LP Anamnesa Tahap Tumbang Keluarga Dengan Anak Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANAMNESA TUMBUH KEMBANG PADA TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA Dosen Pengampu : Ns. M. Nurkharistna Al Jihad, M. Kep



Dibuat Oleh FINAA IRFANA (G2A017129)



PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020



A. Tumbuh Kembang Keluarga dengan Anak Remaja 1. Definisi Remaja Remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan, dan sosial seerta emosional. Hal lain engisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainnya secara tibatiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsng setahap demi setahap (AlMighwar, 2006) 2. Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuji dewasa : a. Remaja awal (early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheranheran akan perubahan–perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan–dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran–pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia akan berfantasi erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa. b. Remaja madya (middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkna kawan-kawan. Ia senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narsistic”, yaitu mncintai diri sendiri, dengan menyukai sfat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan kerana ia tidak tahu harus memilih yang mana :peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membesarkan diri dari Oedipoes



Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis. c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini: 1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). 3. Karakteristik Perkembangan Remaja Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi : a. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri. Pada



periode



selanjutnya,



individu



berharap



untuk



mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan



masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. 1)



Identitas kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.



2)



Identitas Individual Pada



tahap



pencarian



ini,



remaja



mempertimbangkan hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak



mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi. 3)



Identitas peran seksual Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok



teman



sebaya



mulai



mengomunikasikan



beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis. 4)



Emosionalitas Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.



b. Perkembangan Kognitif Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga



memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis. c. Perkembangan Moral Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. d. Perkembangan Spiritual Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang



teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka. e. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian. 1) Hubungan dengan orang tua Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.



2) Hubungan dengan teman sebaya Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan. a) Kelompok teman sebaya Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya. b) Sahabat Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan



yang



dibentuk



pada



masa



kanak-kanak



pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain. 4. Tahap keluarga dengan anak remaja Menurut Setiadi, 2008. Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada sat pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun. Pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan



memberi tanggungjawab. Serta kebutuhan yan lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Berdasarkan tumbuh kembang Adolescence (anak remaja) : a. Pertumbuhan fisik 1) Pertumbuhan yang pesat (growth sprut) TB 25%, BB 50% 2) Semua sistem berubah, paling banyak perubahan endokrin 3) Bagian-bagian tubuh tertentu memanjang b. Sosial emosional 1) Kemamapuan bersosialisasi meningkat 2) Relasi dengan teman wanita/pria, tetapi lebih penting dengan kawan sejenis 3) Penampilan fisik sangat penting 4) Peranan orangtua/keluarga sudah tidak dianggap penting , tetapi sudah beralih pada teman sebaya. c. Sosialisasi pada Adolescance Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap: 1) Tahap awal orang tua masih berperan penting baik secara fisik, soisal, emosional, tetapi ketergantungan ini tidak sebesar pada usia dini. 2) Tahap kedua : anak berubah menjadi independent. Periode ini sering terjadi konflik dengan orang tua 3) Tahap ketiga relatif independent dengan orang tua. Anak memperlihatkan peran independent dalam berfungi masyarakat. d. Bermain pada anak Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok. e. Hospitalisasi pada anak dan keluarga Kecemasan yang timbul pada anak remaaj yang dirawat dirumah sakit adalah akibat perpisahan deangan teman- temannya. Anak tidak akan merasa takut berpisah dengan orang tua tetapi takut kehiangan status dan hubungan dengan teman sekelompok.



Kecemasan lain disebabkan oleh penyakit fisik, kecacatan serta kekurangan privacy. f. Pola minat dan seks 1) Minat pada perubahan 2) Suka terhadap lawan jenis 5. Tugas Tahap Perkembangan pada Masa Remaja Menurut Friedman (2010) ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu : a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak. Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari



kecurigaan dan permusuhan sehingga



hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis. 6. Permasalahan yang terjadi pada Tahap Remaja a. Permasalahan fisik dan kesehatan Permasalahan akibat fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya, permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka



terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan



fisiknya



dengan



fisik



orang



lain.



Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. b. Permasalahan penyalahgunaan merokok, narkoba dan obat terlarang Sountrack (2000), alasan terjadi penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang yaitu karena rasa ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan maupun



untuk



kompensasi,



pengaruh



budaya,



cinta,



permasalhan seksual, hubungan remaja dengan kedua orang tua, permasalahan moral, nilai dan agama c. Permasalahan perkelahiran/ tawuran dan geng motor Permasalahan ini terjadi akibat lingkungan pergaulan tidak baik, kondisi keluarga tidak harmonis serta kondisi emosi yang tidak stabil.



B. Anamnesa Tumbuh Kembang Keluarga dengan Anak Remaja Dalam anamnesa tumbuh kembang keluarga dengan tahap anak remaja mengguanakan pengkajian dalam asuhan keperawatan secara umum hanya saja pada bagian pengkajain fisik kita fokus mengkaji remaja yang ada di dalam keluarga. Menurut Baylon dan Maglaya, 2007 Asuhan keperawatan keluarga meliputi: 1. Pengkajian Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinainya (Muwarni, 2007). Dalam proses pengkajian keluarga ada hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga diantaranya adalah: a. Data umum



Dalam proses pengkajan keperawatan keluarga terhadap data umum diantaranya meliputi: 1) Nama kepala keluarga (KK) 2) Alamat dan telepon 3) Pekerjaan kepala kleuarga 4) Pendidikan kepala keluarga 5) Komposisi keluarga (Genogram) 6) Tipe keluarga Menjelaskan



meneganai



jenis



tipe



keluarga



beserta



kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. 7) Tipe bangsa Berisikan asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan 8) Agama Mengkaji



agama



yang



dianut



oleh



kelarga



serta



kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. 9) Status sosial ekonomi keluarga Status



sosial



ekonomi



keluarga



ditentukan



oleh



pendapatan baik dari kepala keluarga maaupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status



sosial



ekonomi



keluarga juga ditentukan oleh kebutuhan- kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 10) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya melihat dari keluarga ini sering bepergian bersama-sama ke tempat rekreasi tetapi juga menonton tv juga sudah dikatakan aktivitas rekreasi keluarga.



b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan usia saat ini, tujuannya untuk melihat



perkembangan



keluarga



berada



ditahap



perkembangan keluarga. Untuk tahap ini adalah tahap kelima yaitu keluarga dengan anak remaja. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturuanan, riwayat kesehatan masing- masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan meneganai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian lingkaran 1) Karateristik rumah Pengkajian karateristik rumah diindentifikasikan dnegan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan, jenis septic tank, jarak septick tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. 2) Karateristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karateristik dari tetangga dan



komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,



aturan



atau kesepakatan



penduduk



setempat,



budaya setempat yang mempengaruhi. 3) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga bepindah tempat. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. 5) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota



dan



fasilitas



sosial



atau



dukungan



dari



masyarakat. d. Struktur keluarga Struktur keluarga meliputi: 1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku 3) Struktur peran Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal 4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.



e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Fungsi afektif disini adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan saling menghargai. 2) Fungsi sosial Dalam hal ini yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, badaya, dan perilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan



sejauh



mana



keluarga



menyediakan



makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh



mana



keluarga



faham



mengenai sehat sakit, kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga kesehatan,



yaitu



keluarga



mengambil



mampu keputusan



mengenal untuk



masalah



melakukan



tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang



sakit,



meningkatkan memanfaatkan



menciptakan kesehatan, fasilitas



lingkungan dan



kesehatan



yang



keluarga yang



dapat mampu



terdapat



di



lingkungan setempat. Hal yang peru dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah: a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat



c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit d) Untuk



mengetahui



sejauh



mana



kemampuan



keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat e) Untuk



mengetahui keluarga



sejauh



mana



menggunakan



kemampuan fasilitas/pelayanan



kesehatan di masyarakat f. Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga ada beberapa yaitu: a) Jumlah anak b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga g. Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji dalam fungsi ekonomi keluarga yaitu: 1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan 2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan ada



sumber



yang



di masyarakat dalam upaya peningkatan status



kebutuhan keluarga. h. Stress dan koping keluarga Stress dan koping keluarga yaitu : 1) Stressor jangka pendek dan panjang Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyeselesaian dalam waktu ±6 bulan. Sedangkan stresor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesain dalam waktu lebih dari 6 bulan 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor



Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor. 3) Strategi koping yang digunakan 4) Strategi



koping apa



yang



digunakan



keluarga



bila



menghadapi permasalahan 5) Strategi



adaptasi



disfungsional



yang



digunakan



keluarga bila mengahadapi masalah. i. Pemeriksaan fisk Pemeriksaan fisk yang dilakukan memriksa keadaan head to toe. Namun dalam tahap anak remaja untuk pemeriksaan fisik hanya dilakukan kepada anak remaja yang ada dikeluarga kerena tahap ini fokus terhadap pertumbuhan dan perkembangan keluarga pada tahap keluarga dengan anak remaja. j. Harapan keluarga Berisi petugas



harapan



keluarga



kesehatan dapat



kesehatan



terhadap



mengharapkan



memberikan



mereka



agar



pelayanan



dan membantu bila



keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana akontabilitas



dapat



mengidentifikasi



perawat secara dan



memberikan



intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah. Diagnosis kepera1atan menurut Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu: 1) Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai



dengan data klinik yangditemukan. 2) Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. 3) Potensial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk



memastikan masalah keperawatan



kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada



tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan



masalah. 4) Diagnosis keperawatan (Wellness) adalah keputusan klinis



tentang



keadaan



individu,



keluarga



dan



masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi. 5) Diagnosis keperawatan (Syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. Menurut



Suprajitno



(2004)



dalam



bukunya



Asuhan Keperawatan keluarga menyatakan bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat 2) Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. 3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi



kebutuhan kesehatannya



dan mempunyai



sumber



penunjang kesehatan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004) menggunakaan aturan



yang telah



disepakati, terdiri dari: 1) Masalah



(P)



adalah



suatu



pernyataan



tidak



terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. 2) Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan



yang



tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan. 3) Tanda atau gejala (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab. 3. Intervensi Menurut



Nursalam



(2008)



dalam



bukunya



Proses



dan



Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan.



Tahap



ini



dimulai



setelah



menentukan



diagnosis



keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan



dapat



menjamin sukses dan keberhasilan rencana



keperawatan, yaitu: a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah. b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan. c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan. d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam - Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga. - Menentukan prioritas masalah. - Memilih tindakan yang tepat. - Pelaksanaan tindakan.Penilaian hasil tindakan. e. Dibuat secara tertulis. Menurut Friedman dalam Bailon dan Maglaya (1978)proses dalam pengembangan rencana keperawatan keluarga menyangkut penggunaan metode solving atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian : - Menentukan masalah - Sasaran dan tujuan - Rencana tindakan



- Rencana untuk mengevaluasi perawatan. 4. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor (kealvaan) yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2008). Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi keperawatan konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan: 1) Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses



keperawatan



dan



hasil



kualitas



pelayanan



asuhan



keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas interfrensi tersebut. 2) Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, fleksibel, dan efesiensi.



Sumber : Abdul. (2019). MAKALAH DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.https://www.academia.edu/37662336/MAKALAH_DOKUME NTASI_AS UHAN_KEPERAWATAN_KELUARGA.docx diunduh 19 Maret 2020 Desinta, Jihan. (2017). asuhan keperawatan keluarga. http://repository.ump.ac.id/3915/1/JIHAN%20DESINTA%20ANANDA% 20PRADINI%20COVER.pdf. Fatmasari. (2016). Askep Keluarga dengan Anak Remaja. https://id.scribd.com/doc/308485056/Asep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja diunduh 3 Juni 2020