Askep DHF Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) PADA ANAK Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II Dosen Pengampu : Ns. Natalia Devi Oktarina, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. An



  Disusun oleh : Nur Septiyan Endaryanti



011191118



Devi Triana



011191040



Dewi Yuliani



011191001



Dewi Yuniasari



011191050



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNINERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN AJARAN 2020/2021



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan DHF pada Anak” Mata Kuliah Keperawatan Anak II. Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, dan sangat berterima kasih kepada dosen yang selalu membimbing kami hingga dapat menyelesaikan Makalah ini. Kami sangat menyadari dengan segenap jiwa dan raga, bahwa penyusunan tugas makalah ini memiliki begitu banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penyusunan Makalah ini dapat berlangsung dengan baik dan tak kurang suatu apapun. Kami sangat berterimakasih kepada Allah SWT, orang tua, dosen, temanteman, serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan dan penyusunan Makalah ini. Tanpa bantuan kalian, kami tidak akan berhasil dalam pelaksanaan penyusunan Makalah ini.



Ungaran, 22 September 2021



ii



DAFTAR ISI



COVER..................................................................................................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 A.



Latar Belakang...........................................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah......................................................................................................................2



C.



Tujuan........................................................................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3 A.



Anatomi dan fisiologi sistem Hematologi..................................................................................3



B.



Definisi Penyakit DHF..............................................................................................................5



C.



Etiologi......................................................................................................................................6



D.



Manifestasi Klinis......................................................................................................................7



E.



Patofisiologi...............................................................................................................................9



F.



Tanda dan Gejala.....................................................................................................................10



G.



Klasifikasi................................................................................................................................10



H.



Komplikasi..............................................................................................................................11



I.



Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................12



J.



Penatalaksaan DHF Pada Anak................................................................................................13



K.



Asuhan Keperawatan...............................................................................................................14 1.



Pengkajian...........................................................................................................................14



2.



Pathway...............................................................................................................................18



3.



Diagnosa Keperawatan........................................................................................................19



4.



Intervensi Keperawatan.......................................................................................................19



5.



Implementasi Keperawatan..................................................................................................24



6.



Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................24



BAB III PENUTUP.............................................................................................................................25 A.



Kesimpulan..............................................................................................................................25



B.



Saran........................................................................................................................................25



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengue Hemorrhagic Fever atau biasa yang dikenal dengan Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. Penyakitpenyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat penduduknya. Data di dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah menunjukan selama 2009 ada 16.858 kasus demam berdarah di Jawa Tengah dengan pasien yang meninggal dunia 230 orang. Dari jumlah itu, yang terjadi di kota Semarang mencapai 3.314 kasus dengan meninggal dunia 48 orang. Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam waktu dua minggu. Penyakit DHF jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang semakin berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian. Virus dengue terdiri dari empat serotipe yang berbeda yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara mereka, genotipe «Asia» dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan penyakit berat yang menyertai infeksi dengue sekunder. 2 DBD berat atau yang biasa disebut Demam Berdarah Dengue pertama kali dikenal pada 1950-an selama epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diataranya yaitu Afrika, Amerika Mediferania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki kasus DBD tetinggi. Indonesia sudah ditetapkan menjadi salah satu negara dengan penyakit endemik demam berdarah, karena Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kecenderuan peningkatan tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya masalah kesehatan yang dialam pasien. Masalah kesehatan yang umum terjadi pada penyakit DHF yaitu hipertermia dan disertai dengan nyeri akut misalkan nyeri pada otot, persendian maupun sakit kepala. 1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem hematologi? 2. Apakah devinisi dari penyakit DHF? 3. Bagaimana etiologi DHF? 4. Apa saja manisfestasi klinis dari DHF? 5. Bagaimana patofisiologi DHF? 6. Apa saja tanda dan gejala penyakit DHF? 7. Apa saja klasifikasi penyakit DHF? 8. Apa saja komplikasi pada DHF? 9. Apa saja pemeriksaaan penunjang penyakit DHF? 10. Bagaimana cara menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF? 11. Bagaimana cara memeberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF?



C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi sistem hematologi 2. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit DHF. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan etilogi DHF. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF. 5. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF. 6. Mahasiswa dapat menjelaskan tenda dan gejala penyakit DHF. 7. Mahasiswa dapat menejelaskan klasifikasi dari DHF. 8. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi DHF. 9. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit DHF. 10. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF. 11. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi dan fisiologi sistem Hematologi Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody. 



Komposisi darah



Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah. Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel. a. Sel darah merah Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mulamula. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali. b. Sel darah putih 3



Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak. Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk memeranginya. 



Pembekuan darah



Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu : Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang. 1. Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah. 2. Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson,2001) 



Fungsi darah



Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran oksigen pada tubuh :



4



1. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah 2. Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri. 3. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri 4. Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk pembakaran (oksidasi) 5. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida. 6. Peredaran



darah



kecil



yaitu



peredaran



darah



dari



jantung



membawa



karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen dibawa ke jantung. Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah: - sari makanan keseluruh tubuh - paru ke seluruh tubuh - paru Mengedarkan hormone



B. Definisi Penyakit DHF DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA,1994 ; 201) Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan 5



perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ) DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).



C. Etiologi Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan infeksi dengan salah satu 6



serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420). Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto,1990 ; 37). Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).



D. Manifestasi Klinis Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit 7



parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian. Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu: a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi. b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah. d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur. Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari. I. Gejala awal termasuk: a. Nafsu makan menurun b. Demam c. Sakit kepala d. Nyeri sendi atau otot e. Perasaan sakit umum f. Muntah II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh: a. Bercak darah di bawah kulit b. Bintik-bintik kecil darah di kulit c. Ruam Generalized d. Memburuknya gejala awal III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan: a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat 8



b. Berkeringat



E. Patofisiologi Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertamatama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintikbintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virusantibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya



volume



plasma,



terjadi



hipotensi,



hemokonsentrasi,



dan



hipoproteinemia serta efusi dan renjata (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahanhebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan 9



cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. F. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala penyakit DHF adalah : - Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 – 7 hari - Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. - Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita - Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. - Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. - Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. - Pembengkakan sekitar mata. - Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. - Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).



G. Klasifikasi Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu : Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya. Derajat III



10



Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu: -



Derajat I



Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi. -



Derajat II



Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. -



Derajat III



Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80120/100 -120/110 - 90/70 - 80/70 - 80/0 - 0/0 ) - Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. Derajat (WHO 1997): Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. H. Komplikasi a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian. b.



Ensepalopati.



c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang. 11



d. Disorientasi, prognosa buruk.



I. Pemeriksaan Penunjang Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni : - Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994). - Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah 



Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.







Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)



- Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau 46 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram,kreatinin serum. - Laboratorium: Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%. Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF : a. Darah 1) Trombosit menurun. 2) HB meningkat lebih 20 % 3) HT meningkat lebih 20 % 4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 5) Protein darah rendah 6) Ureum PH bisa meningkat 7) NA dan CL rendah b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen thorax : Efusi pleura. 12



2) Uji test tourniket (+)



J. Penatalaksaan DHF Pada Anak Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344). Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571) Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu: -Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang. 



Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.







Panas disertai perdarahan- perdarahan.







Panas disertai renjatan.



Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 –206 adalah: Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”.



Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal



tidak boleh diberikan -



Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari



-



Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari



-



Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari



-



Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari. a.



Oral ad libitum atau b.1 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama –sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya



13



b.2 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –banyaknya dan sesering mungkin. b.3 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : 



100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg







75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg







60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg







50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg



Obat-obatan lain : - antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain - antipiretik untuk anti panas - darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat. K. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017). a. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. b. Keluhan utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lema. c. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan



14



persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis. d. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain. e. Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan. f. Riwayat gizi Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang. g. Kondisi lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar) h. Pola kebiasaan 1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun. 2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria. 3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang. 4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes aegypty. 5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan. i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut : 15



1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah. 2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur. 3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun. 4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru. j. Sistem integumen 1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. 2) Kuku sianosis atau tidak 3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV). 4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV. 5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan asites 6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang. k. Pemeriksaan laboraturium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : 1) HB dan PVC meningkat (≥20%) 2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml) 3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis) 4) Ig. D dengue positif 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia 6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat 16



7) Asidosis metabolic : pCO2