23 0 212 KB
LAPORAN PENDAHULUAN Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) DI RUANG RAWAT INAP (melati 10 BED 1) RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN Untuk memenuhi nilai PKM Keperawatan Dasar
Disusun Oleh : RIAN PURNAMA CKR0190075 KEPERAWATAN REGULER B SEMESTER 5
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) A. KONSEP PENYAKIT I. PENGERTIAN Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus ( Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2001 : 57). Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein (Nelson, 2000 : 1134). II.
ETIOLOGI Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain. - Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. III.
MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas). 2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis. 3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut. IV.
PATOFISIOLOGI
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu. -
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
-
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
-
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian. V. -
KLASIFIKASI DHF Derajat I
: Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi. -
Derajat II
: Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan
lain. -
Derajat III
: Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin,
lembab, gelisah. -
Derajat IV
: Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
VI.
PENATALAKSAAN
1. DHF tanpa Renjatan Rasa haus dan dehidrasi timbul karena demam tinggi, anoreksia dan muntah, klien harus banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam, dapat berupa air teh, sirup atau oralit. Panas dapat diberi kompres es atau alkohol 70 %. Pemberian infus dilaksanakan pada klien apabila : a. Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam dapat terjadinya dehidrasi dan asidosis. b. Nilai hematokrit tinggi. 2.
DHF dengan Renjatan Prinsip: Mengatasi renjatan dengan penggantian volume cairan yaitu cairan RL.
3. Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif. VII.
KOMPLIKASI
-
Tekanan darah menurun.
-
Kulit basah dan terasa dingin.
-
Napas tidak beraturan.
-
Mulut kering.
-
Denyut nadi lemah.
-
Jumlah urin menurun.
VIII. DIAGNOSA BANDING Diagnosis banding perlu dipertimbangkan apabila terdapat kesesuaian klinis dengan demam tifoid, chikungunya, dan campak. Pada awal perjalanan penyakit yaitu pada fase demam, diagnosis banding dapat mencakup infeksi bakteri, virus, atau infeksi parasit yang mirip dengan infeksi dengue seperti demam tifoid, campak, malaria dan demam chikungunya. Demam berdarah dengue berbeda dengan demam tifoid, dimana jenis demam tifoid yang lama dan suhu tubuh lebih meningkat biasanya pada sore hari dan menurun pada pagi hari.Pola demam berperti anak tangga. Gejala lain sama dengan DHF seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan uji widal.
Demam berdarah dengue dengan demam chikungunya berbeda. Pada demam chikungunya biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan cara penularannya mirip dengan penularan influenza. Pada demam chikungunya, serangan demam mendadak lebih mendadak dibandingkan dengan demam berdarah dengue, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, adanya injeksi konjungtiva dan lebih sering disertai dengan nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir sama dengan demam berdarah dengue. Pada demam chikungunya tidak ditemukan adanya perdarahan gastrointestinal, syok, dan tidak terjadinya peningkatan. Pada penyakit malaria, gejala klinis yang muncul yaitu biasanya demam menggigil secara berkala dan biasanya terjadi sakit kepala secara bersamaan, suhu badan menurun, terdapat anemia, splenomegali (pembesaran limpa), dan terjadi ikterus (hemolisis dan gangguan hepar). Namun pada demam berdarah dengue, demam terjadi secara mendadak, suhu dapat mencapai 380C - 400C yang terjadi 2 hingga 7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, hepatomegali, terdapat tanda-tanda syok, lemah, mual, muntah, sakit kepala, diare, dan ruam merah dan sakit pada otot dan persendian. Pada tes laboratorium demam berdarah dengue biasanya dilakukan uji serologi IgM, IgG, dan ELISA, dan mendeteksi antigen viral dengan metode PCR serta dengan cara fluorosensi imunoglobulin. Sedangkan pada malaria, tes laboratorium bisanya ditemukan parasit dalam darah yang dipulas dengan Giemsa. Campak biasanya muncul dengan gejala klinis berupa adanya bercak merah yang dapat hilang apabila di tekan. Bercak merah timbul pada hari ke-3 sampai dengan hari ke 5, yang kemudian akan berkurang pada minggu kedua dan menimbulkan bekas terkelupas dan bercak kehitaman. Bercak merah muncul diawali dengan adanya keluhan pilek dan batuk ketika munculnya demam pada hari pertama.Sedangkan bercak yang timbul pada demam berdarah dengue muncul pada hari ke-2 sampai 3. Pada hari ke-4 dan 5 bercak menghilang tanpa diikuti proses terkelupas dan bercak kehitaman pada kulit. Selain gejala klinis tersebut yang membedakan penyakit demam berdarah dengue dengan campak adalah pada demam berdarah dengue terjadi penurunan trombosit/trombositopenia. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia aplastik anak sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder.
IX.
PATHWAY Virus Nyamuk Aedes Agypty Inkubasi virus
Sistem Gastrointestinal
Sistem eliminasi
Sistem integumen
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem muskuluskeletal
Hepatomegali
Perdarahan lambung
Infeksi virus dengue
Pengeluaran zat anafilatoksin
Viremia
Menekan diafragma
Melena
Temoregulasi
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke extravaskuler
Mual, muntah
HB menurun
Demam
Anoreksia
Lemah
Nafsu Defisit volume makan cairan menurun
Intoleransi aktivitas
Hipertermi
Peningkatan permeabilitas vaskuler Kebocoran plasma
Peningkatan suhu tubuh Perdarahan ekstra Gangguan rasa vaskuler nyaman
Masuk pleura
Kebocoran sel drh merah keruang ekstra vaskuler
Anorexia
Hipovolemia
HB pekat
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan sirkulasi perfusi
Kerja jantung berlebihan
Timbunan cairan pada pleura
Nyeri otot dan sendi Gangguan rasa nyaman, nyeri
Efusi pleura Gangguan pola nafas
Payah jantung Gagal jantung
B. PENGKAJIAN I. WAWANCARA Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien Nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan, pend. Terakhir, suku/bangsa, golongan darah, alamat, tanggal masuk RS, tangal pengkajian, diagnosa medis, dan nomor medrek b. Keluhan utama Pada pasien DHF pada umumnya adalah demam yang di sertai sakit kepala heba/pusing c. Riwayat penyakit saat ini Pada umunya didapat keluhan pasien demam, yang biasanya ditandai dengan suhu tubuh meningkat dan timbulnya bintik-bintik merah, pendarahan spontan. d. Riwayat penyakit dahulu Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis yabf kemudian berhubungan dengan perjalanan kearah geografis lain. e. Riwayat penyakit keluarga meliputi susunan keluarga, penyakit keturunan/menular yang pernah diderita anggota keluarga seperti : DM, Hepatitis. f. Kondisi Lingkungan pada umunya pasien DHF kurang memperhatikan sanitasi lingkungan, personal hygiene serta persepsi untuk selalu hidup sehat.
g. Nutrisi dan metabolisme pada umunya pasien DHF mengalami gangguan dan asupan nutrisi. Hal ini disebabkan karena pasien mengalami anorexia dan muntah dan kekurangan cairan karena adanya deman dan muntah. h. Konsep Diri biasanya pada psien DHF terjadi kecemasan keadaan penyakitnya dan ketakutan dampak pesikologik pasien.
II. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan klien adalah sebagai berikut : 1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah. 2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur. 3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun. 4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru. III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah trombosit
b. kimia darah
Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
SGOT/SGPT meningkat
Ureum dan pH darah meningkat
c. urinalis 1. Mungkin ditemukan albumin ringan d. uji sum-sum tulang
2. pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler (doengas, 2000)
IV. ANALISA DATA NO
DATA
KEMUNGKINAN
MASALAH
PENYEBAB 1.
Ds :
faktor penyebab
Klien mengatakan demam ada samapi seminggu turun naik, mual (+), muntah batuk (-), pilek (-) dan pendarahan (-)
Rx peradangan
Do : klien composmentris TD : 100/80 mmHg N : 125x/ menit
hipertermi
inflanasi termorebulasi di hipothalamus suhu tubuh demam hipertermi
R : 20x/ menit S : 39 °C 2.
Spo2 : 97 Ds : Kliem mengatakan jika makan akan mual dan jika di paksa akan muntah sehingga selera makan menurun Do : Menolak untuk makan BB : 59 kg Makan ± hanya 3-5 sendok
Asam lambung meningkat Inflamsi mukosa lambung Mual dan muntah Selera makan menurun Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. DIANOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL 1. hipertermi berhubungan dengan infeksi virus 2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. D. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN No
Diagnosa
.
keperawatan
1.
Hipertermi
Tujuan Setelah
Intervensi
dilakukan
Rasional
Observasi
Tanda-tanda
evaluasi S : klien
berhubungan
asuhan
tanda-tanda
vital
mengatakan
dengan infeksi
keperawatan
vital tiap 8 jam
merupakan
demam sudah
virus
selama 1x24 jam
sekali
acuan
pasien
akan:
menunjukan
suhu
tubuh
untuk berkurang dan mengetahui suhu tubuh
Berikan kompres hangat
dalam
pada
rentang normal
lipatan
TTV Normal
bagian tubuh
paha dan aksila
keadaan umum dalam rentang pasien. normal Kompres hangat
dapat O : klien masih mengembalika terlihat masih n suhu normal lemas memperlancar sirkulasi.
A : lanjutkan
Untuk mengetahui adanya ketidakseimba ngan
cairan
tubuh.
Dapat
itervesi P : masalah teratasi
menurunkan demam
2.
Ketidakseimbang
Setelah
an nutrisi kurang dari tubuh
kebutuhan
Kaji keadaan
Intervensi
S
asuhan
klien
beri
selanjutnyan
mengatakan
keperawatan 1x24
makan sesuai
merangsang
nafsu
jam Menunjukkan
kebutuhan
nafsu
dilakukan
:
majan mulai
klien makan
berhubungan
kebutuhan
klien.
klien sehingga meningkat
dengan anoreksia,
terpenuhi.
Anjurkan
klien
mual dan muntah.
Memperlihatkan
klien
makan
adanya
sedikit
makan
nutrisi
selera
untuk tapi
sering
mau
O
:
porsi
makan
lebih
banyak
dari
sebelumnya A
:
lanjut
intervensi P
:
teratasi
DAFTAR PUSTAKA https://scholar.google.com/scholar?cluster=5716668770482706164&hl=id&as_sdt=0,5 otnas santoso.Laporan Pendahuluan DHF.Academia.edu https://www.academia.edu/40020993/Laporan_Pendahuluan_DHF
masalah