LP Askep Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN JIWA I LAPORAN PENDAHULUAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN WAHAM



OLEH : PUTU PERTIWI RAHAYU NIM : P07120213030 DIV Tk. II Reguler



POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2015



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM I.



KAJIAN TEORI A.



PENGERTIAN Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman



(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. Berbagai macam factor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya factor somatic (gangguan otak, kelelahan), factor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan factor social (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan. 1. Gangguan Bentuk Pikiran Dalam kategori ganggauan bentuk pikiran termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik, dan terarah kepada tujuan. a. Dereisme atau pikiran dereistik Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika, atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan, “Seorang pegawai negeri dan seorang warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan silakan keluar…”, atau seorang lain lagi, “Kita harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal itu merupakan ‘exploitation de I’home parr I’home’; adalah ‘homo homini lupus’ adalah



‘machiavellisme’; karena itu kita harus mengikis habis segala bentuknya, tanpa kecuali…”. b. Pikiran otistik Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik. c. Bentuk pikiran yang non-realistik Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler dan revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal (merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia hebefrenik di samping tingkah laku kekanak-kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik tapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu. 2. Gangguan Arus Pikiran Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam berbagai jenis: a. Perseverasi Berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan. Seorang penulis pernah mendengar seorang pasien berkata, ”Nanti besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi nanti saya sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…”. b. Asosiasi longgar Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, umpama, “saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila ekstrim, maka akan



terjadi inkoherensi. Asosiasi yang sabgat longgar dapat silihat dari ucapan seorang penderita seperti berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”. c. Inkoherensi Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat antara lain sebagai berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”. d. Kecepatan bicara Untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat. e. Benturan (blocking) Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti. f. Logorea Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control mungkin coherent atau incoherent. g. Pikiran melayang (flight of ideas) Perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaran, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita, “Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan…”. h. Asosiasi bunyi (clang association) Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar, “Saya mau makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”. i. Neologisme Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya “Saya radiltu semua partimun”. j. Irelevansi



Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan. k. Pikiran berputar-putar (circumstantiality) Menuju secara tidak langsung kepada idea pokok denga menambahakan banyak hal yang remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant. l. Main-main dengan kata-kata Menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar. Umpamanya pernah seorang penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi: Wahai jagoku yang tersembunyi Meskipun kau jago Tanpa kau hatiku sunyi Tanpa kau hatiku mewangi m. Afasi Mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena kerusakan otak. 3. Gangguan Isi Pikiran Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi pikiran yang diceritkan, misalnya: 1. Kegembiraan yang luar biasa (ectasy) Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi dapat timbul secara mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anesthesia umum). Boleh juga disebabkan oleh narkotika (feeling high atau fligh sebagai logat para narkotik) atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia. Semua mengatakan bahwa isi pikiran mereka itu tidak dapat diceritakan. 2. Fantasi Ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fantasi yang kreatif menyiapkan si individu untuk bertindak sesudahnya: fntasi dalam lamunan merupakan pelarian bagi keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika (psedologia fantastica) orang itu percaya akan



kebenaran fantasinya secara intermittent dan selama jangka waktu yang cukup lama untuk bertindak sesuai dengan itu. 3. Fobia Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasioanl adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi kuman menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari kecemasan yang mengambang (“free-floating anxiety”) atau kecemasan terhadap keadaan umum, nisalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam usahanya. 4. Obsesi Isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin. 5. Preokupasi Pikiran terpaku hanya pada sebuah idea saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yan kuat. Ini belum merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi. 6. Pikiran yang tidak memadai (inadequate) Pikiran yang eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang. 7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation) Mulai dari kadang-kadang memikirkan hal bunuh diri sampai terus-menerus memikirkan cara bagaiman ia dapat membunuh dirinya. 8. Pikiran hubungan (ideas of reference) Pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian dihubungkannya dengan dirinya. 9. Rasa terasing (alienasi) Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing.



10. Pikiran isolasi social (social isolation) Rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain; lebih suka menyendiri. 11. Pikiran rendah diri Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya. 12. Merasa dirugikan orang lain 13. Merasa dingin dalam bidang seksual



14. Rasa salah 15. Pesimisme 16. Sering curiga 17. Waham. Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktika kemusyahilan hal itu. 18. Kekuatan yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya Proses berpikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran. Aspek proses berpikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran, serta isi pikir. Gangguan isi terjadi pada isi pikiran non verbal diantaranya adalah waham. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaanya, walaupun dibuktikan kemustahilan hal itu. (Maramis, 2004, hal. 117). Waham merupakan keyakinan yang salah yang tidak diyakini oleh orang lain yang secara kokoh dipertahankan walaupun bertentangan dengan realitas. (Stuart, 2006, hal. 236). Menurut Kaplan dan Sadock (2005), waham adalah keyakinan yang palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang cultural.



David A Tomb (2004) mengemukakan bahwa waham merupakan suatu keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut psikosis, semakin sering ditemukan waham disorganisasi dan waham tidak sitematis. (hal. 27) Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif



tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:



1. 2. 3. 4. 5.



Keinginan yang tertekan. Kekecewaan dalam berbagai harapan. Perasaan rendah diri. Perasaan bersalah. Keadaan yang memerlukan perlindungan



terhadap



ketakutan. B.



RENTANG RESPON Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai



berikut : Rentang respon neurobiologis Respon adaptif Pikiran logis dan







persepsi akurat Emosi konsisten







Prilaku sesuai dengan hubungan







pikir terganggu ilusi Reaksi emosional







dengan pengalaman 



Kadang-kadang isi







waham halusinasi 



ber-lebihan atau kurang Prilaku ganjil atau







tidak lazim



Respon maladaptif Gangguan isi pikir Ketidakmampuan untuk mengalami emosi







Ketidakmampuan isolasi sosial



social Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham C.



PSIKOPATOLOGI 1.



ETIOLOGI



a.



Faktor Predisposisi Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat



dibagi menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut : 1) Teori Biologis a)



Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).



b)



Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.



c)



Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejalagejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.



2) Teori Psikososial a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan



perkembangan



skizofrenia



sebagai



suatu



perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh



akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain. c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu : 1) Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2) Stres lingkungan Secara biologis menetapkan



ambang toleransi terhadap stres yang



berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3) Pemicu gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya. 2. a.



TANDA DAN GEJALA Data subyektif



Klien mengatakan tidak mampu mengambil/membuat keputusan, klien mengatakan mempunyai kekuatan super dan maha kuasa, klien mengatakan merasa takut dan perasaan tidak nyaman, merasa cemas, klien mengatakan sulit untuk tidur, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan. b. Data obyektif Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain, menolak makan atau minum obat, tidak ada perhatian terhadap asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan, gerakan tidak terkontrol mudah tersinggung, isi pembicaran tidak sesuai dengan kenyataan, tidak bias membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, kegiatan keagamaan yang berlebihan, kecurigaan terhadap orang lain, tindakan menyombongkan diri, menyiksa orang lain secara psikologis, peningkatan aktivitas motorik, sukar berinteraksi dengan orang lain. Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu : 1.



Waham dengan perawatan



minimal a. Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita. b. Bersosialisasi dengan orang lain. c. Mau makan dan minum. d. Ekspresi wajah tenang. 2. Waham dengan perawatan parsial a. Iritable. b. Cenderung menghindari orang lain. c. Mendominasi pembicaraan. d. Bicara kasar. 3. Waham dengan perawatan total a. Melukai diri dan orang lain. b. Menolak makan / minum obat karena takut diracuni. c. Gerakan tidak terkontrol. d. Ekspresi tegang. e. Iritable. f. Mandominasi pembicaraan. g. Bicara kasar. h. Menghindar dari orang lain. i. Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali. j. Perilaku bazar.



3.



FASE-FASE WAHAM Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu : a.



Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.



b.



Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.



c.



Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.



d.



Fase environment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya



diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e.



Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).



f.



Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.



4.



JENIS-JENIS WAHAM Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu : a.



Waham Kejar Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe depresi dan gangguan organik.



b.



Waham Kebesaran Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah, dll.



c.



Waham Somatik Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada tubuhnya.



d.



Waham Agama



Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan keagamaan. e.



Waham Curiga Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga terhadap sekitarnya.



f.



Waham Intulistik Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering ditemukan pada klien depresi.



g.



Waham Berdosa Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.



h.



Waham Cemburu Selalu cemburu pada orang lain.



i.



Waham Pengaruh Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.



5.



SUMBER KOPING Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat



berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan. Penggolongan Mekanisme Koping Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu : 1. Mekanisme koping adaptif



Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. 2. Mekanisme koping maladaptive Adalah mekanisme koping yang



menghambat



fungsi



integrasi,



memecah



pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Mekanisme pertahanan ego sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut : 1. Kompensasi Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki. 2. Penyangkalan (denial) Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri. 3. Pemindahan (displacement) Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya. Misalnya : Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah pada adiknya. 4. Disosiasi Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu. Misalnya : Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali) 5. Identifikasi (identification) Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut. 6. Intelektualisasi (intelectualization) Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat



mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif. 7. Introjeksi (Introjection) Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri. 8. Isolasi Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. 9. Proyeksi Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya 10. Rasionalisasi Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk. 11. Reaksi formasi Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Misalnya: Kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap penuh kasih saying 12. Regresi Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu



yang berusia lebih muda. Misalnya : anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol padahal sudah lama tidak dilakukannya. 13. Represi Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Misalnya : individu lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan 14. Pemisahan (splitting) Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri. 15. Sublimasi Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya agar tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan. Misalnya : Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat 16. Supresi Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga. Misalnya : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas. 17. Undoing Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan. Misalnya : Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih saying 18. Fiksasi Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti sementara atau selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan



karena



tahap



berikutnya



penuh



dengan



kecemasan.



Misalnya : Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah



satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri 19. Menarik Diri Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis. 20. Mengelak Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau menggunakan metode yang tidak langsung. 21. Fantasi Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak menyenangkan, menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu yang sering melamun kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari pada kenyataan sesungguhnya. Bila fantasi ini dilakukan proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk mengatasi stress 22. Simbolisasi Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal yang sebenarnya Misalnya : Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kecemasannya. 23. Konversi Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani. Misalnya : Mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba sakit sehingga tidak masuk kuliah D.



PENATALAKSANAAN Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,



kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Mesikpun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja



sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. 1.



Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawtan diberikan agar klien tidak mengasingkan diri



karena dapat membentuk kebiasaan yangkurang baik akibat waham yang dialami. Terapi yang diberikan dianjurkan meliputi kegiatan-kegiatan permainan ataupun latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari : a.



Terapi aktivitas 1) Terapi musik Terapi difokuskan untuk mengoptimalkan fungsi mendengar dan menikmati jenis music yang disukai klien sembari relaksasi, memainkan alat musik, dan bernyanyi. 2) Terapi seni Focus pada pengekspresian perasaan klien melalui berbagai kegiatan seni seperti menggambar/melukis, seni rupa, dan lain-lain 3) Terapi menari Focus pada pengekspresian perasaan melalui bahasa tubuh. 4) Terapi relaksasi Klien belajar dan mempraktikkan teknik relaksasi dalam kelompok. Adapun gunanya untuk membuat klien lebih tenang, lebih fresh, dan meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.



b.



Terapi sosial (sosialisasi) Klien belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan klien lain sesuai dengan realita.



c.



Terapi kelompok (group therapy) 1) Kelompok terapeutik (therapeutic group). 2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy). (Keliat, 2004).



d.



Terapi lingkungan Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana dalam keluarga (home like atmosphere).



2.



Farmakoterapi Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan



skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : a. Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain : 1) Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral. 2) Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. 3) Haloperidol Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.



b. Anti Parkinson



1) Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari 2) Difehidamin, dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari c. Anti Depresan 1) Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari. 2) Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari. d. Anti Ansietas Anti



ansietas



digunakan



untuk



mengotrol



ansietas,



kelainan



somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: 1) Fenobarbital : 16-320 mg/hari 2) Meprobamat : 200-2400 mg/hari 3) Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari 3.



Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling



percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung



ataupun



menentang



waham,



dan



tidak



boleh



terus-menerus



membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa



menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. 4.



Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai



sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien. II.



TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM A.



Pengkajian 1.



Pengumpulan Data Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan isi pikir : waham



kebesaran yaitu : 1.



Data Subjektif Klien merasa dirinya sebagai orang besar, mempunyai kekuatan, kepandaian yang luar biasa, misalnya dapat membaca atau membawa pikiran orang lain, dialah ratu adil.



2.



Data Objektif Klien kadang-kadang tampak panik, tidak mampu untuk berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka kadang sedih kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak bisa diam (melangkah



bolak-balik),



mendominasi



pembicaraan,



mudah



tersinggung, menolak makan dan minum obat, menjalankan kegiatan agama secara berlebihan atau tidak sama sekali melakukannya, merusak diri-sendiri dan orang lain serta lingkungannya, jarang mengikuti atau



tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, sering terbangun pada dini hari, penampilan kurang bersih.



B.



Pohon masalah Risiko Perilaku Kekerasan



Akibat



Kerusakan Komunikasi Verbal



Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran



Core problem



Kerusakan interaksi sosial



Penyebab Harga diri rendah



Koping Individu tidak efektif



C. Diagnosa Keperawatan Perubahan isi pikir : waham kebesaran



C. INTERVENSI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR: WAHAM Nama Klien



: ................................................



Diagnosa Medis



: ...............................................



No RM



:



Ruangan



: ................................................



Tgl



No Diagnosa



................................................ Diagnosa



Perencanaan Tujuan



Keperawatan Gangguan isi TUM : pikir : waham



Klien dapat mengontrol wahmnya



Kriteria hasil 1. Setelah klien: a. Mau



Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat



Rasional



interaksi 1.1 Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dengan menggunakan prinsip dari menerima



kehadiran perawat di sampingnya b. Mengatakan mau



TUK 1 :



Intervensi



menerima bantuan perawat c. Tidak menunjukkan tanda-tanda curiga d. Mengijinkan duduk disamping



klien



komunikasi terapeutik: merupakan a. Beri salam hal yang b. Perkenalkan diri, tanyakan mutlak serta nama serta nama panggilan akan yang disukai c. Jelaskan tujuan interaksi memudahkan d. Yakinkan klien dalam dalam keadaan aman dan perawat melakukan siap menolong dan pendekatan mendampinginya dan tindakan e. Yakinkan bahwa keperawatan kerahasiaan klien akan tetap kepada klien. terjaga



f. tunjukkan sikap terbuka dan Dengan jujuran adanya saling g. Perhatikan kebutuhan dasar percaya dan beri bantuan untuk diharapkan memenuhinya klien dapat 1.2 Beri kesempatan untuk terbuka mengungkapkan perasaannya dengan 1.3 Sediakan waktu untuk perawat dan mendengarkan klien mau menceritakan masalahnya. TUK 2:



2.



Klien dapat



klien:



mengidentifikasi



Setelah



interaksi 2. Bantu



klien



untuk Untuk



me-



mengungkapkan perasaan dan ngidentifikasi



a. Klien



perasaan yang



menceritakan ide-



muncul secara



ide dan perasaan



berulang dalam



yang



muncul



pikiran klien



secara



berulang



dalam pikirannya



pikirannya permasalah-an a. Diskusikan dengan klien dan pera-saan pengalaman yang dialami yang terjadi selama ini termasuk dan dirasakan hubungan dengan orang klien saat ini. yang berarti, lingkungannya



kerja,



sekolah,dsb. b. Dengarkan



pernyataan



klien dengan empati tanpa dukungan atau menentang pernyataan wahamnya. c. Katakana perawat dapat memahami TUK 3:



3.



Klien dapat



klien:



mengidentifikasi



Setelah



apa



diceritakan klien. interaksi 3. Bantu klien mengidentifikasi



a. Dapat



yang



tidak



yang untuk Mengidentifi-



kebutuhan kasi faktor –



terpenuhi



serta faktor



yang



stressor atau



menyebutkan



kejadian yang menjadi factor mencetuskan



pencetus



kejadian-



pencetus wahamnya



wahamnya



kejadian



sesuai 3.1



(triggers factor)



dengan



urutan



waktu



serta



diskusikan tentang



dengan



waham



yang



klien dialami



dan



kejadian-kejadian menggali



traumatic yang menimbulkan perasaan



harapan/



rasa takut, ansietas, maupun klien.



kebutuh-an dasar



perasaan tidak dihargai



yang



tidak 3.2



terpenuhi



Diskusikan



kebutuhan



/



harapan yang belum terpenuhi



seperti : harga 3.3 Diskusikan dengan klien caradiri, rasa aman,



cara mengatasi kebutuhan yang



dsb.



tidak terpenuhi dan kejadian



b. Dapat



yang traumatic.



menyebutkan



3.4



Diskusikan



dengan



klien



hubungan antara



apakah ada halusinasi yang



kejadian



meningkatkan pikiran/ perasaan



traumatis/



yang terkait wahamnya.



kebutuhan tidak 3.5 Diskusikan dengan klien antara terpenuhi dengan TUK 4:



4.



kejadian-kejadian



tersebut



wahamnya. dengan wahamnya. Setelah interaksi 4. Bantu klien mengidentifikasi Agar



Klien dapat



klien:



mengidentifikasi



perbedaan



wahamnya



pengalaman dengan



menyebutkan



klien



keyakinanya yang salah tentang dapat



me-



situasi yang nyata (bila klien ngendalikan nyata



pengalaman



wahamnya.



sudah siap) a. Diskusikan pengalaman



diri dengan



klien wahamnya



wahamnya muncul.



tanpa berargumentasi b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien c. Diskusikan dengan



klien



respon perasaan terhadap wahamnya



apabila



d. Diskusikan



frekuensi,



intensitas,



dan



durasi



terjadinya waham e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang TUK 5:



5.



oleh klien interaksi: 5.1 Diskusikan



Setelah



Klien dapat



klien



mengidentifikasi



gangguan



konsekuensi dari



hidup



wahamnya



yang diakibatkan ide-



menjelaskan



salah



dengan



klien Meminimal-



pengalaman-pengalaman



kan



akibat



fungsi



yang tidak menguntungkan yang mungkin



sehari-hari



sebagai akibat dari wahamnya timbul akibat



ide/fikirannya



yang



tidak sesuai dengan kenyataan seperti: a. Hubungan dengan b. Hubungan dengan



berinteraksi



waham dalam dengan



keluarga b. Hambatan



dalam



lain c. Hambatan dalam melakukan



orang lain c. Aktivitas



seperti : a. Hambatan



berinteraksi dengan orang



keluarga



hari



dipersepsikan



sehari-



aktivitas sehari- hari d. Perubahan dalam prestasi kerja/ sekolah



tersebut.



d. Pekerjaan



5.2 Ajak klien melihat bahwa



e. Sekolah



waham



tersebut



adalah



f. Prestasi,dsb



masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain 5.3



Diskusikan orang/



dengan



tempat



ia



klien minta



bantuan apabila wahamnya TUK 6 :



6.



Setelah



interaksi



Klien dapat



klien:



melakukan tekhnik



melakukan



distraksi sebagai



yang



cara menghentikan



sesuai



pikiran yang



minatnya yang dapat



terpusat pada



mengalihkan



wahamnya



klien dari wahamnya



timbul/ sulit dikendaliakan 6.1 Diskusikan hobi/ aktivitas Waham yang



klien aktivitas



yang disukainya



pada



6.2 Anjurkan klien memilih dan dirinya dapat



konstruktif



melakukan



dengan focus



timbul



aktivitas



yang diminimal-kan



membutuhkan perhatian dan keterampilan fisik 6.3



Ikutsertakan aktivitas



klien fisik



membutuhkan



dalam yang



perhatian



sebagai pengisi waktu luang 6.4 Libatkan klien dalam TAK orientasi realita 6.5 Bicara dengan klien topic-



topik yang nyata 6.6



Anjurkan



klien



untuk



bertanggung



jawab



secara



personal



dalam



mempertahankan/ meningkatkan kesehatan dan pemulihannya 6.7 Beri penghargaan bagi setiap TUK 7 :



7.1



Setelah



upaya klien yang positif interaksi 7.1 Diskusikan pentingnya peran Memaksimalk



Klien mendapat



keluarga



dapat



dukungan keluarga



menjelaskan



pendukung untuk mengatasi dari



tentang :



waham



a. Pengertian



keluarga



sebagai an



untuk



b. Tanda dan gejala waham



membantu



klien



mengatsi waham 7.3 Jelaskan pada keluarga tentang



c. Penyebab



dan



akibat waham merawat



klien waham



dukungan



keluarga.



7.2 Diskusikan potensi keluarga



waham



d. Cara



serta



: a. Pengertian waham b. Tanda dan gejala waham c. Penyebab dan akibat waham



pihak



7.2



Setelah



interaksi



keluarga



d. Cara merawat klien waham



dapat 7.4 Latih keluarga cara merawat



mempraktekan



klien waham



cara merawat klien 7.5 Tanyakan perasaan keluarga waham



setelah mencoba cara yang telah dilatihkan 7.6 Beri pujian kepada keluarga atas



keterlibatannya



merawat klien di Rumah TUK 8 :



8.1



Setelah



interaksi



8.1



Sakit Diskusikan



dengan



klien Sebagai upaya



Klien dapat



klien menyebutkan,



tentang manfaat dan kerugian yang



memanfaatkan



a. Manfaat minum



tidak



obat dengan baik



obat tidak



minum obat warna, efek



samping obat 8.2 Setelah iteraksi klien



upaya



dan efek samping penggunaan penyembuhobat



dosis, efek terapi dan



obat, nama, dilakukan



warna, dosis, cara, efek terapi dalam



b. Kerugian c. Nama,



minum



8.2 Pantau klien saat penggunaan obat a. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar



an



mendemonstrasikan penggunaan



obat



dengan benar 8.3



Setelah



interaksi



8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter a. Anjurkan



klien



untuk



klien menyebutkan



konsultasi kepada dokter/



akibat



perawat jika terjadi hal-hal



berhenti



minum obat tanpa konsultasi dokter



yang tidak diinginkan



D. Implementasi Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien. Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.



D. Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada klien dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 2. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien 3. Klien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya (triggers factor) 4. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya 5. Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya 6. Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya 7. Klien mendapat dukungan keluarga 8. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik



DAFTAR PUSTAKA



Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000 Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “LS” DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM KEBESARAN DI RUANG DRUPADI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TANGGAL 18-23 MEI 2015



Bangli,



Mei 2015



Mengetahui Pembimbing Praktek



NIP :



Mahasiswa



NIM : Mengetahui Pembimbing Akademik



NIP.