LP DHF Pada Anak [PDF]

  • Author / Uploaded
  • eka
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF



NAMA : EKA LATUCONSINA NIM : 21219058



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM S1 PROFESI KEPERAWATAN TAHUN 2020



BAB I TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Konsep Dasar Keprawatan Anak 1. Atraumatic Care a. Pengertian Atraumatic Care Menurut Supartini (2004), dalam Debbi (2013), Atraumatic care merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan tindakan yg dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yg dialami ank maupun orang tua. Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui tindakan, penerapan diagnostik, pengobatan dan baik perwatan pada kasus akut maupun kronis dengan mencakup intervensi pendekatan psikologis (Supartini, 2004, dalam Debbi, 2013). b.



Prinsip Atraumatic Care Menurut Hidayat (2005) dalam Debbi (2013), ada beberapa prinsip atraumatic care perawatan yang harus dimiliki oleh perawat anak, yaitu: 1) Mencegah atau menurunkan dmpak perpisahan dari keluarga Perpisahan dari keluarga berdampak pada anak akan mengalami gangguan psikologis seperti kurangnya kasih sayang, ketakutan, kecemasan, gngguan ini akan menghambat proses penymbuhan anak dan dpat mengganggu prtumbuhan dan prkembangan anak.



1



2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak Perasaan kehilangan kontrol dapat dicegah dengan menghindari pembatasan fisik jika anak kooperatif terhadap petugas kesehatan. 3) Mengurangi atau mencegah cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis) Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat dihilangkan namun dapat dikurangi melalui teknik farmakologi (seperti prinsip



penggunaan



obat



enam



benar)



dan



teknik



nonfarmakologi (seperti mempersiapkan psikologi orang tua dan anak.) 4) Tidak melakukan kekerasan pada anak Kekrasan pda anak akn menimbulkan gangguann psikologis yang sangat berarti dlm kehidpan anak. Pada saat anak dalam proses tumbuh kembang apabila itu terjadi maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dngan demikian tindkan kekerasan pda anak sangat tidak dianjurkan karna akan memperberat kondsi anak. 5) Modifikasi lingkungan fisik Modifikasi ruang perawatan anak dapat dilakukan dengan cara membuat situasi ruang anak yang bernuansa anak, seperti menempelkan gambar tokoh kartun, dinding ruangan berwarna cerah, dan terdapat hiasan mainan anak.



2



a. Family Center Care (FCC) 1) Pengertian Family Center Care (FCC) Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the Care of Chidren’s Health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi perawatan meningkat dan peran penting dari



keluarga



melibatkan



dukungan



keluarga



akan



membangun kekuatan, membantu umtuk membuat suatu pilihan yang trbaik, dan mningkatkan pola normal yang ada dlam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penymbuhan. Family Center Care didefinisikan menurut Hanson dalam Yetti, dkk (2018) sebagai pendkatan inovatif dalam merncanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yng diberikan berdasarkan pda manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua. 2) Tujuan Family Center Care Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner and suddarth (1986) dalam Yetti, dkk (2018) adalah mmberikan kesempatan bagi orang tua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dri perawat sesuai dengan aturan yng berlaku.



3



Selain itu Family Center Care juga bertujuan umtuk meminimalkan trauma selama perwatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kualitas hidup dapat tercapai. 3) Elemen Family Center Care Menurut Shelton (1987) dalam Yetti, dkk (2018) terdapat beberapa elemen Family Center Care, yaitu: perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan kesehatan, mengakui kekuatan keluarga dan individualitas, memberikan informasi yng lengkap dan jelas kepada orng tua dan secara berkelanjutan dngan dukungan penuh, menghormati keanekargaman ras, etnis bdaya dan sosial ekonomi dalam keluarga, mendorong dan memfasilitasi keluarga



untuk



saling



mendukung,



memahami



dan



menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan keluarga kedalam sistem perawatan



kesehatan,



menrapkan



kebjakan



yng



komprehensif dan program yng membrikan dukungan emosional dan keuangan umtuk memenuhi kehidupan keluarga, dan merncang sistem perwatan kesehatan yng fleksibel.



4) Prinsip Family Center Care 4



a) Kehormatan dan Martabat Praktisi keperawatan menghormati dan mendengarkan pandangan dan pilihan pasien. Pngetahuan, nlai, kepercayaan, dan latar belkang budaya pasien dan keluarga bergabung dlam rencana dan intervensi keprawatan. b) Berbagi informasi Praktisi keprawatan berkomunikasi dan memberikan informasi yng berguna bgi pasien dan kluarga dngan benar dan tdak memihak kepda keluarga dan pasien. c) Partisipasi Keluarga dan pasien termotivasi dalm perwatan dan pngambilan keputusan sesuai dngan kesepakatan yng tlah mereka buat. d) Kolaborasi Keluarga dan pasien jga termasuk kedalam kmponen dasar kolaborasi. Perwat berklaborasi dngan keluarga dan pasien dalam



pengambilan



kebijakaan



dan



pengembangan



program, implementasi, dan evaluasi, desain fsilitas keshatan



dan



pndidikan



profesional



tertama



dalm



pemberian kperawatan (Potter & Oerry, 2007 dalam Yetti, dkk, 2018). 2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak umur 13-18 tahun 2. 2. 1 Pengertiann Pertmbuhan dan Perkmbangan 5



a. Prtumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu brtambahnya jmlah, ukurann, dimensi, pada tngkat sel, organn, maupunn indiividu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hsil dri pertumbuhann otak adalah anak mempnyai kpasitas lbih besaar umtuk plajar mengingat, dan memprgunakan akalnya. Jadi anak tmbuh baik scara fisik maupunn mental. Pertmbuhan fsik dpat dinilai dngan ukurann berat (gram, pound, kilogram), ukran panjang(cm, m) umr tlang, dan tnda-tnda seks skunder (Soetjingsih, 2013). Menurut Karl E. Garrison (Samsusbahri, 2013) Prtumbuhan adalah prubahan indiividu dlam bntuk ukran bdan, prubahan otot, tlang, kulit, raambut dan kelenjar. b. Perkembangan



(development)



adalah



prubahan



secra



berangsurangsur dan brtambah sempurnanyaa fngsi alat tubuh, mningkat dan meluasnyaa kpasitas sseorang mlalui prtumbuhan, kematangann atau kedewasaann (maturation), dan pmbelajaran (learning). Perkembangan manusiaberjalan scara progresiff, sistmatis dan berksinambungan dngan prkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan



terjadi



perubahan



dalambentuk



dan



fngsi



kematanganorgan mlai dri aspekfisik, intlektual dan emsional. Perkembangan



secara



fisik



yang



terjadi



adalah



dengan



bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan itelektual ditnjukkan dengn kemampuan scara simbolmaupun abstrk seprti



6



brbicara, brmain dan brhitung. Prkembangan emsional dapt dilihatt dari perilaku sosial lingkungan anak (Depkes, 2007 dalam Tari, 2018). 2. 2. 2 Faktor-faktor yng mempngaruhi tumbuh kembang Setiapmanusia mengalamii pertumbuhann dan prkembangan yng brbeda-bda antarasatu dngan mnusia lainnya, bsa dngan cpat bahkann lmbat trgantung pda individudan lngkungannya. Proses trsebut dipengruhi olehbeberapa fktor-faktordi antaranya: a. Faktor Heriditeratau Gnetik Fktor hriditer pertumbuhann adalahsuatu prses almiah yng trjadi pda idividu yaitu scara brtahap, brat dantinggi ank smakin brtambah dansecara simultann mngalami pningkatan umtuk brfungsi baiksecara kgnitif, pskososial maupunn spritual (Supartini, 2010 dalam Tari 2018). b. Faktor Lingkungan/ eksternal Lngkungan mrupakan faktr yng mempngaruhi individuu stiap hri mlai lhir smpai akhirhayatnya, dan sngat mmpengaruhi tercapainya atau tidk ptensi yng sdah adaa dalm dri mnusia trsebut ssuai dngan gnetiknya. Fktor lngkungan inisecara gris bsar dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Lngkungan Prnatal (faktorlingkungan ktika msih dalam kandungan) Faktorpranatal yng brpengaruh atara lainn gzi ibupada wktu hmil, fktor mkanis, tksin atau zat kmia, endkrin, rdiasi, infksi, stress, imnitas, dananoksia embrio. 7



2) Lingkungan Postnatal (lingkungan setelah melahirkan) Lngkungan pstnatal dpat dgolongkan mnjadi: a. Lingkunganbiologis, mliputi ras, jnis klamin, gzi, prawatan ksehatan, pnyakit konis, dan fngsi mtabolisme. b. Lingkunganfisik, mliputi snitasi,cuaca, keadan rmah, dan rdiasi. c. Lingkungan psikkososial, mliputi stimlasi, mtivasi beljar, tman sbaya, strss, seklah, cintaa ksih, dan iteraksi ank dngan orng tuaa. d. Lingkungan kluarga dan dat istiadt, mliputi oekerjaan atu pndapatan kluarga, pndidikan orng ua, stbilitas rmah tngga, dan kepribadian orang tua. 3) Fktor tatus Ssial Eknomi Sttus ssial eknomi dpat brpengaruh pda tmbuh kmbang nak. Anak yng lhir dan dbesarkan dlam lngkungan sttus ssial yng tnggi



cnderung



lbih



dpat



trcukupi



kebtuhan



giznya



dbandingkan dngan ana yng ahir dan dibsarkan dlam sttus eknomi yng endah.



4) Faktor Nutrisi Nutrisi adlah



slah stu omponen pnting dlam mnunjang



klangsungan prses tmbuh kmbang. Selama msa tumbh kembng, nak sngat mmbutuhkan zat gzi sperti protei, krbohidrat, lmak,



8



mneral, vtamin, danair. Apbila kbutuhan trsebut tdak dipenuhi mka prosestumbuh kmbang selnjutnya dpat terhmbat. 5) Faktor Kesehatan Sttus ksehatan dpat brpengaruh pada pncapaian tmbuh kembng. Padaanak dngan kndisi tbuh yng shat, prcepatan umtuk tmbuh kmbang sngat mdah. amun sbaliknya, pabila kndisi sttus ksehatan krang bik akn trjadi prlambatan (Supartini, 2010 dalamm Tari, 2018).



2. 2. 3 Ciri Proses Tumbuh Kmbang Menurut Soetjiningsih (2013), tmbuh kembng anak dimlai dri msa knsepsi smpai dewsa mmiliki ciri-ciri trsendiri yaitu: a. Tumbuh kembang dalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas (dewasa) yang dipengruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. b. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda. c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yng lainnya.



d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas Oleh setiap organ. Secara garis besar menurut Markum (1994) dalam Tari (2028) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Tumbuh kembang fisis



9



Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam kurang besar dan fungsi organisme atau indvidu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktifitas enzim terhadap diferensi sell, sampai kepada proses metabolisme yng kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas. 2) Tumbuh kembang intelektual Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti bermain, berbicara, berhitung, atau membaca. 3) Tumbuh kembang emosional Proses



tumbuh



kembang



emosional



bergantung



pada



kemampuan bayi untuk membentuk iktan btin, kmampuan umtuk bercinta kasih. Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2015) yaitu perkembngan mrupakan hal yng tratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Perkembangan dalam suatu yang terarah dan berlangsung



terus



-



menerus,



sebagai berikut Cephalocaudal yaitu pertumbuhan berlangsung trus dari kepala kearah bawah bagian tubuh, Proximodistal yaitu perkembangan



berlangsung



terus



dari



daerah



pusat



(proksimal) tubuh ke arah luar tubuh (distal), Differentation yaitu perkembangan berlangsung terus dari yang mudah



10



kearah yang lebih kompleks. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis. 2. 2. 4 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai berikut: a. Tahap tumbuh kembang usia0-6 tahun, terbagi atas : •



Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8minggu), masa fatus (9 minggu sampai lahir),







Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayii (29hari-1 tahun), msa anak (1-2 tahun), dan masaprasekolah (3-6 tahun).



b. Tahap tumbuhkembang sia 6tahun keatas, trdiri atas: •



MasaSekolah (6-12 tahun)







MasaRemaja (12-18 tahun) Tnda-tanda msa rmaja wal : sikap ngative disebabkanalam pkirannya yng kritiss mlihat knyataan rang-orang bragama scara hypocrite yng pngakuan danucapannya tdak slalu sma cdengan prbuatannya, pndangan dlam halke- tuhanan mnjadi kcau arena iabingung trhadap brbagai knsep tntang liran danpaham yng sling brtentangan. Tanda-tanda remajaakhir :sikap kmbali kearahh psitif dngan trcapainya



kdewasaan



ntelektual,



pndangan



dlam



halketuhanan dpahamkan dlam knteks agma yng dianutt dandipilih, pnghayatan rhaninya kmbali tnang stelah mlalui



11



prses dentifikasi danmembedakan aagama sbagai dktrin bagipara penganutnya.



2.3 Konsep Dasar DHF 2. 3. 1 Pengertian Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi yng dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot tau nyerisendi yng dsertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit opnia dandiathesis hmoragic. Pda DBD trjadi prembesan lasma yng dtandai dngan hmokonsentrasi



(pningkatan hematocrit) tau



pnumpukan cairann dirongga tbuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syoksyndrome) dalah dmam brdarah yng dtandai leh rnjatan/syokk (Sudowo et al, 2009). DBD dalah suatuu pnyakit yng dsebabkan leh virusdengue (arbovirus) yng msuk kdalam tbuh mlalui ggitan nyamukaedes aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalahpenyakit dmam kut yng dtandai dngan empatgejala klnis utamayaitu dmam tinggi, prdarahan, hpatomegali, dantanda keggalan srkulasi smpai tmbul rjatan (sndrom rejatan dngue) sbagai kibat dri kbocoran plsma yng dpat mnyebabkan kematian(Padila, 2013). 2. 3. 2 Anatomi Fisiologi a. Pembuluh Darah



12



Gambar 2.3 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006) Pembuluh darah ada 3 yaitu : 1. Arteri merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng mmbawa drah kseluruh bagian dan alattubuh. Pmbuluh drah arteri yng



pling besar yang keluar dari ventrikel



sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dindingyang kuat dantebal ttapi sifatnyaelastic dan terdiri dari 3lapisan. Asuhan Keperawatanpda arteri yng palingg bsar didalam tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis, gris tengahnya kirakira



1-3cm.



Arteri



inimempunyai



cabang-cabang



keseluruhan tubuh yang disebut arteriolayang akhirnya akan mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler). Arteri mndapat darah dari darah yng mngalir ddalamnya tetapi hnya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yng dsebut vasavasorum. 2. Vena



13



Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh d4arah yng mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh masuk kedalam jntung. Tentang bentuk ssunan dan juga prnafasan pmbuluh drah



yng



mnguasai



vena



sama



dngan



padaarteri.



Katupkatup pada vena kbanyakan terdiri dari duakelompok yang



gunanya



tidakkembalilagi.



umtuk



mncegah



Vena-vena



diantaranyaa vna kavadan



yng



darah ukrannya



agar bsar



venapulmonalis. Venaini jga



mmpunyai cbang yng lbih kcil yng dsebut venolusyang slanjutnya mnjadi kpiler. 3. Kapiler Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh drah yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm. Asuhan Keperawatan pada dndingnya trdiri dri suatulapisan ndotel. Bgian tbuh yng tdak trdapat kpiler yaituu: rambut,kuku, dan tlang rwan. Pembuluhdarah rambut/kapiler pda mumnya mliputi sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya sngat tipis maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes kecairan jringan antarsel. b. Darah



14



Gambar 2.4 Anatomi Darah (Syaifudin 2011) Drah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi sngat pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk kmudian



diedarkann



keseluruh



tbuh.



Drah



mmpunyai



2komponen yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa tdak ttap, trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda. Sdangkan Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim, elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan keseluruh tbuh. Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh dri pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada akhirnya ditur



15



pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB. Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padt terdri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan osmotik dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padt darah terndam dalam plama. 1. Sel-sel darah : a. Eritrosiit Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat sebelum



dilepaskan



/



keluar.



Pda



proses



pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlkan hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekrangan salah satu unsur pembentkan seperti di atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan, maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny pada hemdialisis darah, hepar kewawalahan kewalahan



16



menglah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejla kuning walaupun hati tidak mengalaami kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di organ lien terutama pada proses penghancurannya dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang diguunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan mengalami proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen empdu dan keluar berama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada permpuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa kimiawi yang tediri dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berpweran mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%. b. Leukosit Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan tubuh dengan cara menghncurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit sama sekali disebut agraanulasitosis. 17



c. Trombosit Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupkan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatny yaitu megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur



peredarannya



sekitar



10



hari.



Trombosit



mempunyai kemampuan untuk melakukan : •



daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)







daya adhesi (melekat)







daya agregasi (berkelompok)



Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya seabagai hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian



dilanjutkan



dengan



proses



pembekuan



darah .Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu proses pembekuan



18



darah. 2. Plasma Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah yang berbntuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain. Komposisi dari plasma : • Air : 91-92% • Protein plasma : o Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di hepar). o Globulin (terbentuk di dalam hepar,



limfosit



dan



sel-sel



retikuloendotelial). Immunoglobulin



merupakan



bentuk globulin. o Fibrinogen o Protrombin. • Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin • Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon. Fungsi Protein Plasma :



19



a) Memprtahankan yang



tekanan



osmotik



plasma



diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan jaringan. b) Dngan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma



bertndak



sebagai



penyngga



dalam mempertahnkan pH normal tubuh. c) Fibringen



dan



protrombin



adlah



penting



untuk



pembekuan darah. d) Immunglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tuuh melawan infeksi. 2.3.3 Etiologi Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh : a. Virus Dengue. Virus dngue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam



Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari



empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu dari yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baaik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes



20



Albopictuus. b. Vektor. Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkn



antibodi



seumur



hidup



terhadap



serootipe



bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jeniis yang lainnya. 2.3.4 Manifestasi Klinis Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah : 1) Demam. Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara



mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. 2) Perdarahan. Uji tourniquet positif



h. Perdarahan, petekia,



epitaksis,



perdarahan massif. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat



21



perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna



hitam



karena



adanya



perdarahan.



Perdarahan



gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. 3) Anoreksia 4) Mual muntah 5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut 6) Nyeri kepala 7) Nyeri otot dan sendi 8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 ) 9) Hepatomegali. Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita. 10) Renjatan (Syok). Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki srta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.



22



2.3.5 Klasifikasi WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat, yaitu sebagai berikut: •



Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan(ujitourniquiet positif).







Derajat II Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan perdarhan lain.







Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah







Derajat IV Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur



2.3.6



Patofisiologi dan WOC a. Patofisiologi Menurut Huda dan Kusuma 2015 Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia akan menyebabkn klien mengalami viremia. Beberpa tanda dan gejala yang muncul seeperti demam, sakit kepla, mual nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler



yang 23



mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding pembuluh



darah.



Plsma



dapat



penyakit,



dinding



vaskuler selama



pross



demam



klieen mengalami renjatan berat. Volume



hingga



perjalanan



menembus dari



mulai



plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan



seseorang



mengalami



kegagalan sirkulasi.



Adanya kebcoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat berakibat fatal yaitu kematian. Virmia jga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Pubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir pada perdarahan, baik pada



jaringan



menimbulkn



kulit



tanda



maupun seprti



saluran cerna



munculnya



prpura,



biasanya ptekie,



hematemesis, atapun melena



24



PATHWAY DHF ( Sumber : Huda dan Kusuma 2015 )



25



2.3.7



Pemeriksaan Penunjang a) Darah •



Trombosit menurun







Hb Meningkat lebih 20 %







Ht Meningkat Lebih 20 %







Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3







Protein darah rendah







Ureum PH bias meningkat







Na dan Cl rendah



b) Rontgen thorax c) Uji tourniket ( Positif ) 2.3.8



Penatalaksanaan (Nursalam, 2008) a. Keperawatan Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. • Kegagalan sirkulasi darah Dngan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat renjatan akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema) dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai



26



permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien kencing / tidak. • Risiko terjadi pendarahan Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau daerah retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung. • Gangguan suhu tubuh Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti 27



konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter. • Gangguan rasa aman dan nyaman Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).



b.Medis Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan



28



suportif • DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila : 1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.



2) Hematokrit yang cenderung meningkat. Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital



29



(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1 sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak. • DHF disertai renjatan (DSS) Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central Venous Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan



gastrointestinal



yang



berat.



Kadang-kadang 30



perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan pemberian darah. 2.3.9



Komplikasi Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut: a. Gagal ginjal. b. Efusi pleura. c. Hepatomegali. d. Gagal jantung



2.4 Asuhan Keperawatan 2.4.1 Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. 2. Keluhan Utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 3. Riwayat Penyakit Sekarang



31



Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis. 4. Riwayat penyakit dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain. 5. Riwayat penyakit keluarga Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien 6. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari 7. Riwayat



gizi



Status



gizi



anak



menderita



DHF



dapat



bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. 8. Kondisi lingkungan 32



Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar). 9. Pola kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena. c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang. e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan. 10. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung



rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara



umum:



33



1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah. Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur. Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit. 2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC) 3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam. 4) Mata Konjungtiva anemis 5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV. 6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran. 7) Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing. 34



8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid



tidak



mengalami pembesaran 9) Dada / thorak I



: Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.



Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV. 10) Abdomen I



: Abdomen tampak simetris dan adanya asites.



Pal



:Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)



Per



: Terdengar redup



A



: Adanya penurunan bising usus



11) Sistem integument Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket



dilakukan



dengan



terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).



35



12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah 13) Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tida 14) Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : • Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %). • Trobositopenia (< dari 100.000/ml). • Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis). • Ig. D. dengue positif. • Hasil



pemeriksaan kimia darah menunjukkan :



hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia. • Urium dan pH darah mungkin meningkat. • Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah. • SGOT / SGPT mungkin meningkat.



2.4.2 Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang informasi



36



d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan mengeluh lelah



37



2.4.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN ) NO



SDKI,2017



1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan mukosa bibir kering



Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan TUJUAN Setelah



dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan hipovolemia terpenuhi. Kriteria Hasil : Status Cairan • Turgor kulit • Perasaan lemah • Keluhan haus • Tekanan darah • Intake cairan membaik • Suhu tubuh



SIKI, 2017



 Manajemen hipovolemia Observasi : Periksa tanda dan gejala hipovolemik ( tekanan darah menurun, membrane mukosa kering, hematocrit meningkat ) Monitor intake dan output cairan Terapeutik : Hitung kebutuhan cairan Berikan posisi modified trendelenburg Berikan asupan cairan oral Edukasi : Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Anjurkan menghindari perubahan posisi 38



mendadak Kolaborasi : Kolaborasi pemberian cairan IV



-



-



-



isotonis ( misalnya : NaCl, RL ) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( missal : glukosa 2,5%, NaCl 0,4% ) Kolaborasi pemberian cairan koloid ( miosal : albumin, plasmanate ) Kolaborasi pemberian produk darah



 Pemantauan cairan Observasi : - Monitor status hidrasi ( mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah ) - Monitor berat badan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium ( mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia ) Terapeutik : - Catat intake-output dan hitung



39



-



-



balans cairan 24 jam Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan Berikan



perlu Kolaborasi : - Kolaborasi



cairan intravena, jika



pemberian diuretik,



jika perlu



40



2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun



Setelah



dilakuan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi. Kriteria Hasil : Status Nutrisi • Porsi makanan yang dihabiskan sedang • Frekuensi makan • Nafsu makan cukup membaik • Mermban mukosa sedang







Manajemen nutrisi Observasi : - Identifikasi status nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan - Identifikasi makanan yang disukai - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric - Monitor asupan makanan - Monitor berat badan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik : - Lakukan oral hygiene, jika perlu - Fasilitasi menentukan pedoman dier ( mis. Piramida makanan )



41



-



-



-



-



Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Berikan makanan tinggi serat untuk menjegah konstipasi Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Berikan suplemen makanan, jika perlu Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi Edukasi : Anjurkan posisi duduk jika mampu Anjurkan diet yang diprogramkan Kolaborasi : Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda nyeri, antiemetic ), jika perlu kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan



42



 Pemantauan nutrisi Observasi : - Identifikasi factor yang mempengaruhi asupan gizi ( mis. Pengetahuan, ketersediaan makanan,



-



-



-



-



agama/kepercayaan, budaya, mengunyah tidak adekuat, gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pascaoperasi ) Identikasi perubahan berat badan Identifikasi kelainan pada kulit Identintifikasi kelainan eliminas ( mis. Kering, tipis, kasar, dan mudah patah ) Identifikasi pola makan ( mis. Kesukaan/ketidaksukaan makanan, konsumsi makanan cepat saji, makan terburu-buru ) Identifikasi kelainan pada kuku ( mis. Diare, darah, lender, dan eliminasi yang tidak teratur ) Identifikasi kemampuan menelan ( mis. Fungsi motoric wajah, reflex



43



menelan, dan reflex gag ) -



-



-



-



-



Identifikasi kelainan rongga mulut ( mis. Peradangan, gusi berdarah, bibir kering dan retak, luka ) Identifikasi kelainan eliminasi ( mis. Diare, darah, lender. Dan eliminasi yang tidak teratur ) Monitor mual dan muntah Monitor asupan oral Monitor warna konjungtiva Monitor hasil laboratorium ( mis. Kadar kolestrol, albumin serum, transferrin, kreatinin, hemoglobin, hematocrit, dan elektrolit darah ) Terapeutik : Timbang berat badan Ukur antropometrik komposisi tubuh ( mis. Indeks massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran lipatan kulit ) Hitung perubahan berat badan Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi :



44



-



3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang informasi



dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan deficit pengetahuan meningkat. Kriteria Hasil : Tingkat Pengetahuan • Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat • Pertanyaan tentang masal;ah yang dihadapi meningkat



Jelaskan



tujuan prosedur



pemantauan - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu  Edukasi Kesehatan Observasi



Setelah



: -



-



-



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Identifikasi faktor-faktor yang dapay meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik : Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi : Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan



45



4.



Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan dengan gangguaan koagulasi tindakan (penurunan trombosit) ditandai keperawatan 1 x 24 jam diharapkan dengan trombositopenia tingkat perdarahan menurun . Kriteria Hasil : Tingkat Perdarahan • Kelembapan membran mukosa • Suhu tubuh meningkat • Hematokrit membaik



-



Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



-



Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat



 Pencegahan Perdarahan Observasi : - Monitor tanda dan gejala perdarahan - Monitor nilai hematocrit / hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan darah - Monitor tanda dan gejala ortostatik - Monitor koagulasi ( mis. Prothrombin time (PT), Partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, deradasi fibrin dan/atau platelet ) Terapeutik : - Pertahankan bedrest selama perdarahan - Batasi tindakan invasive, jika perlu - Gunakan kasur pencegah



46



-



decubitus Hindari pengukuran suhu rektal



Edukasi : - Jelaskan -



-



5.



Hipertermi berhubungan dengan



Setelah



dilakukan



tanda dan gejala perdarahan Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi Anjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi : Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu Kolaborasi pemberian pelunak tinja



 Manajemen Hipertermia Observasi : 47



proses infeksi virus dengue



tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan hipertermi membaik. Kriteria Hasil : Termoregulasi • Menggigil • Kulit merah • Kejang • Pucat • Suhu tubuh • Tekanan darah



- Identifikasi penyebab hipertemia ( mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator ) - Monitor suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit - Monitor haluan urine - Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik : - Sediakan lingkungan yang dingin - Longgarkan atau lepaskan pakaian - Basahi dan kipasi permukaan tubuh - Berikan cairan oral - Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis ( keringat berlebihan ) - Lakukan pendinginan eksternal ( mis. Seliput hipotermia atau kompres dingin di dahi, leher, dada, abdomen, aksila ) - Hindari pemberian antipiretik atau aspirin - Berikan oksigen jika perlu



48



Edukasi : Anjurkan tiring baring Kolaborasi Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena, jika perlu 6.



Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan dengan kelemahan fisik tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas meningkat. Kriteria Hasil Toleransi aktivitas • Frekuensi nadi • Kemudahan dalam melakukan aktivitas seharihari



 Manajemen energi Observasi : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan - Monitor kelelahan fisik dan emosional - Monitor pola dan jam tidur - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik : - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis. Cahaya, suara, kunjungan ) - Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan - Fasilitasi duduk di sisi tempay



49



tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi : -



-



Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Anjurkan menghubungi perawatb jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



50



2.4.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011). 2.4.5 Evaluasi Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu : a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.



51



3.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN ) NO 1.



DIAGNOSA Hipovolemia berhubungan dengan Peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering



Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan INTERVENSI



TUJUAN Setelah







dilakukan tindakan



keperawatan 3 x 24 jam diharapkan



Manajemen



hipovolemia



Observasi : -



Periksa tanda dan gejala hipovolemik



hipovolemia membaik.



( tekanan darah menurun, membrane



Kriteria Hasil :



mukosa



Status Cairan



kering, hematocrit meningkat ) -



Monitor intake dan output cairan







Turgor kulit







Perasaan lemah







Intake cairan membaik



-



Berikan asupan cairan oral Edukasi :







Suhu tubuh



-



Anjurkan memperbanyak asupan



Terapeutik :



cairan oral Kolaborasi : -



Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( misalnya : RL )



 Pemantauan cairan Observasi : badan



Monitor berat



-



Monitor hasil



pemeriksaan laboratorium Terapeutik : -



Berikan cairan



intravena Kolaborasi :



2.



Defisit berhubungan dengan



Nutrisi psikologis



(keengganan untuk makan) ditandai dengan berat badan menurun



Setelah



dilakuan



tindakan



Kolaborasi pemberian diuretik  Manajemen nutrisi Observasi



keperawatan 3 x 24 jam diharapkan



:



ketidakseimbangan nutrisi kurang



-



Identifikasi alergi



dari kebutuhan tubuh terpenuhi.



-



Identifikasi



Kriteria Hasil :



makanan yang disukai Terapeutik :



Status Nutrisi



-



• Porsi makanan yang dihabiskan



makanan



sedang • Frekuensi makan



Berikan tinggi



serat untuk mencegah konstipasi Edukasi : -



Anjurkan



posisi



duduk



jika



mampu • Nafsu makan cukup membaik



Kolaborasi :



• Mermban mukosa sedang



- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan  Pemantauan nutrisi Observasi : -



Identifikasi kelainan pada kulit



-



Identintifikasi kelainan eliminasi



-



Monitor mual dan muntah



Terapeutik : -



Timbang berat badan Edukasi :



-



Jelaskan tujuan prosedur



pemantauan Kolaborasi : -



Kolaborasi dengan ahli gizi



3.



Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan dengan fungsi kognitif ditandai keperawatan 3 x 24 jam diharapkan



 Edukasi Kesehatan Observasi :



dengan kurang informasi



-



deficit pengetahuan meningkat.



kemampuan menerima informasi



Kriteria Hasil : Tingkat Pengetahuan -



-



Kemampuan



Identifikasi kesiapan dan



-



Identifikasi



menjelaskan



faktor-faktor yang dapat



pengetahuan tentang suatu



meningkatkan



topik meningkat



dan menurunkan



Pertanyaan tentang masal;ah yang dihadapi meningkat



motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik : -



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan



-



Berikan kesempatan bertanya Edukasi :



-



Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan



-



Ajarkan perilaku hidup sehat



Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan dengan gangguaan koagulasi tindakan (penurunan trombosit) ditandai keperawatan 1 x 24 jam diharapkan dengan trombositopenia tingkat perdarahan menurun . Kriteria Hasil : Tingkat Perdarahan



 Mencegahan Perdarahan Observasi : -



Monitor tanda dan gejala perdarahan







Kelembapan membran







mukosa







Suhu tubuh meningkat Hematokrit membaik



-



Monitor nilai



hematokrit / hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan darah Terapeutik : -



Pertahankan



bedrest selama perdarahan Edukasi : -



Jelaskan tanda



dan gejala perdarahan -



Anjurkan



meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi Kolaborasi : -



Kolaborasi



pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu



3.4



prosedur pemantauan (ibu tujuan pemantauan nutrisi agar nutrisi klien terpenuhi)



agar tidak terjadi konstipasi ) Kolaborasi : 6.



Melakukan



Kolaborasi



pemberian



obat



pengontrol



perdarahan,



jika



(tidak



perlu



diberikan obat)



ada



kali. 3. Memonitor



mual dan



muntah ( klien sudah tidak merasakan



mual dan



muntah ) T: 4. Menimbang berat badan, berat badan 45 kg



7.



Senin / 24 Juni 2019



Hipovolemia berhubungan dengan Peningkatan permeabilitas



08.00



 Memanajemen



Jam 13.00



hipovolemia Observasi :



S:



1. Memperiksa



tanda dan gejala hipovolemik (



• Ibu klien mengatakan klien sudah sering minum • Ibu klien mengatakan sudah tidak



BAB klien sudah mulai lancar 6.



Memonitor



mual



dan



muntah (klien sudah tidak ada mual dan muntah lagi ) T: 7. Menimbang berat badan, berat badan klien 45 kg P : 28 x/m S : 35,5 ˚C A : defisit Pengetahuan teratasi P : Intervensi dihentikan



DAFTAR PUSTAKA



Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015. Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan



Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu



Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Mauliana



Y,



dkk



2018. Makalah



Family



Center



Care.



Mataram.



https//id.scribe.com Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. 61



Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata Komalasari, dkk. Jakarta : EGC Rini. D.M. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care D4engan Kecemasan anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU dr. H. Koesnadi Jember. https//repository.unei.ac.id Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta: Sagung Seto Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122. Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto. Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi



62



63