LP Aspirasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASPIRASI



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Gadar Kritis Diruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD Ulin Banjarmasin



Oleh : ANUGERAHNU PRANOKO NIM. 113063J117057



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2018



LEMBAR PERSETUJUAN



Laporan Pendahuluan Aspirasi ini telah pada tanggal Agustus 2018.



Menyetujui, Preseptor Akademik



Preseptor Klinik



(…………………………….)



(…………………………….)



LAPORAN PENDAHULUAN



I. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN Pernapasan atau respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida di dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri dari alat-alat pernapasan yang berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.



Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia.



A. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.



B. Faring Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan.



C. Trakea Trakea berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding trakea tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Trakea terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di dalam rongga dada, trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus. Di dalam paruparu, bronkus bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).



D. Laring Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katup membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.



E. Bronkus Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.



F. Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktusalveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.



II. Konsep Teori Aspirasi A. Definisi Aspirasi adalah suatu keadaan dimana masuknya benda asing ke dalam saluran nafas yang menimbulkan obstruksi baik parsial maupun total sehingga menimbulkan gangguan pernafasan (sesak) yang berakibat pada kematian (Soepardi, 2010 ).



B. Etiologi 1. Makanan : jenis makanan yang menyebabkan aspirasi antara lain kacang, buah-buahan kecil, serbuk biskuit) 2. Benda-benda asing 3. Sputum, darah



C. Patofisiologi Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.



Pathway Aspirasi Benda asing, makanan, cairan



MenyumbatSaluran nafas atas/bawah



Obstruksi jalan nafas



Akumulasi sekret



Batuk berdahak BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF



Gangguan ventilasi pada Saluran pernapasan



Obtruksi/ Edema Saluran Pernapasan atas



Sesak nafas/ Peningkatan Freq.napas



Gangguan Rasa nyaman



POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF



NYERI



Peningkatan Frequensi napas Kesulitan bicara GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL



Intake yang kurang



Nafsu makanminum menurun/ anorexia



GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI



Penurunan supply O2 ke jaringan



Ansietas/ Terpajan dengan informasi



Kelemahan



INTOLERANSI AKTIFITAS



Tingkat Pendidikan rendah



KURANG PENGETAHUAN



D. Manifestasi Klinik 1. Cekukan, muntah, batuk (tergantung pada lokasi obstruksi) 2. Obstruksi faringotrakeal dapat terjadi dipsnea, stridor, sesak oleh karena penurunan suplai O2, sianosis 3. Obstruksi bronkial dapat terjadi batuk, wheezing, perdarahan, penurunan kesadaran, kematian



E. Pemeriksaan Penunjang. 1. X-Ray dada



: posterior dan lateral dada



2. Radiografi



: untuk memantau benda asing



3. Rigic Cromcuscopy : untuk mendiagnosa benda asing di dalam laring dan trakea 4. Fluoroscopy



: untuk mendeteksi lokasi sumbatan benda asing pada bronkus



F. Komplikasi Laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain episema subkutis atau mediastinum. Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher, kaku leher, demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan retrosternal, epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus. benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.



G. Penanganan 1. Menjaga dan memonitor status respirasi 2. Bila ada indikasi pembedahan : perawat perlu mengantisipasi kedaruratan anak dan memberikan informasi kepada keluarga 3. Memberikan penkes kepada orang tua tentang tindakan pertahanan orang tua dalam menghadapai anak yang megalami aspirasi



4. Monitor tanda-tanda distress pernafasan (sianosis, tidak dapat berbicara prioritas tindakan kedaruratan harus segera dilakukan yaitu pemasangan ETT dan trakeostomi, kalau tidak anak dapat meninggal seketika)



H. PENATALAKSANAAN 1. Cara Biasa a. Inspeksi adanya benda asing b. Bila benda asing terlihat, keluarkan dengan jari kelingking c. Bila dapat batuk, benda asing yang kecil dapat dibatukkan d. Telungkupkan badan, posisi kepala dibawah, sambil menepuk nepuk punggung dengan perlahan e. Bila benda asing berupa serbuk, bisa dilakukan penghisapan f. Lakukan kompresi dada g. Jika nafas tidak ada, ekstensikan kepala, bila benda asing telah terlihat, keluarkan secara menual 2. Manuver Heimlich Tersedak biasanya terjadi karena makanan yang kurang dikunyah dengan baik "memasuki saluran yang salah". Bila keadaan ini tidak segera diatasi, bisa berakibat fatal. menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju otak dan organ tubuh lain terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk menyelamatkan nyawa dengan tindakan Heimlich Manuver Heimlich mungkin dikenal sebagai teknik terbaik untuk melegakan saluran pernapasan yang tersumbat. Indikasi dari orang yang tersedak adalah korban tidak mampu berbicara, jatuh pingsan, atau mengeluarkan suara-suara aneh dengan usaha keras. Wajahnya berubah menjadi biru, keabu-abuan atau keunguan. terjadi bila saluran pernapasan tersumbat sebagian atau seluruhnya oleh sesuatu yang bisa jadi sebenarnya dimaksudkan untuk masuk ke dalam perut atau oleh benda asing Yang harus dilakukan. Pertama, perintahkan anak atau korban untuk membatukkan benda yang menyebabkan tersedak. Jika Anda berpikir anak masih memiliki sesuatu yang



menyumbat tenggorokan mereka, Anda harus membungkukkannya agar kepalanya lebih rendah hingga gaya gravitasi dan bantuan Anda akan membantu mengeluarkan benda yang menyumbat. Jika tidak memungkinkan melakukan hal di atas atau jika tidak berhasil, Anda dapat melakukan beberapa pertolongan pertama ini: Untuk orang dewasa: Katakan pada korban untuk menunduk lalu beri lima pukulan 1.



keras di antara kedua belikatnya. Jika ini gagal, lakukan hentakan perut atau manuver heimlich.



2.



Anda berdiri di belakang korban, lingkarkan kedua lengan Anda mengitari pinggang korban di antara pusat dan tulang dada, lalu dorong ke arah atas dengan hentakan cepat 3-5 kali. Ulangi kedua langkah di atas hingga berhasil.



3.



Jika korban semakin tidak sadar, baringkan tubuhnya di 4. lantai dengan wajah menghadap ke atas.



Jika korban dewasa tidak sadar: 1.



Ketegangan otot pernapasan korban mungkin malah 1. berkurang saat ia tidak sadar. Yang penting adalah memeriksa apakah korban bernapas. Jika tidak, Lakukan kembali dorongan di antara kedua belikatnya dengan cara memiringkan badannya. Segeralah menghubungi ambulans atau mempersiapkan transportasi.



2.



Jika ini gagal, lakukan hentakan perut dengan cara 2. meletakkan bagian dasar kedua telapak tangan Anda yang berhimpitan di daerah ulu hati yaitu di bawah tulang dada korban. Lakukan hentakan ke arah atas. Jika korban mulai bernapas normal, letakkan ia dalam posisi miring yang nyaman agar lidah tidak menyumbat jalan napas. Hubungi ambulans, dan periksa pernapasan serta nadi setiap 10 menit. Jika ia tetap tak bernapas, lakukan resusitasi. Pasien dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai



cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskofi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.



III. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan 1. Anamnase kejadian aspirasi 2. Kaji lokasi benda asing 3. Kaji tipe objek yang diaspirasi (cair atau benda padat) 4. Kaji tipe obstruksi pernafasan (parsial atau total) 5. Kaji frekuensi pernafasan, keadaan umum pasien (sianosis atau tidak)



B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi esofagus. 2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. 3. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit buruk. 4.



Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.



5. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada esofagus. C. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi esofagus. Tujuan : pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. No Intervensi 1 Kaji pola napas



2 3



Pertahankan tirah baring jika kondisi memerlukannya Tinggikan kepala tempat tidur 3045 derajat (posisi semifowler)



4



Hindari posisi terlentang



5



Lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan



Rasional Mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebagai indikator intervensi selanjutnya. Tirah baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan. Posisi semifowler (posisi duduk 3045 derajat) mengurangi penekanan abdominalis terhadap diafragma. Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi paru tidak maksimal. Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.



Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan



: Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri



No Intervensi 1 Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri 2 Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi) 3 Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam 4



Berikan analgesik jika dipesankan



Rasional untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya



Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri



Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri. Analgesic dapat mengurangi nyeri.



Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit buruk. Tujuan



: Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa takut dan ansietas dan menggunakan mekasisme koping efektif.



No



Intervensi



Rasional



1



Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan



Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa cemas.



2



Bantu dalam menangani reaksi Membantu klien menangani masalah emosional terhadap proses penyakit membuat klien dan keluarga merasa diperhatikan serta tidak merasa sendirian. Dorong dan berikan waktu untuk Mengungkapkan masalah dapat mengungkapkan masalah membantu menghilangkan rasa cemas. Kambangkan arti komunikasi jika Komunikasi yang baik dapat pasien mengalami kesukaran membantu menyelesaikan masalah berbicara dan mengurangi kecemasan.



3



4



Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah. Tujuan



: Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.



No Intervensi 1 Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang yang diperlukan untuk selang gastrostomi 2 Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika dipesankan 3 Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi. 4



Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi dengan dokter



Rasional Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan selang gastrostomi Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses penatalaksanaan penyakit. : Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan efek yang ditimbulkannya. Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga.



Diagnosa 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada esofagus. Tujuan



:Tidak terjadi infeksi



No Intervensi 1 Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi 2 Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil 3 Tekankan higiene personal



4



Kolaborasi mengenai pemberian antibiotik



Rasional Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi



D. Implementasi Keperawatan Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.



E. Evaluasi Keperawatan 1. Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. 2. Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang 3.



Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada relaksasi



4. Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa 5. Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi. 6. Tidak terjadi infeksi



DAFTAR PUSTAKA



Dikensoy O, Usalan C, Filiz A. Foreign body aspiration: Clinical utility of flexible bronchoscopy. Postgrad Med J. 2012. Iskandar N. Bronkoskopi. Dalam: Soeperdi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. editors. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Eds 6. Jakarta FKUI; Nagendran T. 2009. Management of foreign bodies in the emergency departement. Hospital Phisician September. Rahbarimanesh A, Noroozi E, Molaian M, Salamati P. 2008. Foreign body aspiration: A fiveyear report in a Children’s Hospital. Iran J pediart . Rina MT, Quintos R. 2009. Pediatric rigid bronchoscopy for foreign body removal. Phillipp J Otolaryngol Head Neck Surg. Rovin JD, Rodgres BM. 2010. Pediatric foreign body aspiration. Ped in review. Saki N, Nikakhlagh S, Rahim F, Abshirini H. 2009. Foreign body aspiration in infancy: A 20year experience. Int J. Med. Sci.