itulah beliau pertama kali mengenal Insan Cendekia. Kala itu,



46



beliau melihat iklan lowongan pekerjaan di Koran Republika untuk menjadi guru asrama di MAN Insan Cendekia. Tergeraklah hati beliau untuk mendaftar di sekolah rintisan BJ Habibie ini. Waktu itu hari Sabtu, berangkat saat masih pagi buta dengan bis umum jurusan Parung-Pasar Serpong. Beliau niatkan perjalanan ini sebagai usaha untuk menjemput rezeki. Namun nasib nampaknya tidak berbaik hati padanya. Saat turun dari bis, beliau menaiki angkutan kota yang dikiranya akan mengantarkan beliau ke depan jalan masuk MAN Insan Cendekia Serpong. Akan tetapi beliau salah menaiki nagkot. Beliau malah menaiki angkot yang membawanya menuju Kalideres. Setelah melalui perjalanan panjang nan melelahkan, sampailah beliau di tempat tujuan dan langsung mengikuti serangkaian tes dari pagi hingga sore menjelang. Ujian masih tersisa di keesokan harinya. Karena rumah beliau yang jauh dan khawatir tersesat kembali, beliau akhirnya diizinkan untuk menginap di Gedung Asrama Guru waktu itu. Keesokan harinya setelah menyelesaikan tes tahap terakhir, yakni wawancara oleh Kepala Madrasah, Bapak Japar, beliau akhirnya kembali ke kediaman beliau di Bogor. Sebulan kemudian kabar baik dating. Perjuangan beliau akhirnya tak sia-sia. Beliau diterima sebagai guru asrama di MAN Insan Cendekia Serpong bersama guru lainnya, Pak Agung dan Bu Novi. Beberapa tahun berikutnya beliau dipercaya untuk menjadi Wakil Kepala Madrasah bidang Keasramaan. Haus akan ilmu, itulah sebutan yang tepat untuk diberikaan kepada Ustad Oji, memiliki 2 gelar sarjana tidaklah membuat beliau puas akan ilmu pengetahuan, beliau kemudian melanjutkan studi S2nya di Fakultas Agama dan Falsafah Universitas Paramadina, Jakarta di tahun 2006, selama studi S2 ini beliau tidak mengeluarkan uang sedikit pun alias beasiswa penuh. Setelah lulus S2 beliau juga tidak langsung puas begitu saja, beliau pun mengikuti tes untuk mengambil program doktoral di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, nama beliau



47



pun ditulis di posisi paling atas yakni sebagai peraih nilai tertinggi dalam tes tersebut dan akhirnya beliau pun mendapat beasiswa penuh S3 di universitas tersebut. Di tahun 2015 resmilah beliau bergelar Dr. Pahrurroji M. Bukhori, S.HI., S.S., M.A., M.Ud. Di tahun itu pula beliau menerbitkan buku terbarunya yang berjudul Al-Iklil fi al-Arba’in an-Nawawiyah. 2 tahun berikutnya terbitlah salah satu buku paling fenomenal beliau Kurikulum Pendidikan Empat Imam Mazhab, yakni buku pertama di dunia yang membahas empat imam mazhab dari perspektif pendidikan. Terakhir, beliau baru saja meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Kunci Rahasia Ilmu Kasyf Imam AlGhazali di tahun 2019. Sebagai seorang guru sekaligus penulis yang produktif, Ustad Oji sampai saat ini banyak menjabat posisi strategis di berbagai organisasi. Beliau juga telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi. Salah satunya adalah sebagai 30 Guru Madrasah Inspiratif. Semua itu diraihnya berkat usaha dan kegigihannya dalam mengajar maupun menulis buku. “Bekerja sesuai dengan passion itu penting, kerja dengan efektif merupakan salah satu kunci.” Itulah yang dikatakan beliau sebagai motivasinya dalam menjalani kehidupannya sampai saat ini.



48



TENTANG PENULIS Hadramaut adalah nama yang dipilih untuk mewakili kedua puluh insan yang disatukan di sebuah kelas di Insan Cendekia. Adapun Hadramaut diambil dari nama sebuah provinsi di Yaman yang merupakan pusat pendidikan agama . Harapannya, dengan dipilihnya nama Hadramaut ini, kedua puluh insan tersebut bersemangat dalam menuntut ilmu. Kelas yang resminya dinamai XII MIPA 1 ini terdiri dari berbagai suku bangsa di Indonesia dan menjadi satu di Hadramaut ini.



49



50