LP BBLR 2020 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)



DISUSUN OLEH :



PROGRAM STUDI PROFESI NERS



STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAHCILACAP 2020



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4 A. Latar belakang................................................................................................4 B.Tujuan..............................................................................................................5 C. Rumusan Masalah...........................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6 A. Pengertian.......................................................................................................6 B. Etilogi / Faktor Resiko....................................................................................6 C. Patofisiologi....................................................................................................8 D. Manifestasi Klinis.........................................................................................10 E. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................11 F. Komplikasi....................................................................................................11 G. Penatalaksanaan............................................................................................12 H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..................................................................17 I. Diagnosa Keperawatan Utama yang Muncul...............................................17 J. Rencana Keperawatan..................................................................................18 BAB III PENUTUP...............................................................................................22 A. Simpulan.......................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Berat Badan Lahir Rendah” yang disusun sebagai syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada program studi profesi Ners yang diampuh oleh Bapak Ahmad Subandi M.Kep,.Sp.Kep. An. Dalam kesempatan ini tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Cilacap, 14 Sepetember 2019



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan



lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan B. Tujuan 1. Apa definisi BBLR? 2. Bagaimana etiologi dari BBLR? 3. Bagaimana patofisiologi BBLR? 4. Bagaimana pathways BBLR? 5. Bagaimana manifestasi klinis BBLR? 6. Bagaimana pemeriksaan penunjang BBLR? 7. Bagaimana komplikasi BBLR? 8. Bagaimana penatalaksanaan BBLR? 9. Bagaimana Asuhan Keperawatan BBLR?



C. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan pengertian dari BBLR 2. Menjelaskan etiologi dari BBLR 3. Menjelaskan patofisiologi BBLR 4. Menjelaskan pathways BBLR 5. Menjelaskan manifestasi klinis BBLR 6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang BBLR



7. Menjelaskan komplikasi BBLR 8. Menjelaskan penatalaksanaan BBLR 9. Menjelaskan pengkajian fokus BBLR



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016) Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelahlahir (Putra, 2012). B. Etilogi / Faktor Resiko Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berikut ini faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut: a. Faktor Ibu 1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih



dan ginjal) dan menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH 2) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 3) Kehamilan ganda (multi gravida) 4) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek 5) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya b. Keadaan Sosial Ekonomi 1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah 2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat 3) Keadaan gizi yang kurang baik 4) Pengawasan antenatal yang kurang 5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. c. Sebab Lain 1) Ibu perokok 2) Ibu peminum alkohol 3) Ibu pecandu obat narkotik 4) Penggunaan obat antimetabolik d. Faktor Janin 1) Kelainan kromosom (Trisomy autosomal) 2) Infeksi janin kronik 3) Disautonomia familial 4) Radiasi 5) Kehamilan ganda/kembar (Gameli) 6) Aplasia pankreas e. Faktor Plasenta 1) Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya 2) Luas permukaan berkurang



3) Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite) 4) Infark 5) Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa) 6) Plasenta yang lepas 7) Sindrom plasenta yang lepas f. Faktor Lingkungan 1) Bertempat tinggal di daratan tinggi 2) Terkena radiasi 3) Terpapar zat beracun C. Patofisiologi Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012). Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai berikut : a.



Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia) Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi



apabila suhu tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C (Pantiawati, 2010). Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Maryunani, Puspita 2013). b.



Gangguan pernafasan Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakankerusakan menetap (Maryunani, Puspita 2014).



c.



Hipoglikemia Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2010).



d.



Sistem imunologi Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat



lahirrendah



terhadap



infeksi



mengalami



peningkatan.



Konsentrasi Ig G serum pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2014). e.



Perdarahan intracranial Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial



dapat



terjadi



karena



trauma



lahir,



disseminated



intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan (Pantiawati, 2010). f.



Rentan terhadap infeksi Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput membran bayi dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan (Pantiawati, 2010).



g.



Hiperbilirubinemia Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dan terkonjugasi (Wong, 2009).



D. Manifestasi Klinis Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:



a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. d. Rambut lanugo masih banyak e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki) i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada. E. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik menurut (Ngastiyah, 2005) a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan c. Titer Torch sesuai indikasi d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi e. Pemantauan elektrolit f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ) F. Komplikasi Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :



a. Hipotermia. b. Hipoglikemia. c. Gangguan cairan dan elektrolit. d. Hiperbilirubinemia. e. Sindroma gawat nafas (asfiksia). f. Paten suktus arteriosus. g. Infeksi. h. Perdarahan intraventrikuler. i. Apnea of prematurity. j. Anemia Komplikasi pada masa berikutnya yaitu : a. Gangguan perkembangan. b. Gangguan pertumbuhan. c. Gangguan penglihatan (retionopati). d. Gangguan pendengaran. e. Penyakit paru kronis. f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit. g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan. G. Penatalaksanaan : 1. Medis Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: a.



Mempertahankan suhu tubuh bayi Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki



inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. b.



Pengawasan Nutrisi atau ASI Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap



masih



lemah,



sehingga



pemberian



minum



sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya



kurang



maka



ASI



dapat



diperas



dan



diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari. c.



Pencegahan Infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.



d.



Penimbangan Ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh



sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. e.



Ikterus Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi



karena



hperbiliirubinemia



dapat



menyebabkan



kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. f.



Pernapasan Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.



g.



Hipoglikemi Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.



2. Keperawatan / Asuhan Keperawatan a. Melakukan pengawasan nutrisi/ASI. Karena reflek menelan BBLR belum sempurna b. Melakukan perawatan tali pusat untuk menghindari resiko infeksi c. Memberikan terapi oksigen d. Memberikan perawatan metode kanguru (Kangaroo Mother Care) e. Melakukan perawatan dengan tehnik PMK dan melakukan perawatan pada inkubator



F. Pathways



H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit 1



Kebutuhan Cairan Berat Badan (Kg)



Kebutuhan Air/Hari 24-28 Jam



>24 Jam



2



>48 Jam



1,5



60-80



80-120



120-160



Kebutuhan Elektrolit a.



Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg BB/Kg BB/hari dan 100-200 kkal/kg BB/hari.



b.



Kebutuhan Kalori



Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus Rumus 1) Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun) Rumus 2a) Keb energi usia 1-3 tahun =100 kalori/kg 100 kalori/kg BBI Rumus 2b) Keb energi usia 4-5 tahun 90 kalori/kg BBI Sedangkan kebutuhan protein , lemak dan karbohidrat adalah sebagai berikut. a.



Kebutuhan protein adalah sebesar 10 % dari total kebutuhan energi sehari dapat dihitung (10% x total energi harian) : 4 = x gram



b.



Kebutuhan lemak yaitu sebesar 20 % dari total energi harian yaitu : (20% x total energi harian) : 9 = x gram



c.



Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase protein dan lemak



I.



Diagnosa Keperawatan Utama yang Muncul Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR adalah: a.



Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan



perkembangan



otot,



penurunan



energi/kelelahan,



ketidakseimbangan metabolik. b.



Risiko Ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.



c.



Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.



d.



Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.



J. Rencana Keperawatan Dx Keperawatan



NOC



NIC



Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan



NIC : Vital Sign Monitory



proses Intervensi :



keperawatan selama



keperawatan diharapkan pola nafas



-



dan RR



kembali efektif NOC :



Monitor td, nadi, suhu,



Respiratory



status



: -



ventilation



Monitor frekuensi dan irama pernafasan



Kriteria hasil :



Bernafas



-



Monitor suara paru



mudah,Tidak ada



suara



-



Monitor pola abnormal



tambahan,Ekspansi dada simetris, Irama nafas normal,Tanda – tanda vital dalam batas normal Skala indikator : 1



: Tidak pernah menunjukan



2



: Jarang menunjukan



3



: Kadang menunjukan



4



: Sering menunjukan



5



: Selalu menunjukan



nafas



-



Monitor sianosis perifer



Risiko



Hiportermia Tujuan : Setelah dilakukan tindakan



berhubungan kontrol



dengan keperawatan selama



suhu



Temperature



Intervensi : -



imatur dan penurunan dalam batas normal



Monitor



suhu



tubuh



minimal setiap 2 jam



NOC : Thermoregulation Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang



:



proses regulation



yang keperawatan diharapkan suhu tubuh



lemak tubuh subkutan.



NIC



normal,Tidak



-



hipertermi atau



ada



hipotermi



perubahan warna kulit ,Nadi dan respirasi dalam rentang normal ,



Monitor tanda – tanda



-



Monitor tanda – tanda vital



Hidrasi adekuat -



Skala indikator : 1



: Tidak pernah menunjukan



2



: Jarang menunjukan



3



: Kadang menunjukan



4



: Sering menunjukan



5



: Selalu menunjukan



Monitor



warana



dan



suhu kulit -



Tingkatkan intake cairan dan nutrisi



-



Selimuti pasien untuk mencegah



hilangnya



kehangatan tubuh -



Rawat



pasien dalam



inkubator



Ketidakseimbangan



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan



NIC : Manajemen nutrisi



nutrisi : kurang dari keperawatan selama



proses Intervensi :



kebutuhan



nutrisi



berhubungan ketidak



tubuh keperawatan diharapkan



-



pasien



dengan pasien terpenuhi mampuan NOC : Nutritional status : Food



-



-



Adanya



peningkatan



berat



Pantau



nilai



laboratorium



mencerna nutrisi karena and fluid intake Kriteria hasil : imaturitas.



Pantau asupan nutrisi



-



Timbang pasien pada interval yang tepat



badan sesuai dengan tujuan -



Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi



-



Berat badan ideal sesuai dengan



pasien dan bagaimana



tinggi badan dan umur



memenuhinya



kelahiran -



-



-



Keluarga



Mampu



Kolaborasi bersama ahli gizi



mengidentifikasikan kebutuhan -



Ciptakan lingkungan



nutrisi



yang menyenangkan



Tidak ada tanda



untuk makan



tanda –



malnutrisi -



Tidak terjadi penurunan berat badan



yang



berarti



Skala



indikator : 1 : Tidak pernah menunjukan 2 : Jarang menunjukan 3 : Kadang menunjukan 4 : Sering menunjukan 5. : Selalu menunjukan Risiko



infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC



berhubungan



dengan keperawatan



pertahanan yang kurang.



selama



:



Perlindungan



proses terhadap infeksi



imunologis keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko infeksi



Intervensi : -



Pantau tanda dan gejala



NOC : Status imun



infeksi



Kriteria hasil :



tubuh , denyut jantung )



-



-



Klien bebas dari tanda dan



-



Kaji



( misal : suhu faktor



yang



gejala infeksi



meningkatkan serangan



Keluarga menunjukan



infeksi ( misal : tanggap



kemampuan untuk mencegah



imun rendah )Pantau



timbulnya infeksi



hasil



Jumlah leukosit dalam batas



laboratorium(leukosit)



normal Skala indikator : 1 : Tidak pernah menunjukan 2 : Jarang menunjukan



-



Ajarkan kepada keluarga tanda atau gejala infeksi dan kapan



3 : Kadang menunjukan



-



harus melaporkan ke



4 : Sering menunjukan



pusat kesehatan



5 : Selalu menunjukan



Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan(lakukan perawatan tali pusat secara aseptik)



-



Batasi



jumlah



pengunjung dan pantau pengunjang akan adanya lesi kulit -



Pertahankan isolasi bila perlu



teknik



BAB III PENUTUP A. Simpulan Penyusun menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir. Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm. B. Saran 1.



Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.



2.



Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.



3.



Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan bayi BBLR.



DAFTAR PUSTAKA Jumiarni. 2006. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP –SP Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC Saulfa,Nurul. 2017. Penatalaksanaan Medis BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). https://www.scribd.com/doc/237333085/Penatalaksanaan-Medis-BBLRBerat-BayiLahir-Rendah ( Di Akses pada Tanggal 30 Juli 2020) Dewi,Lusi Astriana. 2018. PENERAPAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN REFLEK HISAP LEMAH DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/1/gabungan%20otw %20cd.pdf (Di Akses pada Tanggal 30 Juli 2020) Rodiyati.2011.Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan BBLR. https://www.scribd.com/doc/204697684/LAPORAN-PENDAHULUANBBLR-doc ( Di Akses pada Tanggal 30 Juli 2020) Wardah,Yulia.2015. Laporan Pendahuluan (Lp) Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Https://Www.Academia.Edu/17021064/Laporan_Pendahuluan_Lp_Berat_B adan Lahir_Rendah_Bblr_ ( Di Akses Pada Tanggal 30 Juli 2020) Putri,Anesia.2015.Kebutuhan Cairan Dan Neonates (0-6 Bulan).Https://.Id.Scribd.Com//Doc/138520303/Kebutuhan-Cairan-DanNutrisi-Neonatus-0-6bulan ( Di Akses Pada Tanggal 30 Juli 2020)