19 0 270 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA NASOFARING DI RUANG KEMOTERAPI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Keperawatan Medical Bedah 1 (PPKMB 1)
Disusun Oleh : Riki Hanafi (KHGD22056)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT 2022
Ca NASOFARING A. Pengertian Kanker nasofaring merupakan karsinoma sel skamosa yang mula-mula terlihat sebagai masa yang berulserasi dan emgerosi kanker nasofaring, menginvasi ke daerah tengkorak dan bermetastase ke nodus limfatikus dalam satadium dini. Sehingga sering terlihat sebagai benjolan metastasis di leher atau sebagai paralisis saraf otak tersendiri. Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001) B.
Etiologi Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni : 1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid). 2. Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR) 3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll). 4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll. 5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring : 1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine. 2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup. 3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan). 4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia) 5. Radang kronis nasofaring
6. Profil HLA C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain : 1.
Gejala nasofaring Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.
2. Gangguan pada telinga Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia) 3.
Gangguan mata dan syaraf Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik. Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.
4. Metastasis ke kelenjar leher Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat.
E.
Pemeriksaan Diagnostik 1. Nasofaringoskopi 2. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %. 3. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan. 4. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B. 5. Pengerokan
dengan
kuret
daerah
lateral
nasofaring
dalam
narkosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149). F.
Penatalaksanaan Medis 1. Radioterapi merupakan pengobatan utama
ditekankan pada penggunaan
megavolte dan pengaturan dengan komputer (4000-6000 R)
2. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus. Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”. G. Konsep Asuhan keperawatan 1.
Pengkajian a. Identitas Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat. Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. b. Riwayat kesehatan Keluhan utama Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan dan terdapat kekakuan dalam menelan. Riwayat kesehatan sekarang Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Riwayat kesehatan dahulu Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup,
misalnya pada penderita Ca tonsil adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar zat-zat kimia, riwayat stomatitis yang lama, oral hygiene yang jelek, dan yang lainnya. Riwayat kesehatan keluarga Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau adanya penyakit keturunan yang berhubungan dengan Ca Nasofaring 2.
Pemeriksaan Fisik a. Tanda dan Gejala
1) Aktivitas Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktorfaktor yangmempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas. 2) Sirkulasi Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung. 3) Integritas Ego Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah. 4) Eliminasi Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. 5) Makanan/ Cairan Kebiasaan diit buruk (rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit. 6) Neurosensori Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus 7) Nyeri/ Kenyamanan Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
8) Pernafasan Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan 9) Keamanan Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit 10) Seksualitas Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan. 11) Interaksi Sosial Ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung b. Pemeriksaan Fisik 1)
Keadaan umum Kaji tentang keadaan klien, kesadaran dan tanda-tanda vital.
2)
Sistem respirasi Jika Ca sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka klien akan mengalami kesukaran bernafas, apalagi klien dilakukan Trakheostomi, produksi sekret akan menumpuk dan mengakibatkan jalan nafas tidak efektif dengan adanya perubahan frekuensi nafas dan stridor.
3)
Sistem cardiovaskuler Ca nasofaring dengan pemasangan Trakheostomi dan produksi sekret meningkat, bila dilakukan suction yang berlebihan dalam satu waktu dapat merangsang reflek nerves sehingga mengakibatkan bradikardi dan biasanya terjadi peningkatan JVP.
4)
Sistem gastrointestinal Dapat ditemukan adanya mukosa dan bibir kering, nafsu makan menurun, penurunan berat badan. Jika Ca sudah menyumbat saluran pencernaan dapat dilakukan tindakan Gastrostomy.
5)
Sistem muskuloskeletal Kekuatan otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan dalam mobilisasi leher karena adanya pembengkakan bila Ca sudah terlalu parah.
6)
Sistem endokrin Mungkin ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila ada metastase pada kelenjar tiroid.
7)
Sistem persyarafan Biasanya ditemukan adanya gangguan pada nervus III, IV, dan VI yaitu syaraf yang mempersyarafi otot-otot mata, nervus IX, X, XI dan XII yang mempersyarafi glosofaringeal, vagus, asesorius dan hipoglosus. Biasanya bila ada nyeri yang dirasakan klien dapat merangsang pada sistem RAS di formatio retikularis sehingga menyebabkan klien terjaga.
8)
Sistem urinaria Biasanya tidak ditemukan adanya masalah, bila ada metastase ginjal, akan terjadi penurunan fungsi ginjal.
9)
Sistem wicara dan pendengaran Dapat terjadi gangguan pendengaran yang disebabkan adanya sumbatan pada tuba eustacius sehingga menggangu saluran pendengaran. Bila Ca sudah bermetastase pada pita suara, maka klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal.
10) Sistem integumen Klien yang mendapat terapi radiasi atau kemoterapi akan terjadi perubahan warna hiperpigmentasi pada area penyianaran. 11) Sistem reproduksi Biasanya dengan adanya perasaan nyeri, maka dapat menyebabkan gangguan pada sexualitas. H. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi 3. Gangguan citra tubuh berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut I.
Rencana Asuhan Keperawatan
DX Nyeri
SLKI Setelah
dilakukan
SIKI tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan ..x.. jam diharapkan Observasi tingkat nyeri menurun dengan
Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria :
durasi,
Tingkat Nyeri
itensitas nyeri
Nyeri berkurang dengan skla
Identifikasi skala nyeri
2
Pasien idak mengeluh nyeri Pasien tampak tenang
Identifikasi respon nyeri non Identifikasi fakt si faktor yan g memp erberat dan memperingan
tenang
nyeri
TTV dibatas normal
Kontrol nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
bahwa
berkurang
nyeri dengan
manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri rasa
keberhasilan yang
terapi sudah
diberikan
Status kenyamanan
Monitor
komplementer
menggunakan menggunakan
Menaakan
kualitas,
verbal
Pasien dapat tidur dengan
Melaporkan
frekuensi,
Monitor
efek
samping
penggunaan analgetik Terapeutik
naman
setelah nyeri berkurang
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS,
akupresur,
terapi
biofeedback ,
terapi
terapi
pijat,
hipnosis, musik, pijat,
,
aromatera
aromaterapi, teknik pi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkungan yang me an yang memperberat rasa rat rasa
nyeri
(mis.
suhu
ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan
jenis
dan
sumber nyeri dalam pemilihan stategi meredakan nyeri Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor
nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan
terknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu Kerusakan
Setelah
dilakukan
Integritas
keperawatan selama x jam
asuhan Perawatan Integritas Kulit
Kulit/jaringan diharapkan keutuhan kulit atau
Observasi Identifikasi penyebab gangguan
jaringan, Dengan kriteria hasil :
integritas kulit (mis. Perubahan
Kerusakan jaringan menurun
sirkulasi, perubahan status
Kerusakan kulit menurun
nutrisi, penurunan kelembaban ,
Kemerahan menurun
suhu lingkungan ekstream,
Perdarahan menurun
penurunan mobilitas)
Elastisitas membaik
Teraupetik
Hidrasi membaik
Perfusi jaringan membaik
Tekstur membaik
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergi pada kulit sensitif Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit Edukasi Anjurkan menggunakan pelembab Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Perawatan Luka Observasi
Monitor karakteristik luka
Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Bersikan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
Pertahankan eknik steril saat melakukan tindakan perawaan luka
Edukasi
Jelaskan
tanda
dan
gejala
infeksi
Anjurkan makanan
mengkonsumsi tinggikalori
dan
protein Gangguan
Setelah
dilakukan
Citra Tubuh
keperawatan gangguan
tindakan Promosi citra tubuh
selama…x…jam
citra
tubuh
pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Diskusikan
perubahan
Citra tubuh
dan fungsinya
Verbalisasi perasaan negatif
Diskusikan
tentang
penampilan
perubahan
tubuh
fisik
terhadap keluarga
harga diri
Fokus pada penampilan masa
Jelaskan
kepada
lalu menurun
tentang
perawatan
Hubungan sosial membaik
perubahan citra tubuh
Penilaian
diri
positif
meningkat
perbedaan
menurun
Harga diri
tubuh
dan
Latih peningkatan penampilan diri
Perasaan malu menurun
Latih kemampuan
pengungkapan diri
kepada
oranglain maupun kelompok
Daftar Pustaka
1. Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
8. EGC. Jakarta. 2. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 3. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
4. Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 5. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997 6. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.