LP ASMA Pada Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA



DI SUSUN OLEH CLARA MULYAWATI SAHEDE 711490120007 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO PROGRAM STUDI PROFESI NERS LANJUTAN 2021



LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA A. Definisi Asma adalah suatu penyakit dan sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antoni Crocket, 2007). Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan bronkus



terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya



penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007). B. Etiologi Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus. penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma (Smeltzer & Bare, 2002), 1. Faktor ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang. 2. Faktor intrinsik(non-alergik): tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. 3. Asma gabungan: Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik



Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu: a. Faktor predisposisi Genetik Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi 1. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi b) Ingestan: yang masuk melalui mulut Contoh: makanan dan obat-obatan c) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan 2. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang- kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau. 3. Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu



diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati. 4. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. 5. Olah raga atau aktifitas jasmani Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. C. Klasifikasi Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe: 1. Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik) Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah a.



Serangan timbul setelah dewasa



b.



Pada keluarga tidak ada yang menderita asma



c.



Penyakit



infeksi



sering



menimbulkan



serangan d.



Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita.



2. Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik) Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat



ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang mempunyai sifat-sifat: a. Timbul sejak anak-anak b. Pada keluarga ada yang menderita asma c. Sering menderita rinitis 3. Asma Bronchiale campuran Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan intrinsit D. Patofisiologi Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitivitas dari cabng-cabang bronkus. Pada individu yang retan, lapisan dan cabang-cabang bronkial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Kerentanandari individu kemungkinan diturunkan secara genetik, munculnya kerentanan disebabkan oleh adanya perubahan terhadap rangsangan yang berlebih-lebihan dengan faktor lingkungan tertentu, seperti penerapan bahan alergen/iritan. Apapun pencetusnya mekanisme yang terjadi adalah sama saja bronkokontriksi yang terjadi kemungkinan sebagai suatu reaksi perlindungan untuk membatasi instalasi alergen/iritasi yang lebih lanjut, bila hal ini berlangsung terus maka lapisan jalan akan tersentifisasi terutama pada bronkus berukuran sedang dan bronkiolus sehingga mengalami peradangan dan edematosus. Pada asma atopik keadaan ini disebabkan oleh alergen spesifik yang terkait dengan antibodi-antibodi spesifik sehingga menyebabkan pelepasan dari berbagai macam hormon lokal dan zat mediator. Pada semua kasus adanya peradangan dapat ditandai dengan edema dari selaput lendir bronkial dan peningkatan ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan intabilitas dari obat-obat polos bronkial. E. Manifestasi klinis 1.



Tachikardi



2.



Mengi/Whezing



3.



Tachipnea



4.



Pernafasan pendek



5.



Batuk



6.



Rasa sesak didada



7.



Serangan biasanya menghilang dalam 30 – 60 menit



8.



Spuhim dalam bentuk kental dan jumlah banyak



9.



Kelelahan terjadi setelah serangan



10.



Diaphoresis



11.



Kontraksi yan kaku dari bronkhiolus



12.



Penurunan kecepatan ekspirasi maksimal dan volume ekspirasi



13.



Kapasitas residu fungsional dan volume residu sangat tinggi selama serangan asma.



14.



Otot polos bronkhiolus megalami atrofi



15.



Skintest allergen



16.



Batuk yang paroksismal terutama pada malam hari berlangsung 10 – 14 hari



17.



Sianosis



18.



Tekanan darah meningkat



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan test kulit → untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh. 2. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum → untuk menyokong adanya penyakit atopi 3. Pemeriksaan analisa gas darah → dilakukan dengan pasien asma berat 4. Pemeriksaan eosinofil damal darah → jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat 5. Pemeriksaan sputum → untuk menilai adanya misellium aspergius fumigatus



6. Radiologi → dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses patologik dipar



G. Penatalaksanaan 1. Pegobatan Medika Mentosa a. Waktu serangan 1) Bronkodilator 2) korkhosteroid 3) ekspektoransia 4) antihistamin 5) antibiotika b. Diluar serangan 1)



disodium chomoglycate (DSCG)



2)



ketotijen



2. Pengobatan non Medika Mentosa Waktu serangan 1) Pemberian O2 2) Pastural drainase 3) Pemberian cairan 4) Menghindari paparan alergen Diluar serangan 1) Pendidikan 2) Immunoteraphy/desensitasi 3) Pelayanan / kontrol emosi Tujuan pelaksanaan terapi asma 1) Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma 2) Mencegah kekambuhan 3) Mengupayakan



fungsi



paru



senormal



mungkin



mempertahankan 4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal



serta



5) Menghindari efek samping obat asma 6) Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible Terapi awal: 1) O2 4-6 liter/menit 2) Agonis B2 3) Amnofium bolus IV 5 – 6 mg 4) Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV Terapi asmak kronik 1)



Asma ringan: agnosis B2 inhalasi



2)



Asma sedang: anti inflamsi / hr dan agonis B2 inhalasi bila perlu



3) Asma berat: steroid inhalasi / hr B2 long acting, steroid sedang sehari/dosis tunggal harian dan agnosis B2 inhalasi sesuai kebutuhan Respon terapi awal baik didapatkan keadaan: 1)



Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan



2)



Pemeriksaan fisik normal



3)



Arus puncak ekspirasi > 70 %



Pathways (Non alergik) Instrinsik



Asma



Enstrinsik (alergik) Reaksi hipersensitif terhadap alergen



Stres aktivitas



Respon syaraf



Stimulus B lymfosit



Parasimpatis



Simpatis



Mengeluarkan etikain



Sel mast



Sel plasma memproduksi antibodi IG E



Menstimulus sist



Bronko kontriksi



Adienegik ditronkus



Menyerang sel mast & bospfil didinding bronkial



Bronko kontriksi Melepaskan histamin, bradikin, prostaglandin, anfilaksis Peningkatan kerja napas Takipenia Takikardi Mengi/Wheezing



Pe Kehil air Plamukosa tidak tampak sebagai Etelektasis penguapan ekshalasi & pemasukan Hipoksemia oral



Kontraksi otot polos bronkial permebilitas vaskuler



Edem mukosa



Nafas pendek Rasa sesak didada kelelahan



Gangguan Pola aktivitas



Anorexia, minum Resiko/gang guan kekurangan cairan Resiko/gang guan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Peradangan pada bronkus



Batuk keluar keringat & sputum bentuk kental & banyak



Peradangan mempengaruhi endogen & pirogen



Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur



Hipotalamus



Prostagladin tz Peningkatan kebutuhan O2 Suhu tinggi



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas



H.



Pengkajian 1. Riwayat Keperawatan a. Masalah pernafasan yang pernah dialami 1) Pernah mengalami perubahan pola pernafasan 2) Pernah mengalami batuk dengan sputum 3) Pernah mengalami myeri dada 4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas b. Riwayat penyakit pernafasan 1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC 2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian? c. Riwayat Kardiovaskuler Pernah mengalami penyakit jantung atau peredarah darah d. Gaya hidup Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok 2. Pemeriksaan Fisik a. Mata 1) Konjungtiva pucat (karena anemia) 2) Konjugtiva sianosis (karena hipoksernia) b. Kulit 1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer) 2) Sianosis secara umum (hiposekmia) 3) Edema 4) Penurunan turgor (dehidrasi) 5) Edema periorbital c. Jari dan Kuku 1) Sianosis 2) Clubbing finger



d. Mulut dan Bibir 1) Membran mukosa sianosis 2) Bernafas dengan mengerutkan mulut e. Hidung Pernafasan dengan cuping hidung f.



Vena Leher Adanya distensi / bendungan



g. Dada 1) Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea atau obstruksi jalan pernafasan) 2) Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri 3) Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara / suara melewati saluran / rongga pernafasan) 4) Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) 5) Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness) h.



Pola Pernafasan 1) Eupnea (pernafasan normal) 2) Tacypnea (pernafasan cepat) 3) Bradypnea (pernafasan lambat)



3. Pemeriksaan Penunjang a. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi, jantung EKG Exercise stress test b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah Echocardiography Angiografi Katerisasi jantung c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksegenasi Tes fungsi paru-paru dengan spirometri Oksimetri Tes astrup



Pemeriksaan darah lengkap d. Melihat struktur sistem pernafasan X-Ray thoraks CT Scan paru Bronchoskopi e. Menentukan sel abnormal / injeksi sistem pernafasan Kultur apus tenggorok Sitologi Spesimen sputum (BTA) I.



Diagnosa Keperawatan: 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan fisiologis (asma) 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi



J.



Rencana Intervensi 1. Ketidakefektifa bersihan jalan nafas berhubungan dengan fisiologis (asma) Tindakan keperawatan : a) Monitor status pernafasan b) Posisikan untuk meringankan sesak nafas c) Ajarkan klien untuk mengidentifikasi menghindari pemicu, sebisa mungkin d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat 2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi Tindakan keperawatan : a) Monitor intake/ asupan makanan dan minuman secara tepat b) Berikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku peningkatan berat badan



c) Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi d) Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai dengan ahli gizi



DAFTAR PUSTAKA Antony Crocbett, Penanganan Asma Dalam Primer, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 2007. Soeparman, Sarwono Wasdapaji, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, balai penerbit FKUI, Jakarta 2008. M. Amin, Hood Alsagar, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Air Langga University Press 2009. Tarwota, Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika.