LP Ateroma Ibs Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ATEROMA R GLUTEUS SINISTRA DI RUANG IBS RSUD LIMPUNG



A. BAB I PENDAHULUAN



1. Latar belakang Kista Ateroma (KA) merupakan kista atau nodul diskret yang dibatasi oleh dinding atau kapsul pada epidermis dan berisi keratin yang merupakan produk dari epidermis. Kista aterom merupakan kista epitel jinak. Kista ini biasanya unilokular, tumbuh lambat dan asimtomatik. Kista aterom dapat dijumpai pada semua umur namun diketahui KA jarang dijumpai pada anak tetapi sering dijumpai pada usia setelah pubertas atau pada orang dewasa terutama pada dekade ke-3 dan ke-4 kehidupan. Pria dan wanita dapat terkena dengan insidensi yang sama, namun pada suatu penelitian dijumpai bahwa penderita pria lebih banyak 2 kali lipat dibanding wanita. Suatu KA terbentuk dari suatu hasil proliferasi sel epidermis permukaan yang berupa bahan keratinosa diantara sel dermis. Dinding kista merupakan epidermis normal yang akan menghasilkan keratin tersebut. Terbentuknya keratin diantara ruang yang terbatas ini dan tidak adanya saluran yang menghubungkan isi kista dengan permukaan kulit akan menyebabkan suatu kista terbentuk perlahan-lahan. KA dapat juga timbul dari folikel pilosebasea yang tertutup, dari implantasi sel epidermis di dalam dermis setelah trauma dan bisa juga dari adanya sel epidermis yang terjebak pada masa fusi embrional. Teori yang paling banyak dipercayai adalah adanya folikel pilosebasea yang tertutup atau tersumbat. Keadaan ini sering terjadi setelah adanya akne vulgaris yang berat sedangkan dinding epidermal pada kista berasal dari infundibulum foklikular. Teori kedua menyatakan bahwa terjadi implementasi epidermis dalam dermis terjadi akibat trauma, namun biasanya pasien sulit mengingat adanya riwayat trauma terdahulu. Implantasi ini juga bisa dijumpai setelah tindakan bedah dimana elemen epidermis tertinggal pada saat pembedahan. Ka akan tampak sebagai nodul bulat berukuran 0,5 cm sampai beberapa 1



2



sentimeter, unilokular, biasanya soliter dan terletak intradermal atau subkutan. Bentuknya seperti kubah dengan permukaan licin dan berkilat. Kista ini mudah digerakkan dari struktur dibawahnya (mobile). Konsistensi kista ini biasanya kenyal sampai keras. Kista yang terletak superfisial akan bewarna putih kekuningan seperti yang sering dijumpai pada daun telinga dan skrotum. KA paling sering dijumpai pada wajah, daun telinga, leher, dada, punggung bagian atas serta skrotum dimana pada daerah ini kelenjar sebaseusnya banyak dan juga aktif sehingga dapat terjadi akne yang akhirnya dapat mencetuskan terjadinya KA. Bila tidak disertai komplikasi maka biasanya kista ini tidak menimbulkan gejala tertentu (asimtomatik), namun bila terjadi inflamasi atau infeksi sekunder maka kista dapat disertai rasa sakit.



2. Tujuan



Tujuan umum: Untuk meningkatkan pengetauan tentang persiapan praoperatif dan post operasi pada pasien ateroma gluteus. Tujuan Khusus : Untuk menerapkan asuhan keperwatan pada pasien ateroma dari pengkajian pra operasi sampai post operasi ateroma gluteus.



3



BAB. II TINJUAN TEORI 1. Definisi Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian) (Adhiyaksa, 2015). Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat. Gluteus maximus adalah otot terbesar dalam tubuh manusia yang membentuk sebagian dari bokong/pantat. Otot ini besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga batang tubuh dalam posisi tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang membantu kita berjalan menaiki tangga. Selain gluteus maximus, ada dua otot gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus minimus (Anonim, 2016). Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan dan pembelahan sel sangat teratur, dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk menggantikan sel yang sudah tua atau untuk menggantikan fungsinya. Sel yang rusak atau tidak diperlukan akan mati untuk memberikan ruang kosong bagi sel pengganti baru yang sehat. Jika keseimbangan pertumbuhan sel dan kematian terganggu, tumor bisa terbentuk (Fitri, 2014). Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Adhiyaksa, 2015).



3



4



A.



ANATOMI DAN HISTOLOGI



Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu : 1. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan adneksanya, neuroektoderm, yaitu sel otak dan saraf. 2. Endoderm



: berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim organ visceral.



3. Mesoderm :berkembang menjadi jaringan ikat, jaringan lemak, tulang rawan, tulang, otot polos, otot serat lintang, jaringan hematopoietik (sum-sum tulang dan jaringan limfoid), pembuluh darah, dan pembuluh limfe. 1. Jaringan lemak Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terutama terdiri atas sel lemak (Adiposit). Pada pria dewasa normal, jaringan lemak merupakan 15-20% dari berat badan, pada wanita normal 20-25% dari berat badan. 2. Jaringan fibrosa Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) tersusun dari matriks yang mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain sebagai penyokong dan pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara tulang dan tulang.



3. Otot Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.



5



Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.7 -



Otot lurik Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunteer. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf motorik. Otot ini menempel pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.



-



Otot polos Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.



-



Otot jantung Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama.5



4. Pembuluh darah Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu: a. Arteri Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan mengecil dengan fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan oksigen ke jaringan. b. Kapiler Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara luas dan melalui dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan jaringan. c. Vena Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-pembuluh yang lebih besar yang menghantar produk metabolism (CO2 dan lain-lain) kea rah jantung.5 5. Saraf perifer Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut saraf, ganglia, dan ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan serat saraf yang dikelilingi selubung jaringan ikat. Tumor pada serabut saraf neurofibroma. Pada serat saraf tepi, sel penyelubung yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung sel saraf tepi yaitu schwannoma. 1. KLASIFIKASI Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna). 2.1 Tumor Jinak Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi tidak menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak berbahaya.



6



Tumor jinak dikatakan berbahaya apabila pertumbuhannya semakin lama menekan jaringan darah atau saraf. Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat ini, namun perkembangan dari tumor jinak diketahui mempunyai kaitannya dengan beberapa faktor berikut ini. a) Genetik atau faktor keturunan. b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar radiasi. c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya asupan sayur dan buah dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor jinak di dalam tubuh. d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu terjadinya tumor jinak di berbagai bagian dari tubuh. e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak ditangani dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak. Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan juga mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk. Jenis tumor jinak yang paling umum meliputi : a. Lipoma – Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan paling sering terjadi



pada



leher, bahu, lengan, dan punggung; tumor ini sering diturunkan tetapi juga dapat muncul akibat dari cedera sebelumnya. Tumbuh lambat dan berbentuk lembut, bulat, serta dapat bergerak b. Adenoma – Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar atau jaringan pada kelenjar, yang paling umum adalah tumor pada kelenjar tiroid c. Hemangioma – Neoplasma jinak yang berasal dari penumpukan pembuluh darah d. Fibroma – Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat atau serat Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai oleh proliferasi jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul dalam bentuk lain, seperti kista sebasea, radang kelenjar, hematoma, hamartoma, choristoma, jaringan nekrotik, granuloma, dan keloid. Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan tumor jinak tidak membutuhkan penanganan yang serius. Yang biasanya dilakukan oleh dokter adalah melakukan pengamatan pada benjolan saja, dan melihat apakah benjolan tersebut menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.



7



Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu fungsi tubuh maka penanganan tumor jinak adalah dengan cara operasi. Tujuan dari operasi adalah mengambil tumor dari tubuh tanpa merusak jaringan yang ada di sekitar tumor. 2.2 Tumor Ganas (kanker) Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan. Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan metastasis. Mengutip dari jurnal penelitian mengenai faktor risiko genetik dan hormonal pada Kanker Payudara dari Universitas Pennsylvania tahun 2000 yang dilaporkan di situs Oxford Journal, diketahui bahwa ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian kanker payudara. Salah satu faktor genetik yang diduga berhubungan dengan kanker payudara adalah perubahan atau mutasi dari dua gen yang bernama BRCA1 dan BRCA2. Kedua gen ini merupakan singkatan dari Breast Cancer Susceptibility Gene 1 dan Breast Cancer Susceptibility Gene 2. (www.jnci.oxfordjournals.org, 15 Mei 2000) Kedua gen tersebut bermutasi dari gen awal yang dinamakan gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan untuk mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam kondisi tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi BRCA1 dan BRCA2, sehingga fungsi sebagai pengontrol pertumbuhan hilang dan memberi kemungkinan pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau timbul kanker. Seorang wanita yang memiliki gen mutasi warisan (termasuk BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan risiko kanker payudara. Selain itu, kedua gen ini merupakan gen keturunan, yang fungsi normalnya bertugas membantu mengontrol pertumbuhan sel. Mutasi dari kedua gen tersebut erat terkait dengan kanker payudara. Wanita yang mewarisi gen-gen ini memiliki peningkatan risiko menghadapi kanker payudara. Pada penelitian ini ditemukan bahwa gen BRCA1 berperan sebagai faktor risiko penyakit kanker payudara sebanyak 15-45%. Sedangkan gen BRCA2 memiliki peran lebih tinggi sebagai faktor risiko penyakit kanker sebanyak 60-85%. Oleh karena itu wanita yang memiliki risiko tinggi kanker payudara disertai riwayat keluarga dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi gen BRCA, namun perlu dipertimbangkan lebih lanjut karena pemeriksaan tes ini memerlukan biaya yang sangat mahal hingga puluhan juta rupiah.



8



Tabel Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan Jinak dan Ganas CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME FOR BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS Tissue formed



Benign



soft



tissue Malignant soft tissue



tumor



tumor (histogenesis)



Fat



Lipoma



Liposarkoma



Fibrous tissue



Fibroma



Fibrosarkoma



Skeletal muscle



Rabdomioma



Rabdomiosarkoma



Smooth muscle



Leiomioma



Leiomyosarkoma



Synovium



Synovioma



Sarkoma sinovial



Blood vessel



Hemangioma



Angiosarkoma;



hemangiopericytoma



malignant



Lymphatics



Lymphangioma



Lymphangiosarkoma



Nerve



Neurofibroma



Neurofibrosarkoma



Mesothelium



Benign mesothelioma



Malignant mesothelioma



Tissue histiocyte



Benign



Pluripotent



fibrous Malignant



histiocytoma



histiocytoma



None recognized



Malignant



fibrous



mesenchymoma Uncertain



None



recognized Ewing's



sarkoma;



epithelioid alveolar soft parts



sarcoma



sarkoma;



9



2.



Etiologi



Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh: a) Kondisi genetik Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. b) Radiasi Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik. c) Lingkungan karsinogen Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak. b) Infeksi Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak. c) Trauma Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.



3.



Faktor Predisposisi Berikut beberapa faktor penyebab lain dari terjadinya kanker secara umum dari beberapa penelitian terkait penyakit kanker dari dunia kedokteran. a) Umur. Semakin usia kita bertambah maka risiko mengidap tumor ganas juga akan meningkat. Dilansir dari National Cancer Institute risiko terjadi kanker payudara meningkat seseorang berumur di atas 50 tahun (www.cancer.gov, 24 September 2012) b) Faktor lingkungan; Faktor lingkungan seperti paparan bahan kimia atau zat beracun contohnya benzena, asbes, nikel, dan rokok. Paparan sinar radiasi seperti sinar ultraviolet dari matahari, sinar radiasi radiologi, sinar radiasi seperti jenis



10



sinar alpha, gamma, dan beta. Sinar alpha, sinar gamma dan sinar beta adalah jenis sinar radiasi yang biasa digunakan pada praktik kedokteran radiologi. c) Rokok Dilansir dari jurnal penelitian dari Badan Penelitian Kanker Internasional, WHO yaitu IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans, vol 89 Smokeless Tobacco and Some Tobacco-specific NNitrosamines, Lyon, France, 2007, sebuah Evaluasi atas risiko pencetus kanker, menyebutkan bahwa mengunyah, menghisap tembakau juga dapat meningkatkan risiko terjadi kanker mulut, kanker esophagus dan kanker pankreas. d) Keturunan; beberapa jenis kanker dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) seperti kanker payudara, kanker kulit, kanker rahim, kanker kolorektal (usus besaranus) dan kanker prostat (www.cancer.gov, 15 Mei 2000). e) Pemilihan Menu Makanan; Sedangkan menurut sebuah penelitian mengenai penyebab dan gejala kanker yang diterbitkan oleh Cancer Research UK, diet yang meningkatkan faktor risiko kanker adalah terlalu banyak makan daging berwarna merah, kurang asupan serat, terlalu banyak konsumsi garam, dan tidak makan sayur dan buah setiap hari (www.cancer.gov, 15 Mei 2000) f) Gangguan sistem imun; Seseorang yang mengalami gangguan sistem imun akan berisiko untuk memicu terjadinya kanker. Berikut beberapa gangguan sistem imun yang berpotensi terkena tumor ganas: g) Terinfeksi HIV h) Infeksi bakteri Helicobacteria pylori yang dapat menyebabkan infeksi pada lambung. Helicobacteria pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis pada manusia. Menurut penelitian kanker lambung tahun 2011 oleh Helicobacter and Cancer Collaborative Group, sebuah analisis gabungan dari 12 studi kasus, infeksi dari bakteri ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung. i) Jenis Kelamin. Menurut penelitian mengenai kesenjangan jenis kelamin pada angka kematian dan kelangsungan hidup penderita kanker dari Michael B. Cook,



11



divisi kanker epidemiologi dan genetika, Badan Kanker Nasional Amerika Serikat tahun 2011, menyebutkan pria lebih banyak mengalami kanker dibandingkan dengan wanita, namun hal ini sifatnya relatif dan diperlukan lebih



banyak



penelitian



untuk



mendukung



hal



ini.



(www.cebp.aacrjournals.org, 12 Juni 2011)



4.



Patofisologi



Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus, polusi udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi.



Resiko terjadinya



mutasi akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel. Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak lagi bisa memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan memungkinkan terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski perubahan yang terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan sel tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen yang paling berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa gen dan protein yang bertugas mengontrol pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel bisa keluar jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran. Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa membelah tanpa kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa dengan mudah diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat lain dalam tubuh lalu berkembang biak disana (metastasis), maka sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel tumor jahat (ganas). Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor yang terletak di tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa tumbuh (Osterath, 2014).



12



5.



Pathway Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma



Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit



Ateroma gluteus



Pre 6. Operasi



Adanya inflamasi



Post Operasi



Adanya luka post op



Terputusnya kontinuitas jaringan



Perubahan fisik Menstimulasi respon nyeri Anatomi kulit 7. abnormal Nyeri Kurang 8. pengetahuan



Cemas



Peradangan pada kulit



Bercak – bercak merah Kerusakan integritas kulit



Tempat masuk mikroorganisme



Resti infeksi



13



6. Tanda dan gejala



Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya (Kaharu, 2016).  PENATALAKSANAAN MEDIS Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada kanker



14



jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang (Kaharu, 2016).



7. Pengkajian a. Pengkajian Preoperatif



Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar. 1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia a. Mengukur tinggi dan berat badan b. Mengukur lipat kulit trisep c. Mengukur lingkar lengan atas d. Mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen e. Kadar elektrolit darah f. Asupan makanan pre-operatif Keadaan khusus : a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan



mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.



b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.



2. Status Pernafasan a. Berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan b. Latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif c. Pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD) d. Riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.



3. Status Kardiovaskuler a. Penyakit kardiovaskuler



15



b. Kebiasaan merubah posisi secara mendadak c. Riwayat immobilisasi berkepanjangan d. Hipotensi atau hipoksia e. Kelebihan cairan/darah f. Tanda-tanda vital g. Riwayat perdarahan.



4. Fungsi Hepatik dan Ginjal a. Kelainan hepar b. Riwayat penyakit hepar c. Status asam basa dan metabolism d. Riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.



5. Fungsi Endokrin a. Riwayat penyakit diabetes b. Kadar gula darah c. Riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal 6. Fungsi Imunologi a. kaji adanya alergi b. riwayat transfusi darah c. riwayat asthma bronchial d. terapi kortikosteroid e. riwayat transplantasi ginjal f. terapi radiasi g. kemoterapi h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia) i. suhu tubuh. 7. Sistem Integumen a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik. d. Perawatan mulut oleh pasien. 8. Terapi Medikasi Sebelumnya



16



a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan h. antibiotik : paralysis system pernafasan. 9. Pertimbangan Gerontologi a. penyakit kronis b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala) c. fungsi jantung d. fungsi ginjal e. aktivitas gastrointestinal f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi g. keterbatasan sensori penglihatan h. penurunan sensitivitas sentuhan i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar j. arthritis k. keadaan mulut (gigi palsu) l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh m. penyakit pribadi b.



Fase Intraoperatif



Fase intraoperatif dari perawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau pindah kebagian atau departemen bedah dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Type Anastesi :



17



a.



General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek



batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi. b.



Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan darin area atau



bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar. Tekhnik Anastesi Regional : 1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk menbuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat. 2. Local Aqnastesi (Infiltrasi), yaitu anestesi yang disuntikan pada area tertentu dan digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1% 3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkan sesasi pada daerah kecil pada tubuh. 4. Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi disuntikan kedaerah ke daerah surrachnoid sampai ke spinal cord. 5. Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar duramater. Manajemen Keperawatan : 1. Pengkajian Pengkajian menggunakan data dan catatan dari pasien untuk mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengenbangkan rencana paerawat pasien individual, yaitu : a. Identifikasi pasien b. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian c. Telaah catatan pasien terhadap adanya: 1) Informed yang benar dengan tanda tangan pasien 2) Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik



18



3) Hasil pemeriksaan diagnostic 4) Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan 5) Ceklis praoperatif d. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera 1) Status fisiologis, misalnya tingkat sehat – sakit, tingkat kesadaran 2) Status Psikosial, misalnya ekspresi kekhawatiran , tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme koping 3) Status fisik, misalnya tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas persiapan, pencukuran, atau obat penghilangh rambut. c. Fase Post operatif Fase Post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, focus termasuk mengkaji efek dari agens anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.



1. Pengkajian Pascaoperatif di Ruang Pemulihan Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan. Unit Bedah a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama selama periode perioperatif c. Mengevaluasi produk – produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi.



19



d. Menentukan status psikologis pasien e. Membantu dalam perencanaan pemulangan Di Rumah/Klinik a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi, dampak pada citra tubuh, penyimpangan, imobilisasi. b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan. 8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul



Pre Op 1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Post Op 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi 3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi



9. Rencana Asuhan Keperawatan



No



Diagnosa



NOC



NIC



Keperawatan 1.



Cemas berhubungan



a. Anxiety control



dengan



b. Coping



kurang



a. Anxiety



(penurunan kecemasan)



pengetahuan tentang



-



penyakit



pendekatan



a. Klien



R/ meningkatkan bhsp mampu



a. Gelisah



mengidentifikasi



dan



b. Insomnia



mengungkapkan



gejala



c. Resah



cemas



d. Ketakutan



Gunakan



yang menenangkan Kriteria Hasil :



Ditandai dengan:



reduction



-



Jelaskan



semua



prosedur dan apa yang dirasakan



selama



prosedur R/



b. Mengidentifikasi,



e. Sedih



mengugkapkan



dan



f. Fokus pada diri



menunjukkan tehnik untuk



agar



pasien



mengetahui tujuan dan prosedur tindakan



20



g. Kekhawatiran



mengontrol cemas



-



c. Vital sign dalam batas



memberikan



normal d. Postur



Temani pasien untuk



keamanan tubuh,



ekspresi



dan



mengurangi takut



wajah, bahasa tubuh dan



R/



tingkat



kecemasan pasien



aktivitas



menunjukkan



-



berkurangnya kecemasan



mengurangi



Berikan



informasi



faktual



mengenai



diagnosis,



tindakan



prognosis R/



membantu



mengungangi



tingkat



kecemasan -



Identifikasi



tingkat



kecemasan R/ mengetahui tingkat kecemasan pasien -



Bantu



pasien



mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan R/membantu



pasien



agar lebih tenang -



Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,



ketakutan,



persepsi R/ membantu pasien tenang dan nyaman -



Instruksikan



pasien



menggunakan



teknik



relaksasi R/ cemas berkurang,



21



pasien merasa tenang -



Berikan obat R/untuk



mengurangi



kecemasan 2.



Nyeri



berhubungan



a. Pain Level



terputusnya



b. Pain control



dengan



kontinuitas jaringan



c. Comfort level



a. Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,



Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :



durasi, frekuensi,



:



kualitas dan faktor



a. Mampu mengontrol nyeri



a. Laporan



secara



(tahu penyebab nyeri,



atau



mampu menggunakan



verbal nonverbal



tehnik nonfarmakologi



b. Fakta



dari



observasi c. Posisi



untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)



antalgik



b. Melaporkan bahwa nyeri



(menghindari



berkurang dengan



nyeri)



menggunakan manajemen



d. Gerakan



nyeri



melindungi



c. Mampu mengenali nyeri



e. Tingkah



laku



berhati-hati f. Muka



frekuensi dan tanda nyeri) topeng



(nyeri)



tampak



tidur sayu, capek,



sulit atau gerakan



e. Tanda vital dalam rentang normal



R/ mengetahui tindakan dan obat yang akan diberikan - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan R/ mengetahui tingkat nyeri pasien - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien R/membantu pasien mengungkapkan perasaan nyerinya - Evaluasi bersama pasien dan tim



kacau,



kesehatan lain tentang



menyeringai) h. Terfokus



d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



g. Gangguan (mata



(skala, intensitas,



presipitasi



pada



ketidakefektifan kontrol nyeri masa



22



diri sendiri



lampau



i. Fokus menyempit (penurunan persepsi



R/untuk memberikan intervensi yang tepat



waktu,



- Kontrol lingkungan



kerusakan proses



yang dapat



berpikir,



mempengaruhi nyeri



penurunan



seperti suhu ruangan,



interaksi orang



dengan



lain



dan



lingkungan) j. Tingkah distraksi,



contoh



jalan-jalan,



lain



dan



kebisingan R/membantu



laku



menemui



pencahayaan dan



mengurangi nyeri pasien - Kurangi faktor



orang atau



aktivitas



presipitasi nyeri R/ mengurangi nyeri pasien



berulang-ulang k. Respon autonom



- Pilih dan lakukan penanganan nyeri



(seperti



(farmakologi, non



berkeringat,



farmakologi dan inter



perubahan



personal)



tekanan



darah,



R/ membantu



perubahan nafas,



mengurangi rasa nyeri



nadi dan dilatasi



pasien



pupil



- Kaji tipe dan sumber



l. Perubahan otonom tonus (mungkin rentang



nyeri untuk dalam otot dalam dari



lemah ke kaku) m. Tingkah



laku



ekspresif (contoh



menentukan intervensi R/ memberikan intervensi yang tepat - Ajarkan tentang teknik non farmakologi R/mengurangi nyeri dengan cara



23



gelisah, merintih,



pengobatan non



menangis,



farmakologis



waspada, iritabel,



- Berikan analgetik



nafas



untuk mengurangi



panjang/berkeluh



nyeri



kesah



R/ nyeri dapat



n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum



berkurang - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri R/ nyeri terkontrol - Tingkatkan istirahat



Faktor



Yang



Berhubungan :



b. Analgesic Administration



Agen injury (biologi, kimia, psikologis)



R/ menguragi nyeri



fisik,



- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat R/ untuk memberikan intervensi yang tepat - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi R/ benar dalam pemberian obat - Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu R/ menentukan obat



24



yang tidak alergi untuk pasien - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri R/ memberikan obat yang sesuai dengan keluhan - Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali R/ mengetahui kondisi pasien - Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat R/ membantu mengurangi nyeri



3.



Kerusakan integritas Tissue Integrity : kulit



berhubungan



dengan adanya luka post operasi



Skin and Mucous Membranes Wound Healing :primary and



Pressure ulcer prevention a. Wound care -



Anjurkan pasien untuk menggunakan



secondary intention



pakaian yang longgar R/ menjaga integritas



Batasan karakteristik :



Kriteria Hasil :



a. Gangguan pada



a. Integritas kulit yang baik



kulit pasien -



Jaga kulit agar tetap bersih dan kering



bagian tubuh



bisa dipertahankan



R/agar kulit tetap



b. Kerusakan lapisa



(sensasi, elastisitas,



lembab



kulit (dermis)



temperatur, hidrasi,



-



Hindari kerutan pada



25



c. Gangguan permukaan kulit (epidermis)



pigmentasi)



tempat tidur



b. Tidak ada luka/lesi pada



R/ menjaga integritas



kulit c. Perfusi jaringan baik



kulit tetap baik -



Mobilisasi pasien



d. Menunjukkan pemahaman



(ubah posisi pasien)



Faktor yang



dalam proses perbaikan



setiap dua jam sekali



berhubungan :



kulit dan mencegah



R/ membantu agar



terjadinya sedera berulang



pasien nyaman



e. Mampu melindungi kulit Eksternal : a. Hipertermia atau hipotermia b. Substansi kimia c. Kelembaban udara d. Faktor mekanik



-



dan mempertahankan



adanya kemerahan



kelembaban kulit dan



R/ mengetahui kondisi



perawatan alami



integritas kulit



f. Tidak ada tanda-tanda



-



infeksi g. Menunjukkan terjadinya



derah yang tertekan



proses penyembuhan luka



R/ agar kulit tetap terjaga tidak terjadi luka baru



yang dapat -



Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien



tekanan, restraint)



R/ membantu pasien



e. Immobilitas fisik



agar bisa mobilisasi



f. Radiasi g. Usia yang ekstrim



Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada



(misalnya : alat



menimbulkan luka,



Monitor kulit akan



-



Monitor status nutrisi pasien



h. Kelembaban kulit



R/ mengawasi pasien



i. Obat-obatan



agar tidak kekurangan nutrisi Internal :



-



Memandikan pasien dengan sabun dan air



a. Perubahan status metabolik



hangat R/mempertahankan



b. Tulang menonjol



personal higyene



c. Defisit imunologi



pasien



26



-



Observasi luka :lokasi, dimensi,



Faktor yang



kedalaman luka,



berhubungan :



karakteristik, warna



a. Gangguan



cairan, granulasi,



sirkulasi



jaringan nekrotik,



b. Iritasi kimia



tanda-tanda infeksi



(ekskresi dan



lokal.



sekresi tubuh,



R/ menguragi tanda-



medikasi)



tanda infeksi



c. Defisit



-



Lakukan teknik



cairan,kerusakan



perawatan luka



mobilitas fisik,



dengan steril



keterbatasan



R/mencegah adanya



pengetahuan,



infeksi



faktor mekanik (tekanan, gesekan) kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang ekstrim) 3.



Resti infeksi



a. Immune Status



berhubungan dengan



b. Knowledge : Infection



luka post operasi



control c. Risk control



a. Infection Control (Kontrol infeksi) - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain



Faktor-faktor resiko : a. Prosedur Infasif b. Ketidakcukupan pengetahuan untuk



R/mengurangi resiko Kriteria Hasil : a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses



infeksi - Pertahankan teknik isolasi R/ menurunkan resiko kontminasi silang



27



menghindari



penularan penyakit, factor



paparan patogen



yang mempengaruhi



perlu



c. Trauma



penularan serta



R/ menurunkan resiko



d. Kerusakan



penatalaksanaannya,



infeksi



jaringan dan



c. Menunjukkan



- Batasi pengunjung bila



- Instruksikan pada



peningkatan



kemampuan untuk



pengunjung untuk



paparan



mencegah timbulnya



mencuci tangan saat



lingkungan



infeksi



berkunjung dan setelah



e. Ruptur membran amnion f. Agen farmasi (imunosupresan) g. Malnutrisi h. Peningkatan



d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan perilaku hidup sehat



berkunjung meninggalkan pasien R/ mencegah terjadinya kontaminasi silang - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci



paparan



tangan



lingkungan



R/ mencegah terpajan



patogen



pada organisme



i. Imonusupresi j. Ketidakadekuatan



infeksius - Cuci tangan setiap



imun buatan



sebelum dan sesudah



k. Tidak adekuat



tindakan keperawatan



pertahanan



R/ menurunkan resiko



sekunder



infeksi



(penurunan Hb,



- Pertahankan lingkungan



Leukopenia,



aseptik selama



penekanan respon



pemasangan alat



inflamasi)



R/ mempertahankan



l. Tidak adekuat pertahanan tubuh



teknik steril - Tingkatkan intake



primer (kulit tidak



nutrisi



utuh, trauma



R/ membantu



jaringan,



meningkatkan respon



penurunan kerja



imun



28



silia, cairan tubuh



- Berikan terapi



statis, perubahan



antibiotik bila perlu



sekresi pH,



R/ mencegah terjadinya



perubahan



infeksi



peristaltik) m. Penyakit kronik



b. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal R/mengidentifikasi keadaan umum pasien dan luka -



Monitor hitung granulosit, WBC R/ mengidentfikasi adanya infeksi



- Monitor kerentanan terhadap infeksi R/ menghindari resiko infeksi - Berikan perawatan kulit pada area epidema R/ meningkatkan kesembuhan - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat kesembuhan pasien - Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep R/ membantu meningkatkan status



29



pertahanan tubuh terhadap infeksi - Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik - Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada luka



10. Discharge Planning 1. Anjurkan pada keluarga/ pasien agar kontrol tepat waktu 2. Minum obat sesaui anjuran dan dosis dokter 3. Melakukanperawatan luka tepat waktu 4. Menjaga kebersihan luka operasi 5. Memberikan informasi pada keluarga dan pasien untuk diit TKTP selama perawatan di rumah



30



BAB. III PENUTUP 1. Kesimpulan Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat. Gluteus maximus adalah otot terbesar dalam tubuh manusia yang membentuk sebagian dari bokong/pantat. Otot ini besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga batang tubuh dalam posisi tegak Etiologi dari tumor jaringan lunak bisa disebabkan oleh kondisi genetik, radiasi, lingkungan karsinogen, infeksi, dan trauma. Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis yaitu tumor jinak biasnya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif mudah digerakan. Sedangkan pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakan agak sukar serta dapat menyebar ke seluruh terutama paru-paru. Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah eksisi yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada sarcoma jaringan lunak yaitu dengan tambahan kemoterapi. 2. Saran Berdasarkan asuhan keperawatan pada pasien ateroma gluteus penulis demi kebaikan selanjutnya penulis menyarankan kepada : 1. Ruang Rawat inap mampu meningkatkan kinerja perawat dan tenaga medis lain sehingga meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien post operasi ateroma gluteus .Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan sebanyak 1 kali sehari. 2. Perawat diharapkan melanjutakan asuhan keperawayan yang sudah dikelola oleh penulis untuk pemulihan kesehatan dan dalam perawatan luka disesuaikan dengan kebutuhan pasien 3. Pasien dan keluarga diharapkan mampu mengenali atau mengetahui bagaimana tanda dan gejala infeksi dalam perawatan luka dan mengkonsumsi terapi obat yang diberikan.



30



31



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGAN ATEROMA R GLUTEUS SINISTRA DI RUANG IBS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG



Nama Mahasiswa



: Yayuk Aprilia



NIM



: 1419002582



Tgl & jam pengkajian



: 18-12-2018



I. PENGKAJIAN 1.



2.



Identitas pasien a. Nama Pasien



: NY.C



b. Tgl lahir /Umur



: 08-07-1959



c. Agama



: Islam



d. Pendidikan



: SD



e. Alamat



: Limpung



f. No CM



: xxxx87



g. Diagnosa Medis



: Ateroma R gluteus sinistra



Identitas orang Tua/ Penanggung Jawab a. Nama



: NY.L



b. Umur



: 35 tahun



c. Agama



: Islam



32



d. Pendidikan



: SLTP



e. Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



f. Hubungan dengan pasien



: Menantu



g. Asal pasien



:  Rawat Jalan □ Rawat Inap □ Rujukan



PRE OPERASI a.



Keluhan Utama :



a.



Riwayat Penyakit : □DM □Asma □Hepatitis □Jantung Hipertensi□HIV □√Tidakada □Ada Tidak ada



b.



Riwayat Operasi/anestesi :



c.



Riwayat Alergi : □Ada,sebutkan..................



d.



Jenis Operasi : Elektif



e.



TTV :



Tidakada



Suhu: 36,40C, Nadi: 88 x/mnt, Respirasi : 20 x/mnt, TD :110/60 mmHg f.



TB/BB



g.



Golongan Darah : Rhesus: B rhesus (+)



3.



: 156cm/ 65kg



RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL a.



Status Emosional  Tenang □ Bingung  Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis  Menarik diri



b.



Tingkat Kecemasan :



□Tidak Cemas



Cemas



33



c.



Skala Cemas



□ 0= Tidak cemas



:



□ 1= Mengungkapkan kerisauan 2= Tingkat perhatian tinggi □ 3= Kerisauan tidak berfokus □ 4= Respon simpate - adrenal □ 5= Panik



d. Skala Nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)



Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang



Nyeri berat



Sangat Nyeri



Nyeri



tak



tertahan □0-1



□2-3



4-5



□6-7



□8-9



□10



e. Survey Sekunder,lakukan secara head to toe secara prioritas:



Kepala Leher Dada Abdomen



YA √ √ √ √



Genitalia Integumen



√ √



Ekstremitas







Normal TIDAK



Jika Tidak normal, jelaskan



34



f. Hasil Data Penunjang HEMATOLOGI No



Jenis Pemeriksaan



Hasil



Nilai Normal



1.



Hemoglobin



9,4 g/dl



10.8-12.8



2.



Eritrosit



3.45x10³



3.6-5.2



3.



Lekosit



7,10x10³



6.0-17.0



4.



Hematokrit



28,1 %



35-43



5.



Trombosit



392x10³



150-400



6.



MCV



81,4fL



73-101



7.



MCH



27,2 pg



23-31



8.



MCHC



33.5 g/dl



26-34



9



RDW



15,0 %



10.0-15.0



10.



MPV



9.5 fL



7.0-11.00



11.



CT ( masa pembekuan)



5’00”menit



2-6



12.



BT (masa perdarahan)



3’00”menit



1-3



Hitung



Eosinofil



Basofil



Neutrofil



Limfosit



Monosit



1-4



0-1



50-70



25-40



2-8



4,1



0.4



63.8



25.6



6.1



Jenis Normal (%) Hasil



KIMIA DARAH No



Jenis Pemeriksaan



Hasil



Nilai Normal



35



1.



Gula sewaktu



108 mg/dl



75-140



2.



Ureum



14 mg/dl



10-50



2.



Kreatinin



0,7 mg/dl



3.



SGOT



U/L







0.6 − 1.1







0.5-0.8 ♀ 0-50 ♂ 0-36



4.



SGPT



♀ 0-50



U/L



♂ 0-36 IMUNOSEROLOGI NO



PEMERIKSAAN



HASIL



NILAI RUJUKAN



1.



HBsAg



NEGATIF



NEGATIF



Tanggal



Jenis pemeeriksaan



Hasil



pemeriksaan 18-12-2019



RADIOLOGI



 COR tak tampak membesar  Pulmo tak tampak kelainan



17-12-2019



EKG



 Normal sinus rhtym



INTRA OPERASI a. Anastesi dimulai jam



: 12.00



b. Pembedahan dimulai jam: 12.05 c. Jenis anastesi: □Spinal Umum/general anastesi d. Posisi operasi :



□Lokal □Nervus blok



□……………



36



□terlentang □litotomi □ tengkurap/knee chees lateral : kanan □kiri □lainnya......



e. Catatan Anestesi : Jenis anastesi menggunakan TIVA teknik secara intermiten, menggunakan inhalasi nasal canul.Obat yang dimasukkan : 1.



SA 0,25 mg iv



2.



Sedacum 1 amp iv



3.



Ketamin 50mg iv



4.



Propofol 50 mg iv



Menggunakan oksigenasi 2 liter selama 15 menit. f. Pemasangan alat-alat: Airway : □Terpasang ETTno :........ □TerpasangLMA no:........□OPA O2 Nasal g. TTV : Suhu 36,2oC, Nadi 88 x/mnt, Teraba  kuat, □ Lemah,  teratur, □ tidak teratur, RR: 22 x/mnt, TD: 132/84 mmHg, SaturasiSPO2 : 97% h. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas



Normal YA TIDAK Kepala Leher Dada Abdomen



√ √ √ √



Genitalia Integumen



√ √



Ekstremitas







i. Total cairan masuk Infus



: 500cc



Tranfusi



: tidak ditranfusi



Keterangan



37



j. Total cairan keluar Urine



: 300cc



Perdarahan : 50 cc



k. Balance cairan :150cc



POST OPERASI a.



Pasien pindah ke : Pindah ke Ruang rawat inap, jam 12.50



b.



Keluhan saat di RR :  Mual



Wib □Muntah



□Kaki terasa baal



luka operasi c.



Keadaan Umum :  Baik □Sedang



d.



TTV



 pusing



□Menggigil



□Nyeri



□lainnya…..



□Sakit berat



:



Suhu : 36oC, Nadi : 86 x/mnt, RR 20 x/mnt, TD : 145/ 80 mmHg, SatO2: 99% e.



Kesadaran:  CM



f.



Survey Sekunder,lakukan secara head to toe secara prioritas:



□Apatis



YA Kepala Leher Dada Abdomen



√ √ √ √



Genitalia Integumen



√ √



Ekstremitas







□Somnolen



Normal TIDAK



Skala Nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)



□Soporo



Keterangan



□Coma



38



Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang



Nyeri berat



Sangat Nyeri Nyeri tertahan



□0-1



□2-3



 4-5



□6-7



□8-9



□10



tak



39



KESELAMATAN PASIEN



SIGIN



TIME OUT



SIGN OUT



Dilakukan sebelum induksi anestesi,



Dilakukan sebelum insisi, dihadiri minimal



Dilakukan



dihadiri minimal oleh perawat dan ahli



oleh perawat, ahli anestesi, operator



operasi, dihadiri oleh perawat, ahli anestesi,



anestesi



sebelum



operator



menutup



operator



Indikator



YA



1. Pasien telah







TIDAK



Indikator 1. Sebutkan



YA √



TIDAK



Indikator



YA



1. Konfirmasi secara verbal



dikonfirmasi



nama dan



tentang nama prosedur



meliputi:



peran



/tindakan :







masingmasing seluruh anggota a. Identitas dan







gelang



2. Konfirmasi



2. Jumlah instrumen, kassa,



meliputi:



jarum sesuai?



pasien b.



Lokasi



luka







a. Nama







item



pra



intra



pasca







TIDAK



40



operasi c.



Prosedur



pasien √



B.



Prosedur



Instru







19







men



d. Persetujuan







operasi



e. Lokasi



Kassa







insisi



10



0



0







0



0



0







lipat (kecil)



2.



Lokasi



3. Profilaksis



operasi







antibiotik



Kassa usus (darm)



a. Sudah







a. Sudah



diberi



diberikan



tanda



60 menit







Jarum



1







3. Spesimen telah diberi label







sebelum nya b. Tidak



b. Diberika



dapat



n



(minimal nama, alamat, No.



dilakuka



oleh......



RM



n 3.



Mesin dan



dan



asal







jaringan



spesimen) √



4. Pencegahan







4. Apakah



masalah



dengan







41



obat-obat



kejadian



anestesi



kritis



Sudah



peralatan selama operasi



5. Oleh ahli bedah, ahli anestesi



Bidang bedah



dicek



dan perawat: pesan khusus



lengkap



dari dokter bedah, dokter anestesi dan perawat untuk perawatan di RR:



4.



Pulse



a. Adakah







oxymetri



kemungk



sudah dicek



inan



dan



timbul



berfungsi



kesulitan



baik



dalam operasi ? Adakah tindakan untuk antisipasi ?



5.



Apakah pasien







b. Estimasi lama











42



mempunyai



operasi=.



riwayat



25 menit



alergi 6.



Kesulitan







c. Perkiraa



bernafas/res



n



iko aspirasi:



kehilang



tersedia



an darah



peralatan/b



50 cc



antuan 7.



Resiko







kehilangan



Bidang Anestesi



darah > 500 ml (7 ml/kg BB



pada



anak) 8.



Dua



akses







Adakah







intravena/a



masalah



kses sentral



khusus pada



dan rencana



pasien



terapi



dan langkah



cairan



antisipasinya



ini



43



? a. Sudah







dicek alat steril b. Adakah







alat khusus 5. Apakah foto Rontgen/CT scan



sudah



ditayangkan







44



Jam verifikasi: 12.00 Dr. Bedah



Anestesi



dr. Ali



dr, Rusdi



rahman



SP.An



Jam verifikasi: 12.05 Perawat



Dr. Bedah



Anestesi



Jam verifikasi: 12.45 Perawat



Dr. Bedah



Anestesi



Perawat



bedah



bedah



bedah



sirkuler



sirkuler



sirkuler



Eko Prio G



dr.Ali rahman



Dr Rusdi



SpB



SP.An



(................)



(................)



Eko prio G



dr.ali rahmanSPB



dr. Rusdi



Eko Prio G



SP.An



SpB (................) (...............)



(................)



Ket: berikan tanda (√) pada kolom ya



(.............)



(................)



(................)



(................)



45



ANALISA DATA Tanggal



1.



18-122019



Data



Pre operasi



Problem



Cemas



Etiologi



Kurang pengetahuan



DS : pasien mengatakan takut



tentang



dan cemas



tindakan



DO : pasien tampak resah



pembedahan



Pasien tampak sedih



2.



18-122019



Intra operasi DS :-



Resiko



tidak Efek



general



efektifnya jalan Anastesi nafas



DO : Pasien tampak memakai O2 Pasien tidak sadar Terpasang monitor



3.



18-122019



Post operasi DS : Pasien mengatakan nyeri di daerah luka operasi P : saat ditekan dan beraktivitas Q : seperti ditusuk jarum



Nyeri akut



Luka operasi



46



R : dibagian pantat luka operasi menjalar ke pinggang S:5 T : intermitten



DO : Tampak



terlihat



luka



post



operasi ±6 cm Luka tampak masih basah Skala nyeri 5 Pasien tampak menahan nyeri



47



DIAGNOSA KEPERAWATAN



Diagnosa Keperawatan Pre operasi



1.Cemas berhubungan dengan kurangpengetahuan tentang tindakan pembedahan



Intra operasi



1.Resiko tidak efektifnya jalan nafas berhubungan efek General Anastesi



Post operasi



1.Nyeri berhubungan dengan Luka operasi



INTERVENSI Tgl/Jam 18-12-2019 Jam 11.55



No.DX



Tujuan



Intervensi



Pre



Setelah



dilakukantindakan



operasi



keperawatan 1x1 jam pasien



salam



tidak cemas dengan kriteria



perkenalan pada



hasil :



pasien



1. Pasien



mengatakan



mengerti prosedur siap



tentang operasi



akan



dan



dilakukan



tindakan operasi 2. Pasien tidak tegang dan



1. Mengucapkan dan



2. Informasikan tentang tindakan bedah



dan



prosedurnya 3. Anjurkan pasien dan



keluarga



untuk berdoa



48



kooperatif



4. Lakukan sign in (surgical



patient



safety) 5. Persilahkan keluarga menunggu



pada



ruang tunggu 6. Kolaborasi pemberian sedatif 18-12-2019 12..05



Intra



Setelah dilakukan tindakan



1. Buka jalan nafas



operasi



keperawatan 1x 1 jam di



2. Atur posisi extensi



harapkan



pasien



aman



setelah dilakukan tindakan pasca



operasi



dengan



kriteria hasil :



kepala 3. Lakukan



Mount



tube 4. Berikan Oksigenasi



1. Nafas spontan adekuat, irama teratur,bunyi nafas vesikuler



sesaui terapi medis 5. Lakukan suction 6. Monitor tand-tanda vital



2. Respirasi Normal :



7. Monitor



3. Dewasa16-20x/mnt,



sirkulasi



anggota tubuh



4. SpO2 95-100%



8. Anjurkan



5. Tidak Sianosis



nafasdalam



dan



batuk efektif 18-12-2019 13.30



Post



Setelah dilakukan tindakan



operasi



keperawatan



1x1



jam



1. Kaji nyeri secara berkala



diharapkan Pasien nyaman



2. Monitor TTV



dan nyeri berkurang dengan



3. Ajarkan



kriteria hasil :



Relaksasi 4. Anjurkan



1. Skala nyeri 0 2. Nadi



Teknik



normal



70-



agar



tidak mengejan 5. Berikan



posisi



49



80x/mnt



tidur yang nyaman



3. Pasien bisa mengatasi



Kolaborasi dengan



nyeri pada saa nyeri



dokter



timbul



pemberian



untuk



analgetik



IMPLEMENTASI Tgl/Jam



No.



Implementasi



Evaluasi



Paraf



DX 18-122019 Jam 11.58



1.



Pre Operasi



S:



Yayuk



1. Mengucapkan salam dan Pasien mengatakan memperkenalkan



pada cemas



pasien



dilakukan tindakan



2. Memberikan



informasi operasi



tentang tindakan bedah dan prosedurnya



O: 



3. Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk berdoa 4. Melakukan



sign



in



5. Mempersilahkan



cemas 



pada



Akral terasa dingin







keluarga untuk menunggu pasien diruang tunggu



Pasien tampak



6. Mengkolaborasikan dokter



pasien tampak



(surgical patient safety)



dengan



mau



tegang untuk



pemberian sedatif A: Masalah belum teratasi P:



Lanjutkan intervensi



50



2,3,4.5 dan 6 18-12-



2.



2019 Jam



Intra operasi



S:-



1. Membuka jalan nafas



O:



2. Mengatur posisi extensi



12.05







kepala



pasiem tampak



3. Melakukan Mount tube



di



bius



4. Memberikan Oksigenasi







sesaui terapi medis



Tampak terpasang



5. Melakukan suction 6. Memonitor



Yayuk



O2 2 liter/



tand-tanda



menit



vital 7. Memonitor







sirkulasi



:147/83



mmhg



anggota tubuh 8. Menganjurkann



T







nafas



S: 36 ℃ N: 85 x/mnt



dalam dan batuk efektif







R : 20x/mnt



A: Masalah belum teratasi P:



Lanjutkan intervensi 3,4,5,6,7 dan 8



18-122019 Jam 12.30



3.



Post operasi 1. Mengkaji



S: skala



nyeri



secara berkala



pada Teknik



relaksasi 4. Menganjurkan agar tidak mengejan



Pasien mengatakan nyeri



2. Memonitor TTV 3. Mengajarkan



Yayuk



daerah



operasi P : saat ditekan dan beraktivitas



5. Memberikan posisi tidur Q : seperti ditusuk



51



yang nyaman



jarum



6. Mengkolaborasikan dengan



dokter



untuk



R : dibagian pantat luka operasi



pemberian analgetik



menjalar ke pinggang S:5 T : intermitten O: 



Pasien tampak kesakitan







Terdapat luka operasi ±6cm







Skala nyeri 5



A: Masalah belum teratasi P:



lanjutkan



intervensi 1,2,3,4,5 dan 6



52



EVALUASI Tgl/Jam



No.



Evaluasi



Paraf



S:



Yayuk



DX 18-12-



1.



2019



Pasien mengatakan mengerti tentang prosedur



Jam



operasi



12.00



Pasien mengatakan siap operasi O: 



Pasien tampak tenang







Pasien kooperatif







Pasien mampu menjelasakan prosedur operasi



A: Masalah teratasi P: Hentiakan intervensi 18-122019 Jam 12.30



2.



S:



Yayuk



Pasien mengatakan tidak sesak nafas O: 



Nafas spontan







Jalan nafas bersih,tidak ada sekret







RR : 20x/mnt







SPO2 : 99%







Pasien tidak sianosis







Akral hangat



A : Masalah belum teratasi



53



P : Lanjutkan intervensi 4,6 dan 8 18-122019 Jam 12.40



3.



S:



Yayuk



Pasien mengatakan nyeri berkurang O: 



Pasien tampak tenang







Skala nyeri 3







Nadi : 88x/mnt



A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6