LP - Adenokarsinoma Rectosigmoid - Cendana 2 - Annisa Leny [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ADENOKARSINOMA REKTOSIGMOID RESIDIF DENGAN HERNIA INSIONAL DAN HERNIA PARASTOMA PRO LAPARATOMI TUTUP DEFEK DAN KEMUNGKINAN RESEKSI TUMOR DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO



Tugas Mandiri Stase Praktik Keperawatan Medikal Bedah



Disusun Oleh: Annisa Leny Saraswati 21/488144/KU/23472



PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2022



A. DEFINISI Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak diri secara berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup, sementara pembentukan sel baru terus terjadi. Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom tanpa kendali pertumbuhan sel normal sehingga memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan sel normal pada umumnya. Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh dengan pertumbuhan sel baru (neoplasma) yang membelah secara tidak terkendali dan tidak memiliki fungsi bagi tubuh. Pertumbuhan tumor dapat bersifat bersifat jinak atau ganas dalam tubuh sehingga sehingga tumor dapat membahayakan keselamatan hidup seseorang. Tumor sigmoid adalah pertumbuhan jaringan abnormal dalam tubuh akibat adanya ketidakseimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel pada daerah kolon sigmoid. Sigmoid merupakan bagian terakhir kolon desenden yang berbentuk huruf “S” dan berlanjut membentuk rektum rektum dengan bentuk lurus (Sherwood, 2014).



B. ETIOLOGI Penyebab tumor hingga saat ini sulit diketahui. Namun, faktor pencetus tumor diantaranya: usia, jenis kelamin, respon kekebalan, dan virus. Selain itu, penyebab tumor rektosigmoid pada usus besar telah dikenali dari beberapa faktor predisposisi yaitu : 1. Usia. Resiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 – 70 tahun. Jarang sekali ada penderita kanker kolon yang usianya di bawah 50 tahun. Kalaupun ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker kolon juga. 2. Polip kolon. Polip adalah suatu massa seperti tumor yang menonjol ke dalam lumen usus. Polip dapat terbentuk akibat pematangan, peradangan atau arsitektur mukosa yang abnormal. Polip ini bersifat nonneoplatik dan tidak memiliki potensi keganasan. Polip yang terbentuk akibat proliferasi dan displasia epitel disebut polip adenomatosa atau adenoma. 3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon (bahkan pernah dirawat untuk kanker kolon) beresiko tinggi terkena kanker kolon



lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolon. 4. Faktor keturunan. Faktor genetik seperti familial adenomatous polyposis (FAP) memiliki risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila tidak diobati. Penyakit lain dalam keluarga yaitu hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC), yakni penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga atau syndrome lynch. 5. Penyakit colitis (radang kolon) ulseratif yang tidak terobati 6. Gaya hidup. Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar.



C. PATOFISIOLOGI Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses differensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC) yang menyebabkan terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K- ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dan memperpanjang hidup sel. Kanker kolon dan rectum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganaks dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).



Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebarannya melalui berbagai cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan diniding usus sampai ke serosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut akan mengenai organ disekitarnya. adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke organ paru-paru, penyebaran lain daoat ke adrenal, ginjal, kulit, dan otak. Sel kanker pun dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor. Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis villous, tubular, dan vilotubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaglina. Jenis tublar berstruktur seperti bola dan bertungkai. Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa akan menekan dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus menerus akan menyebabkan lesi-lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas (asenden dan tranversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang didaerah lumen yang sempit (desendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial. Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permaligna (adenoma) untuk adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa molekuler dan genetik yang menyebabkana keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (Adenomatosa Poliposisi Gen) yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa poliposi = FAP (Familial Adenomatous Polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi pnkogen c=mye dan siklin D1 yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas.



D. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi tumor, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat tumor berlokasi tekanan 1. Adanya perubahan dalam defekasi 2. Terlihat mucus atau darah segar pada feses 3. Konstipasi 4. Perubahan dalam penampilan feses 5. Tenesmus 6. Anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan umum yang terjadi akibat kehilangan darah kronik 7. Perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks 8. Feses kecil dan berbentuk seperti pita 9. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum 10. Nyeri pinggang atau abdomen bagian kiri bawah 11. Diare dan sering berkemih



E. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang



menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Beberapa Beberapa pemeriksaan pemeriksaan pada tumor rektosigmoid rektosigmoid diantaranya diantaranya (Kementerian (Kementerian Kesehatan RI, 2015) : 1. Laboratorium a. Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis b. Kimia darah c. Tumor marker CEA 2. Pemeriksaan radiologi a. Endoskopi Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidosskopi rigid, sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Sigmoidoskopi rigid digunakan untuk visualisasi kolon dan rektum dikatakan kurang efektif dibandingan dengan sigmoidoskopi fleksibel. Sigmoidoskopi fleksibel yaitu visualisasi langsung pada 40 hingga 60 cm terminal rektum dan kolon sigmoid. Kolonoskopi adalah pemeriksaan endoskopi yang sangat efektif dan sensitif dalam mendiagnosa adenokarsinoma atau polip kolorectal. b. CT Scan dan MRI Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah bening bening retroperitoneal retroperitoneal dan metastasis metastasis ke hepar c. Barium Enema Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendeteksi gangguan kolon. Penambahan kontras udara dengan radiografi enma barium bersifat akurat hingga 90% pemeriksaan. d. CEA (Carcinoembrionik Antigen) Screening CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status karsinoma kolorektal dan mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar.



G. PENATALAKSANAAN 1. Pembedahan Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa metode yang dipakai antara lain : a. Transanal excision. Metode ini digunakan untuk lesi yang superfisial pada pasein dengan derajat I atau II. b. Low anterior Low anterior resection resection (LAR). Metode ini digunakan untuk lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum. c. Coloanal anastomosis d. Abdominal perineal resection (APR) 2. Kemoterapi dan Radioterapi Konsensus The US National Institutes of Health merekomendasikan kemoradioterapi preoperatif untuk semua stadium II dan III untuk menurunkan tingkat rekurensi, meningkatkan tingkat keberhasilan operasi, dan memelihara keutuhan sfingter anus. 3. Radioterapi Terapi radiasi menggunakan sinar gelombang partikel



berenergi



berenergi tinggi



misalnya misalnya sinar X atau sinar gamma untuk merusak merusak daerah yang ditumbuhi tumor dan merusak genetik sel tumor.



H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Mengkaji identitas klien berupa nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, suku, bahasa yang dimengerti, alamat, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat alergi 2. Mengkaji status kesehatan sebelumnya mengenai keluhan saat masuk rumah sakit, upaya yang sudah dilakukan sebelumnya, dan riwayat penyakit 3. Mengkaji status kesehatan saat ini dengan menanyakan keluhan saat ini, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, diagnosa medis, tindakan yang diberikan, status nutrisi, obat – obatan, aktivitas, tindakan keperawatan yang diberikan, hasil laboratorium, dan pemeriksaan penunjang 4. Mengkaji persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien dengan menanyakan persepsi klien mengenai penyakit dan perawatan yang telah dilakukan



5. Mengkaji pola nutrisi/metabolik meliputi intake nutrisi dan cairan 6. Mengkaji pola eliminasi meliputi frekuensi, karakteristik, dan keluhan pada buang air besar serta buang air kecil 7. Mengkaji pola aktivitas dan latihan meliputi kemampuan perawatan diri berupa makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM serta kebutuhan oksigenasi 8. Mengkaji pola tidur dan istirahat meliputi lamanya tidur, gangguan tidur, dan kualitas tidur 9. Mengkaji pola perseptual berupa penglihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi 10. Mengkaji pola persepsi diri meliputi pandangan klien terhadap penyakitnya, adanya kecemasan, dan bagaimana konsep diri klien 11. Mengkaji pola seksualitas dan reproduksi meliputi fertilitas, menstruasi, kontrasepsi, dan keluhan yang dirasakan 12. Mengkaji pola peran dan hubungan meliputi kemampuan berkomunikasi, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan keluarga dan status sosial ekonomi saat ini 13. Mengkaji pola manajemen koping – stress meliputi bagaimana klien mengelola stress, dan persepsi mengenai perubahan pada hidup 14. Mengkaji adanya sistem nilai dan keyakinan berkaitan dengan kegiatan keagamaan 15. Mengkaji adanya nyeri, dengan : Singkatan Deskripsi O Onset



P



Provocation (Provokasi)



Q



Quality (Kualitas)



R



Regio



Contoh Pertanyaan Kapan rasa nyeri atau ketidaknyamanan muncul? • Terus menerus • Hilang timbul Apa faktor yang memperburuk rasa nyeri? • Cahaya/gelap • Gerakan/berbaring • Lainnya: .... Bagaimana rasa nyerinya? • Seperti ditusuk • Seperti dipukul • Seperti berdenyut • Seperti ditikam • Seperti ditarik • Seperti dibakar • Seperti kram Dimana area nyeri dirasakan?



Radiation (Radiasi)



Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? • Ya. Dimana? • Tidak. S Severity Gunakan perangkat penilaian skala nyeri (sesuai (Keparahan) untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk. • Tidak nyeri • Ringan • Sedang • Berat T Treatment Apa efek yang membuat nyeri berkurang? • Kompres • Nafas dalam • Istirahat • Lainnya: .... Time Berapa lama nyeri berlangsung? (Waktu) • Hilang timbul • Terus-menerus Impact to Impact Apa efek dari nyeri yang dirasakan? U (Pengaruh • Mual/ muntah nyeri) • Aktivitas terganggu • Emosi • Gangguan tidur • Nafsu makan berkurang • Lainnya: .... V Value Apa hasil yang diharapkan setelah nyeri ditangani? (Nilai) • Nyeri berkurang • Nyeri hilang 16. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi : a. Keadaan umum : kesadaran, tanda vital (tekanan darah, heart rate, respiration rate, suhu dan saturasi oksigen), berat badan dan tinggi badan b. Kepala/leher : gambaran wajah (simetris/asimetris), adanya luka c. Mata : bersih/tidak, ada sekresi/tidak, jenis sekresi d. THT : normal/abnormal e. Thoraks : simetris/asimetris, adanya retraksi, klavikula normal/abnormal, payudara normal/abnormal f. Abdomen : lunak/tegas/datar/asites, lingkar perut, ukuran liver g. Paru – paru : suara nafas, bunyi nafas, cara respirasi



h. Jantung : bunyi jantung, i. Waktu pengisian kapiler, nadi perifer j. Ekstremitas : ROM, simetris/asimetris k. Umbilikus : normal/abnormal/inflamasi/drainase l. Genital : perempuan normal/laki normal/ambivalen m. Anus : paten/imperforateSpina : normal/abnormal n. Kulit : warna kulit, sianosis pada kuku dan adanya tanda lahir o. Suhu : suhu lingkungan dan suhu kulit p. Muskuloskeletal : kekuatan ototNeurologi : skor GCS dan fungsi motoris (normal, hemiparesis sinistra/dekstra, kuadriparesis, monoparesis, paraparesis, ada tidaknya klonus atau spasme) 17. Mengkaji kebutuhan pemeriksaan penunjang 18. Mengkaji nilai normal pada hasil laboratorium a. Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) BMI= BB(kg) TB(m)2 Kategori IMT atau BMI adalah sebagai berikut : Underweight Normal Overweight Obesitas



30.0



Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat sedang



Kurus Normal



Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat b. Nilai – nilai normal dalam keadaan umum



Gemuk



IMT 25.0 – 27.0 >27.0



1) Albumin (g/dl) : 3.5 – 5 2) Transferin (mg/dl) : 230 – 400 3) Jumlah limfosit total (jumlah/mm3) : 1500 – 4000 4) Hemoglobin (g/dl) -



Pria : 14 – 17



-



Wanita : 12 – 16



5) BUN : 8 – 20 mg/dl 6) Kreatinin : 15 – 25 mg/24 jam 7) Suhu : 36 – 37,5oC



-



Ketiak



-



Oral : 36 – 37oC



-



Rektal



: 36 – 37,5 oC



8) Nadi atau heart rate Usia Infant (0-12 bulan) Toddler (1-3 tahun) Preschool (4-6 tahun) School-age (6-12 tahun) Remaja (11-18 tahun) Dewasa (>18 tahun) 9) Respiration rate



Nilai Normal 120 – 160x/menit 90 – 140x/menit 80 – 110x/menit 75 – 100x/menit 60 – 90x/menit 60 – 100x/menit



Usia



Nilai Normal 40 – 60x/menit 30 – 60x/menit 20 – 30x/menit 15 – 24x/menit 14 – 20x/menit



Neonatus Bayi Anak – anak Remaja Dewasa 10) Saturasi oksigen -



Analisa gas darah (PaO2)



: 80 – 100 mmHg



-



Oximeter (SpO2)



: 95 – 100%



11) Tekanan darah Usia 1 bulan 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 10 – 13 tahun 14 – 17 tahun ≥18 tahun



Nilai Normal 85/54 mmHg 95/65 mmHg 105/65 mmHg 110/65 mmHg 119/75 mmHg 120/80 mmHg



Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi tingkat 1



Sistolik 120 120 – 139 140 – 159



Diastolik 80 80 – 89 90 – 99



Hipertensi tingkat 2 ≥160 12) Pemeriksaan laboratorium



≥100



Pemeriksaan darah lengkap Ukuran Eritrosit (sel darah merah)



Satuan juta/µl



Hemoglobin (Hb)



g/dL



Hematokrit



%



Hitung Jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Laju Endap Darah (LED)



% % % % % % mm/jam 103/µl Pg g/dL Fl 103/µl



Leukosit (sel darah putih) MCH/HER MCHC/KHER MCV/VER Trombosit Fungsi hati Ukuran ALT (SGPT)



Satuan U/L



AST (SGOT)



U/L



Alkalin fosfatase GGT (Gamma GT) Bilirubin total Bilirubin langsung Protein total Albumin Fungsi ginjal



U/L U/L mg/dL mg/dL g/L g/L



Ukuran Kreatinin



U/L



Urea Natrium Klorid



mg/dL mmol/L mmol/L



Nilai Rujukan 4,0 – 5,0 (P) 4,5 – 5,5 (L) 12,0 – 14,0 (P) 13,0 – 16,0 (L) 40 – 50 (P) 45 – 55 (L) 0,0 – 1,0 1,0 – 3,0 2,0 – 6,0 50,0 – 70,0 20,0 – 40,0 2,0 – 8,0