Leveling Mesin Bor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PERAWATAN dan PERBAIKAN MESIN LEVELING MESIN BOR



Disusun oleh : Nama



: Rafiah Rahmadani



Kelas



: Me 3F



No.Absen



: 18



PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2017



BAB I PENDAHULUAN



1.1 TUJUAN Dengan melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :  Melakukan



pengukuran



dan



pengecekan



tentang



kepresisian



dan



kestandartan mesin.  Mengetahui akibat – akibat yang ditimbulkan karena penyimpangan – penyimpangan dari toleransi yang diizinkan.  Menganalisa sebab – sebab terjadinya penyimpangan toleransi.  Melakukan “ setting ” mesin yang baru.  Menanamkan kepercayaan bahwa dengan mesin yang besar dapat menghasilkan benda kerja yang presisi/pasti dan tepat.



1.2



DASAR TEORI Mesin-mesin



perkakas



seperti



mesin



bor,



dipergunakan



untuk



mengerjakan benda – benda untuk ketelitian tertentu. Hal ini dapat dicapai apabila mesin bor tersebut kondisinya masih baik, dalam arti ketelitian geometriknya masih dalam toleransi ynag diijinkan. Ketelitian geometric disini adalah penyimpangan ukuran pada bagian-bagian tertentu dari mesin bor ketika digerakkan atau diputar. Klasifikasi ketelitian geometrik suatu mesin perkakas ada 3, yaitu : 1. Ketelitian geometrik statik ( manufacturing accuracy ), adalah sejauh mana ukuran nyata dari mesin perkakas dalam keadaan drain ( tidak bekerja ) mendekati ukuran baku. 2. Ketelitian geometrik dinamik ( working accuracy ), adalah sejauh mana ukuran nyata ( yang terukur ) dari mesin perkakas dalam keadaan bekerja mendekati ukuran baku tertentu.



3. Ketelitian geometrik hasil kerja mesin perkakas ( performance accuracy ), adalah sejauh mana ukuran geometrik suatu banda kerja yang dikerjakan oleh mesin perkakas itu mendekati ukuran baku tertentu.



Beberapa penyebab menurunnya ketelitian geometrik mesin bor antara lain : 



Ketelitian pembebanan dalam pemakaian.







Getaran – getaran yang terlalu besar







Kesalahan dalam menentukan putaran







Kurangnya perawatan







Rendahnya keterampilan / keahlian operator



Pengujian ketelitian geometrik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Pengujian geometrik secara statik, dilakukan untuk mengukur ketelitian “geometrik pembuatan“ yang dilakukan pada saat mesin perkakas sedang drain dan tak berbeban. b. Pengujian geometrik secara dinamik, dilakukan untuk mengukur ketelitian geometrik” Hasil kerja dari mesin perkakas” dari benda kerja yang dikerjakan mesin tersebut.



Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ketelitian geometrik mesin bor adalah : 



Bersihkan alat bantu , alat ukur, dan bagian-bagian mesin yang diukur.







Berikan pelumas pada bagian-bagian terbuka yang akan digerakkan.







Gunakan alat-alat ukur dan alat bantu dengan teliti, hati-hati dan sesuai fungsinya.







Hindarkan dari getaran / goncangan ketika dilakukan pengukuran.



Mesin bor merupakan mesin yang cara kerjanya memutarkan alat pemotong yang arah mata bornya hanya pada sumbu mesin tersebut. Sedangkan pengeboran merupakan kegiatan yang menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam suatu pekerjaan memakai pemotong yang berputar yang disebut bor.



Alat ini sangat memudahkan pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.Jadi secara umum dalam pelaksanaan pengeboran suatu lubang pada benda kerja diperlukan suatu mesin bor yang bekerja baik dan teliti. Mesin dapat mengebor benda kerja secara terus menerus dan mempunyai kecepatan poros yang dapat disetel menurut kebutuhannya dan dapat dilakukan bermacam-macam pengeboran yang sesuai kebutuhan.



Bagian utama mesin bor adalah sebagai berikut :



1. Base ( Dudukan ) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut. Pemasangannya harus kuat karena akan mempengaruhi keakuratan pengeboran akibat dari getaran yang terjadi. 2. Column ( Tiang ) Bagian dari mesin bor yang digunakan untuk menyangga bagian-bagian yang digunakan untuk proses pengeboran. Kolom berbentuk silinder yang mempunyai alur atau rel untuk jalur gerak vertikal dari meja. 3. Table ( Meja ) Bagian yang digunakan untuk meletakkan benda kerja yang akan di bor. Meja kerja dapat disesuaikan secara vertikal untuk mengakomodasi ketinggian pekerjaan yang berbeda atau bisa berputar ke kiri dan ke kanan dengan sumbu poros pada ujung yang melekat pada tiang (column). Untuk meja yang berbentuk



lingkaran bisa diputar 3600 dengan poros ditengah-tengah meja. Kesemuanya itu dilengkapi pengunci (table clamp) untuk menjaga agar posisi meja sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk menjepit benda kerja agar diam menggunakan ragum yang diletakkan di atas meja. 4. Drill ( Mata bor ) Adalah suatu alat pembuat lubang atau alur yang efisien. Mata bor yang paling sering digunakan adalah bor spiral, karena daya hantarnya yang baik, penyaluran serpih (geram) yang baik karena alur-alurnya yang berbentuk sekrup, sudut-sudut sayat yang menguntungkan dan bidang potong dapat diasah tanpa mengubah diameter bor. Bidang–bidang potong bor spiral tidak radial tetapi digeser sehingga membentuk garis-garis singgung pada lingkaran kecil yang merupakan hati bor. 5. Spindle Bagian yang menggerakkan chuck atau pencekam, yang memegang / mencekam mata bor. 6. Spindle Head Merupakan rumah dari konstruksi spindle yang digerakkan oleh motor dengan sambungan berupa belt dan diatur oleh drill feed handle untuk proses pemakananya. 7. Drill Feed Handel Handel untuk menurunkan atau menekankan spindle dan mata bor ke benda kerja ( memakankan) 8. Kelistrikan Penggerak utama dari mesin bor adalah motor listrik, untuk kelengkapanya mulai dari kabel power dan kabel penghubung , fuse / sekring, lampu indicator, saklar on / off dan saklar pengatur kecepatan.



BAB II METODE PRAKTIKUM



2.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :  Spirit Level  Dial Indicator  Mandril  Kunci pas ring  Penyiku  Mesin bor universal



2.2 LANGKAH KERJA 1. Memeriksa tegaklurusan dan kedataran arah longitudinal  Letakan spiritlevel pada meja mesin bor dengan arah longitudinal.  Baca data pada spiritlevel sebagai data 1.a  Letakan spiritlevel pada column mesin bor dengan arah longitudinal.  Baca data pada spiritlevel sebagai data 1.b  Penyimpangan yang diizinkan sebesar 0,1/1000 mm



2. Memeriksa tegaklurusan dan kedataran arah transversal  Letakan spiritlevel pada meja mesin bor dengan arah transversal.  Baca data pada spiritlevel sebagai data 2.a  Letakan spiritlevel pada column mesin bor dengan arah transversal.  Baca data pada spiritlevel sebagai data 2.b  Penyimpangan yang diizinkan sebesar 0,1/1000 mm.



3. Penyimpangan putaran spindel  Pasang mandril pada spindel mesin bor, kencangkan menggunakan kunci chuck.  Pasang dial indicator pada meja mesin bor.



 Letakan ujung dial indicator menekan mandril.  Putar spindel perlahan, lalu baca data pada dial indicator.  Penyimpangan yang diizinkan sebesar 0,03.



4. Ketegakan lurusan dari alas dengan spindel  Pasang mandril pada spindel mesin bor, kencangkan menggunakan kunci chuck.  Pasang dial indicator pada ujung mandirl.  Letakan ujung dial indicator menekan meja mesin bor.  Gerakan meja mesin dengan memutar eretan samping mesin bor.  Baca data pada dial indicator.  Penyimpangan yang diizinkan sebesar 0,2/1000 mm.



5. Kesejajaran sarung pengurang (spindel) dengan tiang (column) dari samping  Pasang mandril pada spindel mesin bor, kencangkan menggunakan kunci chuck.  Pasang dial indicator pada ujung mandirl.  Letakan penyiku pada meja mesin bor dengan arah longitudinal  Letakan ujung dial indicator menekan bagian atas penyiku.  Turunkan kepala mesin bor sepanjang penyiku menggunakan eretan.  Baca data pada dial indicator.  Penyimpangan yang diizinkaan sebesar 0,1/300 mm. 6. Kesejajaran sarung pengurang (spindel) dengan tiang (column) dari depan  Pasang mandril pada spindel mesin bor, kencangkan menggunakan kunci chuck.  Pasang dial indicator pada ujung mandirl.  Letakan penyiku pada meja mesin bor dengan arah transversal.  Letakan ujung dial indicator menekan bagian atas penyiku.  Turunkan kepala mesin bor sepanjang penyiku menggunakan eretan.  Baca data pada dial indicator.  Penyimpangan yang diizinkaan sebesar 0,05/300 mm.



BAB III DATA DAN ANALISIS



3.1 DATA PRAKTIKUM



Percobaan



Penyimpangan diizinkan



1.a 1.b



pengukuran 0,02/1000 mm



0,1/1000 mm



2.a 2.b



yang Hasil



Ketegak lurusan dan kedataran arah



0,04/1000 mm 0,02/1000 mm



0,1/1000 mm



Keterangan



dalam



kondisi baik Ketegak lurusan dan kedataran arah



0,04/1000 mm



longitudinal



longitudinal



dalam



kondisi baik Putaran spindel dalam kondisi



3.



0,03



0,15



4.



0,2/1000 mm



0,02/1000 mm



tidak baik



Ketegak lurusan alas dengan spindel dalam kondisi baik Spindel dengan column dari



5.



0,1/300 mm



0,2/300 mm



arah samping dalam kondisi tidak sejajar. Spindel dengan column dari



6.



0,05/300 mm



0,12/300 mm



arah depan dalam kondisi tidak sejajar.



3.2 ANALISIS  Pada percobaan 1,2,4 masih dalam batas toleransi penyimpangan yang diizinkan sehingga masih dalam kondisi yang baik.  Pada percobaan 3 putaran spindel dalam kondisi yang tidak baik



dikarenakan penyimpangan hasil pengukuran melebihi batas toleransi penyimpangan yang diizinkan sehingga perlu adanya perbaikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya :  Kurangnya perawatan.  Pembebanan kerja mesin yang berlebih.  Kesalahan menentukan putaran.  Kurang keahlian/ketilitian operator dalam menggunakan mesin bor.  Kesalahan saat pengukuran leveling mesin bor.  Pada percobaan 5 spindel dengan column dari arah depan maupun samping



dalam kondisi tidak sejajar dikarenakan penyimpangan hasil pengukuran melebihi batas toleransi penyimpangan yang diizinkan sehingga perlu adanya perbaikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya :  Kurangnya perawatan.  Pembebanan kerja mesin yang berlebih.  Kesalahan menentukan putaran.  Kurang keahlian/ketilitian operator dalam menggunakan mesin bor.  Kesalahan saat pengukuran leveling mesin bor.



BAB IV PENUTUP



4.1 KESIMPULAN Setelah melakukan pengukuran ketelitian geometrik pada mesin bubut dapat kami simpulkan sebagai berikut : 1. Mesin bor yang digunakan untuk praktek



perawatan kondisinya kurang



baik. 2. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat dibutuhkan alat yang presisi dan pengamatan yang cermat. 3. Dalam melakukan pengukuran pada suatu bidang dilakukan minimal tiga kali, dimaksudkan untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat. 4. Kotoran pada bidang yang akan diukur dapat menimbulkan informasi palsu. 4.2 SARAN – SARAN 1. Untuk



keselamatan



kerja



dalam



melakukan



pengukuran,



jangan



menghidupkan mesin. 2. Gunakan alat ukur, alat bantu dengan hati-hati dan sesuai fungsinya masing-masing. 3. Aktifkan magnetic stand selama penggunaan dial indikator. 4. Bersihkan permukaan atau bidang yang akan diukur dari kotoran atau minyak dengan tissue.