Leukoplakia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERENSI ARTIKEL



LEUKOPLAKIA



DISUSUN OLEH: Dheajeng Intan Mutiarasari A



G991902013



Periode: 17 Februari 2020 – 1 Maret 2020



PEMBIMBING : drg. Vita Nirmala Ardanari, Sp. Pros., Sp.KG



KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA 2020



BAB I PENDAHULUAN Istilah leukoplakia digunakan untuk menerangkan adanya lesi putih abnormal pada membran mukosa dengan gambaran tipis berupa bercak putih pada gusi, pipi bagian dalam dan kadang ditemukan di lidah yang sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. Inisiden terjadinya leukoplakia pada suatu populasi sekitar 0,1%.1 Leukoplakia bukan merupakan jenis tumor, namun lesi ini sering menjadi suatu lesi pra-kanker sehingga perlu adanya pemeriksaan lanjutan karena memiliki gambaran serupa dengan lichen planus dan white sponge naevus. 2,3 Kendala dalam menegakkan diagnosis leukoplakia masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan tetapi pada akhirnya menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi.4 Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.5







2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Leukoplakia merupakan kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut berupa lesi putih dengan penebalan keratosis yang tidak dapat diangkat secara usapan atau kikisan sampai hilang dan memilki risiko ke arah keganasan kanker mulut setelah menyingkirkan kelainan lain. 1,4,6,7 B. Epidemiologi Perkiraan prevalensi global leukoplakia berkisar antara 0,5% - 3,46% dan perubahan keganasan dari leukoplakia sekitar 0,7% - 2,9%.8 Leukoplakia banyak ditemukan di India dimana masyarakat banyak merokok.9 Leukoplakia sering ditemukan pada laki-laki, dan prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut perkiraan, leukoplakia lebih banyak dijumpai pada laki-laki berusia di atas 40 tahun.10 C. Etiologi Penyebab leukoplakia belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Terdapat beberapa faktor pencetus terjadinya leukoplakia seperti proses infeksi baik karena bakteri, virus, maupun jamur, iritasi oleh karena trauma, bahan kimia atau termal berupa tembakau dan alkohol, defisiensi mikronutrien, imunodefisiensi, oral hygiene yang buruk, serta adanya keganasan diduga menjadi penyebab timbulnya leukoplakia.4,6-8,11-13 Defisiensi vitamin A dapat memicu terjadinya metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius.11 Leukoplakia juga menjadi faktor resiko tinggi untuk mengarah ke suatu lesi ganas pada infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang dapat mengakibatkan karsinoma sel skuamosa pada daerah mulut. Zat-zat iritan yang terkandung pada rokok dan alkohol juga







3



sering mengakibatkan timbulnya leukoplakia pada seseorang yang perokok berat atau alkoholik. 14



D. Patogenesis Pasien dengan leukoplakia idiopatik memiliki risiko lebih tinggi berkembang menjadi kanker. Dari penelitian menjelaskan sejumlah pasien leukoplakia, 4%-17% lesi berubah menjadi tumor maligna dalam waktu 20 tahun.12 Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah diferensiasi abnormal dari epitel mukosa dengan ditandai adanya peningkatan aktivitas keratinisasi pada permukaan selnya yang memproduksi penampakan klinis yang mukosa yang berwarna putih. Proses ini juga dibersamai dengan perubahan ketebalan dari jaringan epitelial.15 Dasar molekuler pada perubahan tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa data penelitian menyebutkan adanya perubahan ekspresi onkogen/TSG, ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, akumulasi stres oksidatif dan displasia epitel berperan dalam perubahan yang terjadi pada leukoplakia.7 Perubahan patologis mukosa pada mulut menjadi leukoplakia terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap praleukoplakia dan tahap leukoplakia. Pada tahap praleukoplakia mulai terbentuk lesi berbentuk plak berwarna abu-abu tipis, bening, translusen, permukaan halus dengan konsistensi lunak dan datar. Tahap leukoplakia ditandai dengan pelebaran lesi ke arah lateral dengan membentuk keratin yang tebal sehingga menjadi lebih putih, terbentuknya fissure dengan permukaan kasar sehingga dapat dibedakan dengan mukosa disekitarnya. 16 E. Klasifikasi Secara klinis, leukoplakia dibagi menjadi dua yaitu homogen dan non homogen. Lesi homogen berbentuk lesi putih yang datar dan tipis, terlihat seperti retakan yang dangkal dengan permukaan halus atau berkerut, memiliki tekstur yang konsisten dan biasanya asimptomatis.12,17







4



Gambar 1. Homogenous Leukoplakia.12 Sementara lesi non homogen umunya simptomatis dan memiliki beberapa bentuk variasi, diantaranya: 1. Leukoplakia verukosa proliferatif, merupakan jenis leukoplakia yang multifocal dan bersifat progresif. Lesi paling banyak ditemukan di lidah, ginggiva dan mukosa buccal. Jenis ini sering mengarah ke lesi yang ganas.17



Gambar 2. Proliferative verrucous leukoplakia.12 2. Keratosis sublingual, memiliki gambaran berupa plak berwarna putih dengan permukaan halus, ireguler, berbatas tegas, dan kadang berbentuk menyerupai kupu-kupu.12



Gambar 3. Sublingual keratosis. 12







5



3. Leukoplakia candida, merupakan leukoplakia dengan gambaran lesi yang luas, putih pekat, keras dan kasar pada permukannya.



Gambar 4. Candidal leukoplakia.12 4. Hairy leukoplakia, dimana terdapat rambut-rambut yang tumbuh pada permukaan lesi dan sering terdapat pada lidah. Sering disebabkan oleh reaktivasi dari Epstein Barr-Virus. 19



Gambar 5. Oral hairy leukoplakia.19 5. Eritroleukoplakia dengan gambaran merah yang berapi-api yang tidak bisa dicirikan secara klinis atau patologis sebagai penyakit lain. Lesi ini memiliki risiko lebih tinggi menjadi keganasan dibanding leukoplakia lesi homogen.17,18



Gambar 6. Oral erythroleukoplakia. 18







6



F. Manifestasi klinis Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih yang sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum, daerah dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Lesi berwarna putih atau keabuan yang agak transparan, berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar yang tidak dapat hilang jika digosok, atau berwarna kemerahan yang mengarah pada eritroplakia yang merupakan tanda awal lesi pra kanker. Lesi ini biasanya batasnya tegas dan rata tetapi dapat juga berbatas tidak tegas tanpa adanya pembengkakan. Lesi dapat berkembang dalam hingga berbulabulan menjadi tebal, sedikit meninggi dengan tekstur kasar dan keras. Lesi ini biasanya tidak sakit, tetapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan lainnya. Selanjutnya leukoplakia dapat berkembang menjadi granular atau nodular leukoplakia atau berubah bentuk menjadi eritroplakia.12, 16-18



G. Diagnosis Penegakan diagnosis leukoplakia masih sering mengalami kendala karena etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan namun dapat menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. Diagnosis definitif leukoplakia dari penemuan lesi putih di area mukosa oral pada saat pemeriksaan fisik tanpa ditemukannya etiologi seperti riwayat merokok, infeksi, riwayat keganasan pada anamnesis atau pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti biopsi sangat direkomendasikan untuk melihat perubahan histologis yang terjadi. Biopsi dilakukan pada area yang paling tampak perubahannya. Pada pasien dengan leukoplakia multifokal, biopsi dapat dilakukan pada beberapa tempat (field mapping). Pemeriksaan histopatologis ini masih merupakan baku emas dalam penegakan diagnosis leukoplakia.20,21 Leukoplakia di diagnosis banding dengan lesi putih lain seperti lichen planus, jamur, sifilis, leukoplakia berambut, atau karsinoma. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membuat diagnosis yang akurat dari leukoplakia mulut. Tes serologi diperlukan untuk mengeksklusi sifilis sebagai







7



faktor etiologi. Jika lesi mengandung nodul keras, atau terdapat ulserasi atau papillomatous, atau terfixasi dengan jaringan dasarnya, maka diperlukan biopsy untuk mengeksklusi bahwa lesi tersebut disebabkan oleh kanker. Terdapat juga lesi lain dengan etiologi yang tidak diketahui yang mungkin akan menyulitkan penegakan diagnosis. Psoriasis merupakan salah satunya, lesi ini memiliki gambaran seperti renda (lacelike), mengkilat dan lebih superficial dibandingkan dengan leukoplakia. Yang kedua adalah lichen planus, biasanya tampak sebagai spot putih kecil hingga besar dapat juga berbentuk gelang (annular) atau papular. Terdapat beberapa rekomendasi mengenai alur penegakan diagnosis leukoplakia, di antaranya dengan menggunakan diagram skematis yang dapat membantu pengenali leukoplakia dengan cara mengeliminasi penyakitpenyakit mukosa lain.17 Plak putih Eksklusi dari kondisi/penyakit/kelainan lain yang telah diketahui berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Diagnosis klinis sementara leukoplakia



Biopsi: Menyingkirkan penyakit lain yang telah diketahui



Konfirmasi penyakit lain yang telah diketahui



Leukoplakia dengan displasia



Revisi diagnosis pada penyakit lain



Leukoplakia tanpa displasia



Gambar 7. Skema diagnosis leukoplakia.17







8



H. Penatalaksanaan Leukoplakia berpotensi untuk menjadi keganasan, ketika menghadapi dua atau tiga lesi, pilihan terapi adalah pembedahan. Pada leukoplakia multipel atau berukuran besar, pembedahan menjadi tidak praktis karena akan mengakibatkan deformitas yang tidak dapat diterima atau disabilitas fungsional. Terapi dapat berupa pembedahan cryo (cryosurgery), pembedahan laser (laser surgery) atau menggunakan bloemycin topikal. Akan tetapi, pada 30% kasus yang ditangani, leukoplakia dapat terjadi kembali dan terapi tidak dapat menghentikan beberapa leukoplakia berubah menjadi squamous cell carcinoma. Leukoplakia idiopatik, leukoplakia non-homogen, leukoplakia pada daerah risiko tinggi mulut dan leukoplakia yang menunjukkan displasia epitelial tingkat moderat atau berat, serta leukoplakia yang mempunyai faktor risiko berubah menjadi keganasan harus diterapi secara agresif. Perubahan warna, tekstur atau ukuran dan penampakan leukoplakia harus diperhatikan sebagai kemungkinan perubahan keganasan.22 Menurut Longshore dan Camisa, berikut tatalaksana leukoplakia: 23 1. Hilangkan semua faktor penyebabnya 2. Tidak ada displasia atau ada displasia ringan à bedah eksisi / operasi laser pada lesi pada ventral / lateral lidah, lantai mulut, langit-langit lunak dan orofaring. Observasi dan tindak lanjut untuk semua lokasi anatomi lainnya 3. Adanya displasia sedang atau berat à bedah eksisi atau terapi laser adalah perawatan pilihan 4. Lesi merah (erythroplakia atau leukoerythroplakia) à bedah adalah yang terbaik 5. Proliferative verrucous leukoplakia à bedah lengkap eksisi / operasi laser jika memungkinkan 6.



Evaluasi tindak lanjut untuk semua lesi



I. Prognosis Leukoplakia memilki prognosis yang sangat baik jika diagnosis dapat diketahui lebih awal. Selain itu, kanker pada mukosa mulut yang berhubungan







9



dengan leukoplakia sebagai lesi prakankernya juga menunjukkan prognosis yang sangat bagus. Gambaran klinis berupa patch putih pada mukosa mulut dapat dilakukan pemeriksaan biopsi untuk menyingkirkan penyebab lain seperti kanker mulut.4,23 J. Komplikasi Kanker mulut merupakan salah satu komplikasi dari leukoplakia. Gambaran klinis ini dapat menjadi suatu penanda awal dari suatu kanker mulut. Keluhan lain pasien dengan leukoplakia adalah rasa tidak nyaman ketika makan makanan yang asam. 9,12,23







10



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dan berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut. Predisposisi leukoplakia terdiri atas beberapa faktor yang multipel yiatu: faktor lokal, faktor sistemik, dam malnutrisi vitamin. Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah diferensiasi abnormal dari epitel mukosa. Leukoplakia dapat di klasifikasikan berdasarkan onset kedalam 3 kelompok, yaitu: acute leukoplakia, chronic leukoplakia, dan intermediate leukoplakia. Selain itu leukoplakia juga dapat dibedakan berdasarkan dua tipe klinis leukoplakia yaitu homogen dan non homogen. Diagnosis definitif leukoplakia dari penemuan lesi putih di area mukosa oral pada saat pemeriksaan fisik tanpa ditemukannya etiologi seperti riwayat merokok, infeksi, riwayat keganasan pada anamnesis atau pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti biopsi sangat direkomendasikan untuk melihat perubahan histologis yang terjadi karena leukoplakia memiliki kemungkinan untuk menjadi ganas dalam beberapa tahun. Penatalaksanaan leukoplakia dilakukan dengan menghilangkan semua faktor penyebabnya, dapat berupa pembedahan cryo (cryosurgery), pembedahan laser (laser surgery) atau menggunakan bloemycin topical. Prognosis leukoplakia sangat bagus bila ditemukan pada tingkat awal. B. Saran Perawatan yang biasanya dilakukan dalam kasus leukoplakia adalah menghentikan sumber iritasi. Salah satunya dengan menghentikan rokok dan konsumsi alkohol. Perlu dilakukan tindakan perawatan lanjutan setelah jaringan dibuang karena sering terjadi kambuhan. Biasanya dilakukan secara rutin selama tiga tahun setelah pembuangan jaringan. Pencegahan timbulnya







11



leukoplakia adalah dengan tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memakan buah dan sayuran segar, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan gigi dan mulut, memperbaiki maloklusi dan memperbaiki gigi tiruan yang letaknya kurang baik. Leukoplakia merupakan kelainan pada mulut yang sering dijumpai sehingga perlu adanya kewaspadaan kemungkinan menjadi ganas. Maka dari itu, perlu diagnosis secara tepat termasuk pemeriksaan penunjang berupa biopsi apabila dicurigai kearah keganasan, sehingga dapat dilakukan intervensi dini. Penanganan saat awal dan baik memiliki prognosis baik dan deformitas minimal. Selain itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada orang orang yang memiliki faktor resiko leukoplakia guna meningkatkan kesadaran masyarakat, tujuannya agar dapat dilakukan pencegahan dan penanganan dini leukoplakia.







12



DAFTAR PUSTAKA



1. Neville, B.W. and Day, T.A., (2002) Oral cancer and precancerous lesions. CA: a cancer journal for clinicians, 52(4), pp.195-215. 2. Hasibuan S (2004). Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. USU Digital Library. 3. Ibsen OAC, Phelan JA (2004). Oral pathology for dental hyegienist, 4th ed. St. Louis, Missouri: Saunders; 260-3. 4. Brouns ER, Baart JA, Bloemena E, Karagozoglu H, van der Waal I (2013). The relevance of uniform reporting in oral leukoplakia: definition, certainty factor and staging based on experience with 275 patients. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 18(1):e19-26 5. World Health Organization Collaborating Centre for Oral Precancerous



lesions. Definition of leukoplakia and related lesions: an aid to studies on oral precancer. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1978; 46: 518–39. 6. Soukos N (2008). Oral Leukoplakia, Idiopathic. In Medscape Reference. http://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#showall - diakses 19 Februari 2020 7. Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology, Pathology & Surgery 2(2):18-22 8. Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review. International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561. 9. Petti S (2003). Pooled estimate of world leukoplakia prevalence: a systematic review. Oral Oncology 39(8): 770-780. 10. Napier SS, Speight PM – Natural history of potentially malignant oral lesions and conditions: an overview of the literature. J Oral Pathol Med. 2008; 37:1-10



11. Budiasuri AM (2002). Leukoplakia: lesi praganas rongga mulut yang sering dijumpai. 12. Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S (2014). Oral Leukoplakia – an Update. Maedica Buchar 9(1): 88-93







13



13. Burket. Lesi merah dan lesi putih pada mukosa mulut. Dalam Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan terapi. Alih Bahasa : Drg. P. P. Sianita Kurniawan. Edisi kedelapan. 1994: 299-316. 14. Caldeira K, Davis SJ, Peters GP. (2011). The supply chain of CO2 emission. Proceedings of National Academy of Sciences, 108(45): 1-5.



15. Reibel J. (2003). Prognosis of oral premalignant lesions: significance of clinical, histopathological, and molecular biological characteristics. Critical Reviews in Oral Biology & Medicine, 14(1): 47-62 16. Patterson



Dental



Supply



(2004).



Leukoplakia.



http://www.breadentistry.com/files/pdf/OPG_leuk.pdf 17. Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007). Nomenclature and classification of potentially malignant disorders of oral mucosa. Journal of Oral & Pathology Medicine, 36: 575-580 18. Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS (2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24 19. Cade JE (2017). Hairy Leukoplakia. Diakses tanggal 19 Februari 2020 pada http://emedicine.medscape.com/article/279269-overview 20. Thomson PJ, Hamadah O.(2007). Cancerisation within the oral cavity: The use of 'field mapping biopsies' in clinical management. Oral Oncology, 43: 20-26 21. Torres-Rendon A, Stewart R, Craig GT, Wells M, Speight PM. (2009). DNA ploidy analysis by image cytometry helps to identify oral epithelial dysplasias with a high riskof malignant progression. Oral Oncology, 45: 468-473 22. Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence and critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69 23. Longshore SJ, Camisa C (2002). Detection and management of premalignant oral leukoplakia. Dermatol Ther 15: 229-235







14