Linguistik Umum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LINGUISTIK UMUM



Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Linguistik



Oleh : Dewi Sofia Sunaringati 16020074136 PA 2016



Dosen : Dr. Budinuryanta Yohanes, M.Pd.



Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya 2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Linguistik Umum” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tujuan penulisan makalah Linguistika Umum adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester ganjil mata kuliah Pengantar Linguistika. Makalah ini membahas tentang linguistik umum sebagai pengantar untuk mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat : 1. Dr. Budinuryanta Yohanes, M.Pd. 2. Rekan-rekan yang terlibat dan memberi motivasi dalam pembuatan makalah ini Akhirnya tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.



Surabaya, 19 Desember 2016



2|Pengantar Linguistika



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………………………2 DAFTAR ISI……….……………………………………………………………..3 ABSTRAK…………..……………………………………………………………4 PENDAHULUAN………………………………………………………………..5 1. Latar Belakang.………………………………………………………….5 2. Rumusan Masalah.……………………………………………………..5 3. Tujuan……………………………………………………………………5 PEMBAHASAN………………………………………………………………….6 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Terminologi Kunci dalam Studi Linguistika..…………………………6 Sejarah Linguistika……………………………………………………..7 Prinsip Dasar Linguistika………………………………………………7 Hubungan Linguistika dengan Ilmu Lain…………………………….8 Dikotomi Linguistika……………………………………………………9 Aneka Subdisiplin Ilmu Linguistika 6.1 Fonologi……………………………………………………………10 6.1.1 Fonetika……………………………………………………..10 6.1.2 Fonemika……………………………………………………11 6.2 Morfologi…………………………………………………………….12 6.2.1 Morfologi Dasar…………………………………………….12 6.2.2 Morfofonemika……………………………………………..13 6.3 Sintaktika……………………………………………………………14 6.3.1 Sintaktika Frasa…………………………………………….14 6.3.2 Sintaktika Klausa…………………………………………..15 6.3.3 Sintaktika Kalimat………………………………………….16 6.4 Semantika…………………………………………………………..16 6.5 Pragmatika………………………………………………………….17



SIMPULAN…………………………………………………………………….19 DAFTAR ACUAN……………………………………………………………..20



3|Pengantar Linguistika



LINGUISTIK UMUM



Dewi Sofia Sunaringati 16020074136 Sutron : [email protected]



ABSTRAK



Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai bahasa. Objek linguistik adalah parole dan langue, terkecuali langage. Linguistik adalah ilmu dinamis yang berkembang membentuk sejarah berdasarkan objek forma dan materia. Linguistik memiliki hubungan dengan ilmu lain, seperti psikologi dan sosiologi. Dalam mempelajari linguistik, terdapat dikotomi yang harus dipahami, seperti linguistik sinkronik-diakronik, dsb. Subdisiplin ilmu linguistik diantaranya fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Linguistik harus dipahami oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia. Kata kunci : linguistik, umum, ilmu, bahasa



4|Pengantar Linguistika



PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Seorang mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia harus memiliki bekal yang cukup tentang ilmu kebahasaan. Bahasa yang merupakan objek kajian linguistik adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena merupakan alat komunikasi yang paling utama. Apabila sebagian besar masyarakat menganggap bahwa mempelajari bahasa secara umum adalah mudah, maka anggapan itu salah. Linguistik mempelajari seluk beluk bahasa. Tidak mudah untuk mempelajari seluk beluk bahasa. Karena bahasa memiliki sifat yang mudah berubah berdasarkan lingkungannya. Linguistik mengkaji bahasa yang diucapkan masyarakat ‘parole’ dalam kehidupan sehari-hari. Pengkajian terhadap tuturan bertujuan untuk menemukan suatu aturan ‘langue’. Aturan-aturan tersebut yang selanjutnya menjadi satu kesatuan bahasa sebagai suatu sistem. Linguistik adalah ilmu yang dinamis yang terus berkembang sehingga membentuk sejarah. Linguistik memiliki prinsip-prinsip dasar yang membedakannya dengan ilmu lain. Sehingga dapat memiliki hubungan dengan ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi dan membentuk studi interdisipliner. Dalam melakukan pengajian linguistik, seseorang harus memahami dikotomi agar tidak terjadi tumpang tindih. Seperti linguistik sinkronik-diakronik, makro-mikro, dan sebagainya. Bahasa yang diucapkan masyarakat dikaji berdasarkan beberapa subdisiplin ilmu, diantaranya fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Dengan memahami linguistik umum, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dapat mempelajari bahasa sesuai aturan dan dapat menjadi pengamat bahasa yang baik dan benar. Seorang mahasiswa Jurusan Bahasa dan Satra Indonesia harus menjadi pelopor pengguna bahasa yang baik dan benar. Sehingga suatu bahasa, utamanya bahasa Indonesia, tetap hidup dan lestari sesuai aturan yang telah dirumuskan. 2. Rumusan Masalah 1. Apakah ilmu linguistik umum? 2. Bagaimana seluk beluk ilmu linguistik? 3. Bagaimana pentingnya ilmu linguistika bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia? 3. Tujuan 1. Mengetahui ilmu linguistik umum 2. Mengetahui seluk beluk ilmu linguistik 3. Mengetahui pentingnya ilmu linguistika bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia 5|Pengantar Linguistika



PEMBAHASAN 1. Terminologi Kunci dalam Studi Linguistika Linguistik adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebelum mempelajari linguistik, maka wajiblah seorang mahasiswa untuk memahami terminologi kunci atau istilah penting dalam linguistika untuk mengerti dasar-dasar lingustika. Lingustik berasal dari bahasa Latin yaitu lingua ‘bahasa’. De Saussure menyamakan istilah lingua dengan parole ‘tuturan’ dalam bahasa Prancis. Parole adalah bahasa yang diucapkan oleh seorang individu secara nyata dan dilisankan, contohnya logat dan dialek. Parole adalah objek penelitian para linguist. Dari parole akan membentuk langue. Langue adalah aturan atau kaidah yang ada dalam suatu bahasa yang disepakati oleh masyarakat pada lingkungan tersebut. Misalnya Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Dari semua bahasa yang ada, akan ditemukan langage. Beberapa aturan dalam satu bahasa pasti memiliki kesamaan dalam bahasa yang lain, itulah Langage. Contohnya subjek, predikat dan objek. Namun hubungan antara aturan seluruh bahasa tidak dipelajari dalam linguistik, melainkan wilayah ilmu filsafat. Aturan-aturan dalam suatu bahasa membentuk sebuah sistem. Setiap bahasa memiliki sistem yang terdiri dari unsur yang lebih kecil. Misalnya bunyi membentuk huruf, suku kata, kata, frasa, kalimat dan seterusnya. Apabila sebuah bahasa tidak memiliki sistem yang baik, maka bahasa tersebut tidak bisa dikatakan sistemis. Sistemis adalah sifat bahasa yang memiliki sistem yang tidak banyak pengkhususan, sehingga mudah dipelajari. Wujud dari kesistemisan tersebut adalah bahasa yang sistematis. Maksudnya adalah bahasa yang memiliki sistem, sruktur dan kaidah yang tertata, tidak acak dan tidak sembarangan. Bahasa yang sistematis akan membentuk tata bunyi, tata kata, tata kalimat, tata makna dan lain-lain. Sehingga keseluruhan unsur tersebut menjadi sebuah tata bahasa. Tata bahasa membentuk gramatika. Gramatika adalah istilah yang menyatakan bahwa bahasa terdiri dari unsur yang membentuk pola dan susunan yang tertata. Selanjutnya tata bahasa dan gramatika adalah hal yang dipelajari dalam linguistika. Linguistika adalah ilmu yang memelajari seluk-beluk bahasa secara umum dan luas, serta memandang bahasa sebagai bahasa sesuai wujudnya sendiri.



6|Pengantar Linguistika



2. Sejarah Linguistika Sejarah linguistika berkembang dalam 3 masa, yaitu pra-modern (abad 6SM-6M), berkembang pada abad pertengahan (6-14M), modern (15-20M), dan pos-modern (20M-sekarang). Sebelum abad 6SM manusia bisa berpikir, namun tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan kelahiran linguistika. Masa pra-modern yaitu prasokrates, berkembang cara berpikir yang berpusat pada alam. Pada akhir masa tersebut, Herakleitos mengungkapkan cara berpikir yang berpusat pada bahasa. Pemikiran Herakleitos memengaruhi sokrates, plato dan aristoteles. Mereka menjelaskan bahasa dengan logika dan bersifat objektif. Sehingga muncullah subjek, predikat, nomina dan verba. Ini disebut sebagai tata bahasa tradisional atau ideasional. Abad 4 SM disebut sebagai lahirnya linguistika. Kemudian berkembang pada abad pertengahan. Abad 17 M muncul istilah empirisme yang menyadari adanya banyak bahasa. Sehingga banyak penelitian naskah kuno dan perbandingan bahasa. Lahir istilah linguistika komparatif yang bertujuan mencari sejarah dan keserumpunan bahasa. Pada akhir 19M disebut dengan masa modern dengan tokoh Ferdinand de Saussure yang meletakkan dasar-dasar linguistika. Ia menyatakan linguistika tidak harus dikaji secara diakronis (2 kurun waktu), melainkan sinkronis (1 kurun waktu) untuk mengetahui perkembangan linguistika, dan dikaji secara otonom menurut struktur bahasanya. Sehingga disebut sebagai linguistika struktural. Pada pos-modern abad 20 M, muncullah istilah pragmatik yang mengaji bahasa sesuai dengan penggunaannya. Linguistika berhubungan dengan ilmu lain sehingga membentuk studi interdisipliner atau hibrida antara lain psikolinguistik, sosiolinguistik, antropolinguistik dan komputasi linguistik. Kemudian ada pemikiran baru yaitu analisis wacana atau dekonstruksi yang menelaah teori lama untuk menemukan teori baru. Linguistik terus berkembang sampai saat ini, sehingga tidak menutup kemungkinan akan ada cara berpikir baru. Linguistika di Indonesia awalnya dipelajari oleh linguist dari Belanda. Kemudian linguist asal Indonesia mulai meneliti tetapi mengalami keterlambatan. Contohnya pragmatik tahun 1960, di Indonesia dipelajari tahun 1980-an, linguistika struktural terlambat 70 tahun, dan tata bahasa tradisional terlambat 20 abad. Namun linguistika modern masih belum diterima di Indonesia, karena cenderung mengesampingkan tata bahasa Indonesia baku.



3. Prinsip Dasar Linguistika Linguistika adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa. Tidak hanya linguistika, terdapat ilmu lainnya yang juga mempelajari bahasa yaitu filologi. Jika sama-sama mempelajari bahasa, lalu apa yang



7|Pengantar Linguistika



membuat ilmu tersebut menjadi disiplin ilmu yang berbeda? Hal yang membedakan disiplin ilmu tersebut adalah objek forma dan objek materia. Objek forma adalah cara atau sudut pandang yang digunakan untuk mempelajari suatu ilmu. Linguistika mempelajari bahasa dalam struktur bahasa itu sendiri. Sedangkan filologi mempelajari bahasa untuk mengetahui kehidupan pada masa lampau, baik itu nilai kehidupan maupun pemikiran penulisnya. Sudut pandang dan kedudukan bahasa dalam pengajiannya itulah yang membedakan lingustika dan filologi. Dalam objek forma atau cara pengajiannya, linguistika yang dikaji secara otonomis disebut linguistika mikro. Sedangkan apabila dikaji secara korelatif yaitu menghubungkan bahasa dengan hal lainnya, maka disebut linguistika makro. Contohnya adalah sosiolinguistik (linguistika dan sosiologi), antropolinguistik (linguistika dan antropologi), psikolinguistik (linguistika dan psikologi), dan sebagainya. Selain objek forma, terdapat juga objek materia yang membagi linguistika menjadi beberapa cabang ilmu. Objek materia adalah elemen yang dipelajari dalam sebuah ilmu. Contohnya adalah fonetik (mempelajari bunyi), morfologi (mempelajari struktur kata), sintaksis (mempelajari kata dalam kalimat), semantik (mempelajari makna kata), dan sebagainya. Seluruhnya mempelajari elemen yang berbeda, namun dalam lingkup bahasa. Jadi, linguistika dan filologi memiliki objek forma yang berbeda namun objek materianya sama. Sedangkan fonetik, morfologi, sintaksis dan semantik memiliki objek forma yang sama namun objek materianya berbeda. Objek forma dan objek materia akan membentuk karakteristik ilmu. Karakteristik ilmu linguistika antara lain linguistika adalah ilmu empiris. Disebut ilmu empiris karena objeknya konkret yaitu parole dan langue, serta bersifat objektif yaitu tidak berdasarkan pendapat pribadi linguist. Selain itu, linguistika merupakan ilmu spesifik yaitu memandang bahasa sebagai bahasa karena dikaji secara otonomis. Disebut juga sebagai studi ilmu interdisipliner karena dikaji secara korelatif. Linguistika juga disebut ilmu dinamis yang masih terus berkembang untuk menemukan cara baru dalam mempelajari bahasa.



4. Hubungan Linguistika dengan Ilmu Lain Linguistika sebagai ilmu yang mempelajari bahasa memiliki hubungan dengan ilmu lain, diantaranya antropologi, sosiologi, psikologi, neurologi dan informatika. Ilmu-ilmu tersebut memiliki peran dan fungsi satu sama lain. Linguistika yang dikaji secara korelatif dengan ilmu lain (disebut sebagai linguistika makro) akan membentuk cabang ilmu baru yang disebut studi interdisipliner. Linguistika dan Antropologi memiliki keterkaitan, sehingga terbentuk antropolinguistik. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat.



8|Pengantar Linguistika



Linguistika dan antropologi berkaitan karena kebudayaan dapat diungkapkan dengan bahasa. Antropologi mempelajari budaya masyarakat di daerah terpencil, dimana jarang terdapat naskah tertulis. Sehingga dalam memperoleh informasi, harus bertanya kepada informan. Pendeskripsian informasi dari informan berupa fonetik, fonolofi, gramatika dilakukan oleh linguist, sedangkan pembuatan teks yang representatif dan objektif tentang kebudayaan dilakukan oleh antropolog. Linguistika juga berhubungan dengan sosiologi, sehingga membentuk sosiolinguistik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari status dan tingkat sosial dalam masyarakat. Sosiologi berperan untuk menjelaskan perbedaan kelas sosial, umumnya masyarakat Eropa atau modern. Sedangkan Linguistik berperan untuk mendeskripsikan ciri-ciri bahasa yang terjadi akibat peniruan bahasa, contohnya bahasa slang dan jargon. Linguistika memiliki hubungan dengan psikologi, sehingga membentuk psikolinguistik. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja pikiran dan mental manusia. Pikiran, perasaan dan kepribadian manusia diungkapkan lewat ujaran dan tingkah laku. Psikolog berperan untuk memahami gerak-gerik, sedangkan linguist berperan untuk mendeskripsikan kata yang diucapkan. Selanjutnya linguistika juga memiliki keterkaitan dengan neurologi. Neurologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem saraf manusia, salahsatunya adalah kemampuan berbicara dan berbahasa. Apabila seorang manusia memiliki kelainan pada sistem saraf yang menyebabkan kesulitan berbicara, maka neurolog dan linguist saling bekerjasama. Neurolog berperan untuk membantu mengatasi permasalahan pada sistem saraf. Sedangkan linguist berperan untuk mendeskripsikan kata-kata yang diucapkan manusia tersebut. Kemudian linguistika juga memiliki hubungan dengan infomatika. Informatika adalah ilmu yang mempelajari sistem dalam komputer. Informatika membutuhkan linguist untuk mendeskripsikan fonetik dalam gelombang bunyi wicara. Sedangkan linguist membutuhkan ilmu informatika untuk menerjemahkan bahasa.



5. Dikotomi Linguistika Linguistik deskriptif adalah linguistik ilmu yang menggambarkan, berupa proses belajar. Sedangkan linguistik preskreptif adalah metode belajar untuk mencapai pemahaman secara luas. Linguistik murni adalah linguistik yang meneliti bahasa sebagai bahasa itu sendiri. Bahasa diteliti sesuai strukturnya berdasarkan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Sedangkan linguistik terapan adalah linguistik bermanfaat untuk berbagai ilmu lain. Contohnya adalah penerapan ilmu linguistik atau bahasa untuk pengajaran bahasa asing. Linguistik tidak lagi dikaji secara diakronis, yaitu mengaji dengan



9|Pengantar Linguistika



membandingkan 2 kurun waktu sepanjang masa. Sehingga memiliki kecenderungan meneliti dalam segi sejarahnya saja. Sedangkan saat ini linguistik telah dikaji secara sinkronis, yaitu mengaji bahasa pada suatu waktu tertentu. Sehingga akan terlihat keseluruhan unsur dan struktur bahasa sebagai alat komunikasi, pembentukan kata dan hubungannya dengan bahasa lain yang berkerabat. Linguistik makro adalah linguistik yang berkaitan dan berhubungan dengan ilmu lain. sehingga membentuk studi interdisipliner, diantaranya sosiolinguistik, antropolinguistik, psikolinguistik, linguistika komputasi, dan sebagainya. Sedangkan linguistika mikro atau hamper sama dengan linguistika murni dalah linguistika yang mengaji bahasa sebagai bahasa tanpa dikaitkan dengan ilmu lain. Linguistik tipologis adalah mengaji bahasa dengan mengelompokkannya sesuai kesamaan tipe atau kriteria yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan linguistik historis adalah mengaji bahasa dengan mengelompokkannya berdasarkan asal-usul sejarahnya.



6. Aneka Subdisiplin Linguistika 6.1 Fonologi Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa secara fungsional. Dalam mengkaji bunyi bahasa, fonologi terbagi menjadi beberapa bagian yaitu fonetika dan fonemika. 6.1.1 Fonetika Fonetik adalah ilmu bunyi atau ilmu yang mengkaji bunyi dalam proses pengucapannya. Kajiannya terlepas dari apakah bunyi tersebut dapat membedakan makna dari bahasa tertentu dengan bahasa lain. Fonetika termasuk dalam fonologi. Cakupannya meliputi bagian fisik alat ucap dan fungsinya. Dalam fonetika, terdapat beberapa macam jenis fonetika yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu fonetika audiotoris, fonetika artikulatoris dan fonetika akustik. Fonetika auditoris adalah ilmu yang mengaji bunyi berdasarkan apa yang didengarkan. Fonetik akustik adalah ilmu yang mengaji bunyi dengan menggunakan analisis gelombang atau fisis (fisika) yang menghasilkan hubungan antara frekuensi dan amplitudo. Frekuensi adalah jumlah getaran yang menitikberatkan tinggi rendahnya nada dalam udara. Sedangkan amplitude adalah jumlah lebar gelombang udara yang menitikberatkan kerasnya nada. Gelombang dapat terjadi apabila pergerakan partikel udara yang saling berdesakan. 10 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



Fonetik artikulatoris adalah ilmu yang mengaji bunyi berdasarkan alat yang digunakan berupa alat ucap sebagai artikulasinya. Beberapa alat artikulatoris diantaranya gigi (dental), pangkal gigi (posdental), lidah (apiko), bibir (labio). Hasil bunyi dapat berbeda berdasarkan proses artikulasinya mulai dari dada, kerongkongan, mulut dan hidung. Fonetika berisi tentang penjelasan alat-alat ucap, pengucapan kata dan bunyi-bunyi bahasa. Perbedaan bunyi artikulatoris dapat menimbulkan perbedaan makna dalam bahasa. Bunyi bahasa dibagi menjadi dua yaitu segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi yang sesuai dengan pola-pola urutan dari awal sampai akhir, dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi sebagai segmen pendamping yang diletakkan diatas segmental. 6.1.2 Fonemika Fonemik adalah ilmu bunyi yang dikaji secara fungsional. Fonemik berbeda dengan fonetik karena fonemik mengaji makna yang dihasilkan oleh bunyi bahasa, sedangkan fonetik hanya mengaji bagaimana bunyi bahasa diucapkan dengan cara dan tempat yang benar. Fonemika akan mengaji perbedaan makna yang dihasilkan perbedaan cara pengucapannya. Fonemik berkaitan dengan fonem atau bunyi. Fonem adalah elemen terkecil dalam bahasa. Fonem memiliki fungsi pembeda, berdasarkan distribusinya, fonem disebut juga dengan perilaku linguistik yang kecil dalam linguistik yang lebih besar. Sebagai elemen terkecil, bentuk fonem bukan hanya berupa vokal dan konsonan (segmental), tetapi juga nada, tekanan, durasi dan jeda (suprasegmental). Adanya unsure suprasegmental tidak bisa lepas dari unsur segmental karena merupakan unsur yang bisa membedakan makna, itulah yang disebut fonem. Bunyi bahasa dapat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga terjadi proses mempengaruhi dan menyesuaikan agar terjadi kemudahan dalam pengucapannya. Hal itu dapat diketahui dengan melakukan pembandingan bahasa, seperti bahasa Indonesia dengan bahasa arab. terdapat beberapa jenis bunyi, yaitu bunyi stop bilabial (tidak bersuara), plosif, implosif dan koda. Selain itu, bunyi bahasa yang memiliki kesamaan fonetis dan saling berdistribusi secara komplementer disebut alofon.



11 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



Bunyi bahasa juga bersifat sistemis, berupa bunyi hambat dan bunyi nasal. Fonem dapat dianalisis melalui beberapa prosedur yaitu membuat transkrip fonetis yang memuat korpus data, membuat peta bunyi yang memuat bunyi dalam korpus data, menyamakan fonetis dan memasangkan bunyinya, mencatat bunyi yang tidak sama, berdistribusi komplementer, bervariasi bebas, kontras dengan lingkungan yang sama, kontras dengan lingkungan yang mirip, bunyi yang berubah karena lingkungan, bunyi inventori yang simetris dan mencatat bunyi yang merupakan fonem tersendiri.



6.2 Morfologi Morfologi adalah subdisiplin ilmu linguistika yang mempelajari struktur internal kata sebagai satuan gramatikal. Dalam mempelajari kata, morfologi terdiri dari berapa bagian yaitu morfologi dasar dan morfofonemik. 6.2.1 Morfologi Dasar Morfologi adalah subdisiplin ilmu linguistika yang mempelajari morfem sebagai satuan dasar gramatikal. Morfem terdiri dari 2 jenis yaitu morfem bebas dan teikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan tambahan morfem lain, seperti hak, dapat dan sebagainya. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga membutuhkan morfem lain, seperti ber-,per-,ter-,meN-,peN-, dan sebagainya. terdapat pula morfem pangkal (morfem dasar yang bebas), morfem akar (morfem dasar yang terikat) dan morfem pradasar (morfem yang membutuhkan pengimbuhan, pemajemukan dan pengklitikaan). Morfem dapat direalisasikan menjadi beberapa alomorf melalui alternasi alomorfemis. Contohnya men- menjadi me- pada merusak, mem- pada membakar, meng- pada mengubah. Proses pembentukan kata dari morfem satu dengan morfem lain dapat melalui proses morfologis berupa afiksasi, klitisasi, reduplikasi, perubahan intern, suplisi, modifikasi kosong, infleksi, derivasi dan komposisi. Pengimbuhan atau afiksasi adalah penggabungan afik dengan akar, terdiri dari 4 macam, yaitu prefiks atau awalan (contohnya meN-,peN-,ke,se-,ber-,memper-), sufiks atau akhiran (contohnya –an,wan,-ku,-mu,-nya), infiks atau sisipan (contohnya –in-) dan konfiks atau imbuhan awal dan akhir (contohnya menkan,memper-kan,men-i,memper-I,ke-an). Selanjutnya klitika 12 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



adalah kata yang pendek dan tidak memberikan aksen apapun seperti pun, hal dan –lah. Reduplikasi adalah pengulangan terdiri dari 2 bentuk, yaitu reduplikasi penuh /bukubuku/ dan reduplikasi modifikasi (disertai perubahan satu fonem) /bolabali/. Perubahan intern terjadi pada morfem itu sendiri. Suplisi adalah membentuk kata yang baru. Modifikasi kosong tidak merubah bentuk, hanya konsep saja. Selanjutnya para linguis menyebut paradigma terhadap golongan konstruksi morfemis yang memiliki dasar sama berdasarkan infleksi dan derivasi. Infleksi terdiri atas bentuk kata yang sama yang mempertahankan identitas kata tersebut. Sedangkan derivasi terdiri atas bentuk kata yang tidak sama yang cenderung menghasilkan kata dengan identitas lain (mengajar dan diajar). Selain itu, komposisi atau pemajemukan adalah penggabungan dua mofem dasar menjadi satu kata. contohnya daya juang. Jadi, morfologi mempelajari segala sesuatu tentang morfem sebagi satuan dasar gramatikal melalui proses-proses morfologis.



6.2.2 Morfofonemika Morfofonemik adalah subdisiplin ilmu linguistika yang mempelajari perubahan fonem akibat bertemunya suatu morfem dengan morfem lain. Morfofonemik memiliki hubungan dengan morfologi dan fonologi, karena mempelajari morfem yang merupakan satuan gramatikal dan fonem sebagai elemen terkecil dalam bahasa. Proses morfofonemik terjadi melalui 3 jenis yang dirumuskan berdasarkan penyesuainnya terhadap lingkungan. Yaitu proses perubahan fonem, penambahan fonem dan penghilangan fonem. Perubahan fonem dapat melalui asimilasi dan disimilasi. Contoh asimilasi adalah perubahan fonem nasal menjadi nasal sealat dengan hambatannya, yaitu /m/ di depan /b,p,f/ seperti membantu, /n/ di depan /d,t,s/ seperti menduga, /ñ/ di depan /j,s,c/ seperti menjual, /ŋ/ di depan /g,k,x,h/ seperti menggaris, /r/ menjadi /l/ bila bertemu /ajar/ sehingga menjadi belajar, /?/ menjadi /k/ bila bertemu /dudu?/ sehingga menjadi kedudukan. Perubahan ini terjadi agar mudah dalam pengucapannya. Sedangkan disimilasi adalah sebaliknya, yaitu menjauhi persamaan yang tidak pada umumnya. Biasanya terjadi pada kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Contohnya /m/ tidak diikuti /p/ tetapi /t/, fonem /n/ tidak diikuti /t/ tetapi /p/. Proses morfofonemik dapat pula terjadi melalui proses penambahan fonem. Contohnya yaitu morfem berakhiran /–a/ /sama/



13 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



apabila bertemu dengan afik /per-an,ke-an,-an,peN-an/ maka akan menjadi /persama?an/ (bertambah fonem ?), morfem satu suku /cat/ apabila bertemu dengan afik /meN-, peN-/ akan menjadi /mengebom/ (bertambah fonem e), morfem berakhiran /u,o,aw/ /pulau/ apabila bertemu afik /ke-an/ akan menjadi kepulauan (bertambah fonem w). Selanjutnya proses morfofonemik terjadi karena penghilangan atau pengguguran fonem. Contohnya fonem /h/ dalam /patuh/ akan hilang apabila bertemu dengan afik / ke-an/ sehingga menjadi /kepatuan/, fonem /r/ pada /ber-,per-,ter-/ akan hilang apabila bertemu morfem /rantai/ sehingga berantai, dan fonem /N/ pada /meN-/ akan hilang apabila bertemu morfem berakhiran /l,r,y,w/ /lerai/ sehingga menjadi melerai. Selain itu, proses morfofonemik dapat pula terjadi melalui metatesis yaitu pembalikan atau penggeseran urutan fonem karena proses historis dan lingkungan penutur. Contohnya merah dan padma, apabila diucapkan berurutan akan menjadi merah padam.



6.3 Sintaktika Sintaktika adalah subdisiplin ilmu linguistika yang mempelajari tentang susunan kata dalam kalimat. Dalam mempelajari susunan kata, sintaksis terdiri dari beberapa bagian yaitu sintaksis frasa, sintaksis klausa dan sintaksis kalimat. 6.3.1 Sintaktika Frasa Sintaksis adalah sub disiplin ilmu linguistika yang mengaji tentang hubungan kata dengan kata atau antar kata dalam suatu kalimat. Sintaksis dan morfologi tidak dapat disamakan karena morfologi mengaji tentang struktur gramatikal dalam suatu kata. Dalam suatu kalimat terdapat frasa, hal inilah yang dipelajari dalam sintaktika frasa. Frasa adalah gabungan beberapa kata atau kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari kalimat atau ujaran yang lebih panjang.terdapat beberapa jenis frasa diantaranya frasa adverbial, frasa terkandung, frasa verbal, frasa nominal, frasa preposisional, frasa ajektival dan frasa konjungsional. Frasa nominal adalah frasa yang terdiri dari nomina induk dan atribut. Dalam tipe nomina+nomina, terdapat frasa posesif, penindakan (nomina dari verba transitif, sedangkan penindakan dari verba intransitif),atribut nominal rangkap serial (dan, atau), atribut aposisi (pembuka dan pembatas),semiatribut penyalin , induk penggolong (butir, buah, ekor). Hubungan antara konstituen-konstituen 14 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



dalam frasa dapat berupa subordinatif dan koodinatif. Sedangkan dalam tipe nomina+non-nomina terdapat hierarki penyambungan antara induk dan atribut (perangkai ‘yang’ tidak diperlukan apabila rapat dan opsional bahkan wajib apabila tidak rapat). Penggunaan nomina yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam teks disebut endoforis, sebaliknya ektoforis bersangkutang dengan apa yang ada di luar teks. Selain frasa nominal, terdapat frasa adpoposional, ajektival dan adverbial. Frasa adpoposional adalah frasa dengan adposisi sebagai induk dan kata sebagai bawahan. Dalam adposisi terdapat preposisi (sebelum objek), posposisi (setelah objek), ambiposisi (sebelum dan sesudah objek), adposisi bertumpuk frasa adposisi induk (pengganti dan menyertai). Frasa ajektival adalah frasa dengan ajektiva sebagai induk dan bawahan. Frasa ajektival memiliki beberapa modifikasi, yaitu penegas (preverbal dan posverbal), pembaku (berupa komparatif, superlative dan ekuatif),sederajat (adverbial), pengukur (frasa komparatif) dan aspek. Frasa adverbial adalah frasa dengan adverbial sebagai induk dan bawahan, contohnya adalah amat baik, sangat cepat dan sebagainya.



6.3.2 Sintaktika Klausa Sintaksis adalah subdisiplin ilmu linguistika yang mengaji tenntang hubungan antar kata dalam suatu kalimat. Klausa adalah kalimat yang terdiri dari verba tunggal yang diikuti oleh kata yang berhubungan dengan verba tersebut. Sintaktika klausa adalah sub disiplin ilmu yang mempelajari klausa dalam suatu kalimat. Klausa dapat dianalisis berdasarkan fungsi, peran dan kategori tertentu. Menurut fungsinya, terdapat subjek, predikat, objek dan keterangan. Menurut peran, terdapat pelaku, pengalam dan penerima. Sedangkan menurut kategori, terdapat nomina,pronominal dan preposisi. Predikat dalam klausa dapat berupa verba maupun nomina. Dalam klausa, konstituen induk adalah verba. Yang biasa disebut dengan predikat. Konstituen inti disebut peserta atau argumen, sedangkan konstituen luar inti disebut periferal. Klausa dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan struktur (bebas dan terikat), negasi pada predikat (positif dan negative), struktur internal (lengkap dan tidak lengkap) dan berdasarkan kategori segmental (kalimat verbal, nominal, adverbial dan preposisional. Terdapat pula beberapa jenis predikat diantaranya predikat penyama, verba bervalensi satu dan verba bervalensi dua atau tiga.



15 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



Predikat penyama atau ekuasional contohnya adalah dia dan mereka. Predikat verbal dapat berupa verba intransitif (bervalensi satu, tidak memerlukan objek, contohnya dia tidur) dan verba transitif (bervalensi dua atau lebih, memerlukan objek, contohnya saya makan bakso). Selain itu terdapat pula predikat tunggal dan serial. Perbedaan bentuk verbal dalam predikat terjadi akibat adanya alternasi diatesis melalui morfologis dan paradigmatis. Dalam sintaksis klausa terdapat susunan beruntun, yaitu urutan-urutan dalam sebuah ujaran. Susunan beruntun tersebut berupa subjek, predikat dan objek. Dalam susunan beruntun terdapat penegas yang terdiri atas interogatif (apakah), negative (tidak), prepositif (akan), kausatif (memper-), refleksif (ber-), resiprokal (ber-an), kondisional (jika) dan desiderative (mau). Susunan beruntun tersebut memiliki sifat struktural dan pragmatis. 6.3.3 Sintaktika Kalimat Sintaksis adalah sub disiplin ilmu linguistika yang mengaji hubungan kata dalam kalimat. Kalimat adalah satu kesatuan yang terdiri atas suatu keseluruhan yang memiliki intonasi kalimat berupa tanda titik, tanda seru dan atau tanda tanya di akhir kalimat sebagai penutup. Sehingga sintaktika klausa adalah ilmu yang hubungan kata dalam suatu kalimat. Suatu kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat pula disebut klausa mandiri. Contohnya kami akan membangun taman yang luas. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan bergabung menjadi satu kesatuan yang utuh. Contohnya kami akan mencari sumber dana dan kami akan membangun taman yang luas. Kalimat majemuk dapat terdiri dari klausa yang berstruktur koordinatif (klausa yang sederajat, tidak ada yang lebih tinggi satu sama lain), dan subordinatif yaitu klausa induk (klausa atasan) dan klausa bawahan (bergantung klausa induk).



6.4 Semantika Semantik adalah sub disiplin ilmu linguistika yang mengaji tentang makna atau arti bahasa. Semantik dibagi menjadi dua, yaitu semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik memiliki peranan yang berbeda-beda dalam sistematika bahasa. Dalam fonetik dan fonologi, semantik tidak memiliki peran karena fonem-fonem sulit dijelaskan artinya (fonem tersebut berfungsi 16 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



untuk membedakan makna saja). Namun dalam morfologi, semantik gramatikal memiliki peran yang besar untuk memberikan arti pada morfem, baik itu morfem terikat maupun morfem bebas. Dalam sintaksis, semantik gramatikal berperan dalam sintaksis kategori (makna bagi verba, nomina dan ajektiva) dan sintaksis peran (makna benefaktif dan lokatif). Namun semantik tidak berperan dalam sintaksis fungsi. Selanjutnya, semantik leksikal berperan dalam leksikon. Pengajian semantik dalam suatu bahasa mencakup lingkup kata, frasa, klausa dan kalimat. Sehingga secara keseluruhan mengaji tentang makna kata, makna kalimat dan hubungan makna. Makna kata meneliti denotasi (arti sebenarnya menurut makna kata yang bersangkutan, contoh kata mimbar sebagai tempat berpidato), konotasi (arti kiasan menurut penilaian emosional, contoh kata mimbar sebagai kebebasan), leksikal, gramatikal dan asosiatif. Makna kalimat meneliti deklaratif (memberi pernyataan, contoh : “Ibu membeli pakaian baru untuk adik di pasar dinoyo”), interogatif (mengajukan pertanyaan, contoh : “Apakah kamu sudah makan siang?”) dan imperatif (memberi perintah, contoh : “kerjakan tugas halaman 79 dan kumpulkan minggu depan!”). Selanjutnya hubungan makna dalam semantik meneliti tentang sinonim (bermakna hampir sama dengan perbedaan nuansa, contoh : bagus, indah), antonim (bermakna kebalikan atau berlawanan, contoh : tinggi-rendah, panjangpendek), polisemi (satu kata yang memiliki beberapa makna, contoh : kaki dan kaki gunung, kaki yang pertama bermakna anggota tubuh, sedangkan kaki yang kedua bermakna bagian bawah gunung), homonim (kata yang memiliki tulisan dan pelafalan sama, namun artinya berbeda, contoh : bisa yang berarti ‘dapat’ dan bisa yang berarti ‘racun’), dan hiponim (kata yang memiliki hubungan antara yang lebih kecil dengan yang lebih besar, contoh : sepatu terhadap alas kaki).



6.5 Pragmatika Pragmatik adalah sub disiplin ilmu linguistika yang mengaji tentang makna atau maksud bahasa berdasarkan data yang real dalam penggunaan bahasa, interaksi berbicara atau apa yang dituturkan oleh penutur sesuai situasi dan kondisi. Sehingga Pengajian pragmatik membutuhkan sensibilitas atau kepekaan terhadap fenomena bahasa. Istilah pragmatik baru dikenalkan pada tahun 1960-an. Pragmatik memiliki perbedaan dengan semantik, karena semantik mengaji makna berdasarkan lingkup kata, frasa, klausa dan kalimat. Selain itu, Pengajian pragmatik termasuk dalam pengajian unsur eksternal karena mengarah ke konteks bahasa. sedangkan semantik merupakan pengajian unsur



17 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



internal bahasa. Pragmatik mengutamakan bahasa sebagai alat komunikasi, sehingga makna bahasa dapat dipahami apabila telah dibicarakan atau dituturkan. Pengajian pragmatik dilakukan berdasarkan koteks, konteks, deiksis, tindak tutur, implikatur percakapan, pra-anggapan, prinsip kerjasama, kesantunan, postulat dan analisis wacana. Koteks adalah elemen yang mengikuti elemen lain. Konteks adalah hubungan sebab akibat mengapa suatu kata dalam bahasa dituturkan. Deiksis adalah suatu kata dalam bahasa yang menunjukkan atau merujuk pada suatu kata lain yang bersangkutan. Jenis-jenis deiksis diantaranya deiksis orang atau persona (kata ganti orang pertama ‘saya, aku’, orang kedua ‘kamu’, dan orang ketiga ‘mereka, dia’), deiksis tempat (penjelasan jarak atau tempat, contoh : ‘di sana,di sini’), deiksis waktu (penunjuk waktu, contoh : ‘sekarang, besok, kemarin’), deiksis wacana (merujuk pada bagian dalam wacana) dan deiksis sosial (sistem percakapan yang mengungkapkan perbedaaan penutur dan petutur). Selain itu terdapat pula deiksis sejati-tidak sejati, dan deiksis kinesik-simbolik. Pragmatik juga berdasarkan tindak-tutur atau inferensi yaitu kalimat yang diucapkan bertujuan agar penutur dan petutur memiliki pemahaman yang sama. Implikatur percakapan adalah makna yang disampaikan petutur secara tersirat. Selanjutnya, praangggapan adalah dugaan atau anggapan sementara yang dianggap benar oleh penutur, bukan dari apa yang diucapkan oleh penutur. Pra-anggapan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya pra-anggapan ekstensial, faktiv, non-faktiv, leksikal, struktural, dan konterfaktual.



18 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



PENUTUP



SIMPULAN Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Linguistik memandang bahasa sebagai bahasa. Objek linguistik adalah parole dan langue. Sedangkan langage bukan merupakan objek linguistika. Perkembangan ilmu linguistik mencerminkan bahwa linguistik merupakan ilmu yang dinamis sehingga membentuk sejarah. Dalam mengkaji linguistik terdapat prinsip dasar yang harus diterapkan, yaitu objek forma dan materia. Linguistik sebagai ilmu bahasa memiliki hubungan dengan ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dsb sehingga membentuk studi interdisipliner. Dalam mempelajari linguistik, terdapat dikotomi yang harus dipahami, seperti linguistik sinkronik-diakronik, makro-mikro, dsb. Bahasa yang dikaji linguistik terdiri dari beberapa elemen bahasa, diantaranya fonem, silaba, morfem, kata, frasa, klausa dan kalimat. Elemen bahasa tersebut dikaji berdasarkan subdisiplin ilmu linguistika, diantaranya fonologi (fonetik dan fonemik), morfologi (morfologi dasar dan morfofonemik), sintaksis (sintaksis frasa, sintaksis klausa, sintaksis kalimat), semantik dan pragmatik. Linguistik umum harus dipahami oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bekal untuk menjadi pengamat bahasa yang baik.



19 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a



DAFTAR ACUAN



Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cummings, Louise. 1999. Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. de Saussure, F. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lubis, A. Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: CV Angkasa. Lyons, J. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Parera, Jos Daniel. 2010. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Robins, R.H. 1996. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Samsuri.1992. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tarigan, Henry Guntur. Percetakan Angkasa.



2009.



Pengajaran



Pragmatik.



Bandung:



Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.



20 | P e n g a n t a r L i n g u i s t i k a