LK Nifas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL DI KLINIK KARTIKA JAYA



Disusun Oleh : Sintiya Ayu Candra Kirana NIM P07224219040



PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Nifas Normal Hari ke-4 Masa Nifas Asuhan Kebidanan Nifas Normal Hari ke-4 masa nifas Pada Ny. S Usia 26 tahun G1P0000 Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi Di Klinik Kartika Jaya



Samarinda , 24 April 2021 Mahasiswa,



Sintiya Ayu Candra Kirana NIM. P07224219040 Mengetahui,



bb



Pembimbing Institusi,



Pembimbing Ruangan,



Rizki Amelia., S.Keb, Bd



Sari Yuliati S.ST



NIP.198902202015032002



NIP.



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan yang berjudul “Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini memuat dasar teori dan konsep manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis. Penulis yakin bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu secara moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan laporan ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.



Samarinda, 24 Mei 2021



Sintiya Ayu Candra Kirana NIM. P07224219040



DAFTAR ISI



Halaman Judul ...................................................................................................................i Kata Pengantar ..................................................................................................................ii Daftar Isi ...........................................................................................................................iii Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1 A. Latar Belakang ..........................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan........................................................................................................1 1. Tujuan umum .................................................................................................3 2. Tujuan khusus ................................................................................................3 Bab II Tinjauan Pustaka ...................................................................................................4 A. Konsep Dasar Teori Nifas..........................................................................................4 B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidan Nifas Normal......................................11 Bab III Tinjauan Kasus .....................................................................................................25 Bab IV Penutup.................................................................................................................31 Daftar Pustaka....................................................................................................................32



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Sedangkan kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat proses atau setelah perempuan bersalin kurang dari 24 jam. Menurut WHO, diseluruh dunia setap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilannya, persalinannya, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahunnya karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi peringkat tertinggi di Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yitu 270 per 100.000 kelahiran hidup , tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup , tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goal (MDGS) AKI di Indonesia tahun 2015 mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi samapai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan komitmen usaha keras yang terus menerus. AKI di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011



meningkat menjadi 106 per 100.000 kelahiran hidup. Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa disebut juga masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. (Sarwono, 2010) Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hamper 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di Negara berkembang. Sebagian besar dari kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III. (Sarwono, 2010) Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Berdasarkan hal di atas, yang melatarbelakangi penulis untuk membuat laporan pendahuluan dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis dalam rangka pendokumentasian dan pencatatan hasil tindakan.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan Postpartum



Fisiologis



pelaksanaan



asuhan



menggunakan



pola



kebidanan pikir



pada



ilmiah



Ibu



melalui



pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep dasar teori Masa Nifas Fisiologis. b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan Ibu Nifas Fisiologis berdasarkan 7 langkah Varney. c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis menggunakan pendekatan Varney, yang terdiri dari: 1) Melakukan pengkajian. 2) Menginterpretasikan data dasar. 3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial. 4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera. 5) Mengembangkan rencana intervensi. 6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi. 7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan. d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis dalam bentuk catatan SOAP



B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum Fisiologis I. PENGKAJIAN A) Data Subyektif 1. Identitas Nama



: Nama selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih baik dan akrab (Sulistyawati, 2012).



Umur



: dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan Sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Sarwono, 2016).



Agama



: Sebagai



dasar



bidan



untuk



memberikan



dukungan dan spiritual terhadap pasien dan keluarga (Sulistyawati, 2010). Suku/bangsa : Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Sulistyawati, 2010). Pendidikan



: Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk



mengetahui



sejauh



mana



tingkat



intelektual sehingga bidan dapat memberikan konseling



sesuai



dengan



pendidikannya



(Sulistyawati, 2010). Pekerjaan



: Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).



Alamat



: Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien data ini juga memberi



gambaran



mengkaji jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju



lokasi



pelayanan



kesehatan



(Sulistyawati, 2010). 2. Keluhan Utama: Menurut Kemenkes (2020), terdapat 27 masalah yang dialami oleh ibu nifas di dalam lingkup kebidanan meliputi keputihan, sering buang air kecil (BAK), rasa terbakar saat BAK, sulit tidur, sesak nafas, sembelit, mulas, perdarahan hebat, ibu letih, Lelah, lesu, lemah, emosi ibu tidak stabil, ibu sering menangis, luka bekas jahitan terasa nyeri dan berbau busuk, cairan vagina berbau (locha), perut mulas, susah BAK/BAB, perdarahan nifas berhenti sebelum 40 (empat puluh) hari, rasa nyeri di daerah betis sejak setelah bersalin, hilang nafsu makan, nyeri bekas jahitan luka operasi, nyeri bekas jahitan jalan lahir, susah tidur, belum haid setelah masa nifas selesai, ibu tidak bisa menyusui bayinya, ibu tidak bisa merawat bayinya, ASI tidak lancar, periksa rutin/kontrol setelah melahirkan. 3. Riwayat Kesehatan Klien a. Riwayat Kesehatan yang Lalu Menurut (Sarwono, 2011, Persis Mary, 1995; Persis Mary, 1995; Jones, 1996). 1) Penyakit Kardiovaskuler Penyakit Jantung, Hipertensi. 2) Penyakit Darah Anemia 3) Penyakit Paru-paru TBC, Asma



4) Penyakit Hati Hepatitis. 5) Penyakit Endokrin Diabetes Melitus. 6) Penyakit Infeksi IMS, Infeksi TORCH. 7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing Gagal Ginjal. 8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi Penyakit Ginekologik, Tumor/Kanker. 9) Riwayat Alergi 10) Riwayat Pembedahan b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor pencetus atau latar belakang yang berhubungan dengan keluhan, perjalanan penyakit sejak keluhan termasuk durasi dan kambuh atau tidak nyaman, lokasi spesifik, jenis nyeri, gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi dan aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya untuk masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang digunakan (Varney, 2007). 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009).



5. Riwayat Menstruasi Riwayat siklus



: Jarak antara menstruasi yang di alami



dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari (Zubaidah, 2021) Lama haid



: 4-7 hari (Manuaba, 2008).



Jumlah menstruasi: Data ini menjelaskan seberapa banyak darah



menstruasi



yang



di



keluarkan



(Sulistyawati, 2010). 6. Riwayat Obstetri: N o



Suami



Kehamilan Ank UK



Pny



Jns



Persalinan Pnlg Tmpt



Peny



J



BB/PB



Anak H M



Abnrmlts



Nifas Laktasi Peny



K 1 2



Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. 7. Riwayat Kehamilan Sekarang Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan hamil tua, Terapi Selama Kehamilan. 8. Riwayat Kontrasepsi Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, dkk. 2009).



9. Pola Fungsional Kesehatan



Pola Nutrisi



Keterangan Pada masa



nifas



masalah



diet



perlu



mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, Eliminasi



dan



banyak



mengandung



cairan



(Zubaidah, 2021) Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,



Istirahat



jumlah (Zubaidah, 2021( Istirahat akan sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat kesembuhan. Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8



Aktivitas



jam(Fatmawati & Hidayah, 2019) Sering memperhatikan dan



merawat



bayinya Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan sering dan lebih terfokus kepada bayinya (Zubaidah, 2021) Ibu melakukan mobilisasi miring ke kiri dan ke kanan setelah 2 jam persalinan. Ambulan dini ini diperlukan untuk mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai, ibu dapat merasa lebih sehat dan kuat, dan membuat fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik



Personal



(Placas, 2015) Pada masa postpartum, seorang ibu sangat



Hygiene



rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting



Seksualitas



untuk tetap dijaga (Zubaidan, 2021) Frekuensi dan gangguan yang mungkin terjadi pada saat melakukan hubungan seksual misalnya nyeri saat berhubungan, adanya ketidak puasan dengan suami dan kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan (Placas, 2015) Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat sebagai berikut ini. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu – satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Asni, 2016)



10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual Menurut Ningurum (2017), riwayat psikososiokultural yang perlu di kaji yaitu:  Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap persalinan ini. Dukungan sosial dari keluarga sangat membantu ibu nifas berada pada emosi yang stabil sehingga tidak stres  Bagaimana



psikis



ibu



menerima



perubahan



fisiologis, dan kehadiran bayi (Ningrum, 2017)



 Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak  Adakah



kebiasaan-kebiasaan



keluarga



maupun



lingkungan masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan pengaruh negatif pada masa nifas ibu B) DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik (Sulistyawati, 2010) Kesadaran



: Compos mentis (Sulistyawati, 2010)



Tanda-tanda vital Tekanan Darah : Kenaikan atau penurunan tekanan darah merupakan



indikasi



adanya



gangguan



hipertensi dalam masa nifas atau syol. Normalnya 100/60 mmHg – 130/60 mmHg (Kenaikan systole tidak lebih dari 30 mmHg, diastole tidak lebih dari 15 mmHg) (Placas, 2015) Denyut nadi



: peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan adanya syok asietas atau dehidrasi. Normalnya yaitu 60-90 x/menit (Placas, 2015)



Pernafasan



: peningkatan



frekuensi



pernafasan



dapat



menunjukkan ansietas atau syok. Normalnya 16-24 x/menit (Placas, 2015) Suhu badan



: peningkatan suhu menunjukkan adanya proses infeksi.



Normalnya



(Plascas, 2015) Skala nyeri Antropometri



:



36,5 ° C − 37,5 ° C



Tinggi Badan



: Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat diukur



dengan



stasiometer



atau



tongkat



pengukur (Tambunan dkk, 2011). Berat Badan



: Sebelum hamil : BB sekarang



:



Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat kegemukan (Tambunan dkk., 2011). LILA



: ≥23,5 cm (Depkes RI, 2008).



Riwayat Persalinan sekarang



:



Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, dkk., 2009). 1) Jenis persalinan



:



2) Kala I



:



3) Kala II



:



4) Kala III



:



5) Kala IV



:



Data Bayi



:



1) Lahir tanggal



:……, jam :…………..



2) Jenis kelamin



: Laki-laki/Perempuan



3) Antropometri



: BB :………… gr. PB :……….. cm



LK :………… cm



LD :………… cm LP :…………. cm LILA :………..cm 4) Kecacatan : Ada/tidak 5) IMD



: ( ) Ya ( ) Tidak



6) Eliminasi a)



BAK : f



: ……x/hari,



warna



:



………...,



warna



: ………...,



konsistensi :……… b) BAB : f



: ……x/hari,



konsistensi :……… 7) Nutrisi



: ASI/PASI/Lainnya :……………...



2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Kepala



: Simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat ketombe, rambut tampak kuat, distribusi rambut merata dan tekstur rambut lembut (Priharjo, 2006).



Wajah



: Wajah simetris, tidak pucat, tidak oedom, terdapat hyperpigmentasi. Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada syaraf ke tujuh (Dian, 2018).



Mata



: Dikaji konjungtiva merah muda/pucat (jika pucat mengindikasikan



terjadinya



anemia



yang



mungkin dapat menjadi komplikasi perdarahan pada masa nifas. (Placas, 2015) Telinga



: Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen/ sekret (Tambunan dkk., 2011 & Uliyah dkk., 2008).



Hidung



: Bersih, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak ada polip, tidak terdapat peradangan (Tambunan dkk., 2011).



Mulut



: Simetris, mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, tidak/ terdapat caries dentis, terdapat bintil kecil berwarna abu-abu, merah muda atau agak kemerahan pada daerah mulut, tidak/ terjadi pembesaran pada tonsil dan uvula (Varney, 2008).



Leher



: Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan vena jugularis. (Placas, 2015)



Dada



: Simetris, bentuk dada elips, dan tidak terdapat retraksi dinding dada (Tambunan, 2011).



Payudara



: Simetris, ada pengeluaran ASI, putting menonjol, lecet, tidak ada retraksi atau dimpling. ASI transisi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat sampai hari kesepuluh (Zubaidah, 2021)



Abdomen



: Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari di bawah pusat dan beratnya kira kira 200 gram. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 sm di atas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan setelah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan beratnya menjadi 300 gram, setelah 6 minggu post partum, berat uterus menjadi 40 – 60 gram (Prawirohardjo, 2016)



Genetalia



: Menurut Asni (2016), warna lochea



 Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonuim selam dua hari masa persalinan.  Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lender. Hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.  Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ketujuh sampai empat belas pasca persalinan.  Lochia Alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan Ekstremitas



: Bawah, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat oedema, dan tidak terdapat varices (Ambarwati dkk, 2009). Atas, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat oedema (Ambarwati dkk, 2009).



Palpasi Kepala



: Tidak teraba massa (Prawirohardjo, 2009).



Wajah



: Tidak terjadi oedema (Prawirohardjo, 2009).



Mata



: Tidak terjadi pembengkakan pada palpebra (Prawirohardjo, 2009).



Hidung



: Tidak terjadi fraktur (Prawirohardjo, 2009).



Leher



: Tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena jugularis, dan kelenjar limfe (Prawirohardjo, 2009).



Payudara



: Tidak ada benjolan atau massa, konsistensi teraba padat berisi, dan tidak teraba pembesaran kelenjar limfe (Prawirohardjo, 2009).



Abdomen



: Konsistensi teraba bulat dan keras, kontraksi baik, kandung kemih tidak penuh, Diastasis



rektus abdominalis 12 x 2 cm (Varney, 2008). Tinggi Fundus Uteri (Varney, 2008). Hari Ke Segera saat pasca partum Hari kelahiran dan hari pertama Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10 Genetalia



Tinggi Fundus 3 jari bawah pusat Sepusat 1 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat 3 jari di bawah pusat Pertengahan pusat sympisis Pertengahan pusat sympisis 3 jari di atas sympisis 2 jari di atas sympisis 1 jari di atas sympisis Sudah masuk ke panggul



: Tidak teraba oedema, varices, massa, dan pembesaran kelenjar bartholini (Varney, 2008).



Ekstremitas



: Bawah, Reflex homan sign (-), cavillary refill time kembali kurang dari 2 detik. (Varney 2008; Ambarwati dkk, 2009). Atas, Cavillary refill time kembali kurang dari 2 detik. (Varney 2008; Ambarwati dkk, 2009).



Auskultasi Dada



: Tidak ada bunyi nafas tambahan, Bunyi Jantung I dan II terdengar jelas dan teratur (Varney, 2008).



Abdomen



: Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2008).



Perkusi Dada



: Pada paru menghasilkan bunyi sonor dengan amplitudo lebih tinggi nada lebih redah. Pada jantung bunyi terdengar redup, berlangsung singkat dan beramplitudo rendah tanpa resonansi (Swartz, 2005).



Abdomen



: Menghasilkan bunyi timpani dengan tinggi nada, tinggi dan bergaung (Swartz, 2005).



Ekstremitas



: Untuk mengecek refleks babynski (-), reflex patella (+), Bisep (+), Trisep (+). (Varney 2008).



3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium b. Pemeriksaan USG c. Pemeriksaan Diagnostik lainnya 4. Data Rekam Medis Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain di mana tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan pengkajian. II. INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosis



: Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke… post partum Fisiologis (jika masa nifas sudah lebih dari 24 jam) (Varney, 2008).



Masalah



: Tidak ada.



Kebutuhan : Tidak ada. III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL Diagnosis Masalah Potensial : Tidak ada. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Kebutuhan Tindakan segera : Tidak ada. V. INTERVENSI



1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien. Rasional



: Klien berhak mengetahui hasil pemeriksaan (Varney, 2015)



2. Berikan KIE mengenai nutrisi dan cairan. Rasional



: makanan yang bergizi akan berpengaruh pada kesembuhan dan reproduksi ASI (Dian, 2018)



3.



Ajarkan ibu untuk menyusui yang benar. Rasional



: Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyusui yang benar yaitu dengan cara puting susu di olesi dengan ASI secara keseluruhan, pegan payudara dengan ibu jari berada di atas puting, sedangkan ke empat jari yang lain di bawah putih, masukkan puting susu sampai bagian areola (bagian hitam) masuk ke dalam mulut bayi, dan apabila bayi sudah selesai menyusui, sendawakan



bayi



dengan



cara



menepuk-nepuk



punggung bayi secara pelan-pelan. Pertengahan pusat simfisis (Saputri, 2019) 4.



Berikan KIE tentang mobilisasi pada Ibu. Rasional



: Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan. Mobilisasi



mempunyai



variasi



tergantung



pada



adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. 5. Berikan KIE tentang personal hygiene. Rasional



: Personal hygine terutama pada daerah genetalia mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada ibu post partum.



6. Berikan KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas. Rasional



: Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang ibu nifas sulit kencing karena sphingter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin



dan spasme oleh iritasi sphingter ani selama persalinan. Juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila ibu nifas sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi. Buang air besar harus ada 3-4 hari post partum. Bila belum dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras dapat diberikan terapi per oral atau per rectal. 7. Kaji pemulihan episiotomi atau laserasi. Berikan informasi berkenaan dengan penggunaan rendam duduk 3-4 kali setiap kali. Rasional



: Kehangatan merilekskan



dari



rendam



sfingter



duduk



anal,



membantu meningkatkan



penyembuhan, mendorong relaksasi umum, dan menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan pengosongan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 467). 8. Anjurkan pemeriksaan payudara dan perineum rutin Rasional



: Deteksi dini perkembangan masalah memungkinkan intervensi, dengan cara demikian menurunkan risiko komplikasi serius (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 442).



9. Berikan informasi tentang perlunya masukan vitamin dan preparat zat besi setiap hari, sesuai indikasi. Rasional



: Masukan zat besi dan vitamin selama 4-6 minggu pascapartum



dapat



mengatasi



defisiensi



diet,



menjamin suplai ASI bergizi, dan membantu dalam pemulihan jaringan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 460). 10. Berikan informasi mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui, perawatan payudara dan puting, kebutuhan diet khusus, dan faktorfaktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.



Rasional



: Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat



peran



ibu



menyusui



(Doenges



dan



Moorhouse, 2001; H. 391). 11. Berikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan. Rasional



: Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan neonates (Saifuddin, 2002).



VI.



IMPLEMENTASI Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.



VII.



EVALUASI Evaluasi merupakan



penilaian



tentang



keberhasilan



dan



keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.



DAFTAR PUSTAKA Asni, S. (2016). MANAJAMEN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA Ny " E " DENGAN NYERI PERINEUM DI RSUD LABUANG BAJI M AKASSAR TAHUN 2016. In S. Asni, MANAJAMEN ASUHAN KEBIDA NAN MASA NIFAS PADA Ny " E " DENGAN NYERI PERINEUM DI RS UD LABUANG BAJI MAKASSAR TAHUN 2016 (pp. 1-98). Dian, e. a. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Fahey, J. (2017). Best Practices in management of postpartum pain. Journal of Perinatal and Neonatal Nursing, 31(2), 126-136. Diambil kembali dari https://doi.org/10.1097/JPN.000000000000241 Fatmawati, R. &. (2019). Gambaran Pola Tidur Ibu Nifas. Journal of Infokes, 9(2), 1-4. Hubbard, J. M. (2017). Dalam J. M. Hubbard, Parenta-infant skin-to-skin contact folloring birth: History, benefits and challenges (hal. 36(2), 89-97). Neonatal Network. Diambil kembali dari https://doi.org/10.1891/07300832.36.2.89 Kemenkes. (2019). Health Statistics (Health Information System). In Short TExtbook of Preventive and Social Medicine. Diambil kembali dari https://doi.org/1-.5005/jp/books/11257_5 Kepmenkes. (2020). Kepmenkes 320 tentang Standar Profesi bidan. Ophanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1-9. Marmi, K. (2015). Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah. Pustaka Pelajar. Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum Blues. Psympathic : Journal Ilmiah Psikologi, 4(2), 205-218. Diambil kembali dari https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1589 Placas, C. D. (2015(2009)). KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS. Dalam C. D. Placas, KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS (hal. 1-239). Ambarwati, Eny Retna dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset.



Nany, Vivian Lia Dwei, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Biba Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset. Tambunan, Eviana S dkk. 2010. Panduan Pemeriksaan Fisik Bayi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Varney, Helen. Jan. M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Yanti, Damai dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama.