Lidah Buaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidah buaya (Aloe vera L.) secara empirik telah dimanfaatkan sebagai antiinflamasi (Barnes, et al., 2002; Bisset & Wichtl, 2001; Ebadi, 2002; Evans, 2002; Gunawan & Mulyani, 2004; Heinrich, et al., 2004; Pole, 2006; Robbers, et al., 1996; Sudarsono dkk., 1996; Soedibyo, 1998; Sweetman, 2005). Inflamasi merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan diri (Baratawidjaja, 2002), akan tetapi inflamasi berpotensi membahayakan dan dapat mendasari perkembangan berbagai penyakit kronis (Sjamsuhidajat & De jong, 2004). Penelitian tentang lidah buaya sebagai antiinflamasi mulai banyak dilakukan, meliputi jus lidah buaya yang dapat menurunkan indeks arthritis pada tikus (Ambarsari, 2006). Salep lidah buaya yang juga menunjukan penurunan gejala arthritis pada tikus yang diinduksi adjuvant-arthritis (Davis, 1985), serta ekstrak air dan kloroform gel lidah buaya yang mampu menurunkan edema dan dilaporkan pula bahwa ekstrak air menginhibisi jalur siklooksigenase (Vasquez et al., 1996). Dikarenakan banyaknya penelitian lidah buaya yang hanya berorientasi pada daun dan gel, dan kurangnya data tentang efek antiinflamasi yang mungkin ada di kulit daun lidah buaya. Peneliti tertarik dan terdorong untuk melakukan penelitian tentang uji efek antiinflamasi ekstrak air daun lidah buaya (Aloe vera L.) meliputi keseluruhan daun, gel dan kulit daun terhadap edema pada telapak kaki tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar. B. Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan yaitu : Apakah ekstrak air daun lidah buaya (Aloe vera L.) dapat memberikan efek antiinflamasi terhadap edema telapak kaki tikus yang diinduksi karagenin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui efek ekstrak air daun lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap edema telapak kaki tikus yang diinduksi karagenin 2. Tujuan Khusus : Mengetahui bagian dari daun lidah buaya (Aloe vera L.) yang memiliki efek antiinflamasi paling kuat D. Manfaat Penelitian 1. Mampu memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya tentang manfaat daun lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai antiinflamasi. 2. Memberikan informasi ilmiah bagi penelitian-penelitian yang serupa selanjutnya yang dapat mendukung penggunaan dan pengembangan lidah buaya (Aloe vera L.) menjadi obat herbal dalam pengobatan inflamasi. 3. Langkah awal untuk uji preklinis selanjutnya, pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi, sampai kepada uji klinis pada manusia. II.



METODE PENELITIAN



A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Eksperimental Semu atau quasi experimental research.



1



2



B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan juni-juli tahun 2011. C. Subyek Penelitian Hewan uji penelitian ini adalah tikus wistar jantan, umur 2-3 bulan, berat badan 150 – 200 gram dengan kondisi sehat. Hewan uji diambil secara random sehingga setiap tikus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi hewan uji, yang dikenal dengan probability sampling method (Chandra, 2008). Jumlah hewan uji ditentukan berdasarkan kriteria WHO (1993), yaitu minimal lima ekor untuk setiap kelompok. Sedangkan untuk tanaman uji adalah lidah buaya. D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (Independent variable) 2.



Variabel terikat (Dependent variable) 3. Variabel luar a. Variabel terkendali b. Variabel tak terkendali



: Variasi dosis ekstrak air daun lidah buaya, kulit daun lidah buaya, gel lidah buaya, Na diklofenak, dan Akuades : Pengurangan volume edema pada telapak kaki tikus : Galur wistar, jenis kelamin, umur, berat badan tikus, makanan (pellet) dan minuman tikus : Stres dan faktor genetik



E. Instrumentasi 1. Alat penelitian: Kandang tikus, blender, panci & wajan, timbangan hewan, spit injeksi 1ml & 3ml, spuit tumpul, gelas beker, pletismometer, stopwatch, pengaduk kaca, kain flannel, thermometer ruang. 2. Bahan penelitian: tikus putih (hewan uji), ekstrak air daun lidah buaya (meliputi gel, kulit daun dan seluruh daun) dosis 200 mg/kgBB dan dosis 400 mg/kgBB, akuades, natrium diklofenak, karagenin. F. Jalannya Penelitian 1. Pembuatan ekstrak air: 100 gram bahan uji (gel, kulit daun dan seluruh daun lidah buaya) dicampur dengan 50 ml akuades, kemudian disaring dan didapatkan filtrat. Masing-masing filtrat dievaporasi (diuapkan) secara manual dengan cara panci diisi dengan air kurang lebih 2/3 bagian dari panci. Kemudian diatas panci diletakkan wajan yang telah diisi dengan filtrat hasil blender dan termometer untuk memantau suhu ± 50oC. Diuapkan sampai didapatkan ekstrak dalam bentuk kental, untuk lebih jelas lihat gambar di bawah ini:



3



Termomet er (Suhu ± 50oC) 2. Cara kerja 40 ekor tikus dipuasakan semalam sebelum penelitian. 40 tikus dikelompokkan menjadi 8 kelompok (5 ekor tikus masing-masing kelompok) dan ditimbang berat badannya. Kemudian diberi perlakuan peroral, yaitu kelompok 1 (2,5ml akuades), kelompok 2 (Na-diklofenak dosis 6,75 mg/kgBB), kelompok 3 (ekstrak gel dosis 200mgkgBB), kelompok 4 (ekstrak gel dosis 400mg/kgBB), kelompok 5 (ekstrak kulit daun dosis 200mg/kgBB), kelompok 6 (ekstrak kulit daun dosis 400mg/kgBB), kelompok 7 (ekstrak seluruh daun dosis 200mg/kgBB) dan kelompok 8 (ekstrak seluruh daun dosis 400mg/kgBB). Kemudian lutut kaki sebelah kiri ditandai dengan pulpen dan diukur volume kakinya (Vol.awal) dengan pletismometer, setelah 1 jam, karagenin 0,5% 0,1ml disuntikan subplantar pedis pada kaki yang telah ditandai kemudian diukur volume kaki tikus (Vol. 0), dan selanjutnya terus diukur volume kaki tikus setiap 30 menit selama 300 menit (Vol. 30 – Vol. 300). Kemudian dicatat volume edema dengan cara:



Vu=Vt −Vo



Keterangan : Vu : Volume edema kaki tikus putih tiap waktu Vt : Volume kaki tikus setelah diradangkan dengan karagenin pada waktu t Vo : Volume kaki tikus sebelum diradangkan G. Analisis Data Volume edema yang terkumpul disusun dalam bentuk tabel serta grafik kemudian dihitung nilai AUC0-300 (Area Under Curve), dengan cara:



AUC tt 21=



V t 1 +V t 2 2



Keterangan :



V t 1 : rata-rata volume edema pada t 1 V t 2 : rata-rata volume edema pada t 2



(t2-t1)



4



Data AUC yang diperoleh kemudian diuji disribusinya dengan one sample Kolmogorov Smirnov (1-Sample K-S), dan diuji homogenitasnya dengan Levene test. Data yang homogen dan terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji statistik parametrik one-way ANOVA, dan post hoc-test untuk membandingkan antara 2 kelompok perlakuan (Riwidikdo, 2008).



III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP UMS Hasil determinasi adalah sebagai berikut : 1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27b, 799b, 800b, 801b, 802b, 806b, 807b, 809b, 810b, 811b, 825b, 826b, 829b, 830b, 831b, 832b, 833b, 834a, 835a, 836a, 837c, 851a, 852b, 853b, 854c, 856b, 857b, 872b, 874b, 875b, 876b, 877c, 916b, 920b, 921b, 922b, 923a, ......................................................................................  Familia : Liliaceae 1b, 3b, 6a, 7a, ...............................................................  Genus : Aloe 1a, 2b, ...........................................................................  Species : Aloe vera L. (Becker & Van den Brink, 1968; Van Stenis, 2005; Tjitrosoepomo, 2007)



B. Hasil Penelitian & Pembahasan Volume edema yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya, dan kemudian dibuat tabel dan grafiknya.



Tabel 1. Volume Edema Telapak Kaki Tikus (ml) Volume edema setelah diinduksi karagenin 0,5% 0,1ml pada menit ke Kelompok Perlakuan 300 0* 30 60 90 120 150 180 210 240 270 Kontrol (-) 0,09 0,11 0,12 0,12 0,12 0,14 0,12 0,12 0,10 0,10 0,10 Kontrol (+) 0,03 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 Gel 1 0,05 0,08 0,07 0,07 0,05 0,04 0,04 0,04 0,03 0,02 0,02 Gel 2 0,03 0,06 0,09 0,06 0,04 0,04 0,06 0,05 0,02 0,03 0,02 Kulit 1 0,05 0,09 0,10 0,07 0,07 0,06 0,08 0,05 0,05 0,02 0,01 Kulit 2 0,04 0,07 0,08 0,09 0,08 0,03 0,06 0,04 0,05 0,03 0,02 Total 1 0,05 0,09 0,10 0,07 0,06 0,03 0,05 0,04 0,04 0,03 0,02 Total 2 0,04 0,08 0,10 0,07 0,06 0,05 0,04 0,04 0,05 0,02 0,01 Keterangan: Kontrol (-) Kontrol (+) Gel 1 Gel 2



: Akuades 2,5ml/200gBB : Natrium diklofenak dosis 6,75mg/kgBB : Ekstrak air gel lidah buaya dosis 200mg/kgBB : Ekstrak air gel lidah buaya dosis 400mg/kgBB



5



Kulit 1 Kulit 2 Total 1 Total 2



: Ekstrak air kulit daun lidah buaya dosis 200mg/kgBB : Ekstrak air kulit daun lidah buaya dosis 400mg/kgBB : Ekstrak air seluruh daun lidah buaya dosis 200mg/kgBB : Ekstrak air seluruh daun lidah buaya dosis 400mg/kgBB



volume edema semua kelompok penelitian Kontrol (-)



Kontrol (+)



0.15 Gel 1 0.1



Gel 2



Kulit 1



Kulit 2



Rata-rata vol. edema (ml) 0.05 Total 1



Total 2



0



Waktu (menit)



Gambar 1. Grafik volume edema masing-masing kelompok Pada grafik di atas (Gambar 1) menunjukkan bahwa grafik volume edema Kontrol (+) paling rendah, dan Kontrol (-) memiliki grafik volume edema tertinggi. Semakin tinggi grafik yang diperlihatkan kelompok perlakuan, maka semakin tinggi pula volume edema pada kelompok perlakuan tersebut. Semua kelompok perlakuan, yaitu Gel 1, Gel 2, Kulit 1, Kulit 2, Total 1, dan Total 2 memiliki volume edema yang hampir sama. Pada kelompok perlakuan mengalami penurunan volume edema jika dibandingkan dengan kontrol (-). Sehingga ada kemungkinan bahwa ekstrak air daun lidah buaya mempunyai efek sebagai antiinflamasi. Akan tetapi pada dosis 200mg/kgBB dan dosis 400mg/kgBB tidak terlihat perbedaan yang mencolok. Untuk mengetahui perbedaan daya antiinflamasi antara kelompok perlakuan dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai AUC (Area Under Curve) yaitu daerah di bawah kurva pada masing-masing kelompok. AUC menunjukkan bahwa pada grafik rata-rata volume edema terdapat daerah yang menunjukkan besarnya antiinflamasi, semakin kecil daerah di bawah kurva maka dapat dikatakan bahwa semakin besar efek penurunan volume edema. Hasil tersebut dapat terlihat pada tabel 2. Tabel 2. AUC Volume Edema pada Telapak Kaki Tikus. Kelompok Perlakuan AUC menit ke AUC Kontrol menit ke Kontrol (+) Gel 2 Kulit 1 Kulit 2 (-) Gel 1 0-30 3,00 1,20 1,95 1,35 2,10 1,65



Total 1



Total 2



2,10



1,80



30-60



3,45



1,35



2,25



2,25



2,85



2,25



2,85



2,70



60-90



3,60



1,20



2,10



2,25



2,55



2,55



2,55



2,55



90-120



3,60



1,05



1,80



1,50



2,10



2,55



1,95



1,95



120-150



3,90



0,90



1,35



1,20



1,95



1,65



1,35



1,65



6



150-180



3,90



0,75



1,20



1,50



2,10



1,35



1,20



1,35



180-210



3,60



0,60



1,20



1,65



1,95



1,50



1,35



1,20



210-240



3,30



0,60



1,05



1,05



1,50



1,35



1,20



1,35



240-270



3,00



0,45



0,75



0,75



1,05



1,20



1,05



1,05



270-300



3,00



0,30



0,60



0,75



0,45



0,75



0,75



0,45



Jumlah



34,35



8,4



14,25



14,25



18,6



16,8



16,35



16,05



Tabel 2 memperlihatkan jumlah AUC pada kelompok Kontrol (-) lebih besar dibandingkan dengan semua kelompok perlakuan. Sedangkan Kontrol (+) mempunyai jumlah AUC terkecil. Nilai AUC berbanding terbalik dengan daya antiinflamasi obat. Sehingga semakin besar nilai AUC suatu kelompok perlakuan, maka semakin kecil daya antiinflamasi obat yang digunakan pada kelompok tersebut. Daya antiinflamasi dari terkuat ke lemah adalah Kontrol (+) > Gel 1 = Gel 2 > Total 2 > Total 1 > Kulit 2 > Kulit 1 > Kontrol (-). Hasil uji One-way Anova didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan nilai signifikansi 0,000 (p Total 1 > Kulit 2 > Kulit 1. Gel memiliki % DAI lebih tinggi dibandingkan kulit daun maupun seluruh daun lidah buaya diduga dikarenakan senyawa aktif paling banyak terkandung dalam gel lidah buaya. Dari hasil analisis data diatas, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air daun lidah buaya (gel lidah buaya, kulit daun lidah buaya, seluruh daun lidah buaya) berhasil menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus. Dengan demikian hipotesis yang diungkap dalam penelitian bahwa ekstrak air daun lidah buaya mempunyai pengaruh menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus adalah terbukti kebenarannya. Beberapa senyawa yang tersari dalam ekstrak air lidah buaya yang kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap efek antiinflamasi antara lain acemannan yang merupakan salah satu jenis polisakarida dari golongan polisakarida mannan (Davis, 1993; Ebadi, 2002), dengan cara memblok mediator inflamasi (Davis, 1993). Aloctin yang merupakan glikoprotein, dengan cara menginhibisi sintesis cyclooxygenase-2 (COX-2) dan tromboksan A2 (Tx A2) (Steenkamp & Stewart, 2007; Wynn, 2005). Alprogen yang merupakan glikoprotein



8



yang mengandung antialergi, dengan cara menghambat kalsium influks ke sel mast, sehingga menghambat pelepasan histamin dan leukotrien (Surjushe et al., 2008). Asam salisilat (Kemper & Chiou, 1999; Surjushe et al., 2008) dengan cara menghambat COX (Tjay & Rahardja, 2002), anthraquinone yang dilaporkan dapat meningkatkan efek antiinflamasi aloe gel (Barnes, et al., 2002; Ebadi, 2002), aloesin (Surjushe et al., 2008) yang mampu menginhibisi sintesis cyclooxygenase COX-2 dan Tx A2 (Wynn, 2005) dan flavonoid glycoside yang mampu menghambat enzim-enzim oksidatif seperti xanthine oxidase, lypooxigenase dan cyclooxygenase (Reynertson, 2007). Mekanisme efek antiinflamasi ekstrak air gel lidah buaya diduga dikarenakan penghambatan COX (Surjushe et al., 2008; Vazquez et al., 1996). COX merupakan enzim yang memperantai perubahan asam arachidonat menjadi asam endoperoksida yang seterusnya menjadi prostaglandin dan tromboksan yang merupakan mediator inflamasi (Tjay & Rahardja, 2002). Proses inilah yang diduga berperan dalam pengurangan volume edema pada telapak kaki tikus. Sedangkan mekanisme efek antiinflamasi ekstrak air kulit daun lidah buaya masih belum diketahui. Mekanisme penghambatan COX lebih dominan ke arah penghambat COX-1 atau COX-2 dapat diketahui dengan cara melihat gambaran histologi lambung tikus yang telah diberi daun lidah buaya secara po. dalam jangka waktu lama, jika terdapat ulkus atau luka maka yang dominan dihambat adalah COX-1, sedangkan jika tidak ada luka maka yang dominan dihambat adalah COX-2. Cara lain yang mungkin bisa digunakan adalah dengan mengukur kadar enzim COX dalam darah tikus tersebut. Pada penelitian ini menggunakan sediaan berupa ekstrak air yang diperoleh dengan cara memblender 100 gram bahan yang dicampur dengan 50 ml akuades, kemudian disaring dan didapatkan 125 ml filtrat gel, 100 ml filtrat seluruh daun dan 50 ml filtrat kulit daun lidah buaya. Masing-masing filtrat di evaporasi secara manual, dan didapatkan ekstrak dalam bentuk kental yaitu 6,05 gram ekstrak gel, 4,28 gram ekstrak seluruh daun dan 4,10 gram ekstrak kulit daun lidah buaya. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tingkat subyektivitas yang masih tinggi, tidak ditelitinya ketoksikan akut dan subkronis dari penggunaan daun lidah buaya, bagaimana mekanisme pasti dari kulit daun lidah buaya dalam mengurangi volume edema serta belum diketahui apakah ekstrak air daun lidah buaya merupakan penghambat COX-2 selektif atau tidak. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Ekstrak air lidah buaya (Aloe vera L.) mempunyai efek antiinflamasi terhadap edema pada telapak kaki tikus yang diinduksi karagenin. 2. Bagian daun lidah buaya yang paling efektif sebagai antiinflamasi adalah gel. 3. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dosis 200mg/kgBB dengan kelompok perlakuan dosis 400mg/kgBB. 4. Efek penurunan volume edema ekstrak air daun lidah buaya lebih kecil dibandingkan dengan natrium diklofenak. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek penurunan volume edema pada telapak kaki tikus ekstrak air daun lidah buaya (Aloe vera L) dalam variasi



9



dosis yang lebih banyak agar diperoleh efek penurunan volume edema yang optimal. 2. Perlu dilakukan identifikasi senyawa aktif dari daun lidah buaya yang dapat berefek dalam menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan daun lidah buaya sebagai penghambat COX-2 selektif. V.



DAFTAR PUSTAKA Adamson Analytical Laboratories (AAL) . 2010. Phytochemical Testing. www.adamsonlab.com. Agustina, R. 2008. “Efek Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daging Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Bagian Dalam terhadap Kadar Kolesterol dalam Serum Darah Tikus Putih Jantan Wistar (Rattus noevegicus)”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ambarsari, D.W. 2006. Aktivitas Antiinflamasi Dan Antinociceptive Jus Lidah Buaya (Aloe Vera, L.) Pada Tikus Jantan Artritis Yang Diinduksi Complete Freund’s Adjuvant (Cfa) www.rac.uii.ac.id. Analytical Laboratories. 2010. Botanical Testing. www.analytical-lab.com. Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press hal. 168. Barnes, J., Anderson, L.A., and Philipson, J.D. 2002. Herbal Medicines: A guide for healthcare professionals. 2nd ed. UK: Pharmaceutical Press (PhP) pp. 42-43. Baratawidjaja, K.G. 2002. Imunologi Dasar. Edisi kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Becker, C. A., Van den Brink Jr, R.C.B. 1968. Flora of Java (Spermatophytes only) Vol. I. Groningen-The Netherlans: Woltres-Noordhoff N.V. Bisset, N.G., and Wichtl, M. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals. 2nd ed. USA: CRC press pp. 61. Chandra, B. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC hal. 36-37. Chaudhri, R.D. 1996. Herbal Drugs Industry: A Practical Approach to Industrial Pharmacognosy. New Delhi: Eastern Publishers pp.450 (extraction charts). Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda hal. 105-109. Davis, R.H. 1985. Topical effect of aloe with ribonucleic acid and vitamin C on adjuvant arthritis. J Am Pod Med Assoc 76:61-66. Davis, R.H. 1993. Biological Activity of Aloe Vera. SOFW-journal, 119. Jahrgang,11/93 . Davis, R.H, and Maro, N.P. 1989. Aloe Vera And Gibberellin Anti-Inflammatory Activity In Diabetes. Journal of the American Podiatric Medical Association Vol 79, Number 1, January. Davis, R.H., DiDonato, J.J., Johnson, R.W., Stewart, C.B. 1994. Aloe vera, hydrocortisone, and sterol influence on wound tensile strength and antiinflammation. J Am Podiatr Med Assoc 84:614-21. Dewick, P.M. 2002. Medical Natural Products: A Biosynthetic Approach. 2nd ed. UK: John Wiley & Sons (LTD) pp. 70. Direktorat Jenderal Perkebunan (ditjenbun). 2009. Budidaya Daun Dewa. [email protected] . Ebadi, M. 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. USA: CRC press pp. 163168.



10



Evans, W.C. 2002. Trease and Evans Pharmacognosy. UK: W.B.Sauders pp. 211. Gunawan, D., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya hal. 83. Hamman, J.H. 2008. Composition and Applications of Aloe vera Lef Gel. Molecules, 1599-1616; DOI: 10.3390 . Hanani, E. 1996. Uji Efek Anti-Inflamasi Fraksi Kloroform Daun Jambu Mede (Anacardium occidentale Linn). www.digilib.ui.ac.id. Hanley, D.C., Solomon, W.A., Saffran, B., Davis R.H. 1984. The evaluation of natural substances in the treatment of adjuvant arthritis. J Am Podiatry Assoc 72:275-284. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M. 2004. Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy. UK: Churchill Livingstone pp. 269-270. Hidayat, S. 2005. Ramuan Tradisional ala 12 etnis Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya hal. 6-7. Hu, Y., Xu, J., and Hu, Q. 2003. Evaluation of Antioxidant Potential of Aloe vera (Aloe barbandensis Miller) Extracts. J. Agric. Food Chem 51:7788-7791 . Hunter, A. 2006. Aloe vera: Gel, resin or juice ?. Australian Pharmacist, Volume 25 | Number 4 | April . Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta hal. 2-3. Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC. Kemper, K.J., and Chiou, V. 1999. Aloe vera (Aloe vera). www.mcp.edu/herbal/default.htm. July 29 . Kumar, K.P.S., Bhowmik, D., Chiranjib, and Biswajit. 2010. Aloe vera : A Potential Herb and its Medicinal Importance. J. Chem. Pharm. Res., 2(1): 21-29. Kusuma F.R., dan Zaky B.M. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka hal. 1-2. Laurence, D.R., and Bacharach, A.L. 1964. In: Evaluation of Drug ActivitiesPharmacometrics. London: Academic press pp. 33-37. Lie, S. 2005. Terapi Vegetarian untuk Penyakit Mata, THT dan Kulit. Jakarta: Prestasi Pustaka hal. 2. Lieber, C.S., and Leo, M.A. 1999. Alcohol, Vitamin-A, and β-Carotene : Adverse Interactions, Including Hepatotoxicity. pp. 1071-1085 Mahendra, B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya hal. 102-103. Muchlisah, F. 2001. Tanaman Obat Keluarga (toga). Jakarta: Penebar Swadaya hal. 4951. Mwale, M., and Masika, P.J. 2010. Analgesic and anti-inflammatory activities of Aloe ferox. African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 4(6) pp. 291-297, June. Park, M.Y., Kwon, H.J., and Sung, M.K. 2009. Intestinal absorption of aloin, aloe emodin, and aloesin; A comparative study using two in vitro absorption models. Nutrition Research and Practice, 3(1), 9-14 . Philp, R.B. 2004. Herbal-Drug Interactions and Adverse Effects: An Evidence-based Quick Reference Guide. New York: McGraw-Hill pp. 19 Pole, S. 2006. Ayurvedic Medicine: The Principles of Traditional Practice. UK: Churchill Livingstone (El Sevier). Reynertson, K.A. 2007. Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from Edible Myrtaceae Fruit. Dissertation. New York: The City University of New York. Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta: Mitra Cendikia press.



11



Robbers, J.E., Speedie, M.K., and Tyler, V.E. 1996. Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology. Indiana: William & Wilkins (A Waverly Company)pp.54. Saggar, N. 2010. Standardized Herbal Extracts. www.curepharma.net. Sahiman, K.A. 2010. Galur Tikus Laboratorium. WordPress.org. Saito, H., Ishiguro, T., Imanishi, K., and Suzuki, I. 1982. Pharmacological Studies On A Plant Lectin Aloctin A. II. Inhibitory Effect Of Aloctin A On Experimental Models Of Inflammation In Rats. Jpn J Pharmacol 32(1):139-42 Feb. Sjamsuhidajat, R., dan De jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC hal. 6. Soedibyo B.R.A.M., 1998. Alam Sumber Kesehatan: Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka hal. 30-35, 250. Siswanto, A., dan Nurulita N.A. 2005. Daya Antiinflamasi Infus Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. Prossiding Seminar Nasional TOI XXVII, 177 – 181, Batu 15 – 16 Maret. Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Dradjad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: PPOT-UGM hal. 2027. Surjushe, A., Vasani R., and Saple, D.G. 2008. Aloe vera: a short review. Indian J Dermatol: 53(4):163-6. Steenkamp, V., and Stewart, M.J. 2007. Medical Applications and Toxicological Activities of Aloe Products. Pharmaceutical Biology, Vol. 45, No. 5, pp. 411–420. Sweetman, S.C. 2005. Martindale The Complete Drug Reference. 34 th ed. UK: Pharmaceutical Press (PhP) pp. 1141. Syukur, C. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya hal. 84. Syukur, C., dan Harnani. 2003. Budidaya Tanaman Obat Komensial. Jakarta: Penebar Swadaya hal. 91-93. Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Edisi 5. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. pp. 309-310. Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press hal.vii-x (daftar isi), 415. Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: UGM Press Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. Edisi 2. Jakarta : EGC. Van Stennis, C.G.G.J. 2005. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Vazquez, B., Avila, G., Segura, D., and Escalante, B. 1996. Antiinflammatory activity of extracts from Aloe vera gel. J-Ethnopharmacol. Dec; 55(1): 69-75. World Health Organization (WHO). 1993. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of herbal medicine. Manilla: Reg office for the Western pacific. pp. 3141. World Health Organization (WHO). 2008. Traditional medicine . World Health Organization (WHO). 2010. Aloe Vera Gel . World Health Organization (WHO). 2011. Aloe . Wynn, R.L. 2005. Aloe vera gel: Update for dentistry. www.agd.org. January-February. Wikipedia. 2006. Poer. wikipedia.org/wiki/Poer. Wikipedia. 2010. Aloe vera. wikipedia.org/wiki/aloevera. Wikipedia. 2011. Acemannan. wikipedia.org/wiki/Acemannan . Wiryowidagdo, S., Syarief, W.R., dan Mamurung, J. 2007. Kimia & Farmakologi Bahan Alam, Ed.2. Jakarta: EGC hal. 193-201.



12



Yagi, A., Kabash, A., Mizuno, K., Moustafa, S.M., Khalifa, T.I., Tsuji, H. 2003. Radical scavenging glycoprotein inhibiting cyclooxygenase-2 and thromboxane A2 synthase from aloe vera gel. Planta Med 69:269-271.