LP Vertigo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN (VERTIGO)



A. DEFINISI Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2012). B. KLASIFIKASI VERTIGO Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu : 1. Vertigo Periferal Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan



keseimbangan



pendengaran),



vestibular



yang neuritis



sering



kali



(peradangan



menyebabkan pada



sel-sel



hilang saraf



keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran). 2. Vertigo Sentral Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).



C. ETIOLOGI VERTIGO Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2012) 1. Keadaan lingkungan  Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2. Obat-obatan  Alkohol  Gentamisin 3. Kelainan sirkulasi  Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler 4. Kelainan di telinga  Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)  Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri  Herpes zoster  Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)  Peradangan saraf vestibuler  Penyakit Meniere 5. Kelainan neurologis  Sklerosis multiple  Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya  Tumor otak



 Tumor yang menekan saraf vestibularis. D. PATOFISIOLOGI VERTIGO Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan



tubuh



yang



berasal



dari resptor



vestibular,



visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus. Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. 2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut. 3. Vertigo



yang



mengurang.



serangannya



mendadak/akut,



kemudian



berangsur-angsur



E. PATWAY VERTIGO



F. MANIFESTASI KLINIS Secara umum vertigo memiliki gejala perasaan berputar yang kadangkadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah. 1. Vertigo Sentral Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.



2. Vertigo perifer Lamanya vertigo berlangsung: a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.



b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki



G. KOMPLIKASI 1.



Stroke



2.



Obstruksi peredaran darah dilabirin



3.



Labirintitis (Viral, Bakterial)



4.



Penyakit Meniere



5.



Infeksi, Inflamasi



6.



Tumor



H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.



Pemeriksaan fisik : a. Pemeriksaan mata b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh c. Pemeriksaan neurologik d. Pemeriksaan otologik e. Pemeriksaan fisik umum.



2.



Pemeriksaan khusus : a. ENG (Elektronistagmografi) b. Audiometri dan BAEP c. Psikiatrik



3.



Pemeriksaan tambahan : a. Laboratorium b. Radiologik dan Imaging c. EEG, EMG, dan EKG.



I. PENATALAKSANAAN 1. Medis Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda. 2. Keperawatan Vertigo posisional Benigna (VPB)  Latihan latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \ semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.  Obat-obatan obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO



a. Pengkajian 1.  Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. 2.  Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. 3.  Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. 4.  Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik 5.  Aktivitas / Istirahat  Letih, lemah, malaise  Keterbatasan gerak   Ketegangan mata, kesulitan membaca  Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.  Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. 6.   Sirkulasi  Riwayat hypertensi  Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.  Pucat, wajah tampak kemerahan. 7.  Integritas Ego  Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu  Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi



 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala  Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik). 8.  Makanan dan cairan  Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain).  Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)  Penurunan berat badan. 9.  Neurosensoris  Pening, disorientasi (selama sakit kepala)  Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.  Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.  Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.  Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore  Perubahan pada pola bicara/pola pikir   Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.  Penurunan refleks tendon dalam  Papiledema. 10. Nyeri/ kenyamanan  Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.  Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.  Fokus menyempit  Fokus pada diri sendiri  Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.  Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. 11. Keamanan  Riwayat alergi atau reaksi alergi  Demam (sakit kepala)  Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis



 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). 12.  Interaksi sosial  Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. 13. Penyuluhan / pembelajaran  Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga  Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause. 14. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Pemeriksaan Persistem a. Sistem persepsi sensori Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur. b. Sistem Persarafan Adakah nistagmus berdasarkan



beberapa



pemeriksaan



baik



manual



maupun dengan alat. c. Sistem Pernafasan Adakah gangguan pernafasan. d. Sistem Kardiovaskuler Adakah terjadi gangguan jantung. e. Sistem Gastrointestinal Adakah Nausea dan muntah f. Sistem integument g. Sistem Reproduksi h. Sistem Perkemihan 15. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.



b. Pola aktivitas dan latihan Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi yangdapat memicu vertigo. c. Pola nutrisi metabolisme Adakah nausea dan muntah d. Pola eliminasi e. Pola tidur dan istirahat f. Pola Kognitif dan perseptua Adakah disorientasi dan asilopsia g. Persepsi diri atau konsep diri h. Pola toleransi dan koping stress i. Pola sexual reproduksi j. Pola hubungan dan peran k. Pola nilai dan kenyakinan b. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. 2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. 3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. c. Intervensi Keperawatan  Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang



dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil : 1. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang 2. Tanda-tanda vital normal 3. pasien tampak tenang dan rileks. Intervensi : 1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. 2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri. 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri. 4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman. 5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.  Diagnosa Keperawatan 2 : Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Kriteria Hasil : 1.



Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif



2.



Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.



3.



Mengkaji situasi saat ini yang akurat



4.



Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.



Intervensi : 1.



Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.



2.



Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.



3.



Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan. Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.



4.



Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.



 Diagnosa Keperawatan 3. : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil : 1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. 2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. Intervensi : 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.



2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. 3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tentang penyakitnya. 4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. 5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. 6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan. d. Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan di laksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah di rencanakan. Perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan masih di butuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini.



DAFTAR PUSTAKA Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2012. Lumban Tobing. S.M, 2013, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 2012. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 2013. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2014, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang:Perdossi