LP Bronkitis Pada Anak (Qeis) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STIKes KHARISMA



MAKALAH KEPERAWATAN ANAK BRONCHITIS



DISUSUN OLEH : MUHAMMAD QEIS AL GHIFARI 0433131420117135



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REG SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG Jl. Pangkal Perjuagan Km 1 By Pass Karawang (41316) Tahun Akademik 2017-2018



LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN BRONCHITIS A. Definisi Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna (Suryo, 2010). Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan, bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan dan sinus ke paru (Hidayat, 2008). Bronkitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis Bronkitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008). B. Etiologi 1. Bronkitis Akut Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus.Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap tembakau karena polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat juga menyebabkan bronkitis akut.Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut. 2. Bronkitis Kronik Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan.Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru – paru yang sifatnya permanen. Disebut bronkitis kronis jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah : a. Spesifik: 1) Asma. 2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). 3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. 4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. 5) Sindrom aspirasi.



6) Penekanan pada saluran napas . 7) Benda asing . 8) Kelainan jantung bawaan . 9) Kelainan sillia primer . 10) Defisiensi imunologis . 11) Kekurangan anfa-1-antitripsin . 12) Fibrosis kistik . 13) Psikis b. Non-Spesifik 1) Perokok. 2) Polusi udara dan debu 3) Gas beracun di tempat kerja 4) Gastroesophageal reflux desease (GERD). GERD adalah asam lambung yang naik kedalam esophagus dan beberapa tetes masuk ke saluran napas.GERD sebabkan karena lemahnya katup lambung yang memisahkan antara lambung dan esophagus. (Raharjoe,2012) C. Klasifikasi Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Bronkhitis Akut Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai.Penyebab utama penyakit ini adalah virus.Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan dengan ISNA atas.Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi. 2. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.



Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru.(Raharjo,2012) D. Tanda dan Gejala 1. Tanda dan gejala pada kondisi bronchitis akut :  Batuk  Terdengar ronki  Suara yang berat dan kasar  Wheezing  Demam  Produksi sputum meningkat 2. Tanda dan gejala bronchitis kronis:  Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab  Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk  Gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu  Demam tinggi  Sesak nafas jika saluran tersumbat  Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau



E. Patofisiologi 1. Phatway



Meningkatnya produksi mucus, disebabkan oleh infeksi dan iritasi dan iritan melalui udara yang menghambat jalur udara di paru-paru, mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menukar gas. Ada dua bentuk bronchitis; bronchitis akut, dimana kemacetan jalur udara dapat dibalik, dan bronchitis kronis, dimana kemacetan tidak dapat dibalik. Pasien dengan bronchitis akut merupakan



gejala khas untuk 7 sampai 10 hari sering karena kuman virus (tetapi kadang kadang oleh bakteri) infeksi. Pasien dengan bronchitis kronis akan mempunyai gejala gejala batuk produktif kronis untuk setidaknya 3 bulan berurutan dalam 2 tahun berurutan. Ada peningkatan produksi lender, perubahan radang, dan yang terakhir fibrosis di dalam dinding jalur udara. Pasien dengan bronchitis kronis lebih mungkin untuk terkena infeksi pernafasan. (Mary DiGiulio, dkk. 2014). F. Pemeriksaan Penunjang 1. Bayangan di paru-paru pada sinar X dada selama infeksi 2. Tes fungsi paru-paru menunjukan :  Forced Vital Capacity (FCV) berubah karena diperlukan lebih banyak waktu untuk menghirup udara setelah inhalasi maksimal.  FEV1 turun karena diperlukan lebih banyak waktu untuk ekshalasi.  Residial Volume (RV) naik karena udara terperangkap. 3. Oksigen turun dan karbondioksida naik di arterial blood gas. (Mary DiGiulio, dkk. 2014). G. Komplikasi Komplikasi bronkitis yang diderita dapat terjadi karena terlambatnya penanganan bronchitis tersebut. Hal ini tidak lagi jarang ditemukan. Bahkan cenderung banyak masyarakat yang menyepelekan penyakit bronkitis dan membuatnya menjadi semakin parah dan terjadi komplikasi. (drParuparu.com, diakses pada jumat, 24 agustus 2018) 1. Pneumonia Pneumonia adalah penyakit yang pasti muncul setelah terjadi komplikasi pada penyakit bronkitis anda. Tidak dapat dipungkiri penyakit ini akan menyebabkan keadaan paru menjadi semakin parah. Khususnya pneumonia ini akan terjdi pada pasien bronkitis yang lanjut usia. Tidak jarang anda kemudian membutuhkan penanganan sesak nafas mendadak pada kasus kasus pneumonia. 2. Otitis Media Otitis media adalah penyakit infeksi yang terjadi di bagian telinga. Keadaan ini ternyata dapat terjadi pada penderita bronkitis yang mengalami komplikasi. Pasalnya, saluran pernafasan memang memiliki hubungan dengan telinga. 3. Efusi Pleura Efusi pleura merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya penumpukan cairan di antara lapisan pleura paru paru anda. Pleura atau membran paru paru ini tidak boleh memiliki cairan berlebih. Karena akan membuat pernafasan menjadi tidak normal.



4. Bronkitis Kronis Bronkitis kronis adalah penyakit bronkitis yang terjadi menahun. Keadaan ini juga merupakan akibat dari komplikasi penyakit bronkitis akut yang terjadi dalam waktu hari atau minggu saja. Jika menderita bronkitis kronis, maka biasanya perawatan pemulihannya pun akan semakin rumit dilakukan. 5. Sinusitis Sinusitis adalah penyakit yang dapat terjadi pada anda yang mengidap bronkitis. Alasannya adalah karena sinusitis ini merupakan peradangan yang terjadi pada rongga hidung anda. Jadi anda akan mengalami banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan sinusitis. 6. Pleuritis Pleuritis adalah penyakit radang pada pleura anda. Pleura adalah lapisan tipis yang membungkus paru paru anda. Jika terjadi pada penderita bronkitis, maka anda akan mengalami rasa sakit atau nyeri di dada. Keadaan ini akan menyebar hingga menjadi penyakit pleuritis pada anda. Oleh sebab itu, ketahuilah bagaimana cara mencegah pleuritis terjadi akibat komplikasi bronkitis ini. 7. Infeksi Pernafasan Infeksi pernafasan sangat mungkin terjadi pada penderita bronkitis. Terutama jika bronkitis sudah semakin menyebar dan menyebabkan komplikasi anda. Oleh sebab itu, anda perlu mencegah penyebaran penyakit bronkitis sesegara mungkin sebelum semakin parah. Jika perlu anda dapat menggunakan pengobatan alami infeksi paru yang dipercaya aman dalam masyarakat. 8. Atelektasis Atelektasis adalah penyakit atau gangguan paru paru yang menunjukkan gejala pengerutan sebagian atau seluruh paru paru anda. Hal ini akibat terjadinya penyumbatan pada saluran pernafasan anda. Keadaan ini sangat mungkin terjadi pada anda yang menderita bronkitis karena gangguan pada saluran pernafasan anda. 9. Gagal Nafas Gagal nafas adalah penyakit paru paru yang paling berat yang dapat terjadi pada penderita bronkitis. Keadaan ini sesuai namanya menunjukkan bahwa terjadi masalah pernafasan bahkan menyebabkan penderita tidak lagi dapat bernafas dengan normal. 10. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah kerusakan paru paru yang disebabkan oleh dilatasi paru paru yang terjadi tidak normal. Paru paru menjadi melebar dan saluran



pernafasan melebar dan menyebabkan produksi lendir di paru par uterus meningkat. H. Penatalaksanaan Medis Bronchitis akut diobati dalam jangka pendek dengan pengobatan simtomatik dan antibiotic ketika ada infeksi bakteri. Bronchitis kronis diobati dengan kombinasi medikasi untuk menjaga jalur udara tetap terbuka, mengurangi inflamasi di dalam jalur udara, dan mencegah komplikasi atau gejala sakit mendadak. 1. Memberika Beta2-agonist yang dihirup atau nebulizier untuk memperbesar bronkus :  Terbutaline, albuterol, levallbuterol  Formoterol, salmeterol 2. Memberikan anticholinergic agar otot bronchial yang lembut bias rileks :  Ipratropium, tiotropium inhaler 3. Memberikan steroid untuk mengurangi inflamasi pada jalur udara :  Hydrocortisone, methylprednisolone secara sistematis  Beclomethasone, triamcinolone, fluticasone, budesonide, flunisoslide inhalers  Prednisolone, prednisone secara oral 4. Memberikan methylxanthines untuk meningkatkan bronkodilasi :  Aminophylline  Theophylline (Theo-Dur) 5. Memberikan diuretic untuk mengurangi retensi cairan pada pasien dengan gagal jantung:  Furosemide, bumetanide 6. Memberikan ekspektoran untuk membantu mengencerkan sekresi:  Guaifepsin 7. Memberikan antibiotic pada kekambuhan akut dari bronchitis kronis :  Dipilih berdasar kultur dan sensitivitas atau diberikan secara empiric 8. Memberikan antacid, H2 bloker, atau penghalang pompa proton untuk menurunkan jumlah asam dalam perut, mengurangi kemungkinan pembentukan tukak/luka karena stress akibat penyakit atau efek medikasi.  Antacid : aluminum hydroxide/magnesium hydroxide, calcium carbonat  H2 blokers : ranitidine, famotidine, nizatidine, cimetidine  Penghalang pompa protons : omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, pantoprazole. 9. Memberikan vaksin untuk menurunkan kesempatan infeksi :  Influenza  Pneumonia 10. Oksigen : 2 liter per menit via nasal canula untuk membantu kebutuhan tubuh; laju aliran rendah membantu mengurangi dyspnea sementara menghindari CO2



11. Meningkatkan protein, kalori, dan vitamin C dalam diet untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 12. Memberikan katup flutter pada spignometer insentif untuk mendorong batuk dan mengeluarkan lender. 13. Nocturnal negative pressure ventilation digunakan untuk pasien hypercapnic (tingkat CO2 naik).



LANDASAN TEORI KEPERAWATAN Menurut marlin E. Doengoes dkk (2000) : 1. Dasar data pengkajian pasien bronkhitis adalah : a. Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelelahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, dispnea saat tidur Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum b. Sirkulasi Gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda : peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung atau takhikardi berat, edema, warna kulit atau membran mukosa pucat c. Integritas ego Gejala : peningkatan faktor resik, perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan pada rangsang d. Makanan / cairan Gejala : mual / muntah, ketidakmampuan makan karena distress pernapasan, peningkatan BB menunjukkan edema Tanda : turgor kulit buruk, edema, berkeringat, palpitasi abdominal dapat mengakibatkan hepatomegali e. Hygiene Gejala : penurunan penampilan/memerlukan bantuan melakukan aktivitas sehari – hari Tanda : kebersihan buruk, bau badan f. Pernapasan Gejala : batuk menetap dengan produksi sputum tiap hari (terutama pada saat bangun) produksi sputum dapat banyak sekali riwayat pneumonia berulang terpasang pada polusi kimia / iritan Tanda : penggunaan otot bantu pernafasan g. Keamanan Gejala : riwayat sensitif terhadap zat/faktor lingkungan adanya infeksi berulang



2. Diagnosa dan NCP a. Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus b. Nyeri b/d patologis penyakit / iritasi c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 (kelemahan) e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan f. Perubahan pola tidur b/d sesak Tujuan & Kriteria hasil Intervensi (NIC) (NOC) 1 Pola nafas tidak efektif NOC : Airway Management : Definisi : v Respiratoty status : v Buka jalan napas, gunakan Pertukaran udara inspirasi ventilation teknik chin lift atau jaw thrust dan/ekspirasi tidak adekuat v Respiratory status : airway bila perlu Batasan karakteristik : patency v Posisikan pasien untuk v Penurunan tekananv Vital sign status memaksimalkan ventilasi inspirasi/ekspirasi tidak adekuat Kriteria hasil : v Identifikasi pasien perlunya v Penurunan pertukaran udara per v Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan napas menit efektif dan suara napas yang buatan v Menggunakan otot pernapasan bersih, tidak ada sianosis danv Pasang mayo bila perlu tambahan dyspneu v Lakukan fisioterapi dada jika v Nasal faring v Menunjukkan jalan napas perlu v Dispnea yang paten (klien tidak merasav Keluarkan sekret dengan batuk v Orthopnea tercekik, irama napas dan atau suction v Perubahan penyimpangan dada frekuensi napas dalam rentang v Auskultasi suara napas, catat v Nafas pendek normal, tidak ada suara napas adanya suara napas tambahan v Assumption of 3 – point position abnormal) Terapi Oksigen : v Pernapasan pursed lip v Bersihkan mulut, hidung dan v Tahap ekspirasi berlangsung sangat secret trakea lama v Pertahankan jalan napas yang v Peningkatan diameter anterior dan paten posterior v Pertahankan posisi pasien v Pernapasan rata – rata normal : v Observasi adanya tanda – tanda a. Bayi : 60 hipoventilasi b. 1-4 th :30 Vital Sign Monitoring : c. 5-4th :25 v Monitor TD, nadi, suhu dan RR d. >14 th : 24 v Catat adanya fluktuasi tekanan v Kedalaman pernapasan darah a. Dewasa, volume tidal 500 ml saat v Monitor TD, nadi dan RR istirahat sebelum dan sesudah aktivitas



No



Diagnosa Keperawatan



b. Bayi, volume tidal 6 – 8 m/kg v Timing rasio v Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan : v Hiperventilasi v Deformitas tulang v Kelainan bentuk dinding dada v Penurunan energi atau kelelahan v Perusakan atau pelemahan muskuloskeletal v Obesitas v Posisi tubuh v Kelelahan otot pernapasan v Hipoventilasi sindrom v Nyeri v Kecemasan 2



v v v v v v v v v v v v



v Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign



Nyeri NOC NIC Definisi : v Pain level Pain Management Pengalaman sensori dan emosionalv Pain control v Lakukan pengkajian nyeri secara yang tidak menyenangkan yangv Comfort level komprehensif, termasuk lokasi, muncul akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil : karakteristik, kualitas dan faktor yang aktual atau potensial atauv Mampu mengontrol nyeri prespitasi digambarkan dalam kerusakan v Melaporkan bahwa nyeriv Observasi reaksi nonverbal dari sedemikian rupa berkurang dengan ketidaknyamanan Batasan Karakteristik : menggunakan manajemen v Gunakan teknik komunikasi Perubahan selera makan nyeri terapeutik untuk mengetahui Perubahan tekanan darah v Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri pasien Perubahan frekuensi jantung v Menyatakan rasa nyamanv Ajarkan teknik non farmakologi Perubahan frekuensi pernapasan setelah nyeri berkurang v Monitor penerimaan pasien Laporan isyarat tentang manajemen nyeri Diaforesis v Cek riwayat alergi Perilaku distraksi Mengekspresikan perilaku Sikap melindungi area nyeri Dilatasi pupil Melaporkan nyeri secara verbal Faktor yang berhubungan : Agen cedera (misalnya biologis, zat kimia, fisik, psikologis)



3



Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC dari kebutuhan tubuh v Nutritional status : food and Nutrition Management Definisi : fluid intake v Kaji adanya alergi makanan Intake nutrisi tidak cukup untuk Kriteria hasil : v Kolaborasi dengan ahli gizi keperluan metabolisme v Adanya peningkatan BB untuk menentukkan jumlah Batasan karakteristik : sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang v Berat badan 20% atau lebih dibawah v Berat badan sesuai dengan dibutuhkan pasien ideal tinggi badan v Anjurkan pasien untuk v Dilaporkan adanya intake makanan v Mampu mengidentifikasi meningkatkan intake Fe yang kurang dari RDA kebutuhan nutrisi v Anjurkan pasien untuk v Membran mukosa dan konjungtiva v Tidak ada tanda – tanda meningkatkan protein da vitamin pucat malnutrisi C v Kelemahan otot yang digunakan v Tidak terjadi penurunan BBv Berikan substansi gula untuk menelan / mengunyah yang berarti v Yakinkan diet yang dimakan v Luka, inflamasi pada rongga mulut tinggi serat untuk mencegah v Mudah merasa kenyang, sesaat konstipasi setelah mengunyah makanan v Berikan informasi tentang v Dilaporkan atau fakta adanya kebutuhan nutrisi kekurangan makanan Nutrition Monitoring v Dilaporkan adanya perubahan sensasi v BB dalam batas normal rasa v Monitor tipe dan jumlah aktivitas v Kurangnya informasi yang biasa dilakukan Faktor yang berhubungan : v Monitor lingkungan selama v Ketidakmampuan pemasukan atau makan mencerna makanan atau v Monitor turgor kulit mengabsorbsi zat – zat gizi v Monitor mual dan muntah berhubungan dengan faktor biologis, v Monitor makanan kesukaan psikologis atau ekonomi



4



Intoleransi aktivitas Definisi : v Ketidakcukupan energi psikologisv atau fisiologis untuk melanjutkan atauv menyelesaikan masalah / aktivitas sehari – hari yang harus atau yangv ingin dilakukan Batasan Karakteristik : v Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas v v Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia v



NOC NIC Energy conservation Activity Therapy Activity tolerance v Kolaborasikan dengan tenaga Selfcare : ADLs rehabilitasi medik dalam Kriteria hasil : merencanakan program therapy Berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat fisik tanpa disertai v Bantu klien mengidentifikasi peningkatan tekanan darah, aktivitas yang mampu dilakukan nadi, RR v Monitor vital sign sebelum dan Mampu melakukan aktivitas sesudah melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara mandiri TTV normal



v v v v v v v v 5



6



v Ketidaknyamanan setelah v Mampu berpindah dengan beraktivitas atau tanpa bantuan alat Dispnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemas Faktor yang berhubungan : Tirah baring atau imobilisasi Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Imobilitas Gaya hidup monoton Ansietas Definisi : v Perasaan tidak nyaman atauv kekhawatiran yang samar disertaiv respon autonom Batasan Karakteristik : v



v v v v v v v v



a. Perilaku Pernurunan produktivitas Gerakan yang ireleven Gelisah Melihat sepintas Insomnia Agitasi Mengintai Tampak waspada



v v v v



b. Affektif Gelisah, Distress Kesedihan yang mendalam Ketakutan Perasaan tidak adekuat



NOC NIC Anxiety self – control Anxiety Reduction Anxiety level v Gunakan pendekatan yang Coping menenangkan Kriteria Hasil : v Nyatakan dengan jelas harapan Klien mampu terhadap perilaku pasien mengidentifikasi dan v Identifikasi tingkat kecemasan mengungkapkan gejala cemas v Bantu pasien mengenal situasi v Vital sign dalam batas normal mengenal situasi yang v Postur tubuh, ekspresi wajah, menimbulkan kecemasan bahasa tubuh dan tingkat v Instruksikan pasien aktivitas menunjukkan menggunakan teknik relaksasi berkurang kecemasan



Gangguan pola tidur Definisi : v Gangguan kualitas dan kuantitasv waktu tidur akibat faktor eksternal v Batasan karakteristik : v v Perubahan pola tidur normal v



NOC Anxiety reduction Comfort level Pain level Rest : extent and pattern Sleep : extend and pattern



NIC Sleep Enhacement v Determinasi efek – efek medikasi terhadap pola tidur v Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat



v Penurunan kemampuan berfungsi Kriteria hasil : v Ciptakan lingkungan yang v Ketidakpuasan tidur v Jumlah jam tidur dalam batas nyaman v Menyatakan sering terjaga normal 6-8 jam/hari v Monitor / catat kebutuhan pasien v Menyatakan tidak merasa cukup v Pola tidur, kualitas dalam setiap hari & jam istirahat batas normal v Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat v Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur



DAFTAR PUSTAKA Doenges, E Marlyn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Dokterparuparu.com diaakses pada jumat, 24 agustus 2018 Donna Jackson & Mary Digiulio. Editor Khudazi Aulawi (2014). Keperawatan Medikal Bedah Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistim Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction. Rahajoe N., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. pp.583-593