LP Vertigo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga



A.



KONSEP VERTIGO 1. Definisi Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri) (Newell,2010). Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk



pada



sensasi



berputar



sehingga



mengganggu



rasa



keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen, 2006).



2.



Klasifikasi Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : a.



Vertigo Paroksismal Yaitu



vertigo



yang



serangannya



datang



mendadak,



berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : 1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis



pontoserebelaris,



Sindrom



Lermoyes,



Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen. 2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth). 3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. b. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi: 1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin. 2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,



sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin. 3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis. 4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi : a) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII,



cedera



pada



auditiva



interna/arteria



vestibulokoklearis. b) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior. Ada pula yang membagi vertigo menjadi : 1) Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler. 2) Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual. 3.



Etiologi Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obatobatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri (Mardjono, 2008). Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):



a. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut. b. Obat-obatan : alkohol, gentamisin. c. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional d. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere, e. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster. f. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya. g. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler. Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi ( Turner, 2010): a.



Labirin, telinga dalam 1)



vertigo posisional paroksisimal benigna



2)



pasca trauma



3)



penyakit menierre



4)



labirinitis (viral, bakteri)



5)



toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin,



gentamisin)



b.



6)



oklusi peredaran darah di labirin



7)



fistula labirin



Saraf otak ke VIII 1)



neuritis iskemik (misalnya pada DM)



2)



infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes



zoster)



c.



d.



e.



3)



neuritis vestibular



4)



neuroma akustikus



5)



tumor lain di sudut serebelo-pontin



Telinga luar dan tengah 1)



Otitis media



2)



Tumor



Supratentorial 1)



Trauma



2)



Epilepsi



Insufisiensi vertebrobasiler 1)



Obat Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo



yang



disertai



tinitus



dan



hilangnya



pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau



antineoplasitik



yang



mengandung



platina.



Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,



asam



minosiklin.



Terapi



nalidiksat, berupa



metronidaziol



dan



penghentian



obat



bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat



pemulihan



fungsi



vestibluer.



Obat



penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.



4.



Menifestasi Klinis Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu : a. Mual, muntah b.



Rasa kepala berat,



c.



Nafsu makan turun,



d.



Lelah,



e.



Lidah pucat dengan selaput putih lengket,



f.



Nadi lemah,



g.



Puyeng (dizziness),



h.



Nyeri kepala,



i.



Penglihatan kabur,



j.



Tinitus,



k.



Mulut pahit,



l.



Mata merah,



m. Mudah tersinggung,



5.



n.



Gelisah,



o.



Lidah merah dengan selaput tipis.



Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jarasjaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.



Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya. 6.



Komplikasi a. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu memperhatikan diri untuk tetap berdiri dan berjalan. b. Kelemahan otot Pasien dengan mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga terbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot



7.



Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan fisik :



Pemeriksaan mata,



Pemeriksaan alat



keseimbangan tubuh Pemeriksaan neurologic,



Pemeriksaan



otologik, Pemeriksaan fisik umum. b. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, Psikiatrik c. Pemeriksaan tambahan : Laboratorium, Radiologik dan Imaging, EEG, EMG, dan EKG. 8.



Penatalaksanaan a. Terapi kausal



b. Terapi simtomatik c. Terapi rehabilitative B.



KONSEP KELUARGA 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan (Depkes RI, 2000) Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang



mempengaruhi erat



kehidupan



hubungan



yang



antara



menonjol



sehingga keluarga sebagai



masyarakat. Dalam masyarakat,



anggotanya



dengan keluarga sangat



lembaga/unit



layanan



perlu



diperhitungkan. (Friedman, 2010). 2.



Tipe Keluarga Dalam



ilmu



sosiologi,



keluarga



memerlukan



pelayanan



kesehatan yang berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga. 1.



Trasidisional a. The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi. Tipe keluarga inti diantaranya: 1) The Dyad Family (keluarga tanpa anak) Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam suatu rumah.



2) The Childless Family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar karier / pendidikan yang terjadi pada wanita. 3) Keluarga Adopsi Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak. b. The Extended Family Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain. c. The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal) Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan). d. Commuter Family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu. e. Multigeneration Family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. f. Kin-Network Family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lainlain. g. Blended Family (keluarga campuran)



Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya. h. Dewasa lajang yang tinggal sendiri Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati. i. Keluarga Binuklir Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap rumah tangga 2.



Non Tradisional Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang paling umum saat ini adalah: a. The Unmaried Teenage Mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. b. The Step Parent Family Keluarga dengan orang tua tiri c. Commne Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama. d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul kebo heterosexual). Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.



e. Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagai ‘marital partners’. f. Cohabitating Family Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. g. Group-marrige family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan anaknya. h. Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berangbarang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab membesarkan anaknya. i. Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga / saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya. j. Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental. k. Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.



3.



Tahapan Perkembangan Keluarga a.



Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (Beginning Family) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk



keluarga



baru



tersebut



perlu



mempersiapkan



kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran



dan



fungsi



sehari-hari.



Masing-masing



pasangan



menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masingmasing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain : 1)



Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.



2)



Menetapkan tujuan bersama;



3)



Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;



4)



Merencanakan anak (KB)



5)



Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.



b.



Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child Bearing Family) Keluarga yang menantikan



kelahiran dimulai



dari



kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai



anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain : 1) Persiapan menjadi orang tua 2) Membagi peran dan tanggung jawab 3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan 4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing 5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga 6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita 7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin c.



Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (Families with Preschool) Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh



dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri.



Orang



tua



mempunyai



peran



untuk



menstimulasi



perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut: 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman 2) Membantu anak untuk bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi 4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar) 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot) 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. d.



Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (Families with Children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.



Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1)



Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar



2)



Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan



3)



Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual



4)



Menyediakan aktifitas untuk anak



5)



Manyesuaikan



pada



aktifitas



komunitas



dengan



mengikutsertakan anak. e.



Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (Families with Teenagers) Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.



f.



Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (Lounching Center Families)



Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anakanaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : 1)



Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar



2)



Mempertahankan keintiman pasangan



3)



Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua



4)



Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak



5)



Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga



6)



Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek



7)



Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.



g.



Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (Middle Age Families) Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah,



maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah : 1) Mempertahankan kesehatan 2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai 3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua 4) Keakraban dengan pasangan 5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga 6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan. h.



Tahap kedelapan keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang



harus



dialami



keluarga.



Stresor



tersebut



adalah



berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah : 1)



Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan



2)



Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,



kekuatan fisik, dan pendapatan 3)



Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat



4)



Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat



5)



Melakukan life review



6)



Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan



kematian (harmoko, 2012). 4.



Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu : a.



Mengenal masalah kesehatan



b.



Pengambil Keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat



c.



Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.



d.



Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit, misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.



e.



Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha penyakit nyeri sendi.



f.



Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung: Refika Aditama William & Wilkins, 2008. Nursing: Menafsirkan tanda-tanda dan gejala penyakit, indeks permata puri media, Jakarta Zaenuri, Alwin.2013. Laporan Pendahuluan Vertigo Di Ruang Ugd Rumah Sakit Daerah Kota Mataram. https://www.scribd.com/doc/174587033/Laporan-Pendahuluan-Vertigo. (diakses pada tanggal 08 Desember 2020)