20 0 169 KB
A. Defenisi Bronkitis Akut Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri atau polusi udara. Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007) Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius B. Etiologi Bronkitis Akut 1. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zatzat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 2. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma pneumonia. 3. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar
5%
pasien
emfisema
(dan
sekitar
20%
dari
kolestasis
neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007). 4. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja. 5. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. C. Manifestasi Klinis Bronkitis Akut Gejalanya berupa:
1
1. Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang
apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian lapisan teratas agak keruh, lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah) lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (celluler debris). 2. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. 3. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya a. sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan b. sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) c.
bengek
d. lelah e. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan f.
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
g. pipi tampak kemerahan
2
h. sakit kepala i.
gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia D. Patofisiologi Bronkitis Akut Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut. Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
3
mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas. Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan
nilai
PCO,sehingga
pasien
terlihat
sianosis.
Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan). Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).
4
5
E. WOC Bronkitis Akut ( Web of Caution)
Hipertropi mukosa bronkus, radang
Bronkitis kronik
Kurangnya info penyakit
Mengiritasi jalan napas (asap, infeksi)
MK : kurang pengetahuan
Perubahan status kesehatan Gejala menigkat
Kelenjar- kelenjar yang mengsekresi lendir meningkat
Fungsi silla menurun, produksi lendir meningkat
Bronkiolus menjadi sempit dan tersumbat
MK : ansietas
MK : Bersihan jalan napas tidak efektif
broncokontriksi
Nafsu makan menurun
Anorexia
MK : pola napas tidak efektif 6
MK : defisit nutrisi
Alveoli yang dekat dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis
Perubahan fungsi makrofag alveolus yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing (bakteri, virus)
Eksudat
MK : gangguan pertukaran gas
Suplai O2 menurun
MK : intoleransi aktivitas MK : resiko infeksi
7
F. Komplikasi Bronkitis Akut 1. Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain : 2. Bronchitis kronik 3. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik. 4. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena. 5. Efusi pleura atau empisema 6. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian 7. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat. 8. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas 9. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arteriovenous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan. 10. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas 11. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea. G. Pemeriksaan Penunjang Bronkitis Akut 1. Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
8
2. Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi. 3. TL : Volume residu : Meningkat. 4. FEV1/FVC
: Rasio volume meningkat.
5. GDA
: PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
6. BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.§ Sputum
: Kultur untuk menentukan
adanya infeksi, mengidentifikasi patogen. 7. EKG
: Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III,
AVF H. Penatalaksanaan Bronkitis Akut Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka
dilakukan
pemeriksaan
biakan
dari
dahak
untuk
membantu
menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik. 1. Pengelolaan umum a. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi : Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien : Contoh : · Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering. · Mencegah / menghentikan rokok · Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
9
b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut : Melakukan drainase postural Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari. Mencairkan sputum yang kental Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi tepat tidur pasien sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum. Mengontrol infeksi saluran nafas. Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan. 2. Pengelolaan khusus. a. Kemotherapi pada bronchitis Kemotherapi
dapat
digunakan
secara
continue
untuk
mengontrol infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric. Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan
10
beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain: Menentukan dari mana asal secret Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi. b. Pengobatan simtomatik Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan pasien. · Pengobatan obstruksi bronkus Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator. · Pengobatan hipoksia. Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen. · Pengobatan haemaptoe. Tindakan
yang
perlu
segera
dilakukan
adalah
upaya
menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui
mekanisme
kerja
obat
tersebut
untuk
menghentikan perdarahan. · Pengobatan demam. Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik. · Pengobatan pembedahan Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena. 1) Indikasi pembedahan :
11
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon terhadap tindakantindakan
konservatif
yang
adekuat.
Pasien
perlu
dipertimbangkan untuk operasi Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi. 2) Kontra indikasi Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi. a) Syarat-ayarat operasi. - Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel - Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel - Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis kronik. b) Cara operasi. - Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik. - Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi. c) Persiapan operasi : - Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
12
- Scanning dan USG - Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien - Memperbaiki keadaan umum pasien. I.
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Bronkitis Akut 1. Pengkajian Keperawatan Anak a. Identitas anak : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, anak ke, umur b. Identitas orang tua : nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah/ ibu, pendidikan ayah/ ibu, agama, suku/ bangsa, alamat c. Riwayat sakit dan kesehatan 1) Keluhan utama 2) Riwayat penyakit saat ini 3) Riwayat kesehatan sebelumnya 4) Riwayat kesehatan keluarga 5) Imunisas d. Tumbuh kembang Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang. (Erick Erikson) 1) Masa Bayi Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar. 2) Masa Balita Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mendapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid. 3) Masa Bermain Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak.Anak
13
mulai
belajar
mengembangkan
kemampuannya
untuk
bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu permainan dan melakukannya dengan gembira 4) Masa Sekolah Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama. 5) Masa Remaja Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisik menjadi sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu. Tumbuh kembang menurut Piaget, dibagi menjadi 4 fase : 1) Fase Sensori-motor (0-2 tahun) Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya
dan
dibekali
dengan
keterampilan
tersebut
melangkah ke fase berikutnya. 2) Fase Pra-operasional (2-7 tahun) Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan ber-masyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa. 3) Fase
Operasional
Konkrit
(7-11
tahun)
Pengalaman
dan
kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi
14
mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan temantemannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri. 4) Fase Operasional Formal (11-18 tahun) Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan berfikir
orang
dewasa.
Tercapainya
kemampuan
ini
memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi. Pengkajian tumbuh kembang : 1) Pertumbuhan ( bb saat ini, bb lahir, LILA) 2) Perkembangan a) Perkembangan psikososial b) Perkembangan psikoseksual c) Motorik halus d) Motorik kasar e) Adaptasi sosial f)
Bahasa
e. Data penunjang 1) Nutrisi 2) Aktifitas – istirahat 3) Higiene perseorangan 4) Eliminasi miksi f.
ROS : pemeriksaan fisik ROS (Review of System)
g. TTV : suhu, nadi respiratory rate h. Kepala dan rambut : distribusi rambut, warna rambut, kebersihan rambut, kepala, wajah i.
Mata : kelopak mata, bulu mata dan alis mata, pupil, sclera/ konjungtiva, lain-lain
j.
Hidung : septum hidung, kebersihan, pernapasan cuping hidung, lainlain
k. Telingan : bentuk, keadaan kulit, kebersihan, lain-lain l.
Mulut dan tenggorokan : bibir, gigi, gusi, lidah, tonsil dan ovula, lainlain
m. Leher : kulit leher, pergerakan leher
15
n. Dada, jantung dan punggung : kulit, gerakan dingding dada, retraksi dada, pola napas, penggunaan otot bantu napas, suara napas tambahan, suara jantung, lain-lain o. Adomen : bentuk, keadaan kulit, pembesaran hepar, pembesaran lien, peristaltik usu, turgor kulit p. Genetalian dan anus : bentuk, kebersihan, anus q. Muskoloskeletal dan integumen : kemampuan pergerakan sendi, warna kulit, turgor kulit, oedema, akral r.
Psiko – sosio – spiritual : 1) Ekspresi efek dan emosi 2) Hubungan dengan keluarga 3) Reaksi hospitalisasi 4) Dampak hospitalisasi pada orang tua
s. Data penunjang medis t.
Terapi
2. Diagnosa Keperawatan N
P E S (SDKI)
o 1
Defisit pengetahuan (D.0111) b.d. keteratasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi d.d menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani pemeriksaan yang tepat, menunjikan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi,histeria)
2
Ansietas (D.0080) b.d. krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluargan, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain), kurang terpapar informasi d. d. merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat, sulit berkonsenstrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremos, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,
3
berorientasi pada masa lalu. Defisit nutrisi (D. 0019) b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan,
ketidakmampuan
mengabsorbsi
nutrien,
peningkatan
kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi), faktor
16
psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan) d.d berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, 4
rambut rontok berlebihan, diare Bersihan jalan napas tidak efektis (D. 0001) b.d. spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas, proses infeksi,respon alergi, efek agen farmakologis (mis. anastesi). d.d tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering., mekonium di jalan nafas pada neonatus, dispnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah,sianosis, bunyi
5
napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d. depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan neuromuskular, gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [eeg] positif, cedera kepala ganguan kejang), maturitas neurologis, penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf cs ke atas), cedera pada medula spinalis,efek agen farmakologis, kecemasan d.d dispnea, penggunaan otot bantu pernapasa, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheynestokes), ortopnea, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior—posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada
6
berubah Gangguan pertukaran gas (D. 0003) b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler d.d dispnea, pco2 meningkat / menurun,po2 menurun, takikardia, ph arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing, penglihatan kabur, sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal), warna kulit abnormal
7
(mis. pucat, kebiruan), kesadaran menurun. Resiko infeksi (D.0142) b.d penyakit kronis, efek proedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan
8
atau sekunder Intoleranasi aktifitas (D. 0056) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup monoton d.d mengeluh lelah, objektif, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, objektif, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran ekg menunjukan
aritmia
saat/setelah
iskemia,sianosis.
17
aktivitas,
gambaran
ekg
menunjukan
3. Intervensi Keperawatan N
Diagnosa
Tujuan dan KH
Rencana/ Intervensi
o 1
Defisit
Setelah dilakukan tindakan
Tingkat pengetahuan
pengetahuan
keperawatan selama 1x8
Observasi
jma
a. Identifikasi
diharapkan
tingkat
pengetahuan meningkat KH
:
perilaku
kesiapan
dan
kemampuan mereima infromasi
sesuai
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
anjuran, verbalisasi minat
meningkatkan
dalam belajar, kemampuan
motivasi perilaku hidup bersih dan
menjelaskan
sehat
tentang
pengetahuan
suatu
topik,
kemampuan
c. Sediakan sebelumnya
sesuai
dengan
pengetahuan. :
materi
dan
media
pendidikan kesehatan d. Jadwalkan
yang sesuai topik, perilaku
Indikator
menurunkan
terapiutik
menggambarkan pengalaman
dan
pendidikan
kesehatan
sesuai kesepakatan e. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
menurun(1),
f. Jelaskan faktor resiko yang dapat
cukup menurun (2), sedang (3), cukup meningkat (4),
mempengaruhi kesehatan g. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
meningkat (5)
sehat Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
2
Ansietas
Setelah dilakukan tindakan
bersih dan sehat Terapi relaksasi
keperawatan selama 1x8
1.
jma
diharapkan
tingkat
Observasi o
Identifikasi
penurunan
ansietas menurun
tingkat
KH
verbalisasi
ketidakmampuan
verbalisasi
berkonsentrasi, atau gejala
:
kebingungan,
energy,
kwatir akibat kondisi yang
lain
dihadapi, perilaku gelisah,
kemampuan kognitif
perilaku
tegang,
pusing,
keluhan
o
anoreksia,
yang
Identifikasi teknik relaksasi yang
diaforesis, tremor, pucat
menganggu
pernah
efektif
digunakan
Indikator : meningkat 1,
o
Identifikasi
kesediaan,
cukup meningkat 2, sdang
kemampuan,
dan
3,
penggunaan
teknik
cukup
menurun
4,
menurun 5 KH
sebelumnya
: Pola tidur, frekuensi
pernapasan,
tekanan
18
o
Periksa
ketegangan
otot,
darah, kotak mata, pola
frekuensi
berkemih, orientasi
darah, dan suhu sebelum
Indikator : memburuk 1,
dan sesudah latihan
cukup memburuk 2, sedang 3,
cukup
membaik
membaik 5
o
4,
Monitor
nadi,
tekanan
respons
terhadap
terapi relaksasi 2.
Terapeutik o
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan ruang
dan
suhu
nyaman,
jika
memungkinkan o
Berikan tentang
informasi
tertulis
persiapan
dan
prosedur teknik relaksasi o
Gunakan pakaian longgar
o
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
o
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau
tindakan
medis lain, jika sesuai 3.
Edukasi o
Jelaskan
tujuan,
manfaat,
batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi,
napas
dalam,
relaksasi otot progresif) o
Jelaskan
secara
rinci
intervensi
relaksasi
yang
dipilih o
Anjurkan mengambil psosisi nyaman
o
Anjurkan
rileks
dan
merasakan sensasi relaksasi o
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
o
Demonstrasikan
dan
latih
teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm atau imajinasi terbimbing )
19
3
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
Terapi oksigen
pertukaran
keperawatan selama 1x8
1.
gas
jma diharapkan pertukaran
Observasi o
gas meningkat
kecepatan
aliran
oksigen
KH : dispnea, bunyi napas tambahan,
Monitor
o
takikardi,
Monitor posisi alat terapi oksigen
pusing, penglihatan kabur,
o
Monitor
aliran
oksigen
diaforesis, gelisah, napas
secara periodic dan pastikan
cuping hidung
fraksi yang diberikan cukup
Indikator : meningkat 1,
Monitor
efektifitas
cukup mneingkat 2, sedang
oksigen
(mis.
3,
analisa gas darah ), jika
cukup
menurun
o
4,
menurun 5
oksimetri,
perlu
KH : PCO2, PO2, ph arteri,
o
Monitor
sianosis, pola napas, warna
melepaskan
kulit
makan
Indikator
terapi
:
memburuk,
o
cukup memburuk, sedang,
Monitor
kemampuan oksigen
saat
tanda-tanda
hipoventilasi
cukup membaik, membaik
o
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen
dan
atelektasis o
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
o
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2.
Terapeutik o
Bersihkan
secret
pada
mulut, hidung dan trachea, jika perlu o
Pertahankan
kepatenan
jalan nafas o
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
o
Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
o
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien
3.
Edukasi o
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
20
dirumah 4.
Kolaborasi o
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
o
Kolaborasi oksigen
4
penggunaan saat
Bersihan
Setelah dilakukan tindakan
dan/atau tidur Latihan batuk efektif
jalan
keperawatan selama 1x8
1.
napas
tidak efektif
jma
diharapkan
bersihan
Observasi o
jalan napas meningkat :
o
menurun
1,
meningkat
o
4,
:
o
produksi
mengi,
sputum,
dispnea,
ortopnes,
2.
sulit
o
KH : frekuensi napas, pola napas
o 3.
output
Atur posisi semi-Fowler atau Pasang perlak dan bengkok Buang sekret pada tempat
Edukasi o
Jelaskan
tujuan
dan
prosedur batuk efektif
cukup memburuk 2, sedang membaik
dan
sputum
Indikator : memburuk 1, cukup
input
di pangkuan pasien
4,
menurun 5
3,
Monitor
Fowler
cukup meningkat, sedang menurun
Monitor tanda dan gejala
Terapeutik o
Indikator : meningkat 1, cukup
retensi
karakteristik)
bicara, sianosis, gelisah
3,
adanya
cairan ( mis. jumlah dan
wheezing,
mekonium (pada neonatus),
Monitor
infeksi saluran napas
meningkat 5 KH
kemampuan
sputum
cukup menurun 2, sedang, cukup
Identifikasi batuk
KH : batuk efektif Indikator
aktivitas
o
4,
Anjurkan tarik napas dalam melalui
membaik 5
hidung
selama
4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan
dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik o
Anjurkan
mengulangi
tarik
napas dalam hingga 3 kali o
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
4.
Kolaborasi o
Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
21
5
Pola
nafas
tidak efektif
Setalah dilakukan tindakan
Manajemen jalan nafas
keperawatan selama 1x8
jam diharapkan pola nafas
Observasi 1.
Monitor
pola
napas
klien membaik
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
Kriteria hasil : ventilasi semenit,
kapasitas
2.
Monitor bunyi napas tambahn
vital, diameter thoraks
9mis.
anterior-posterior,
wheezing, ronkhi kering)
tekanan
ekspirasi,
3.
tekanan inspirasi
Monitor
Gurgling, sputum
mengi, (jumlah,
warna, aroma)
Indikator : menurun (1),
cukup menurun (2), sedang
Terapeutik 1.
Pertahankan kepatenan jalan
(3), cukup meningkat (4),
napas dengan head.till dan
meningkat (5)
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
Dispnea, otot
penggunaan
bantu
napas,
pemanjangan
fase
ekspirasi,
trauma servikal) 2.
Posisikan semi-fowler atau fowler
ortopnea,
3.
Berikan minum hangat
pernapasan pursed-lip,
4.
Lakukan fisioterapi dada, jika
pernapasan
cuping
perlu
hidung.
5.
6Indikator : meningkat (1), cukup
meningkat
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
(2),
Lakukan
hiperoksigenasi
sedang (3), cukup menurun
sebelum
penghisapan
(4), menurun (5)
endotrakeal
6.
Kriteria hasil : frekuensi napas,
7.
kedalaman
padat dengan forsep McGill
napas, ekskursi dada
8.
Indikator : memburuk (1), cukup
memburuk
Keluarkan sumbatan benda
(2),
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi 1.
Anjurkan
asupan
cairan
jika
tidak
sedang (3), cukup membaik
2000ml/hari,
(4), membaik (5)
kontraindikasi 2.
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pembeian bronkodilator, 6
Resiko
setelah dilakukan tindakan
ekspektoran, mukolitik, jika perlu Pencegahan infeksi
infeksi
keperawatan selama 1x8
jam
diharapkan
tingkat
observasi 1.
infeksi klien menurun
kriteria kebersihan
hasil
tanda
dan
gejala
infeksi lokal dan sitemik :
tangan,
22
monitor
Terapeutik 1.
Batasi jumlah pengunjung
kebersihan
badan,
2.
nafsu makan indikator
Berikan erawatan kulit pada area edema
: menurun (1),
3.
Cuci
tangan
cukup menurun (2), sedang
sesudah
(3), cukup meningkat (4),
pasien
menigkat (5)
pasien
4.
kriteria hasil : demam, kemerahan,
vesikel,
cairan berbau busuk,
dan
dengan lingkungan
Pertahankan teknik aseptik
Edukasi 1.
sputum berwarna hijau,
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
drainase
purulen,
periode
malaise,
periode
menggigil,
3.
Ajarkan etika batuk
letargi,
gangguan
4.
Ajarkan
2.
meningkat
5.
(2),
memeriksa
Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
sedang (3), cukup meurun
6.
(4), menurun (5)
Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
kriteria hasil : kadar sel darah
cara
kondisi luka atau luka operasi
Indikator : meningkat (1), cukup
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
kognitif.
kontak
dan
pada pasien beresiko tinggi
nyeri,
bengkak,
sbelum
putih,
kulture
urine,
kultur
darah,
kultur
sputum,
kultur
Kolaborasi 1.
Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
area luka, kultur feses, indikator : memburuk (1), cukup
memburuk
(2),
sedang (3), cukup membaik 7
Defisit nutrisi
(4), membaik (5). setelah dilakukan tindakan
Manajemen nutrisi
keperawatan selama 1x8
jam
diharapkan
defisit
nutrisi klien membaik
kriteria hasil
yang
otot
1.
Identifikasi status nutrisi
2.
Identifikasi
: porsi
makanan dihabiskan,
Observasi
3.
albumin,
verbalisasi
Identifikasi
makanan
yang
disukai 4.
kekuatan otot menelan, serum
dan
intoleransi makanan
kekuatan pengunya,
alergi
Identifikasi jenis kalori dan nutrient
5.
keinginan
Identifikasi
perlunya
penggunaan selang NGT
untuk
meningkatkan
6.
Monitor asupan makanan
nutrisi,
pengetahuan
7.
Monitor berat badan
tentang pilihan makan
8.
Monitor
23
hasil
pemeriksaan
yang
sehat,
pengetahan
tentang
laboratorium
pilihan minuman yang sehat,
Terapeutik 1.
pengetahuan 2.
yang tepat, penyiaan 3.
dan
penyimpanan minuman aman,
Fasilitasi
menentukan
makanan)
makanan yang aman,
yang
Sajikan
makanan
menarik
dan
secara
suhu
yang
sesuai
sikap
4.
Berikana
makanan
terhadap makanan dan
serat
minuman
sesuai
konstipasi
dengan
tujuan
5.
: menurun (1),
6.
kesehatan indikator
hygiene
pedoman diet (mis piramida
penyimpanan
penyiapan
oral
sebelum makan, jika perlu
tentang standar nutrisi dan
Lakukan
untuk
tinggi
mencegah
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
cukup menurun (2), sedang
Berikan suplemen makanan, jika perlu
(3), cukup meningkat (4),
7.
Hentikan pemberian makan
meningkat (5)
melalui
asupan oral dapat ditoleransi
kriteria hasil :perasaan cepat kenyang, nyeri abdomen,
sariawan,
1. 2.
(2),
sedang (3), cukup menurun
Ajarkan
diet
yang
Kolaborasi 1.
Kolaborasi
pemberian
kriteria hasil : berat
medikasi
sebelum
badan, indeks massa
(mis.
pereda
tubuh (IMT), frekuensi
antiemetik) jika perlu
makan, nafsu makan, bising
usus,
tebal
lipatan
kulit
trisep,
2.
makan nyeri,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan
jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
membran mukosa.
Anjurkan posisi duduk, jika
diprogramkan
(4), menurun (5)
jika
mampu
indikator : meningkat (!), meningkat
NGT
Edukasi
rambut rontok, diare cukup
selang
dibutuhkan, jika perlu
Indikator : memburuk (!), cukup memburuk (2), sedang (3), cukup membaik (4), membaik
8
Intoleransi
(5) Setelah dilakukan tindakan
Terapi aktifitas
aktifitas
keperawatan selama 3x24
1.
jam
diharapkan
toleransi
aktifitas meningkat
Observasi o
Identifikasi aktivitas
24
deficit
tingkat
KH
:
kemudahan
o
Identifikasi
kemampuan
melakukan aktifitas sehari-
berpartisipasi
hari,
kecepatan
berjalan,
aktivotas tertentu
jarak
berjalan,
kekuatan
tubuh
bagian
atas,
tubuh
bagian
toleransi
menaiki
kekuatan bawah,
o
untuk
:
menurun
o
1,
meningkat
o
4,
aktivitas, aktivitas, aktivitas,
o
dispnea aritmia
Identifikasi makna aktivitas (mis.
bekerja)
dan
Monitor respon emosional, terhadap aktivitas
2.
Terapeutik o
perasaan lellah
Fasilitasi
focus
pada
kemampuan, bukan deficit
Indikator : meningkat 1, cukup meningkat 2, sedang cukup
partisipasi
fisik, social, dan spiritual
aritmia
setelah aktivitas, sianosis,
3,
strategi
waktu luang
KH : keluhan lelah, dispna
saat
Identifikasi
rutin
meningkat 5
setalah
yang
dalam aktivitas
cukup menurun 2, sedang cukup
daya
aktivitas
meningkatkan
Indikator
saat
sumber
diinginkan
tangga
3,
Identifikasi
dalam
menuun
4,
yang dialami o
Sepakati
komitmen
meningkatkan
menurun 5
untuk
frekuensi
danrentang aktivitas o
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten
sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social o
Koordinasikan
pemilihan
aktivitas sesuai usia o
Fasilitasi
makna
aktivitas
yang dipilih o
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas,
jika
pasien
dan
sesuai o
Fasilitasi keluarga
dalam
menyesuaikan untuk
lingkungan
mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih o
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
25
kebutuhan o
Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak o
Fasilitasi
akvitas
motorik
kasar untuk pasien hiperaktif o
Tingkatkan untuk
aktivitas
memelihara
fisik berat
badan, jika sesuai o
Fasilitasi
aktivitas
motorik
untuk merelaksasi otot o
Fasilitasi
aktivitas
dengan
komponen memori implicit dan emosional (mis. kegitan keagamaan
khusu)
untuk
pasien dimensia, jika sesaui o
Libatkan dalam permaianan kelompok
yang
tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif o
Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi
untuk
menurunkan
kecemasan
( mis. vocal group, bola voli, tenis
meja,
jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan
sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart) o
Libatkan
kelarga
dalam
aktivitas, jika perlu o
Fasilitasi
mengembankan
motivasi dan penguatan diri o
Fasilitasi
pasien
keluarga
dan
memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan o
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
26
o
Berikan atas
penguatan partisipasi
positfi dalam
aktivitas 3.
Edukasi o
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
o
Ajarkan
cara
melakukan
aktivitas yang dipilih o
Anjurkan aktivitas
melakukan fisik,
social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga
fungsi
dan
kesehatan o
Anjurka
terlibat
dalam
aktivitas
kelompok
atau
terapi, jika sesuai o
Anjurkan
keluarga
untuk
member penguatan positif atas
partisipasi
dalam
aktivitas 4.
Kolaborasi o
Kolaborasi
dengan
okupasi
terapi dalam
merencanakan
dan
memonitor
program
aktivitas, jika sesuai o
Rujuk
pada
pusat
atau
program aktivitas komunitas, jika perlu
27
28
4. Implementasi Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari goal yang telah ditetapkan untuk pasien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat. 5. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah proses sistematis untuk menilai kualitas, nilai, kelayakan suatu asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan tetapi bukan merupakan akhir dari proses karena informasi yang diperoleh saat evaluasi digunakan untuk memulai silkus baru. Dalam proses keperawatan eveluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, terus-menerus, dilakukan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien terhadap outcome yang dicapai, keefektifan rencana keperawatan. Evaluasi dimulai dan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak antara perawat dan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung pada frekuensi kontak perawat dengan keadaan yang dialami pasien atau kondisi yang dieveluasi. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai masalah keperawatan telah teratasi, atau tidak teratasi atau dengan mengacu pada kriteria evaluas
29