LKM Analisis Vegetasi Herba New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSB 16 LEMBAR KERJA MAHASISWA ANALISIS VEGETASI HERBA



Oleh : Lilis Kurnia Falantin (16030654019) M. Wildan Ainun S.



(16030654020)



Enni Nurjannah



(16030654021)



Febrina Hannif A.



(16030654041)



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ALAM PRODI PENDIDIKAN SAINS 2018



A. Judul Analisis Vegetasi Herba A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba? 2. Bagaimana kerapatan populasi komunitas herba? 3. Bagaimana dominansi relatif komunitas herba? 4. Bagaimana frekuensi relatif komunitas herba? 5. Bagaimana nilai penting suatu komunitas herba? 6. Bagaimana indeks dominasi suatu komunitas herba? 7. Bagaimana melakukan analisis vegetasi komunitas herba? B. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan praktikum ini adalah : 1. Mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba 2. Menentukan kerapatan populasi komunitas herba 3. Menentukan dominansi relatif komunitas herba 4. Menentukan frekuensi relatif komunitas herba 5. Menentukan nilai penting suatu komunitas herba 6. Menentukan indeks dominasi suatu komunitas herba 7. Melakukan analisis vegetasi komunitas herba C. Kajian Teori Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Analisa vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuhtumbuhan. Pada suatu kondisi hutan yang luas, kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling sehingga cukup ditempatkan beberapa petak



contoh untuk mewakili habitat tersebut. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dala sampling ini, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Soerianegara, 2005). Analisa vegetasi penting untuk mengetahui vegetasi tumbuhan dimasa sekarang dan menduga-duga kemungkinan perkembangan dimasa depan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Analisis data memerlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Michael,1994). Pada suatu wilayah yang berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri dari beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Hal ini menyebabkan adanya berbagai tipe vegetasi. Vegetasi terdiri



dari



semua



spesies



tumbuhan



dalam



suatu



wilayah



dan



memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi sendiri dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan dominan atau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan karakteristik atau paling khas (Harjosuwarno, 1990). Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006). Menurut Syafei (1990), dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini, suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.



1. Metode destruktif Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variabel yang dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa, dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuaian atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk-bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampangnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan. 2. Metode nondestruktif Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan nonfloristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika. 3. Metode floristik Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegatasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga pemahaman daris setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristik ini sangat ditunjang dengan variabel-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah: a. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu darip populasi sejenis. b. Kerimbunan, variabel yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu kawasan, dan bisa juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.



c. Frekuensi, variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi disebut kawasan. Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variabel yang diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan vitalitas. 4. Metode nonfloristik Pada metode ini, dunia tumbuhan dibagi berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika dibagi lagi dalam sifat yang lebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar bentuk hidup. Klasifikasi bentuk vegetasi biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Menurut Michael (1994), Metode- metode yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas tumbuhan, pada garis besarnya digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Metode plot (petak ukur), adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Contohnya: a. Petak tunggal yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang mewakili satu areal hutan. b. Petak ganda yaitu pengambilan



contoh



dilakukan



dengan



menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara sistematik). Ukuran berbeda- beda berdasarkan kelompok tumbuhan yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2:1 merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain. c. Petak jalur Metode tanpa plot yaitu suatu metode berupa titik, dalam metode ini bentuk percontohan atau sampel berupa titik karena tidak menggambarkan suatu luas area tertentu. contohnya metode kuadrat, yaitu bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai



dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisa yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel- variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Adanya vegetasi akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Umumnya peranan vegetasi pada suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, namun pengaruh ini berbeda-beda tergantung dari struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Arrijani, dkk, 2006). Menurut Odum (1993), analisis vegetasi suatu lahan atau daerah penting dilakukan. Tujuannya adalah suatu analisis secara objektif dari segi floristik sebenarnya yang terdapat pada saat pengkajian. Prosedur pengkajian mengikuti dua langkah yaitu: 1. Analisis lapang, yang meliputi seleksi plot-plot contoh atau kwadrat – kwadrat enomerasi semua semua tumbuhan didalamnya. Kurva spesies area sangat luas digunakan untuk menentukan ukuran yang sesuai dan jumlah dari petak-petak contoh. 2. Sintesis data untuk menentukan derajat asosiasi dari populasipopulasi tumbuhan , kurva frekuensi seringkali digunakan untuk menentukan homogenitas atau heterogenitas dari suatu tegaknya vegetasi khusus. Menurut Mc Noughton dan Wolf (1990), bentuk-bentuk pertumbuhan (growth form) dapat dinyatakan berdasarkan batas ketinggiannya, misalnya untuk komunitas hutan, terdapat 4 tingkatan: 1. Lapisan pohon (tree layer) Tingkatan ini terdiri atas semua tumbuhan yang tingginya lebih dari 5 m. Pada hutan-hutan tinggi, lapisan ini dapat dibagi lagi menjadi 2, 3, atau bahkan 4 lapisan. 2. Lapisan semak (schrub layer)



Tingkatan ini terdiri atas tumbuhan dengan tinggi antara 0,5 m sampai 5 m. Lapisan ini dapat dibagi lagi menjadi S1 (tinggi 2-5 m) dan S2 (tinggi 0,3 atau 0,5 m sampai 2 m). 3. Lapisan herba (herb layer) Pada tingkatan ini, tumbuhan yang ada adalah dengan tinggi kurang dari 0,3 atau 0,5 m atau kurang dari 1 m. Seperti tingkatan di atas, lapisan ini dibagi lagi menjadi H1 atau lapisan herba tinggi (tinggi lebih dari 0,3 m), H2 (tinggi 0,1 – 0,3 m), dan lapisan herba rendah (tinggi kurang dari 0,1 m). 4. Lapisan lumut dan lichenes Merupakan lapisan yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan lumut. Bentuk-bentuk growth form yaitu : 1. Perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia termasuk dalam golongan tanaman perdu. Beberapa jenis tanaman perdu (a) bougenvile, (b) kembang sepatu, dan (c) nusa indah putih. Suhu optimal untuk tumbuh 1624 ˚C. Intensitas cahaya tinggi yang dibutuhkan tanaman ini sehingga pertumbuhan direduksi bila ternaungi (Ramdani, 2012). 2. Herba (herbaceous) merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Contoh tanaman herba adalah kana dan tapak dara (Sri, 1979). 3. Rumput merupakan tanaman dengan ciri umum berbatang beruasruas, bunga tak bermahkota, serta daun berbentuk pita. Biasanya rumput dapat beradaptasi pada lingkungan hangat lembap. Beberapa jenis rumput ini juga dapat bertahan pada kondisi kekeringan atau pada musim dingin yang berat. Rumput ini tidak dapat bertahan pada tempat tumbuh yang selalu tergenang air. Pada daerah tempat tumbuhnya, rumput ini umumnya ditemukan di sepanjang tepi-tepi hutan (Welles et al. 1996).



Semak adalah tumbuhan berumpun dengan batang pendek, merayap, tinggi beberapa cm sampai kurang lebih 1,5 m (Yatim, 1994). Rumput adalah tumbuhan tegak berumpun, ketinggian tanaman dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, memiliki akar serabut, batang beruas-ruas dan berongga serta tumbuh tegak, daun berbentuk pita dengan pertulangan daun sejajar, dan bunga tumbuh di ujung batang yang terusun membentuk malai atau bulir majemuk. Menurut Krebs (1978), semak merupakan tumbuhan kecil, berkayu, kebanyakan tinggi di bawah 3 m. Tumbuhan terna (herba) adaah tumbuhan yang merambat di tanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 m dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. Pohon adalah tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu semai (seedling) yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m, pancang (sapling) yaitu permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm, tiang (poles) yaitu pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm (Krebs, 1978). Menurut Marsono 1977, Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan menjadi 2 yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal : 1. Faktor Internal a. Gen b. Hormon 2. Faktor eksternal a. Makanan



d. Kelembaban



b. Air



e. Cahaya



c. Suhu D. Alat dan Bahan Alat :



1. Meteran gelang



1 buah



2. Tali raffia



1 rol



3. Timbangan



1 buah



4. Cethok



1 buah



5. Termometer Hg atau alkohol



1 buah



6. pH dan kelembaban tanah



1 buah



7. Tonggak kayu



1 buah



8. Buku identifikasi



1 buah



9. Plot kuadrat ukuran (1x1)m



2



1 buah



E.



Bahan :. 1. Kantong plastik



secukupnya



2. Karet gelang



secukupnya



3 Kertas dan pulpen



1 buah



Prosedur 1. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek di sekitar Universitas Negeri Surabaya. Mengukur setiap jarak di sepanjang 1 m garis transek. Menandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok. 2. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali dengan 2



cara memasang plot kuadrat ukuran (1x1) m . 3. Pada masing-masing plot kuadrat, menghitung jumlah populasi herba yang ada pada tiap plot dan menghitung berapa jenis spesies yang ada pada tiap plot. 4. Mengidentikasi spesies herba pada setiap plot kuadrat. 5. Mengambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar mempermudah melakukan identifikasi. 6. Mengidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi. 7. Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan menggunakan soil tester. 8. Mengukur suhu tanah dengan termometer alkohol atau Hg. 9. Mengukur parameter-parameter analisis vegetasi herba dengan rumus: a) Kerapatan  KM spesies A =







KR spesies A = b) Frekuensi



 



x 100%



FM spesies A =



FR spesies A = c) Dominasi



x 100% x 100%







DM spesies A = x100%







DR spesies A = d) Indeks nilai penting (INP) 



x 100%



INP = KR + FR + DR Keterangan : KM : kerapatan mutlak KR : kerapatan relatif FM : frekuensi mutlak KR : frekuensi relatif DM : dominasi mutlak DR : dominasi relatif



e) Indeks Dominansi 



D



 n.X .N



N ( N 1)



Keterangan: ID



: Indeks dominasi



N



: jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies



N: jumlah seluruh spesies di seluruh plot X : jumlah spesies A pada seluruh plot-plot Tipe pola penyebaran: Jika ID = 1, maka distribusi random Jika ID>1, maka distribusi seragam Jika ID