Referat Leukoplakia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERENSI ARTIKEL



LEUKOPLAKIA



DISUSUN OLEH: KURNIAWAN ADE NOVRIANTO G 99181039 Periode : 12 November – 26 November 2018



PEMBIMBING : drg. VITA NIRMALA ARDANARI, Sp. Pros., Sp. KG.



KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA 2018 0



HALAMAN PENGESAHAN



Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Referensi artikel dengan judul:



Leukoplakia



Hari, tanggal : Kamis, 15 November 2018



Oleh: Kurniawan Ade Novrianto



G 99181039



Mengetahui dan menyetujui, Pembimbing Referensi Artikel



drg. Vita Nirmala Ardanari, Sp.Pros., Sp.KG. NIP. 19660827 199403 2 003



1



DAFTAR ISI



Hal HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................



1



DAFTAR ISI ...................................................................................................



2



PENDAHULUAN ..........................................................................................



3



TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................



5



A. Definisi ...........................................................................................



5



B. Anatomi Mulut ...............................................................................



5



C. Epidemiologi ..................................................................................



8



D. Etiologi ……………………………………………………………



9



E. Patofisiologi ……………………………………………………….. 11 F. Tanda dan Gejala .............................................................................



11



G. Klasifikasi …………………………………………………………. 13 H. Diagnosis ………………………………………………………….. 18 I. Penatalaksanaan …………………………………………………… 21 J. Prognosis dan Komplikasi ………………………………………… 22 SIMPULAN ....................................................................................................



24



SARAN ……………………………………………………………………….



25



DAFTAR PUSTKA .........................................................................................



26



2



BAB I PENDAHULUAN Leukoplakia merupakan suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan, karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering terjadi akibat adanya kelainan sistemik. Perlu diingat bahwa kelainan yang terjadi pada umumnya memberikan gambaran yang mirip antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang tepat. Kendala dalam menegakkan diagnosis leukoplakia masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan tetapi pada akhirnya menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Menurut World Health Organization (WHO), Leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan dan secara klinis maupun histologis berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut serta tidak dapat dihubungkan dengan sebab fisik atau kimia kecuali penggunaan tembakau (Neville dan Day, 2002; Saukos, 2008). Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut berupa penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai hilang dan sering berpotensi menjadi suatu keganasan (Kayalvizhi, 2016). WHO mendefinisikan leukoplakia sebagai sebuah plak putih dengan risiko peningkatan kanker mulut dipertanyakan setelah menyingkirkan penyakit atau kelainan yang tidak meningkatkan risiko. (Brouns et al, 2013)



B. Epidemiologi Estimasi prevalensi global leukoplakia berkisar antara 0,5% - 3,46% dan perubahan keganasan dari leukoplakia sekitar 0,7% - 2,9% (Feller, 2012). Leukoplakia banyak ditemukan di India dimana masyarakat banyak merokok (Petti, 2003). Leukoplakia sering ditemukan pada laki-laki, dan prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut perkiraan, leukoplakia lebih banyak dijumpai pada laki-laki berusia di atas 40 tahun (Napier, 2008).



C. Etiologi Etiologi leukoplakia belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Menurut beberapa ahli klinik, predisposisi leukoplakia terdiri atas beberapa faktor yang



5



multipel yiatu: faktor lokal, faktor sistemik, dam malnutrisi vitamin (Budiasuri, 2002). 1. Faktor Lokal Biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain: a. Trauma 1) Trauma karena gigitan tepi atau akar gigi yang tajam 2) Iritasi dari gigi yang malposisi 3) Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi 4) Adanya kebiasaan menggigit jaringan mulut, pipi dan lidah b. Bahan kimia atau termal 1) Tembakau Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut "Stomatitis Nicotine". Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum. Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya "multinodular" dengan bintik-bintik kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar saliva yang membengkak dan terjadi perubahan di daerah sekitarnya. Banyak penelitian yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.



2) Alkohol



6



Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor



yang



memudahkan



terjadinya



leukoplakia,



karena



pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa. c. Bakteri Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai kebersihan mulut yang kurang baik. 2. Faktor Sistemik Selain dari faktor yang terjadi secara lokal di atas, kondisi dari membran mukosa mulut yang dipengaruhi oleh penyakit lokal maupun sistemik berperan penting dalam meningkatkan efektifitas yang bekerja secara lokal (Burket, 1994). a. Penyakit sistemik, penyakit sistemik yang behubungan dengan leukoplakia antara lain adalah sifilis tertier, anemia sidrofenik, dan xeroftalmia yang disebabkan pleh penyakit kelenjar saliva. b. Bahan-bahan yang diberikan secara sistemik seperti alkohol, obat-obat antimetabollit, dan serum antilimfosit spesifik (Burket, 1994). 3. Faktor Malnutrisi Vitamin Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan manifestasi dari pemasukkan vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan menggunakan binatang tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik (Budiasuri, 2002).



D. Patofisiologi



7



Pasien dengan leukoplakia idiopatik memiliki risiko tinggi berkembang menjadi kanker. Penelitian oleh Downer, pada sejumlah pasien leukoplakia, 4%17% lesi berubah menjadi tumor maligna dalam waktu 20 tahun. Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah diferensiasi abnormal dari epitel mukosa dengan ditandai peningkatan aktivitas keratinisasi pada permukaan selnya yang memproduksi penampakan klinis yang mukosa yang berwarna putih. Proses ini juga dibersamai dengan perubahan ketebalan dari jaringan epitelial (Reibel J, 2003). Dasar molekuler pada perubahan tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa data penelitian menyebutkan adanya perubahan ekspresi onkogen/TSG, ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, akumulasi stres oksidatif dan displasia epitel berperan dalam perubahan yang terjadi pada leukoplakia (Kawanishi S & Murata M, 2006).



E. Tanda dan Gejala Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih yang tidak bisa digolongkan secara klinis atau patologis ke dalam penyakit lainnya. Leukoplakia merupakan lesi prakanker yang paling banyak, yaitu sekitar 85% dari semua lesi prakanker. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum, daerah dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermacam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda. Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang agak transparan, berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar. Biasanya batasnya tegas tetapi dapat juga berbatas tidak tegas.Lesi dapat berkembanga dalam minggu sampai bulan menjadi tebal, sedikit meninggi dengan tekstur kasar dan keras. Lesi ini biasanya tidak sakit, tetapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan lainnya.



8



Selanjutnya leukoplakia dapat berkembang menjadi granular atau nodular leukoplakia. Leukoplakia juga dapat berkembang dan berubah bentuk menjadi eritroplakia. Leukoplakia memiliki penampilan yang beragam, ada gejala yang



ditunjukkan pada bagian langit-langit mulut, mukosa pipi, bahkan lidah. Leukoplakia ini sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Warna Leukoplakia biasanya berupa perbedaan warna pada daerah yang terkena. Perubahan warna tersebut berupa adanya sebidang wilayah kecil yang berwarna putih atau keabuan. Tanda ini biasanya tidak dapat hilang walaupun digosok atau dibersihkan. Terkadang, Leukoplakia dapat menunjukkan warna merah atau warna gelap yang mengarah pada erithroplakia, di mana kondisi ini menunjukkan gejala pada precancer (kanker) b. Tekstur Tekstur dari leukoplakia pada wilayah yang terkena biasanya tidak beraturan dan rata.Tidak ada pembengkakan atau jorokan ke dalam di wilayah Leukoplakia. c. Struktur Pada leukoplakia ini, biasanya area leukoplakia akan mengalami penebalan dan pengerasan. Contohnya, adanya leukoplakia pada dinding pipi bagian dalam, akan terasa lebih keras dan tebal. d. Rasa Sakit Leukoplakia ditandai dengan bidang putih atau keabuan yang dominan. Biasanya tanda ini disertai dengan adanya rasa sakit pada daerah lesi. Rasa sakit ini biasanya berlangsung sampai dengan 2 minggu tanpa adanya penyembuhan sendiri. Bila hal ini terjadi, penderita akan lebih baik mengunjungi dokter gigi.



9



e. Jaringan Secara mikroskopis, akan ada perubahan menetap dari jaringan yang terkena leukoplakia. Sebagai contoh, perubahan struktur epitel pada leukoplakia. Leukoplakia dengan klasifikasi yang disebut Hairy Leukoplakia dapat terjadi pada orang-orang yang sistem imunya lemah atau mereka yang sedang dalam pengobatan. Leukoplakia ini perlu diketahui ciri-cirinya karena sering di anggap sariawan oleh orang awam.



- Leukoplakia pada pipi



- Leukoplakia pada gusi



- Leukoplakia pada lidah



- Leukoplakia pada bibir



Gambar 6. Tanda dan gejala leukoplakia F. Klasifikasi Berdasarkan ukuran lesi, klinis dan tingkatan patologis, WHO merumuskan klasifikasi leukoplakia sebagai berikut (Warnakulasuriya, 2007):



10



Ukuran lesi



Klinis



Patologis



Lx- ukuran tidak spesifik



C1- Homogen



Px- Tidak spesifik



L1- kurang dari 2 cm,



C2- Nonhomogen



P0- Tidak ada displasia



single/multiple



epitel



L2- 2-4 cm, single/multiple



P1- Displasia epitel jelas



L3- lebih dari 4 cm, single/multiple Staging



Klinis



Patologis



Stage 1



L1P0



L1C1



Stage 2



L2P0



L2C1



Stage 3



L3P0



L3C1



Stage 4



L3P1



L3C2



Ward dan Hendrick mendeskripsikan klasifikasi leukoplakia secara klinis berdasarkan onset menjadi: 1. Acute leukoplakia Onsetnya mulai dari hari, minggu hingga bulan. Lesi ini berkembang dengan cepat, terdapat penebalan berupa kerucut, beberapa kasus menunjukkan adanya ulserasi atau pembentukan papilloma. Leukoplakia jenis ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi malignan dibandingkan dengan chronic leukoplakia. 2. Chronic leukoplakia Onsetnya dapat terjadi selama sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun. Leukoplakia tipe ini memiliki penampakan yang menyebar dan tipis, seperti selaput putih pada permukaan dari membrane mucus. Pada palatum mungkin didapatkan lesi merah kecil seukuran kepala peniti seperti kawah kecil. Di bagian tengahnya terdapat tumpukan kapiler yang



11



akan mengalami perdarahan walau dengan trauma yang ringan. Leukoplakia jenis ini jarang menjadi ganas. 3. Intermediate leukoplakia Dapat dikatakan juga sebagai leukoplakia sub akut. Kemungkinan merupakan bentuk awal dari leukoplakia kronik dan berada antara tipe akut dan kronik. Selain itu, leukoplakia juga dibedakan berdasarkan dua tipe klinis leukoplakia yaitu homogen dan non homogen. Pada tipe homogen berupa lesi putih yang datar dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan yang halus atau berkerut. Teksturnya konsisten dan biasanya asimptomatik.



Gambar 7. Homogenous Leukoplakia (Parlatescu et al., 2014) Sementara leukoplakia non-homogen umumnya simptomatis dan memiliki beberapa variasi sebagai berikut: 1. Proliferative verrucous leukoplakia (PVL): Hansen et al., menjelaskan PVL memiliki tingkat transformasi ganas yang tinggi, dimana menurut WHO, PVL adalah lesi progresif multifokal yang sering ditemukan pada wanita. Daerah yang sering terkena adalah gingival bawah, lidah dan mukosa bukal (Warnakulasuriya, 2007).



12



Gambar 8. Proliferative verrucous leukoplakia (Parlatescu et al., 2014) 2. Oral erythroleukoplakia (OEL): lesi non-homogen dengan warna campuran putih dan merah. Ini didefinisikan sebagai tambalan merah yang berapi-api yang tidak bisa dicirikan seara klinis atau patologis sebagai penyakit definitif lainnya. OEL menunjukkan potensi transformasi ganas yang lebih tinggi daripada leukoplakia homogen (Warnakulasuriya, 2007)



Gambar 9. Oral erythroleukoplakia (Guilgen et al., 2014) 3. Sublingual keratosis: plak putih lembut di daeraqh sublingual dengan permukaan keriput, tidak beraturan namun terdefinisi dengan baik garis besar dan kadang berbentuk kupu-kupu (Scully et al., 1999)



13



Gambar 10. Sublingual keratosis (Scully dan Felix, 2005) 4. Candidal leukoplakia (CL): leukoplakia dengan gambaran lesi yang luas, putih pekat, keras dan kasar pada permukannya (Scully et al., 1994)



Gambar 11. Candidal leukoplakia (Parlatescu et al., 2014) 5. Oral hairy leukoplakia (OHL) atau dikenal sebagai lesi Greenspan : ditandai dengan bercak putih bergelombang dimana terdapat rambutrambut yang tumbuh pada permukaan lesi dan sering terdapat pada lidah. Sering disebabkan oleh reaktivasi dari Epstein Barr-Virus (Van der Waal et al., 1997)



14



Gambar 12. Oral hairy leukoplakia (Cade, 2017)



G. Diagnosis Penegakan diagnosis leukoplakia masih sering mengalami kendala. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan namun dapat menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. Diagnosis definitif leukoplakia dari penemuan lesi putih di area mukosa oral pada saat pemeriksaan fisik tanpa ditemukannya etiologi seperti riwayat merokok, infeksi, riwayat keganasan pada anamnesis atau pemeriksaan



fisik.



Pemeriksaan



penunjang



seperti



biopsi



sangat



direkomendasikan untuk melihat perubahan histologis yang terjadi. Biopsi dilakukan pada area yang paling tampak perubahannya. Pada pasien dengan leukoplakia multifokal, biopsi dapat dilakukan pada beberapa tempat (field mapping). Pemeriksaan histopatologis ini masih merupakan baku emas dalam penegakan diagnosis leukoplakia (Thomson PJ & Hamadah O, 2007; TorresRendon A et al., 2009). Berdasarkan konsep yang diterima oleh World Health Organization maka batasan leukoplakia adalah lesi yang tidak ada konotasi histologinya dan dipakai hanya sebagai deskripsi klinis (Neville dan Day, 2002). Jadi definisinya adalah suatu penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai hilang dan tidak dapat



15



digolongkan secara klinis atau histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh: seperti likhen planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus) (Neville dan Day, 2002). Leukoplakia di diagnosis banding dengan lesi putih lain seperti likhen planus, jamur, sifilis, leukoplakia berambut, atau karsinoma. Untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan yang teliti pada seluruh rongga mulut dan nodus limfa pada leher diperlukan untuk membuat diagnose yang akurat dari leukoplakia mulut. Tes serological deperlukan untuk mengeksklusi sifilis sebagai factor etiologi. Jika lesi mengandung nodul keras, atau terdapat ulserasi atau papillomatous, atau terfixasi dengan jaringan dasarnya, maka diperlukan biopsy untuk mengeksklusi bahwa lesi tersebut disebabkan oleh kanker. Terdapat juga lesi lain dengan etiologi yang tidak diketahui yang mungkin akan menyulitkan penegakan diagnosis. Psoriasis merupakan salah satunya, lesi ini memiliki gambaran seperti renda (lacelike), mengkilat dan lebih superficial dibandingkan dengan leukoplakia. Yang kedua adalah lichen planus, biasanya tampak sebagai spot putih kecil hingga besar dapat juga berbentuk gelang (annular) atau papular. Terdapat beberapa rekomendasi mengenai alur penegakan diagnosis leukoplakia, di antaranya dengan menggunakan diagram skematis yang dapat membantu pengenali leukoplakia dengan cara mengeliminasi penyakit-penyakit mukosa lain (Warnakulasuriya, 2007).



16



Plak putih



Eksklusi dari kondisi/penyakit/kelainan lain yang telah diketahui berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan



Diagnosis klinis sementara leukoplakia



Biopsi: Menyingkirkan penyakit lain yang telah diketahui



Leukoplakia dengan displasia



Konfirmasi penyakit lain yang telah diketahui



Revisi diagnosis pada penyakit lain



Leukoplakia tanpa displasia



Gambar 13. Skema diagnosis leukoplakia.



17



Gambar 14. Algoritma diagnosis lesi putih pada mulut (Kai dan Ajith, 2009).



H. Penatalaksanaan Leukoplakia berpotensi untuk menjadi keganasan, ketika menghadapi dua atau tiga lesi, pilihan terapi adalah pembedahan. Pada leukoplakia multipel atau berukuran besar, pembedahan menjadi tidak praktis karena akan mengakibatkan deformitas yang tidak dapat diterima atau disabilitas fungsional. Terapi dapat berupa pembedahan cryo (cryosurgery), pembedahan laser (laser surgery) atau menggunakan bloemycin topikal. Akan tetapi, pada 30% kasus yang ditangani, leukoplakia dapat terjadi kembali dan terapi tidak dapat menghentikan beberapa leukoplakia berubah menjadi squamous cell carcinoma. Leukoplakia idiopatik, leukoplakia non-homogen, leukoplakia pada daerah risiko tinggi mulut dan leukoplakia yang menunjukkan displasia epitelial tingkat moderat atau berat, serta leukoplakia yang mempunyai faktor risiko berubah menjadi keganasan harus diterapi secara agresif. Perubahan warna, tekstur atau ukuran dan penampakan



18



leukoplakia harus diperhatikan sebagai kemungkinan perubahan keganasan (Lodi dan Porter, 2008). Menurut Longshore dan Camisa, berikut tatalaksana leukoplakia: 1. Hilangkan semua faktor penyebabnya 2. Tidak ada displasia atau ada displasia ringan  bedah eksisi / operasi laser pada lesi pada ventral / lateral lidah, lantai mulut, langit-langit lunak dan orofaring. Observasi dan tindak lanjut untuk semua lokasi anatomi lainnya 3. Adanya displasia sedang atau berat  bedah eksisi atau terapi laser adalah perawatan pilihan 4. Lesi merah (erythroplakia atau leukoerythroplakia)  bedah adalah yang terbaik 5. Proliferative verrucous leukoplakia  bedah lengkap eksisi / operasi laser jika memungkinkan 6.



Evaluasi tindak lanjut untuk semua lesi (Longshore dan Camisa, 2002).



I. Prognosis dan Komplikasi Prognosis leukoplakia sangat bagus dan deformitas akibat operasi juga bisa diminimalkan bila penyakit ditemukan pada stadium awal. Selain itu, kanker pada mukosa mulut yang diasosiasikan dengan leukoplakia sebagai lesi prakankernya juga menunjukkan prognosis yang sangat bagus. Leukoplakia oral adalah lesi yang menyajikan sebagai 'patch yang putih' di mukosa mulut. Dokter gigi mungkin menduga terjadinya leukoplakia pada pemeriksaan; Namun, pada saat biopsi kemungkinan akan diambil untuk menyingkirkan penyebab lain, seperti kanker mulut. Selama biopsi, sepotong kecil jaringan dari lesi akan dihapus untuk diperiksa di laboratorium. Seorang agen mati rasa akan digunakan sehingga pasien tidak akan merasa sakit. Leukoplakia biasanya tidak berbahaya, dan lesi biasanya jelas dalam beberapa minggu atau bulan setelah sumber iritasi dihapus. 19



Termasuk dari komplikasi leukoplakia ialah kanker mulut. Dimana beberapa dari leukoplakia akan berujung ke kanker. Leukoplakia merupakan gejala awal dimana gejala awal dari suatu kanker mulut. Sedangkan dampak dari penyakit ini berupa rasa tidak nyaman dimulut terutama ketika sedang memakan makanan yang asam.



20



BAB III SIMPULAN



Leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dan berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut. Predisposisi leukoplakia terdiri atas beberapa faktor yang multipel yiatu: faktor lokal, faktor sistemik, dam malnutrisi vitamin. Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah diferensiasi abnormal dari epitel mukosa. Leukoplakia dapat di klasifikasikan berdasarkan onset kedalam 3 kelompok, yaitu: acute leukoplakia, chronic leukoplakia, dan intermediate leukoplakia. Selain itu leukoplakia juga dapat dibedakan berdasarkan dua tipe klinis leukoplakia yaitu homogen dan non homogen. Diagnosis definitif leukoplakia dari penemuan lesi putih di area mukosa oral pada saat pemeriksaan fisik tanpa ditemukannya etiologi seperti riwayat merokok, infeksi, riwayat keganasan pada anamnesis atau pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti biopsi sangat direkomendasikan untuk melihat perubahan histologis yang terjadi karena leukoplakia memiliki kemungkinan untuk menjadi ganas dalam beberapa tahun. Penatalaksanaan leukoplakia dilakukan dengan menghilangkan semua faktor penyebabnya, dapat berupa pembedahan cryo (cryosurgery), pembedahan laser (laser surgery) atau menggunakan bloemycin topical. Prognosis leukoplakia sangat bagus bila ditemukan pada tingkat awal.



21



BAB IV SARAN



Penanganan awal



yang dilakukan dalam kasus leukoplakia adalah



menghentikan sumber iritasi. Tindakan yang bisa dilakukan untuk pencegahan leukoplakia dapat dilakukan dengan tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memakan buah dan sayuran segar, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki maloklusi dan memperbaiki gigi tiruan yang letaknya kurang baik. Leukoplakia patut diwaspadai karena memiliki kemungkinan menjadi keganasan. Maka dari itu, perlu diagnosis secara tepat termasuk pemeriksaan penunjang berupa biopsi apabila dicurigai kearah keganasan, sehingga dapat dilakukan intervensi dini. Penanganan saat awal dan baik memiliki prognosis baik dan deformitas minimal. Selain itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada orang orang yang memiliki faktor resiko leukoplakia guna meningkatkan kesadaran masyarakat, tujuannya agar dapat dilakukan pencegahan dan penanganan dini leukoplakia.



22



DAFTAR PUSTAKA



Bagan JV, Jimenez Y, Sanchis M (2003). Proliferative verrucous leukoplakia: high incidence of gingival squamous cell carcinoma. Journal of Oral Pathology and Medicine 32(7):379-382 Banoczy J. (1983). Oral leukoplakia and other white lesions of the oral mucosa related to dermatological disorders. Journal of Cutaneous Pathology, 10: 238256 Brouns ER, Baart JA, Bloemena E, Karagozoglu H, van der Waal I (2013). The relevance of uniform reporting in oral leukoplakia: definition, certainty factor and staging based on experience with 275 patients. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 18(1):e19-26 Budiasuri AM (2002). Leukoplakia: lesi praganas rongga mulut yang sering dijumpai. Burket. Lesi merah dan lesi putih pada mukosa mulut. Dalam Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan terapi. Alih Bahasa : Drg. P. P. Sianita Kurniawan. Edisi kedelapan. 1994: 299-316. Cade JE (2017). Hairy Leukoplakia. Diakses tanggal 25 Juli 2017 pada http://emedicine.medscape.com/article/279269-overview Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review. International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561. Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS (2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24 Hasibuan S (2004). Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. USU Digital Library. Ibsen OAC, Phelan JA (2004). Oral pathology for dental hyegienist, 4th ed. St. Louis, Missouri: Saunders; 260-3. 23



Kai HL, Ajith DP (2009). Oral white lesions: pitfalls of diagnosis. MJA volume 190. No. 5. 190: p. 276 Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology, Pathology & Surgery 2(2):18-22 Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence and critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69 Longshore SJ, Camisa C (2002). Detection and management of premalignant oral leukoplakia. Dermatol Ther 15: 229-235 Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S (2014). Oral Leukoplakia – an Update. Maedica Buchar 9(1): 88-93 Roed-Petersen B, Gupta PC, Pindborg JJ, Singh B (1972). Association between oral leukoplakia and sex, age, and tobacco habits. Bull World Health Organ 47:139 Soames JV, Southam JC (1999) Oral Pathology. Oxford: Oxford University of Press. p: 139-140 Soukos N (2008). Oral Leukoplakia, Idiopathic. In Medscape Reference. http://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#showall - diakses 13 Desember 2017 Van der Waal, I (2009) Potentially malignant disorders of the oral and oropharyngeal mucosa; terminology, classification and present concepts of management. Oral Oncol 45: 317-323 Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007). Nomenclature and classification of potentially malignant disorders of oral mucosa. Journal of Oral & Pathology Medicine, 36: 575-580 World Health Organization Collaborating Centre for Oral Precancerous lesions. Definition of leukoplakia and related lesions: an aid to studies on oral precancer. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1978; 46: 518–39.



24