20 0 589 KB
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN VERTIGO
NAMA : Muhammad Komaruzaman NIM : 200512036
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA Jl. Kubah Putih No.7 RT 001/014 Kel, Jatibening Kec. Pondok Gede Kota Bekasi
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Vertigo Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo: a)Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia: Reseptor mekanis divestibulum Resptor cahaya diretina Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik) b)Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c) Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi, integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
B. DEFINISI VERTIGO
Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan (ekuilibrum). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003). Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008). Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita
merasa
tak
mampu
berdiri
dan
kadang
terjatuh
karena
masalah
keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005) Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009) Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002). C. KLASIFIKASI VERTIGO Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok 1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menitatau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi
sepintas
arteriavertebrobasilaris,
Epilepsi,
Migren
ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah
:
Vertigo
posisional
paroksismal
laten,
Vertigo posisional
paroksismal benigna. 2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin DuniaKedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainanendokrin.
Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo
yang
serangannya
mendadak/akut,
kemudian
berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitisakuta,
perdarahan
labirin,
neuritis
n.VIII,
cedera
pada auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.
Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteriavestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosismultipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
D. ETIOLOGI VERTIGO Tubuh
merasakan
posisi
dan
mengendalikan
keseimbangan
melalui
organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008) 1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin 3. Kelainan sirkulasi : Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler 4. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multiple
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
E. PATOFISISIOLOGI VERTIGO Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya
penglihatan
sehingga
mata
menjadi
kabur
dan
menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
F. PATHWAY VERTIGO
G. TANDA DAN GEJALA VERTIGO
NO
VERTIGO PERIFERAL
VERTIGO SENTRAL
(VESTIBULOGENIK)
1
Pandangan gelap
(NON-VESTIBULER) Penglihatan ganda
2
Rasa lelah dan stamina menurun
Sukar menelan
3
Jantung berdebar wajah
Kelumpuhan otot-otot
4
Hilang keseimbangan
Sakit kepala yang parah
5
Tidak mampu berkonsentrasi
Kesadaran terganggu
6
Perasaan seperti mabuk
Tidak mampu berkata-kata
7
Otot terasa sakit
Hilangnya koordinasi
8
Mual dan muntah-muntah
Mual dan muntah-muntah
9
Memori dan daya pikir menurun
Tubuh terasa lemah
10
Sensitif pada cahaya terang dan Suara
11 Berkeringat H. KOMPLIKASI
1. Cidera fisik Pasien
dengan
terganggunya
vertigo
saraf
ditandai
VIII
dengan
(Vestibularis),
kehilangan sehingga
keseimbangan pasien
tidak
akibat mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan. 2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO 1. Pemeriksaan Radiologi Foto mastoid, foto vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi). 2. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG 3. Tes Romberg yang dipertajam Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih 4. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test) Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat 5. Salah Tunjuk(post-pointing) Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal) kemudian kembali kesemula 6. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
7. Tes Kalori dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
8. ElektronistagmografiYaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul 9. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan somatosensorik. J. PENATALAKSANAAN VERTIGO 1. Vertigo posisional Benigna (VPB) Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan. 2. Neurotis Vestibular Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitisvestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda. 3. Penyakit Meniere Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah: Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya. 4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut) Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi. 5. Sindrom Vertigo Fisiologis Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo. 6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler) TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi lebih dari 24 jam. Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat. K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 1.
Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2.
Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup. 3.
Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
4.
Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
5.
Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
6.
Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut
Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo: Tujuannya: 1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun 2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata 3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan contoh latihan: Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak miring) Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup Berjalan “tandem” Jalan menaiki dan menuruni lereng
Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga menfiksasi pada objek yang diam Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
L. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO
1. PENGKAJIAN VERTIGO a) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. c) Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. d) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik e) Aktivitas /Istirahat Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. f) Sirkulasi Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. Pucat, wajah tampak kemerahan. g) IntegritasEgo Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
h) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG(pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan5. i)
Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema.
j)
Nyeri/ kenyamanan Karakteristik
nyeri
tergantung
pada
jenis
sakit
kepala,
misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Fokus menyempit Fokus pada diri sendiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. k) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8. l)
Interaksi social Perubahan
dalam
tanggung
yang berhubungan dengan penyakit.
jawab/peran
interaksi
sosial
m) Penyuluhan / pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause. n) Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Pemeriksaan Persistem 1) Sistem persepsi sensori Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur. 2) Sistem Persarafan Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun dengan alat. 3) Sistem Pernafasan Adakah gangguan pernafasan. 4) Sistem Kardiovaskuler Adakah terjadi gangguan jantung. 5) Sistem Gastrointestinal Adakah Nausea dan muntah 6) Sistem integument 7) Sistem Reproduksi 8) Sistem Perkemihan o) Pola Fungsi Kesehatan 1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa. 2)
Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo. 3)
Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah 4)
Pola eliminasi
5)
Pola tidur dan istirahat
6)
Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia 7)
Persepsi diri atau konsep diri
8)
Pola toleransi dan koping stress
9)
Pola sexual reproduksi
10) Pola hubungan dan peran 11) Pola nilai dan kenyakin DIANOGSA KEPERAWATAN VERTIGO 1.
Resiko jatuh berhubungan dengan d kerusakan keseimbangan (N. VIII
2.
Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
3.
Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
4.
Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
5.
Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
IV RENCANA KEPERAWATAN VERTIGO NO 1.
DIAGNOSA
TUJUAN KEPERAWATAN Resiko jatuh berhubungan Setelah dengan
pusing
menggerakkan kepala
INTERVENSI dilakukan
tindakan 1. Environmental Management: Safety: awasi dan
ketika keperawatan selama … x 24 jam gunakan
lingkungan
pasien diharapakan tidak jatuh
keamanan
NOC:
2. Falls Prevention:
fisik
untuk
meningkatkan
Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang a. Safeti status: Falls Occurrence mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh b. Falls prevention: know ledge Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan personal safety c. Safety
dengan ambulasi
beheviour:
Falls Instruksikan pasien agar memanggil asisten
prevention
ketika melakukan pergerakan 3. Teaching: disease proles
Dengan kreteria:
jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari
d penyakit yang diderita uduk, berjalan tanpa pusing Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut Jelaskan pada pasien tentang terapi rehabilitatif b. Klien mampu menjelaskan jika terjadi serangan dan cara pada pasien vertigo a. pasien
mampu
berdiri,
mengantisipasinya
2.
Nausea
berhubungan Setelah dilakukan tindak keperawatan 1. Patient / family teaching
dengan stimulasi visual yang selama…x24 jam, nausea berkurang /-Anjurkan pasien agar pelen-pelan nafas dalam dan tidak
mengenakkan, hilang
meniere, labirintitis
menelan untuk menurunkan rasa mual dan muntah.
N.O.C:
-Ajarkan pasien untuk tidak minum 1 jam sebelum,1
a. Comfort level
jam setelah dan sewaktu makan.
b. Hidration
2.NUTRITIONAL MONITORING
-Monitor tipe kehilangan berat badan dan pertumbuhan c. Nutritional status food finid-Monitor kelembaban,turgor kulit dan depigmentasi. intake -Monitor tingkat energi,malaise,fatigue dan kelemahan pasien.
Dengan kreteria: b.
Terdapat
tanda-tanda
fisik
dan
psikologik membaik c. Turgor kulit, mukosa mulut baik d. Tidak panas dan tidak terdapat edeme perifer Intake makanan dan minuman baik
-Monitor asupan kalori dan nutrisi. -Kolaborasi; kelola pemberian anticmetic sebelum makan atau sesuai jadwal 3. Fluid managmen:
Awasi secara akurat intake dan output
Monitor vital sign
Monitor status nutrisi pasien
Monitor status hydrasi misal kelembaban membranmukosa,
tekanan
nadi
dan
orthostatic BP Kelola pemberian terapi IV 3
Kurang
perawatan
diri: Setelah
dilakukan
tindakan NIC:Membantu perawatn diri pasien mandi dan
makan, mandi, berpakaian, keperawatan selama ... x 24 jam toileting toileting
b.d
kerusakan diharapkan kebutuhan mandiri klien Aktifitas:
neurovaskuler
terpenuhi, NOC;PERAWATAN DIRI 1.Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah
Batasan Karakteristik :
(Mandi,makan,toileting,berpakaian)
dikenali dan mudah dijangkau klien
Dengan kriteria :
2.Libatkan klien dan danpingi
Kelumpuhan wajah atau Klien dapat makan de-ngan bantuan 3.Berikan anggota
badan
sehingga orang lain / mandiri
menyebab-kan :
Ketidakmampuan dalam orang lain makan
Klien
dapat
memakai
mongering-kan,
keluar
masuk kamar mandi Ketidakmampuan pergi ke kamar
mandi,
kan pispot
mengguna-
tidak
mampu
dalam
memilih
NIC : ADL berpakaian
pakaian
Ketidakmampuan dalam Klien dapat toileting de-ngan bantuan badan, alat
klien
Aktifitas :
dengan bantuan orang lain / mandiri
membasuh
selama
mengerjakan sendiri
Klien dapat mandi de-ngan bantuan
menyuap, memegang alat
bantuan
1. Informasikan
pada
klien
pakaian selama perawatan 2. Sediakan pakaian ditempat yang mudah dijangkau 3. Bantu berpakaian yang sesuai 4. Jaga privasi klien 5. Berikan pakaian pribadi yang digemari dan sesuai NIC : ADL Makan Aktifitas : 1. Anjurkan klien duduk dan berdoa bersama teman 2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh 4. Beri rasa nyaman saat makan 4.
Defisit pengetahuan ten-tang Setelah
dilakukan
penjelasanTeaching individual (5606)
penyakit, pengobatan dan selama ...x pertemuan, pe-ngetahuan 1. Tentukan kebutuhan pembelajaran klien perawatan
klien
b.d klien tentang pe-nyakit, pengobatan 2. Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman klien
keterbatasan
kognitif,
ku- dan pe-rawatan klien meningkat
rang paparan atau mudah lupa
tentang vertigo 3. Kaji tingkat pendidikan
NOC :
4. Kaji kesiapan klien dalam mempelajari informasi
Knowledge : Disease process spesifik (1803)
5. Atur agar realita tujuan pembelajaran dengan klien
Knowladge : Illness care (1824)
saling menguntungkan 6. Pilih metode / strategi mengajar yang sesuai
Dengan kriteria :
Klien
menjelaskan
dan
7. keluarga
penger-tian,
Sediakan
lingkungan
yang
kondusif
untuk
mam-pu pembelajaran proses 8. Koreksi adanya kesalahan informasi
penyakit, penyebab, tanda dan gejala, 9. Sediakan waktu untuk bertanya pada klien efek penyakit, tindakan pencegahan, 10. pe-ngobatan dan perawatan vertigo
Teaching : disease process (5602) 1. Nilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya 2. Jelaskan patofisiologi vertigo 3. Jelaskan tanda dan gejala vertigo 4. Jelaskan kemungkinan penyebabnya 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
dapat mencegah komplikasi dimasa yang akan datang 6. Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-ngobatan dan perawatan 7. Jelaskan alasan rasional dari terapi pengobatan yang direkomendasikan 8. 5.
Perfusi jaringan tidak efektif Setelah
dilakukan
Kaji
sumber-sumber
pendukung
yang
memungkinkan tindakan Monitorang neurologis (2620)
(spesifik: cerebral) b.d aliran keperawatan selama ..... x 24 jam1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk darah arteri terhambat
diharapkan
pupil
Nyeri kepala / vertigo berkurang2. Monitor tingkat kesadaran klien Batasan Karakteristik : Nyeri kepala / vertigo
sampai de-ngan hilang Tanda-tanda vital stabil
3. Monitir tanda-tanda vital 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
Perubahan status mental
5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
perubahan respon motorik
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
dis-artria
7. Observasi kondisi fisik klien
Kelumpuhan wa-jah
Terapi oksigen (3320) Bersihkan jalan nafas dari sekret Pertahankan jalan nafas tetap efektif Berikan oksigen sesuai intruksi Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
DAFTAR PUSTAKA Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi