LK 1.1 Modul 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA NIM NPK PRODI PPG MODUL



: : : : :



KUKUH SETIANTO HARYADI 203112748861 9884950101082 BIMBINGAN DAN KONSELING 5 PROFESIONAL



LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Judul Modul Judul Kegiatan Belajar (KB)



No 1



Butir Refleksi Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di modul ini



STRATEGI LAYANAN RESPONSIF 1. Pendekatan Konseling Berorientasi Psikoanalisis Dan Humanistik 2. Pendekatan Konseling Berorientasi Kognitif Dan Perilaku 3. Pendekatan Konseling Posmodern Dan Integratif 4. Layanan Referal, Konsultasi Dan Advokasi Respon/Jawaban KB 1 : Pendekatan Konseling Berorientasi Psikoanalisis Dan Humanistik 1. Insting (Sumber energi psikis yang dibawa sejak lahir untuk mempertahankan hidup, yang menjadi sumber insting yaitu kondisi jasmaniah atau kebutuhan) 2. Insting hidup/eros (Fungsinya untuk melayani maksud individu untuk tetap hidup, seperti insting makan, minum) 3. Insting mati/destruktif /thanatos (Di mana setiap orang tanpa disadari berkeinginan untuk mati atau mencederai diri sendiri atau orang lain) 4. Kepribadian (Dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber Ich). 5. Id (Komponen kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia yang merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) dan cenderung memenuhi kebutuhannya) 6.



7.



Ego (Berfungsi untuk menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar dan idealnya merepresentasikan alasan dan akal sehat. Reality principle (Berpikir secara logis dan



8.



9.



10. 11.



12.



13.



14.



15. 16. 17.



18.



19. 20.



21.



22.



realitas) Super ego (Berfungsi sebagai wadah impuls Id, untuk menghimbau ego agar menggantikan tujuan yang realistik dengan yang moralistik, serta memperjuangkan kesempurnaan. Mekanisme pertahanan ego (Strategi psikologis yang dilakukan seseorang untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra diri) Represi (Pikiran dan perasaan yang mengancam atau menyakitkan ditekan dari kesadaran) Denial (Penyangkalan atas realitas/“Menutup mata” terhadap keberadaan aspek realitas yang mengancam) Proyeksi (Mengalihkan kepada orang lain keinginan dan impuls yang tidak dapat diterima sendiri) Fiksasi (menjadi “terpaku” pada tahap perkembangan lebih awal karena mengambil langkah selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan) Regresi (Kembali ke fase pengembangan sebelumnya ketika ada sedikit tuntutan yang lebih sulit) Rasionalisasi (Memproduksi alasan "bagus" untuk menjelaskan ego yang hancur) Sublimasi (Mengalihkan energi seksual atau energy agresif ke saluran lain Displacement (Mengarahkan energi ke objek atau orang lain ketika objek atau orang asli tidak dapat diakses (karena berbagai sebab atau posisi)) Reaction formation (Secara aktif mengekspresikan dorongan yang berlawanan dengan rasa hati yang sesungguhnya ketika dihadapkan dengan dorongan yang mengancam) Introyeksi (Mengambil dan“menelan” nilai dan standar orang lain Identifikasi (Identifikasi dengan sebab- sebab, organisasi, atau orang yang berhasil dengan harapan berhasil pula) Kompensasi (Menyembunyikan kelemahan yang dirasakan atau mengembangkan sifat positif tertentu untuk menebus keterbatasannya) The opening phase (Konselor membangun hubungan terapeutik dan memperoleh



23. 24. 25. 26. 27.



28.



29.



30.



31. 32.



pemahaman tentang konflik ketidaksadaran konseli) The development of transference (Pengembangan dan analisis transferensi) Transferensi (Perasaan konseli kepada konselor) Significant figure person (Orang yang telah menguasainya di masa lalunya) Working through (Proses analisis atau eksplorasi ketidaksadaran yang bersumber di masa kecil) The resolution of transference (Memecahkan perilaku neurosis konseli yang ditunjukkan kepada konselor sepanjang hubungan konseling Asosiasi Bebas (Konseli mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor) Penafsiran (Rosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transferensi) Analisis mimpi (Prosedur penting untuk mengungkap ketidaksadaran dan memberi pemahaman kepada konseli terhadap berbagai hal yang terkait dengan masalah yang tidak terpecahkan) Analisis Resistensi (Melakukan analisis terhadap sikap resisten konseli) Analisis Transferensi (Transferensi terjadi ketika konseli memandang konselor seperti orang lain.



33. Analisis Kepribadian (Case Historis) (Melihat dinamika dari dorongan primitive (libido) terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan tersebut) 34. Hipnotis (Mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran (unconsciousness) yang menjadi penyebab masalah) 35. Directive konseling /konseling langsung/ counselor centered approach (Konseling yang pendekatannya terpusat pada konselor) 36. Non directive counseling (Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien) 37. Permisif (membebaskan) 38. Unconditional positive regard (Cara memunculkan empati, kongruen dan acceptance) 39. Here and now (sekarang dan di sini)



40. Tendency toward self-actualization (Mengatur dirinya sendiri) 41. Internal locus of self evaluation (Memilih nilainya sendiri) 42. Fully functioning person and satisfying life (Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang ke arah hidup yang penuh dan memuaskan) 43. Aktualisasi diri (Kecenderungan manusia untuk berkembang ke arah lebih baik merupakan) 44. Personal responsibility (Perkembangan pribadinya) 45. Organisme (Individu itu sendiri yang mencakup aspek fisik maupun psikologis) 46. Realita (Medan persepsi yang yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subjektif yang menentukan/ membentuk tingkah laku) 47. Holisme (Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain) 48. Medan fenomena (phenomenal field) (Semua hal yang dialami individu (dunia pribadi) dan menjadi sumber kerangka acuan internal dalam memandang kehidupan) 49. Self, (Struktur kepribadian yang sebenarnya) 50. Conditions of worth (Penghargaan bersyarat muncul saat penghargaan positif dari significant other memiliki persyaratan, saat individu tersebut merasa dihargai dalam beberapa aspek dan tidak dihargai dalam aspek lainnya) 51. Inkongruensi (Ketidakseimbangan psikologis dapat dimulai saat seseorang gagal mengenali pengalaman organismiknya sebagai pengalaman diri, yaitu ketika orang tersebut tidak secara akurat membuat simbolisasi dan pengalaman organismiknya ke dalam kesadaran, karena pengalaman tersebut terlihat tidak konsisten dengan konsep diri yang sedang muncul) 52. Kerentanan (Manusia menjadi rentan saat tidak menyadari perbedaan antara diri organimiknya dengan pengalaman diri yang signifikan) 53. Kecemasan (Sebagai kondisi yang tidak menyenangkan atau tekanan dari sumber yang



54. 55.



56.



57.



58.



59. 60. 61. 62. 63. 64.



65.



66.



67.



68.



tidak diketahui) Ancaman (Merupakan kesadaran bahwa diri seseorang tidak lagi utuh (kongruen)) Empathy atau deep understanding adalah kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan konseli, Pendekatan person centered adalah proses konseling yang fleksibel dan tergantung dari proses komunikasi antara konselor dankonseli. Sikap defensif (Perlindungan terhadap konsep diri dari kecemasan dan ancaman dengan penyangkalan atau distorsi dari pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri) Disorganisasi (Manusia kadang berperilaku secara konsisten dengan pengalaman organismiknya dan kadang sesuai dengan konsep diri yang hancur) Fully functioning person (Manusia yang berfungsi secara penuh)cirinya) Opennes to experience (Memiliki keterbukaan terhadap pengalaman) self-trust (Memiliki kepercayaan pada diri sendiri) internal source evaluation (Mengevaluasi berdasar internalnya sendiri) Willingness to continue growing (Keinginan berkelanjutan untuk berkembang) Congruence between self and experience (Mengakui (mengasimilasi/menyimbulkan) atas segala pengalamannya sebagai miliknya sendiri) Incongruence between self and experience (Mengaburkan atau menolak pengalamannya sendiri) Empathy atau deep understanding (Kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaannya) Pendekatan person centered (Proses konseling yang fleksibel dan tergantung dari proses komunikasi antara konselor dan konseli) Internal frame of reference (Memahami kerangka acuan sudut pandang dalam diri konseli)



69. Acceptance (penerimaan) (Bentuk perilaku konselor yang ditunjukkan pada konseli sebagai penerapan sikap dasarnya yang ditunjukkan konselor dengan: 1) menerima apa adanya konseli sebagai pribadi yang unik, 2) tidak menolak (alih-alih menyalahkan apa yang dikatakan konseli), dan 3) tidak menyetujui apa yang dikatakan konseli) 70. Lead/ Open Question (teknik bertanya), (Merupakan tindakan konselor dengan mengajukan pertanyaan kepada konselor agar memperoleh informasi yang spesifik) 71. Restatement dan Paraphrasing (Pengulangan penyataan dan Parafrase) (Tujuannya untuk menunjukkan kepada konseli bahwa konselor senantiasa memperhatikan informasi yang disampaikan konseli) 72. Reflection of thoughts and feelings (pemantulan pikiran dan perasaan) (keterampilan yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan (terdapat pesan emosi) yang berisi tafsiran pikiran perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan/ sikap baik positif maupun negatif yang terkandung di balik pernyataan konseli) 73. Clarification (klarifikasi) (Keterampilan yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan katakata baru dan segar atau suatu keterampilan yang merumuskan inti-inti kalimat dan gagasan konseli dalam bentuk lain dengan makna sama) 74. Confrontation (Konfrontasi) (teknik untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli lalu konselor mengumpanbalikkan kepada konseli) 75. Reassurance (penguatan/dukungan) (Keterampilan/teknik konselor untuk memberikan dukungan/penguatan terhadap pernyataan positif konseli agar menjadi lebih yakin dan percaya diri) 76. Prediction Reassurance (Penguatan prediksi), dilakukan konselor terhadap pernyataan/rencana positif yang akan dilaksanakan konseli) 77. Posdiction Reassurance (Penguatan postdiksi), (Penguatan/dukungan konselor terhadap tingkah



78.



79.



80.



81. 82. 83.



84. 85.



86.



87.



88.



89.



laku positif yang telah dilakukan konseli dan tampak hasil yang diperoleh dari apa yang dilakukan oleh konseli tersebut) Factual Reassurance (Penguatan factual) (Merupakan penguatan konselor untuk mengurangi beban penderitaan secara psikis konseli dengan cara mengumpulkan bukti/fakta bahwa kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa konseli bila dialami oleh orang lain akan memberi dampak yang sama atau relatif sama dengan apa yang dialami oleh konseli) Summary (merangkum) (Teknik konselor/ konseli untuk membuat simpulan mengenai apa yang telah dibicarakan dalam sesi konseling) Konseling gestalt (Suatu pendekatan yang eksistensial, fenomenologis, dan berpijak pada premis bahwa individu harus mengerti konteks hubungan dengan lingkungannya) Top dog (Kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam) Under dog (Keadaan defensif, membela diri, tidakberdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi) Teori Gestalt (Sebuah pendekatan esensial berdasarkan premis bahwa orang harus mencari sendiri jalan hidupnya dan mau menerima tanggung jawab kalau mereka ingin mencapai kedewasaan) The present, the here, and now (Masa kini, di sini dan saat ini) Holisme vs dichotomy (Organisme manusia dilihat sebagai satu kesatuan dan menolak terhadap dichotomy atau divisi-divisi) Homeostatis atau regulasi diri (Merupakan proses organisme mengembalikan ketika equilibriumnya terganggu tuntutan atau kebutuhan) The contact boundary (Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan saling menguntungkan yang tidak dapat dipisahkan) The self and self actualization (self akan membentuk figur dan latar, koordinasi motorik dan kebutuhan organic, mengintegrasikan perasaan, serta menemukan makna hidup. Self merupakan bagian dari identifikasi dan alienasi) Kursi Kosong (Empty Chair) (Teknik kursi kosong



90.



91.



92.



93.



94.



95.



96.



97.



bertujuan membantu mengatasi konflik interpersonal dari intrapersonal) Top dog (Perasaan marah bila sesuatu tidak sesuai nilai atau norma moral (righteous), autoritarian, dan mengetahui yang terbaik) Making the rounds (Membuat serial) (latihan Gestalt yang melibatkan individu untuk berbicara atau melakukan sesuatu kepada orang lain dalam kelompok) Playing Projection (Dinamika proyeksi) (individu yang melihat secara jelas kepada oarang lain apa yang tidak ingin dilihat dan menerima dalam dirinya) Reversal Technique (Gejala dan tingkah laku tertentu sering kali merepresentasikan implusimplus yang di tekan dan laten yang ada dalam diri individu) The Rehearasal Experiment (Individu cenderung mengulang fantasi-fantasi yang individu rasa bahwa itu adalah harapan-harapan dari lingkunganya) The Exaggeration Experiment (Teknik ini membantu konseli untuk menjadi lebih sadar pada tanda- tanda bahasa tubuh) Staying With the Feeling (Sebagian besar konseli cenderung melarikan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan dan menghindari dari situasi yang mengarah kepada perasaan yang tidak menyenangkan) “I” Language (Konselor mendorong kepada konseli untuk menggunakan kata “saya” (I) ketika konseli mengeneralisasikan kata “kamu” (You) dalam berbicara)



KB 2 : 1.



2. 3. 4.



Pendekatan Konseling Berorientasi Kognitif Dan Perilaku Konseling Rational Emotive Behavior (KREB) (Lebih difokuskan pada kerja berpikir (thinking) dan bertindak (acting) ketimbang pada ekspresi perasaan- perasaan) Activating event (A) (Segenap peristiwa luar yang dialami individu) Belief (B) (Keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa) Emotional consequence (C) (Merupakan



konsekuensi emosional sebagaiakibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A) 5. Consequencies rational (Konsekuensikonsekuensi rasional yang dianggap berasal dari keyakinan rasional (Br)) 6. Dispute irrational belief (Keyakinan-keyakinan irasional dalam diri individu saling bertentangan) 7. Effect cognitive of disputing (Efek kognitif yang terjadi dari pertentangan dalam keyakinan irasional) 8. Effect emotion of disputing (Efek dalam emosi yang terjadi dari hasil pertentangan dalam keyakinan irasional) 9. Effect behavioral of disputing (Efek dalam perilaku yang terjadi dari hasil pertentangan dalam keyakinan irasional) 10. Konseling cognitive behavior (Berasumsi bahwa reorganisasi (penyesuaian kembali) diri seseorang akan menghasilkan corresponding reorganization yang sesuai dengan perilaku seseorang tersebut) 11. Arbitrary interfences (Penarikan kesimpulan tanpa ada bukti pendukung relevan.) 12. Abstraksi Selektif (Terdiri dari pembentukan kesimpulan berdasarkan rincianperistiwa yang terisolasi) 13. Overgeneralisas (Proses memegang keyakinan berdasarkan insiden tunggal dan menerapkannya secara tidak tepat pada kondisi yang tidak sama) 14. Pembesaran dan pengecilan (Merasakan segala kasus atau situasi dalam sorotan yang lebih besar ataupun lebih kecil dari yang sesungguhnya) 15. Personalisasi (Kecenderungan individu menghubungkan peristiwa eksternal bagi diri mereka sendiri, bahkan jika tidak ada dasar untuk mengkaitkannya) 16. Pelabelan dan tanpa pelabelan (Meliputi penggambaran identitas seseorang dengan dasar kekurangan dan kesalahan di masa lalu sehingga memungkinkan mendefinisikan identitas seseorang yang sesungguhnya) 17. Pemikiran yang terpolarisasi (Melibatkan



18.



19.



20.



21.



22.



23.



24.



25.



26.



pemikiran dan penginterpretasian dalam istilah ya atau tidak sama sekali) Teknik Reinforcement (Teknik yang digunakan untuk mendorong konseli ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment) Teknik Social modeling (Teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada konseli. Teknik ini dilakuakan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mengimitasi, mengobservani dan menyesuaikan dirinya dengan social model yang dibuat itu) Live models (Digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasisituasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan orang tua, orang dewasa, guru,atau dengan temanteman sekelompoknya) Filmed models (Suatu model perilaku yang difilmkan, sehingga konseli dapat mengimentasiken dan mengidentifikasikan dirinya dengan model perilaku yang dimunculkan dalam film) Audio tape recorde models (Digunakan dengan maksud agar konseli dapat mempelajari tingkah laku baru dengan melihat dan mendengarkan orang lain menyatakan perilaku dalam situasi tertentu) Behavioral Disputation atau risk taking, (Memberi kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkanya berpikir irasional dan melawan keyakinannya tersebut) Bermain peran (Role Playing) (Dengan bantuan konselor konseli melakukan role playing tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang rasional) Peran rasional terbalik (Rational Role Revesal) (Meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan) Pengalaman langsung (Exposure) (Konseli secara



27.



28.



29.



30.



31.



32.



33.



34.



35.



36.



sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini dilakuakan melalui perencanaan dan penerapan keterampilan mengatasi masalah (coping skills). Teknik Imitasi (Teknik yang digunakan dimana konseli diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud melawan perilakunya sendiri yang negatif) Operant conditioning (Jenis belajar di mana perilaku semata-mata dipengaruhi oleh akibat yang menyertainya) Unconditioning Stimulus (UCS) (Lingkungan yang secara alamiah menimbulkan respon tertentu yang disebut sebagai Unconditionting Respone (UCR)) Conditioning Stimulus (CS) (Tidak otomatis menimbulkan respon bagi individu, kecuali ada pengkondisian tertentu) Vicarious conditioning atau vicarious learning (Tingkah laku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung) Technique Implementation (Pada tahapan ini konselor melakukan curah pendapat (brainstroming) bersama konseli untuk menentukan dan melaksanakan strategi atau teknik pengubahan perilaku yang akan digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan) Evaluation and Termination(Konselor melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling) Positive Reinforcement (Pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap di masa akan datang) Reinforcement negatif (Kejadian atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang kecil untuk diulang) Token Economy (Merupakan strategi pemberian reinforcement secara tidak langsung melalui penghargaan yang dapat ditukar di kemudian hari dengan sesuatu yang diinginkan konseli



37.



38.



39.



40. 41. 42.



43.



44.



45.



46.



47.



(token) ) Shaping (erupakan pembentukan tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan) Behavior Contract (Kontrak perilaku merupakan strategi pengubahan perilaku dengan cara mengatur kondisi konseli berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor) Modeling (Merupakan proses belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan yang juga melibatkan proses kognitif) Live models (Pemokohan langsung kepada orang yang dikagumi sebagai model untuk diamati) Symbolic models (Menggunakan penokohan dengan simbol dai film atau audio visual lain) Multiple model (Penokohan ganda yang terjadi dalam kelompokdimana seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan dipelajari suatu sikap baru setelah mengamati bagaimana anggotaanggota lain dalam kelompok bersikap) Attentional (Proses dimana observer/individu menaruh perhatian terhadap perilaku atau penampilan model) Retention (Proses yang merujuk pada upaya individu untuk memasukkan infomasi tentang model, baik verbal maupun gambar dan imajinasi) Production (Proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi dapat berbentuk ketrampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi perilaku model) Motivational (Proses pemilihan tingkah laku model. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu reinforcement dan punishment. Vicarious Learning (Proses belajar dengan cara mengobservasiconsequence tingkah laku orang lain. Seseorang akan mengamatihal-hal yang menjadi akibat/konsekuensi yang didapat orang



48.



49.



50.



51.



52.



53.



54.



55.



56.



57.



58.



lain untuk diggunakannya sebagai patokan dalam berperilaku) Penjenuhan (satiation) (Cara untuk mengubah perilaku individu dengan membuat konseli jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak bersedia melakukannya lagi) Hukuman (punishment) (Intervensi operant conditioning untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan) Time out (Strategi pengubahan perilaku dengan cara menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan reinforcement positif) Exclusionary atau ekslusi (Memindahkan individu dari sit uasi yang memberi peluang mendapat penguatan untuk waktu singkat ke dalam ruang time out) Nonexclusionary (Memindahkan individ u untuk beberapa waktu pada situasi tertentu dengan dukungan penguatan) Flooding/pembanjiran (Teknik modifikasi perilaku dengan cara membanjiri konseli dengan kondisi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku yang tidak dikehendaki hingga konseli sadar bahwa sesuatu yang dicemaskan tidak terjadi) Invivo (Membawa konseli hadir pada situ asi atau st imulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama konseling berlangsung) Imajeri (Meminta konseli membayangkan st imulus yang membuatnya cemas dan takut. Pengalaman konseli membayangkan tanpa disertai akibat dahsyat dapat menurunkan t ingkat rasa takutnyadan konseli siap menghadapi situasi riil) Penjenuhan (satiation) (Cara untuk mengubah perilaku individu dengan membuat konseli jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak bersedia melakukannya lagi) Hukuman (punishment) (Intervensi operant conditioning untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan) Terapi aversi (Digunakan untuk meredakan/menghilangkan gangguan perilaku spesifik yang melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan stimulus yang menyakitkan sehingga tingkah laku yang tidak



59.



60.



61. 62.



63.



64.



diinginkan terhambat kemunculannya) Covert sensitization (Meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal/ merasa bersalah) Desensitisasi sistematis (Merupakan teknik konseling behavior yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan konseli untuk rileks) Metafora (Ungkapan konseli tidak selalu dapat diekspresikan dengan bahasa langsung) Konfrontasi (Ketika konseli tidak menjalankan rencana yang telah dibuatnya, konselor harus tidak diperkenankan untuk ‘memaafkan’ perilaku konseli tersebut) Reframe (Teknik reframe dilakukan untuk mendorong konseli untuk mengubah cara berpikirnya tentang suatu topik) Paradoxical prescription (Teknik ini dilakukan dengan mendorong konseli untuk membayangkan hal yang paling buruk yang mungkin bisa terjadi serta mencari solusi untuk menghadapinya)



KB 3 : Pendekatan Konseling Posmodern Dan Integratif 1. Exception Question (Konselor SFBC menanyakan pertanyaan-pertanyaan exception untuk mengarahkan konseli pada waktu masalah tersebut tidak ada) 2.



3.



4.



Miracle Question (Meminta konseli untuk mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban membuka suatu tempat untuk kemungkinankemungkinan di masa depan) Scaling questions (Memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka telah lakukan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan pada perubahan-perubahan yang mereka inginkan) Formula First Session Task/FFST) (Rumusan Tugas Sesi Pertama adalah suatu format tugas yang diberikan oleh konselor kepada konseli



5.



6.



7.



8. 9. 10. 11.



12.



13. 14. 15.



16.



17.



untuk diselesaikan antara sesi pertama dan sesi kedua) Feedback (Para konselor SFBC pada umumnya mengambil waktu 5 sampai 10 menit pada akhir setiap sesi untuk menyusun suatu ringkasan pesan untuk konseli) Presession change question (Pertanyaan perubahan prapertemuan dimaksudkan untuk menemukan pengecualian/mengeksplorasi solusi yang telah diupayakan konseli sebelum pertemuan konseling) Impact therapy (Pendekatan multi-indera yang mengakui bahwa perubahan atau dampak tidak hanya berasal dari pertukaran verbal, tetapi juga visual dan kinestetik) Komprehensif (Dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh) Eksplisit (Setiap penjelasan didukung oleh buktibukti yang dapat diuji) Parsimonius (Menjelaskan data secara sederhana dan jelas) Konseling singkat berfokus solusi (SFBC) (Merupakan salah satu pendekatan konseling Posmodern dengan mengedepankan keberdayaan konseli untuk mencari jalan keluar atau solusi sehingga konseli akan memilih sendiri tujuan yang hendak ia capai) Konstruktivisme sosial (Merupakan sebuah perspektif terapeutik dengan suatu pandangan postmodern yang menekankan pada realitas konseli tanpa memperdebatkan apakah hal tersebut akurat atau rasional) Frame of reference (Kerangka berpikir) Exception Question (Pertanyaan Pengecualian) Fase Rapport (R) (Menunjukkan fase membangun hubungan yang genuine dan saling percaya antara konselor dan konseli) Fase Contract (C) (Merujuk pada persetujuan baik secara implisit ataupun eksplisit antara konselor dan konseli dalam menetapkan tujuan sesi konseling) Fase Focus (F) (Merujuk pada tahapan yang bertujuan membantu konseli untuk fokus pada suatu topik atau isu tertentu selama sesi konseling)



18. Fase Funnel (F) (Merujuk pada tahap mendiskusikan sebuah isu dengan cara tertentu sampai tercapai tingkat pemahaman (insight) baru yang lebih dalam) 19. Fase Closing (C) (Merupakan fase di mana konseli merangkum apa yang telah dipelajari dan membicarakan bagaimana konseli akan menggunakan informasi yang diperolehnya setelah sesi konseling berakhir) KB 4 : 1.



2. 3.



4. 5.



6.



7. 8. 9. 10. 11. 12.



13.



Layanan Referal, Konsultasi Dan Advokasi Pre-Entry (Dalam tahap awal konsultasi, konsultan memahami dan menyuarakan kepada diri sendiri dan orang lain apa yang diminta untuk dilakukan) Masuk (Entry) (Penjelasan Masalah dan Pembuatan Kontrak) Gathering nformation) (Proses pengambilan data yang penting. Berdasarkan penilaian permasalahan dan kontrak, konsultan dapat memperoleh data yang reliabel dan valid) Implementation (Pencarian solusi dan pemilihan intervensi) Evaluation (Konsultan ingin mengetahui apa yang sudah dikerjakan, apa yang belum dikerjakan,dan apa keunggulan dan kelemahannya) Disengagement (Yang menandakan akhir hubungan konsultasi akibat dari keberhasilan yang tertunda atau tujuan tercapai) Preliminary Stage (Tahap Awal) Exploration and Goal Setting Stage (Tahap Eksplorasi dan Penetapan tujuan) Intervention and Implementation Stage (Tahap Intervensi dan Implementasi) Outcome Stage (Tahap Hasil) Termination Stage (Tahap Pengakhiran) Disposisi advokasi (Konselor sekolah profesional dengan disposisi advokasi mengetahui peran mereka, serta memberikan pelayanan yang merata) Disposisi dukungan keluarga/ pemberdayaan (Konselor sekolah mengakui bahwa orang tuawali adalah orang yang memiliki keterhubungan yang erat dengan siswa sehingga konselor



sekolah dapat membina hubungan dan bekerjasama dengan orang tua dalam mengadvokasi anak-anak mereka) 14. Disposisi advokasi sosial (Konselor sekolah profesional tidak hanya mengadvokasi siswa dan keluarga tertentu, mereka juga mengadvokasi untuk menghilangkan ketidakadilan dan hambatan yang memengaruhi lingkungan masyarakat yang lebih luas) 15. Disposisi etis (Konselor sekolah profesional dengan disposisi etis memberi nilai tinggi pada kode etik profesi. Konselor dengan kecenderungan etis memiliki etika kepedulian pribadi) 16. Pengetahuan sumber daya (Konselor sekolah profesional memiliki pengetahuan tentang berbagai sumber daya yang dapat digunakan dalam proses advokasi baik sumber daya yang berasal dari dalam maupun luar sekolah) 17. Pengetahuan parameter (Profesional konselor sekolah memiliki pengetahuan mengenai kebijakan yang berlaku, baik kebijakan dan prosedur sekolah, paham mengenai hak dan hukum yang berlaku baik untuk individu dan keluarga, serta memiliki pemahaman yang kuat dalam ruang lingkup praktik yang konselor sedang lakukan) 18. Pengetahuan tentang mekanisme resolusi khusus Advokasi seringkali melibatkan perselisihan dan konflik, maka dari itu konselor sekolah profesional harus memiliki pengetahuan tentang mediasi dan strategi penyelesaian konflik untuk bekerja menuju penyelesaian masalah) 19. Pengetahuan tentang model-model advokasi (Konselor sekolah harus memahami model-model advokasi) 20. Pengetahuan tentang perubahan sistem (Konselor sekolah yang profesional menggunakan perspektif sistem untuk memahami sistem dan subsistem yang melekat di sekolah dan masyarakat) 21. Keterampilan komunikasi (Konselor sekolah yang profesional hendaknya memiliki keterampilan komunikasi yang baik dalam melayani konseli)



22. Keterampilan Kolaborasi (Konselor sekolah profesional dapat membentuk dan memelihara hubungan positif dengan para profesional dan profesional, karena dalam hal ini konselor tidak dapat bekerja sendiri, konselor membutuhkan banyak bantuan dari pihak yang terkait) 23. Keterampilan assessment masalah (Konselor harus mampu menilai dan mendefinisikan masalah dan kebutuhan siswa, konselor harus mampu memilih faktor dan topik yang digunakan untuk memberikan keberhasilan dalam proses advokasi) 24. Keterampilan pemecahan masalah (Konselor dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan keterampilan kolaborasi untuk membangun hubungan dan memberdayakan orang lain, guna pemecahan masalah yang lebih efektif. 25. Keterampilan Organisasi (Agar proses advokasi berjalan efektif sangat dibutuhkan konselor yang dapat melakukan perencanaan yang cermat dan rinci, serta mampu melakukan pengumpulan data dan informasi dengan baik dan mampu melaksanakan kegiatan secara teroganisir) 26. Keterampilan self-care (Dalam melaksanakan proses advokasi konselor sering terlibat dalam pengambilan resiko dan terkadang upaya yang dilakukan dalam proses advokasi tidak selalu berhasil, dan banyak energi yang telah dikeluarkan dalam proses advokasi baik itu berhasil maupun tidak berhasil) 2



Daftar materi yang sulit dipahami di modul ini



KB 1 : Pendekatan Konseling Psikoanalisis Dan Humanistik Pendekatan konseling gestalt



Berorientasi



KB 2 :



Pendekatan Konseling Berorientasi Kognitif Dan Perilaku 1. Pendekatan konseling Rational Emotive Behavior dan Cognitive Behavior 2. Pendekatan konseling Behavior KB 3 : Pendekatan Konseling Posmodern Integratif Pendekatan konseling Singkat Berfokus Solusi



Dan



KB 4 :



Layanan Referal, Konsultasi Dan Advokasi Layanan Advokasi 3



Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi



Pendekatan konseling Rational Emotive Behavior dan Cognitive Behavior Dan Pendekatan konseling Behavior