Logbook Komkep Terapuetik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOGBOOK TUTOR KASUS I KOMUNIKASI KEPERAWATAN II



Dosen Pengampu: Kamariyah, S.Kep., Ners., M.Kep. Di Susun Oleh: Auliah Triski Syahputri



G1B120045



PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2020



KASUS TUTOR KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II Tn. S Usia 60 tahun sudah 3 hari dirawat di Rs. X ruang kejora dengan diagnosa medis Stroke. Keluarga mengeluhkan kepada perawat bahwa Tn. S sering marah – marah kepada keluarga dan berbicara kasar dimana menurut pasien dia merasa kurang diperhatikan selama di rawat di RS oleh keluarga. Saat ini Tn. S juga mengalami penurunan fungsi pendengaran. Perawat menganjurkan kepada keluarga untuk sabar ketika berkomunikasai denga lansia, mengajak pasien berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan jelas. Perawat juga mengganjurkan ketika berbicara dengan lansia, keluarga menggunakan sentuhan atau menggunakan bahasa isyarat untuk memperjelas komunikasi yang disampaikan. Learning Objektif 1. Apa itu komunikasi pada lansia ? 2. Apa saja masalah komunikasi pada lansia ? 3. Bagaimana cara berkomunikasi pada pasien lansia ?



STEP I ISTILAH SULIT 1. Stroke (Ravia Gustina G1b120066) 2. Lansia (Adinda Putri Bestari G1b120033) 3. Isyarat (Dewi Aryani G1b120021) 4. Diagnose medis (Indah Ahsya Putri G1b120015) 5. Bahasa isyarat (Rifki Wahyudi G1b120024)



Jawaban : 1. Pebriyanti Putri G1b120056, Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini



adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama



beberapa tahun. (Smeltzer C., 2002) .Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Susilo, 2000) tambahan -



Adinda Putri Bestari G1b120033, Stroke adalah serangan otak yang membuat pasokan darah ke bagian organ vital tersebut terganggu atau berkurang. Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah. Akibatnya sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel/jaringan.



-



Memy Lorentika G1b120009, stroke adalah serangan berat yang mendadak stroke syndrome mencerminkan infark di daerah vascular yang cenderung terjadi akibat stenosis atau oklusi pada pembuluh darah yang mendarahinya



-



Andrisa Devitasari G1b120028, Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak yang tersumbat yang mana merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun berkembang.



2. Andrisa Devitasari G1b120028, Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup dimana lansia sendiri merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita yg memasuki tahap lanjut dari suatu proses kehidupan. Tambahan -



Ayu Prasetya Pratiwi G1b120060, Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan



-



Indah Ahsya Putri G1b120015, Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai



dengan penurunan



kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.



3.



Memy Lorentika G1b120009, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata isyarat adalah segala sesuatu (gerakan tangan, anggukan kepala,dan sebagainya) yang dipakai sebagai tanda atau alamat. Contoh: ia memberikanisyarat tanda setuju dengan kedipan matanya.



Tambahan -



Auliah Triski Syahputri G1b120045, Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi.



-



Dewi Mentari G1b120002, isyarat digunakan sebagai media komunikasi bagi para penyandang tuna rungu atau tuna wicara.



4. Ravia Gustina G1b120066, Diagnose medis adalah Suatu diagnosis yang menetapkan bahwa keadaan normal atau dalam keadaan menyimpang itu disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan pada tindakan medis / pengobatan. Diagnosis medis atau untuk singkatnya “Diagnosis” sebenarnya menerangkan suatu proses dari usaha mengidentifikasi kemungkinan dari penyakit atau kelainan. Proses ini merupakan suatu proses kognitif yang dilakukan seorang dokter dengan berdasar pada potongan data-data dari segala sumber yang ada dan menempatkannya dalam satu gambaran yang tidak beda seperti menyusun sebuah puzzle.



Diagnosis medis biasa disingkat Dx atau DS merupakan penentuan kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh seseorang sebagai dasar pengambilan keputusan medis untuk prognosis dan pengobatan. Diagnosis dilakukan untuk menjelaskan gejala dan tanda klinis yang dialami oleh seorang pasien, serta membedakannya dengan kondisi lain yang serupa. Penegakan diagnosis



diawali dengan mengumpulkan informasi melalui anamnesis yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Sumber : "Diagnosis Medis & Ekspektasi Pasien". Dr. Indra K. Muhtadi "dokter plus". Diakses tanggal 2019-11-04.



Tambahan -



Rifki Wahyudi G1b120024, Menurut Harriman, “Diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejalagejalanya”. Sama dengan



istilah dalam dunia kedokteran, diagnosis



merupakan kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. Berdasarkan hal tersebut diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dianggap tidak beres atau bermasalah



-



Mirnawati G1b120040, Diagnosa Medis merupakan konsep yang mendeskripsikan proses penyakit atau injuri



-



Dewi Aryani G1b120021, "Diagnosis Medis & Ekspektasi Pasien". Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus". Diakses tanggal 2019-11-04 Diagnosis medis (disingkat Dx atau DS) adalah penentuan kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh seseorang sebagai dasar pengambilan keputusan medis untuk prognosis dan pengobatan. Diagnosis dilakukan untuk menjelaskan gejala dan tanda klinis yang dialami oleh seorang pasien, serta membedakannya dengan kondisi lain yang serupa. Penegakan diagnosis diawali dengan mengumpulkan informasi melalui anamnesis yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik terhadap pasien.



5. Ayu Prasetya Pratiwi



G1b120060, Bahasa Isyarat adalah bahasa yang



mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, sebagai alat untuk berkomunikasi



Tambahan -



Birgitta Arta Milawati G1b20049, Bahasa Isyarat adalah cara menyampaikan kata dan kalimat yang dilakukan dengan gerakan tangan dan ekspresi. Bahasa isyarat setiap negara tentunya berbeda-beda.



-



Memy Lorentika G1b120009, Bahasa isyarat di Indonesia terdapat dua jenis Bahasa isyarat yang digunakan oleh teman teman tuna rungu (tuli) dan tuna wicara (bisu) . Bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) dan system isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)



-



Dewi Aryani G1b120021, Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi.



STEP II IDENTIFIKASI MASALAH 1. Apa saja hambatan komunnikasi pada lansia ( Adinda Putri Bestari G1b120033 ) 2. Bagaimana cara pendekatan antara perawat dengan lansia? (Memy Lorentika G1b120009 ) 3. Apa saja faaktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia?(Birgitta Arta Milawati G1b120049) 4. Bagaimana cara berkomunikasi terapeutik pada lansia penurunan fungsi pendengaran?(Dewi Aryani G1b120021) 5. Jelaskan strategi – strategi dalam berkomunikasi dengan lansia?(Dewi Mentari G1b120002 ) 6. Pada kasus diatas mengapa Tn.S sering marah –marah dan merasa kurangnya perhatian ? apakah ada kaitannya denngan factor usia jika ada jelaskan dan berikan solusi cara menangani pasien yang seperti itu!(Ravia Gustina G1b120066) 7. Bagaimana bentuk bahasa isyarat yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara terapeutik dengan lansia?(Indah Ahsya Putri G1b120015 ) 8. Jelaskan teknik komunnikasi pada lansia? (Pebriyanti Putri G1b120056)



STEP III ANALISIS MASALAH 1. Mirnawati g1b120040, Hambatan berkomunikasi dengan lansia Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain, meremehkan orang lain, memepertahankan haknya dengan menyerang orang lain, menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan orang lain di depan umum. Sedangkan tanda sikap non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani mengungkap keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya, tampil pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia ialah gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya pikir, mudah tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan hambatan lingkungan (Aspiani, 2014). Tambahan -



Auliah Triski Syahputri G1b120045, hambatan komunikasi pada lansia: kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia ialah gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya pikir, mudah tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan pendengaran,



gangguan



penglihatan,



gangguan



fisik,



dan hambatan lingkungan (Aspiani, 2014).: -



Ayu Prasetya Pratiwi G1b120060, Hambatan yang pertama yang dipengaruhi oleh faktor fisik yaitu hambatan dengan istilah potong kompas, hal ini terjadi karena si komunikator dan si komunikan salah



mengartikan makna bahasa yang dimaksudkan. Hambatan komunikasi yang kedua yaitu kualitas pendengaran lansia yang sudah terganggu, hal ini masih dipengaruhi faktor fisik lansia yang sudah tidak memungkinkan terjadinya efektivitas komunikasi. Hambatan yang ketiga yaitu adanya perbedaan faktor field of experiences dan frame of experiences pada orang tua lanjut usia. Hambatan komunikasi yang terakhir ditemukan pada orang tua lanjut usia yaitu adanya sifat agresif dalam berkomunikasi.



-



Rifki Wahyudi G1b120024, Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process), antara lain fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya gigi, suara yang mulai melemah, dan



sebagainya.



Untuk



meningkatkan



efisiensi



dan



efektivitas



berkomunikasi dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara-cara mengatasi hambatan komunikasi.



2. Andrisa Devitasari G1b120028, Pendekatan psikologis Pendekatan psikologis merupakan suatu pendekatan komunikasi yang dilakukan



kepada



lansia



dengan



cara



mengubah



perilaku



seorang



komunikator. Peran seorang perawat atau dokter sebagai komunikator adalah mengubah perilakunya dengan cara menyesuaikan dengan komunikannya, yaitu lansia. Seorang komunikator mampu memiliki waktu yang lama untuk melakukan komunikasi efektif dengan lansia. Pendekatan ini mengharuskan komunikator memiliki status sebagai motivator, konsultan, pendukung, penasihat, dan lainnya. Seorang lansia akan mengalami penurunan rasa bahagia atau perasaan yang lain dan sebagainya yang berhubungan dengan psikologis Pendekatan fisik



Pendekatan fisik dalam komunikasi pada lansia ini merupakan lawan dari pendekatan psikologis. Jika pendekatan psikologis berhubungan dengan psikis lansia maka pendekatan fisik ini berhubungan dengan fungsi organ tubuh pada lansia. Seorang lansia akan kehilangan fungsi organ tubuhnya dan permasalahan tentang kesehatan lainnya. Lansia memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, pendekatan fisik ini mempengaruhi efektivitas komunikasi pada lansia. Pendekatan ini lebih mudah dilakukan karena dapat terlihat oleh mata dan mudah untuk diteliti. Misalnya, lansia yang kurang mendengar maka ada penurunan daya dengar dari telinga lansia tersebut. Pendekatan sosial Pendekatan sosial merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada lansia. Pendekatan sosial ini ditujukan agar lansia dapat dengan bebas berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, lansia juga diminta untuk berinteraksi dengan pasien lansia lainnya. Adanya pendekatan ini membuat lansia tidak bosan berdiam diri di kamar saja, sehingga pemikiran lansia tersebut akan terbuka dengan berbicara kepada lansia lainnya seperti berdiskusi, bercerita, bermain, dan kegiatan lainnya yang membuat lansia tersebut dapat bersosialisasi. Pendekatan spiritual Pendekatan spiritual ini merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada lansia yang berhubungan dengan nilai keagamaan. Lansia yang sedang sakit akan memanfaatkan nilai spiritual tersebut untuk meminta kesembuhan kepada Yang Maha Kuasa. Manusia yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta akan meminta kesembuhan kepada yang menciptakannya juga. Pendekatan spiritual saat ini sudah mulai dikembangan oleh berbagai rumah sakit di Indonesia tergantung dari latar belakang agama yang dianut rumah sakit tersebut. Misalnya, rumah sakit muslim akan mendatangkan seorang



kiyai atau ustadz, rumah sakit Kristen akan mendatangkan pastur, dan lain sebagainya. Pendekatan instruksi kembali Pendekatan ini sebenarnya kelanjutan dari pendekatan fisik dimana seorang lansia akan membutuhkan pendekatan instruksi kembali. Pendekatan instruksi kembali adalah pendekatan komunikasi lansia yang bertujuan agar lansia mengerti terhadap pembicaraan yang dilakukan oleh perawat terutama pada lansia yang kurang mendengar. Cara yang dilakukan seorang perawat untuk mendapatkan komunikasi yang efektif adalah dengan menatap lansia, sehingga lansia dapat membaca gerakan bibir dan ekspresi wajah. Pendekatan melalui warna Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan melalui warna. Pendekatan ini berguna untuk meningkatkan daya ingat dan penglihatan lansia. Terkadang lansia sering lupa dengan fungsi obat-obatnya sendiri maka perawat memberikan obat dengan berbagai warna agar mudah diingat. Selain itu, warna dan bentuk yang besar juga mempengaruhi daya penglihatan lansia. Lansia kehilangan daya penglihatannya akan dimudahkan dengan tulisan dengan huruf yang besar dan berwarna kontras atau terang Pendekatan melalui cerita Pendekatan melalui cerita ini merupakan bagian dari pendekatan sosial. Salah satu cara yang dilakukan dalam komunikasi pada lansia adalah menggunakan cerita. Seorang komunikator akan diminta menceritakan pengalamannya dan kemudian bertanya kepada lansia yang berhubungan dengan pengalaman si lansia. Cara tersebut berfungsi untuk meningkatkan daya ingat pasien lansia. Selain itu, pendekatan ini juga dapat membuat perasaan pasien lansia menjadi senang karena ada teman untuk berkomunikasi.



3. Pebriyanti Putri G1b120056, a.



Faktor



klien



meliputi



kecematan



penurunan sensori (penurunan pendengaran dan penglihatan kurang hati-hati, tema yang menetap missal sepedulian terhadap kebugaran tubuh kehilangan reaksi mengulangi kehidupan, takut kehilangan control dan kematian b.



Faktor Perawat meliputi, Perilaku perawat terhadap lansia dan



ketidakpahaman perawat c.



Faktor Ingkungan lingkungan yang bising dapat menstimulasi



kebingungan lansia dan terganggunya penerimaan pesan yang dampakan. Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989). Tambahan -



Ayu Prasetya Pratiwi G1b120060, Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama, yang memerlukan waktu untuk menyelesaikannya. Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Schingga pada usia 80 tahun, orang kemungkinan memiliki paling tidak 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002). Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan istilah ageism juga menupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003).



-



Ravia Gustina G1b120066, Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi pada lansia faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terdiri dari faktor penunjang dan faktor penghambat. Faktor penunjang dari aspek komunikator ( perawat atau pemberi asuhan)adalah memiliki kelebihan fisik maupun mental, memberi pengetahuan keterampilan dan pengalaman yang cukup mengenai komunikasi,menguasai isi pesan, menguasai media, dan adanya lingkungan yang mendukung (tenang, bebas dari kebisingan, ventilasi baik, kamar tidak terlalu panas dan terlalu dingin, adanya privasi)akan memperlancar komunikasi titik faktor penunjang dari aspek komunikasi( lansia) adalah mempunyai sifat terbuka, pengetahuan cukup sehat fisik dan mentalnya. sedangkan faktor penghambat dapat muncul baik dari komunikator maupun komunikan titik faktor penghambat dari aspek komunikator (perawat atau pemberi asuhan) meliputi tidak menguasai pesan, kurang menguasai unsur lain, suasana kurang mendukung penyampaian pesan tidak jelas (karena suara terlalu kecil/cepat)sehingga susah ditangkap oleh penerima. Pada Faktor penghambat dari aspek komunikan(lansia) meliputi pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna isi pesan, sifat tertutup (terkait agama, adat kebiasaan, malu, takut, status), atau lingkungan tempat berkomunikasi yang kurang mendukung (terlalu bising, panas, terlalu dingin, tidak adanya privasi) akan menghambat komunikasi.



Pada dasarnya yang mempengaruhi komunikasi adalah manusia, pesan, dan lingkungan. 1. Manusia Berikut ini faktor manusia yang dapat mempengaruhi komunikasi. a. Tingkat pengetahuan



b. Perkembangan c. Sosiokultural d. Jenis kelamin e. Peran dan tanggung jawab. f. Atensi g. Sikap. h. Persepsi i. Hubungan j. Status fisik, mental, dan emosional. 2. Pesan Pada



pesan



terdapat



faktor



penghambat



komunikasi



seperti



kesalahan/terjadi mis communication yaitu seperti terdapat pada: a. Isi pesan. b. Penyampaian pesan 3. Lingkungan Faktor yang mempengaruhi komunikasi yang terdapat pada lingkungan yaitu: a. Stimulus eksternal Yaitu misalnya : suara bising, gaduh, atau perhatian yang tiba-tiba teralih, dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk menangkap isi pesan atau konsentrasi untuk mencerna pesan yang disampaikan. b. Nilai dan budaya/adat c. Jarak dan teritorial. Sumber : Nugroho, H. W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. EGC.



-



Auliah triski syahputri g1b120045, faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia: -komunikasi pada lanjut usia dapat menjadi lebih sulit akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan memori. -keluarga maupun medis kadang melupakan atau tidak memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk tercapainya kominikasi yang efektif pada pasien lanjut usia sehingga memunculkan interpretasi yang keliru. -pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks Dan beberapa keluhan utama Dan waktu lebih lama.



4. Ayu Prasetya Pratiwi G1b120060, Ketika berkomunikasi dengan pasien lansia dengan gangguan penurunan fungsi pedengaran,tataplah pasien sehingga pasie dapat membaca bibir dan menggunakan bahasa isyarat mata. Meminimalkan kebisingan dan berbicara pelan,jelas,dalam nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi,mengubah nada frekuensi tinggi dan mempersulit lansia memahami kata-kata pemberi pesan. Tambahan -



Birgitta Arta Milawati G1b120049, Cara berkomunikasi dengan lansia dengan gangguan fungsi pendengaran: 1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh lansia atau memposisikan diri di depan lansia. 2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicara dengan perlahan untuk memudahkan lansia membaca gerak bibir anda. 3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim. 4. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah / makan sesuatu. 5. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan



6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan. 7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol) -



Adinda Putri Bestari G1b120033, Cara berkomunikasi terapeutik pada lansia dengan penurunan fungsi pendengaran:



derhana.



a mengajarkan suatu tugas atau keahlian.



-



-



Dewi Mentari G1b120002, 



Dapatkan perhatian.







Pertahankan kontak mata.







Jauhkan tangan dari wajah.







Bicaralah secara alami.







Gunakan penggunaan kalimat yang berbeda untuk mengulang.







Bicara jauh dari kebisingan.







Pencahayaan yang baik adalah penting.



Memy Lorentika G1b120009, 1. Bicara diarahkan pada telinga yang memiliki kepekaan lebih baik 2. hindari pergerakan bibir yang berlebihan 3. hindari memalingkan kepala,tidak berbalik atau berjalan saat bicara 3. jika lansia belum paham , ulangi dengan menggunakan kata kata yang berbeda 4. hindari pertanyaan tertutup 5. gunakan kalimat pendek 6.



menulis pesan jika lansia dapat membaca 7. gunakan gambar untuk membantu komunikasi 5. Dewi Aryani G1b120021, Berikut beberapa cara dan strategi dalam melakukan komunikasi kepada lansia :



1.



Kuatkan Mental



Seseorang yang akan melakukan komunikasi kepada lansia diperlukan mental yang kuat. 2.



Sabar



Sabar merupakan kunci utama untuk menggali percakapan yang lebih mendalam dan intens kepada lansia. Memaklumi keterlambatan lansia dalam menjawab pertanyaan, merupakan suatu hal yang perlu ditolerir. 3.



Tunjukan Rasa Empati



Menunjukkan rasa empati dapat dilakukan dengan mendengarkan jawabanjawaban lansia terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, menunjukan rasa empati dapat dibangun saat lansia mengalami kekhawatiran, delusi, kebingungan, ragu-ragu, sedih bahkan marah. Tetap tunjukan rasa empati, sesuai dengan apa yang dialami lansia ketika memberikan tanggapan. 4.



Hindari Lingkungan yang Bising



Berkomunikasi kepada lansia di lingkungan yang bising akan memecah konsentrasi kedua belah pihak. 5.



Hindari Berdebat



Adakalanya pada saat berkomunikasi, timbul perbedaan jawab Tetap sejajarkan pandangan terhadap lansia dan gunakan bahasa yang sederhana agar bisa melanjutkan komunikasi. Jangan samakan komunikasi kepada lansia demensia dengan komunikasi kepada anak-anak. Terkadang lansia memiliki perasaan yang sensitif akan hal tersebut. 6.



Gunakan Isyarat Nonverbal



Pola gestur, sentuhan dan ekspresi wajah bisa membantu proses komunikasi.



Isyarat nonverbal ini secara tidak langsung akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada lansia saat akan memberikan jawaban atau tanggapan. Sehingga lansia yang diajak komunikasi bisa lebih terbuka dan merasa aman menceritakan kehidupan pribadinya. 7.



Gunakan Kata yang Sederhana dan Tepat



Menggunakan susunan kata yang sederhana membuat lansia akan lebih paham dan mengerti terhadap kalimat yang diucapkan. Selain itu, sapaan “Pak”, “Bu”, “Kakek” atau “Nenek”, sebaiknya ditambahkan dengan nama lansia. 8.



Gunakan Pertanyaan Tertutup



Saat akan menanyakan suatu hal, usahakan untuk menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban yang mudah sseperti “Ya” atau “Tidak”, “Mau” atau “Tidak Mau”, “Sudah” atau “Belum”.. 9.



Lebih Peka



Lansia terkadang memberikan jawaban yang terkadang sulit dipahami. Menggali komunikasi secara intens kepada lansia akan melatih kepekaan dalam merespon jawaban atau tanggapan lansia tersebut. 10. Berikan Jeda Jika merasa frustasi, maka beristirahatlah untuk memberikan jeda saat berkomunikasi.



tambahan -



Andrisa Devitasari G1b120028, a. Spesifikasi tujuan komunikasi Komunikasi akan berhasil jika tujuan telah direncanakan dengan jelas. Misalnya, tujuan komunikasi adalah mengubah perilaku klien, maka komunikasi diarahkan untuk mengubah perilaku dari yang malaadaptif ke adaptif. b. Lingkungan nyaman Maksud lingkungan nyaman adalah lingkungan yang kondusif untuk terjalinnya hubungan dan komunikasi antara pihakpihak yang terlibat. Lingkungan yang tenang/tidak gaduh atau lingkungan



yang sejuk/tidak panas adalah lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi. Lingkungan yang dapat melindungi privasi akan memungkinkan komunikan dan komunikator saling terbuka dan bebas untuk mencapai tujuan. c. Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak) Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyimpan privasi masingmasing lawan bicara serta dapat menumbuhkan hubungan saling percaya yang menjadi kunci efektivitas komunikasi. d. Percaya diri Kepercayaan diri masing-masing komunikator dan komunikan dalam komunikasi dapat menstimulasi keberanian untuk menyampaikan pendapat sehingga komunikasi efektif. e. Berfokus kepada klien Komunikasi terapeutik dapat mencapai tujuan jika komunikasi diarahkan dan berfokus pada apa yang dibutuhkan klien. Segala upaya yang dilakukan perawat adalah memenuhi kebutuhan klien. f. Stimulus yang optimal Stimulus yang optimal adalah penggunaan dan pemilihan komunikasi yang tepat sebagai stimulus untuk tercapainya komunikasi terapeutik. g. Mempertahankan jarak personal Jarak komunikasi yang nyaman untuk terjalinnya komunikasi yang efektif harus diperhatikan perawat. Jarak untuk terjalinnya komunikasi terapeutik adalah satu lengan (± 40 cm). Jarak komunikasi ini berbeda-beda tergantung pada keyakinan (agama), budaya, dan strata sosial.



6. Indah Ahsya Putri G1b120015, Tak cuma gangguan kesehatannya yang kian menurun, makin tua usia seseorang sikap mereka bisa menjadi seperti anak kecil. Menjadi anak kecil tentu bukan berbicara layaknya balita, melainkan lebih pada ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktivitas sederhana. Lansia juga makin sulit mengendalikan emosi, sehingga jadi mudah mengambek.



Jadi, faktor utama yang paling memengaruhinya adalah faktor medis dari segi penurunan kognitif. Kemudian penurunan fungsi kognitif memengaruhi sisi psikologis. Nah, ketika penurunan kognitif terjadi terus-menerus pada lansia, otomatis itu akan membuatnya merasa tidak becus dan “benci” terhadap dirinya sendiri. Pada akhirnya, hal itu akan memengaruhi mood sehari-hari dan membuat lansia jadi mudah cranky alias ngambek seperti anak kecil.Menghadapi lansia yang bersikap seperti anak kecil Sebelumnya, perlu diketahui bahwa memori jangka panjang lansia lebih baik ketimbang memori jangka pendeknya. Alhasil, mereka akan sangat senang menceritakan



pengalaman-pengalamannya



di



masa



dulu



ketimbang



menceritakan kehidupan di masa sekarang. Ceritanya pun diulang-ulang, seperti anak kecil yang sedang menghafal, lalu mendeskripsikannya kembali pada orang lain .Apabila sudah sangat sering mendengarnya dan ingin melakukan aktivitas yang lain, lebih baik katakan langsung, seperti, “Bu/Pak, saya mendengarkan sambil melakukan ini, ya.”



Dengan berkata seperti itu, mereka akan lebih bisa mengerti ketimbang langsung didiamkan. Jangan lupa juga untuk tetap memberikan respons sederhana, misalnya, “Oh, begitu, ya, Pak/Bu?” Atau, bisa juga respons lain tergantung dari cerita yang dilontarkan.



Intinya, jangan biarkan lansia merasa sendirian. Sebab, mereka sangat rentan mengalami depresi.



7. Ravia Gustina G1b120066, Pada 2018 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 30 hingga 35 persen penduduk lanjut usia mengalami gangguan pendengaran. Angka ini diperkirakan terus meningkat dari waktu ke waktu.



Menurunnya kemampuan mendengar di salah satu sisi atau kedua sisi telinga dengan ambang pendengaran kurang dari 25 desibel (dB) memang kerap dialami para lansia. Hal inilah yang akhirnya membuat mereka cukup sulit diajak berkomunikasi. Nah bentuk bahasa isyarat yang dapat digunakan pada pasien lansia yang mengalami penurunan pendengaran seperti: 1.



Menggunakan bahasa tubuh yang sederhana



2.



Pastikan kita melakukan kontak mata dengan pasien saat berbicara



karena Mata dan mimik wajah membantu mengomunikasikan nada dan sikap obrolan saat mengobrol. 3.



Menggunakan mimik wajah seperti gerakan bibir yang jelas agar dapat



terbaca bagi pasien. 4.



Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi



wajah, postur dan tubuh, dan sentuhan 5.



Tidak menggunakan teknik BISI ataupun BISINDO melainkan hanya



menggunakan teknik yang sederhana saja yang mudah dipahami, seperti pada poin 1,2,3 dan 4. Karena pada dasarnya pasien lansia hanya mengalami penurunan pada indra pendengaran dan masih bisa mengerti jika bisa membaca mimik bibir kita ketika berbicara.



Sumber: 1. https://talkactive.id/mengenal-bahasa-isyarat-dalam-dunia-komunikasi/ 2. Zen, Pribadi. (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional. Yogyakarta : D-Medika.



8. Birgitta Arta Milawati G1b120049, Teknik komunikasi pada lansia: Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu:



1. Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan; 2. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna kalimat sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan kesempatan lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab “ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia sudah tidak tertarik; 3. Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah, postur dan tubuh, dan sentuhan; 4. Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak. 5.



Suasana



komunikasi



harus



diciptakan



senyaman



mungkin



saat



berkomunikasi dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan yang cukup, dan kurangi kebisingan. Tambahan -



Adinda Putri Bestari G1b120033, Teknik komunikasi pada lansia Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia sebagai berikut. 1) Teknik asertif Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya. Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia. 2) Responsif Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini



merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien. Contoh: “Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?” 3) Fokus Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. 4) Suportif Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif). Contoh: Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini



dapat



menumbuhkan



kepercayaan



diri



klienlansiasehinggalansiatidakmerasa menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat. Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai berikut. “Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika Bapak memerlukan saya siap membantu.”



5) Klarifikasi Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi. Contoh: “Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.” 6) Sabar dan ikhlas Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak-kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak munculkejengkelan perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.



-



Auliah



Triski



Syahputri



G1b120045,



teknik



komunikasi



pada



lansia:Tetap tenang dan berbicara dengan cara yang lembut dan tanpa basa-basi. Berbicaralah lebih nyaring, jika perlu, tetapi hindari berteriak. Pastikan pengucapannya jelas, hindari bergumam dan berbicara terlalu cepat. Fokus pada satu ide dan gunakan kalimat singkat serta sederhana.



-



Rifki Wahyudi G1b120024, teknik yang dapat dilakukan yaitu: 1) Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan; 2) Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna kalimat sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan kesempatan lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab “ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia



sudah tidak tertarik; 3) Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah, postur dan tubuh, dan sentuhan; 4) Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak. 5) Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan yang cukup, dan kurangi kebisingan.



-



Ayu Prasetya Pratiwi G1b120060, Komunikasi nonverbal di sini sebenarnya sudah disinggung pula dalam poin sebelumnya. Sentuhan adalah salah satu bentuk dari komunikasi pada lansia yang sifatnya sangat menenangkan. Lansia akan merasa aman dan nyaman ketika seseorang mampu memahami mereka. Bahasa tubuh yang positif juga merupakan salah satu kunci keberhasilan komunikasi ini.



STEP IV MINDMAPP Tn. S (60 tahun) 3 hari dirawat di RS X Diagnosa medis stroke



DS : Keluarga mengatakan kepada perawat bahwa Tn. S sering marahmarah kepada keluarganya dan berbicara kasar



DO : Tn. S mengalami penurunan fungsi pendengaran



Intervensi : -



Perawat mengajurkan kepada keluarga untuk bersabar pada lansia Mengajak komunikasi dengan bahasa sederhana dan jelas Perawat juga mengajurkan ketika berbicara dengan lansia , keluarga mengunakan sentuhan atau bahasa isyarat untuk memperjelaskan komunikasi yang disampaikan



Komunikasi Terapeutik Pada Lansia



STEP V LEARNING OBJECTIVE



1. Apa itu komunikasi pada lansia ? 2. Apa saja masalah komunikasi pada lansia ? 3. Bagaimana cara berkomunikasi pada pasien lansia ?



JAWABAN 1) komunikasi



dalam



keperawatan



gerontik



adalah



komunikasi



yang



diaplikasikan dalam praktik asuhan keperawatan lansia. Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses penyampaian pesan atau gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapan dari lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi titik tercapainya komunikasi berupa pesan yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama dengan pesan yang diterima oleh komunikan (lansia).



Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian , kesenangan, pengaruh pada sikap,hubungan yang makin baik, dan tindakan titik sementara ada yang berpendapat bahwa komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini emulsi antara dua orang atau lebih.



berkomunikasi



dengan



lansia



mengandung



ciri



khusus



dibanding



berkomunikasi secara umum. Pemberian asuhan atau dalam menyampaikan pesan harus bersifat komunikasi terapotik yaitu komunikasi yang singkat jelas



lengkap dan sederhana hingga proses komunikasi dapat berlangsung sempurna dan tidak menimbulkan banyak interpretasi bagi penerima pesan, dan isi pesan dan dapat dipahami secara lengkap. Sumber : Nugroho, H. W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. EGC. 2) Ada cukup banyak permasalahan saat berkomunikasi dengan lansia, seperti : a) Mendominasi pembicaraan Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi. b) Mempertahankan hak dengan menyerang Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya. c) Acuh tak acuh Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.



d) Kondisi fisik Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar. e) Stress Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi. f) Tertidur Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. g) Lupa Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi



sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia. h) Gangguan penglihatan Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar. i) Lebih banyak diam Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara. j) Cerewet Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk diajak bicara. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara. k) Mudah marah Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah



ini membuat banyak orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada. l) Pasien yang Ditemani oleh Caregiver Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri. Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya. 3) Berikut beberapa cara dan strategi dalam melakukan komunikasi kepada lansia dengan demensia : 1. Kuatkan Mental Seseorang yang akan melakukan komunikasi kepada lansia diperlukan mental yang kuat. Pasalnya, lansia dengan demensia memiliki kesulitan dalam hal komunikasi. Apalagi jika suasana hati lansia dengan demensia sedang tidak baik. Hal ini bisa mempersulit proses dalam berkomunikasi. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi, perlu diperhatikan juga suasana hati lansia. Jika lansia terlihat dalam suasana hati yang menyenangkan, inilah saat yang tepat untuk melakukan komunikasi. 2. Sabar Sabar merupakan kunci utama untuk menggali percakapan yang lebih mendalam dan intens kepada lansia. Seperti yang telah dibahas



sebelumnya, lansia dengan demensia akan mengalami kesulitan mengingat, berfikir dan berkomunikasi, sehingga perlu kesabaran untuk mendengarkan jawaban atau pernyataan yang diucapkan oleh lansia. Memaklumi keterlambatan lansia dalam menjawab pertanyaan, merupakan suatu hal yang perlu ditolerir. 3. Tunjukan Rasa Empati Menunjukkan rasa empati dapat dilakukan dengan mendengarkan jawaban-jawaban lansia terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, menunjukan rasa empati dapat dibangun saat lansia mengalami kekhawatiran, delusi, kebingungan, ragu-ragu, sedih bahkan marah. Tetap tunjukan rasa empati, sesuai dengan apa yang dialami lansia ketika memberikan tanggapan. 4. Hindari Lingkungan yang Bising Berkomunikasi kepada lansia dengan demensia di lingkungan yang bising akan memecah konsentrasi kedua belah pihak. Ketika konsentrasi sudah terganggu, maka lansia yang mengalami demensia akan mengalami kebingungan saat menjawab atau menanggapi pertanyaan. Maka dari itu, carilah tempat sunyi dan aman saat melakukan komunikasi kepada lansia dengan demensia. 5. Hindari Berdebat Adakalanya pada saat berkomunikasi, timbul perbedaan jawaban atau tanggapan yang dilontarkan oleh lansia. Walaupun kita telah berkomunikasi dengan kata-kata yang jelas dan nada yang ramah, jangan



sampai



menimbulkan



perbedaan perdebatan



jawaban saat



atau



melakukan



tanggapan



tersebut,



komunikasi.



Tetap



sejajarkan pandangan terhadap lansia dan gunakan bahasa yang sederhana agar bisa melanjutkan komunikasi. Jangan samakan komunikasi kepada lansia demensia dengan komunikasi kepada anak-



anak. Terkadang lansia memiliki perasaan yang sensitif akan hal tersebut. 6. Gunakan Isyarat Nonverbal Pola gestur, sentuhan dan ekspresi wajah bisa membantu proses komunikasi. Isyarat nonverbal ini secara tidak langsung akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada lansia saat akan memberikan jawaban atau tanggapan. Sehingga lansia yang diajak komunikasi bisa lebih terbuka dan merasa aman menceritakan kehidupan pribadinya. 7. Gunakan Kata yang Sederhana dan Tepat Menggunakan susunan kata yang sederhana membuat lansia dengan demensia akan lebih paham dan mengerti terhadap kalimat yang diucapkan. Selain itu, sapaan “Pak”, “Bu”, “Kakek” atau “Nenek”, sebaiknya ditambahkan dengan nama lansia. Hal ini dapat membantu lansia yang mengalami demesia untuk selalu mengingat namanya. 8. Gunakan Pertanyaan Tertutup Saat akan menanyakan suatu hal, usahakan untuk menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban yang mudah seperti “Ya” atau “Tidak”, “Mau” atau “Tidak Mau”, “Sudah” atau “Belum”. Biasanya lansia yang mengalami demensia akan kesulitan dalam menjelaskan sesuatu menggunakan pertanyaan terbuka. Sehingga sebisa mungkin, penanya dapat mengolah pertanyaan terbuka menjadi pertanyaan tertutup agar tetap fokus pada suatu hal yang ingin ditanyakan. 9. Lebih Peka Lansia dengan demensia terkadang memberikan jawaban yang terkadang sulit dipahami.



STEP VI KONSEP TEORI 1. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi terapeutik pada pasien lansia?. Yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan wicara: 



Perawat memerhatikan mimik dan gerak bibir lansia.







Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan lansia.







Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.







Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.







Bila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.







Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa berkomunikasi lisan dengan lansia untuk menjadi mediator komunikasi.



2. Apa tujuan komunikasi terapeutik pada lansia? Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu memperjelas dan mengurangi beban



pasien untuk



perasaan dan pikiran serta dapat



mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal



peningkatan derajat kesehatan, mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara professional dan proposional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006).



3. bagaimana keterampilan komunikasi terapeutik dengan lansia? Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia 



Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama wawancara







Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab , berkaitan dgn pemunduran kemampuan untuk merespon verbal







Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosialkulturalnya







Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak







Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal sepertti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.







Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada







Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian







Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi







Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagin pasien







Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus di buat senyaman mungkin



4. Jelaskan perkembangan komunikasi pada lansia? Menurut Azizah dan Lilik M dalam Khalifah (2016), semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual, diantaranya: a. Perubahan Fisik Perubahan fisik lansia meliputi perubahan sistem indera, integumen, muskuloskeletal, kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, perkemihan, dan saraf. b. Perubahan Kognitif Perubahan kognitif meliputi daya ingat (memory), IQ (Intellegent Quotient), kemampuan belajar (Learning), kemampuan pemahaman (Comprehension),



pemecahan



masalah



(Problem



Solving),



pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan (Wisdom), kinerja (Performance), dan motivasi (Motivation). c. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan saraf panca indra, gangguan konsep diri, rangkaian dari kehilangan, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, dan perubahan konsep diri. d. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. e. Perubahan Psikososial



Perubahan



psikososial



diantaranya



ialah



kesepian,



duka



cita



(Bereavement), depresi, gangguan cemas, parafrenia (suatu bentuk skizofrenia pada lansia), dan sindroma diogenes yang merupakan suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.



5. Apa saja karakteristik komunikasi terapeutik, untuk menghadapi lansia? Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia Karakterisitiknya antara lain adalah meliputi permasalahan dan sikap komunikasi ,suasana komunikasi, serta teknik dan penerapan komunikasi terapeutik.



6. Bagaimana pendekatan spesifik yang penting dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia? Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan berdasarkan empat aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Berikut uraian dari keempat pendekatan komunikasi pada lansia. 1) Pendekatan fisik Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai



dan



dikembangkan,



serta



penyakit



yang



dapat



dicegah



progresivitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi. 2) Pendekatan psikologis Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku,



umumnya



membutuhkan



waktu



yang



lebih



lama.



Untuk



melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai



penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien. 3) Pendekatan sosial Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan. 4) Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.



7.



Apa saja prinsip yg harus dipegang teguh seorang perawat saat berkomunikasi dengan lansia? Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess dalam Brunner dan Siddarth, 1996) adalah :







Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.







Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.







Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).







Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.







Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.







Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.







Beri kesempatan pada klien untuk mengenang







Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.







Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.







Berbicara pada tingkat pemahaman klien.







Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Refika Aditama. DepartemenKesehatanIndonesia.(2015).https://senyumperawat.com/2015/04/pengerti an-dan-klasifikasi-lansia.html.diakses pada tanggal 9 November 2021. Departemen Kesehatan Indonesia. (2017). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor



44



Tahun



2009



tentang



Rumah



Sakit.



http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%2044%2 0Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF November 2021



diakses



pada



tanggal



9