LP Dan Askep Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH (GASTRITIS)



Dosen Pembimbing: Ns. Rina Puspitas Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom



Disusun oleh: PUTRI AGUSTIANINGRUM NIM: 20317115



POGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG TAHUN 2020



LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH



A. DEFINISI Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun. Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalamketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya (Berkey, 2019). B. BATASAN Tahap perkembangan keluarga keempat dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orangtua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangan (Friedman, 2010). C. KARAKTERISTIK (Netty, 2017) Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Label yang digunakan oleh orang tua a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.



c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga. 2. Label yang digunakan pendidik/guru a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa. 3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok. b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku. c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak. d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain. D. TUGAS PERKEMBANGAN Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga. 1. Mendukung perkembangan anak Mendukung perkembangan anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam



keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut diatas sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk perkembangan kepribadiannya. Orangtua harus mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan memegang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain. Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar. 2. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu: a. High stress neighborhoods : ditandai dengan crowded, susunan keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan b. Low stress neighborhoods : kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-jalan yang aman. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masalah-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang. Keluarga dengan anak sekolah kebanyakan menginginkan mempunyai rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin



tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda paling banyak menerima dukungan dari keluarganya. Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka kesekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR) adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui departemen kesehatan negara atau klinik. 3. Komunikasi di Dalam Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah. Kebanyakan anak



senang



menceritakan



pengalaman



mereka,



banyak



bertanya,



dan



mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah. Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakan atau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan tentang peer mereka. Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real mereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear (takut), anxiety (cemas), resentment, anger (marah) dan cemburu. Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat dia'alnya sebagai mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup antar saudara. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam studi tentang selfesteem, anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan terakhir.



Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah. Dengana danya komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif. (Friedman et al., 2010) 1. Mensosialisasikan



anak-anak,



termasuk



meningkatkan



mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat 2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga E. MASALAH KESEHATAN (Baharun, 2016) Masalah yang mungkin terjadi pada anak usia sekolah adalah: 1. Masalah penglihatan, pendengaran, wicara 2. Kesulitan belajar 3. Gangguan tingkah laku 4. Perawatan gigi yang tidak adekuat 5. Penganiayaan dan menelantarkan anak 6. Penyalahgunaan zat 7. Penyakit Menular 8. Persaingan antara kakak-adik 9. Masalah kemanan anak Masalah keperawatan yang mungkin muncul: 1. Resiko cedera 2. Resiko Trauma 3. Resiko Keracunan 4. Resiko Infeksi 5. Gangguan Penanganan Pemeliharaan Rumah 6. Perubahan menjadi Orang tua 7. Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan



prestasi



sekolah



dan



8. Gangguan Komunikasi verbal F. INTERVENSI KEPERAWATAN Selain mempelajara masalah, perawat dan guru akan mendeteksi banyak defek visual, pendengaran, bicara, gangguan perilaku, perawatan gigi yang adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat dan penyakit menular diantara populasi anak sekolah. Perawat juga berperan sebagai narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru untuk dapat menangani kebutuhan kesehatan muridnya yang sudah umum dan bersifat lebih individual secara efektif. Bagi anak-anak yang memiliki masalah perilaku, perawat sekolah, klinik, dokter, dan lembaga komunitas harus aktif mencari keterlibatan orang tua dan memberikan konsleing suportif. Melakukan rujukan ke konseling atau terapi keluarga sering kali sangat berguna dalam membantu keluarga menyadari adanya masalah keluarga yang dapat dengan buruk mempengaruhi anak usia sekolah. Ketika orangtua mampu membuat kerangka ulang masalah perilaku anak dalam sebuah masalah keluarga dan menyelesaikan tindakan untuk menyelesaikan masalah dengan focus tersebut, sering kali menghasilkan fungsi keluarga dan juga perilaku anak yang lebih sehat. Intervensi keperawatan pada masalah keluarga dengan anak usia sekolah menurut Capernito, 2018 yaitu: 1. Monitor perkembangan anak masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi 2. Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan 3. Koordinator dengan layanan pediatri 4. Penyedia imunisasi 5. Konselor pada nutrisi dan latihan 6. Pendidik dalam isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan 7. Pendidik tentang hygiene perawatan gigi 8. Konselor pada keamanan lingkungan dirumah 9. Fasilitator dalam hubungan interpersonal



DAFTAR PUSTAKA



Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Keluarga; Telaah Epistemologis. Jurnal Pedidikan, 3(2), 96–107. Berkey, K. M., & Hanson, S. M. (2019). Pocket Guide to Family Assessment and Intervention. St. Louis: Mosby Capernito, L.J. (2018). Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku AJar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktik (5th ed.). Jakarta: EGC. Netty Herawati, (2017). Konsep Keluarga. Jakarta: FIK UI



FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA



PENGKAJIAN Tanggal



: 18 November 2020



RT / RW



: 010 / 005



Kelurahan



: Desa Saga



A. Data Umum a. Nama Kepala Keluarga



: Tn. B



b. Alamat dan No. Telp



: Villa Balaraja Blok M2 No. 8 / 081282177xxx



c. Komposisi Keluarga



:



No



Nama



Jenis Kelamin



Usia



Hub.



Pekerjaan



Pendidikan



Tidak



SMA



Keluarga 1.



Tn. B



L



42 th



Suami



Bekerja 2.



Ny. A



P



38 th



Istri



Ibu Rumah



SMA



Tangga 3.



An. W



P



12 th



Anak



Siswa



SD



Genogram : Ny. S



Tn. A



Tn. H



Tn. K



Ny. A



Tn. B



An. W



Ny. D



Ny. E



Ny. R



Tn. F



Keterangan : : Laki-laki



: Meninggal



: Perempuan ----------- : Tinggal Serumah



: Klien



===== : Menikah



Keterangan : jelaskan tentang keadaan keluarga



1. Tipe Keluarga Keluarga Ny. A memiliki tipe keluarga inti (nuclear family) karena terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah. 2. Suku dan budaya Keluarga Ny. A berasal dari suku jawa, Yogyakarta. Jika sakit keluarga Ny. A terkadang membiarkan hingga sembuh dan hanya mengkonsumsi obat warung yang biasa dikonsumsi. 3. Agama Anggota keluarga Ny. A beragama islam. Ny. A dan suami selalu mengajarkan anaknya untuk selalu dekat dengan Allah S.W.T, mengingatkan anaknya untuk sholat 5 waktu, sering mengusahakan sholat berjamaah dan setiap malam jumat seluruh anggota keluarga membaca yasin bersama. 4. Status sosial ekonomi keluarga Suami Ny. A yaitu Tn. B tidak bekerja dengan pekerjaan tetap. Penghasilan yang diperoleh dari panggilan sebagai tukang bangunan sebesar ± 120 ribu/hari. Ny. A hanya sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan sampingan. Penghasilan Tn. B digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, bayar tagihan listrik, air dan lain-lain. Alat transportasi keluarga Ny. A yaitu 1 motor pribadi.



5. Aktifitas rekreasi keluarga Kegiatan yang dilakukan keluarga Ny. A untuk rekreasi adalah menonton TV, makan bersama dan mengobrol di teras rumah. Terkadang keluarga Ny. A berkumpul dengan sanak saudara saat acara keluarga dan lebaran. An. W mengatakan setiap hari ia bermain dengan teman sebaya satu komplek dan belajar di malam hari.



B. Riwayat Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Ny. A memiliki 1 orang anak yaitu perempuan. Saat ini anaknya berusia 12 tahun dan masih bersekolah di bangku SD. 2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan keluarga Ny. A masih belum terpenuhi karena Tn. B harus membiayai anaknya. An. W masih dalam tahap perkembangan anak usia sekolah. 3. Riwayat keluarga inti Tn. B sering mengeluh telapak kaki kiri terasa sakit saat berjalan. Tn. B tidak langsung memeriksakan dirinya ke dokter, ia hanya menganggap keluhan yang dirasa akan sembuh sendiri. Ny. A juga beranggapan bahwa sakit Tn. B tidak terlau serius. Ny. A menderita gastritis sudah 2 tahun. Ny. A mengatakan tidak boleh telat makan dan sudah tidak bisa makan makanan pedas sedikit pun. Ny A mengeluh mual, sakit perut, nyeri ulu hati dirasa seperti diremas-remas dan hilang timbul. Ketika nyeri ulu hatinya kambuh, ia hanya mengkonsumsi obat penurun asam lambung dari warung yang biasa ia konsumsi. Bila keluhan dirasa lama, Ny. A hanya mengalihkannya dengan tidur karena Ny. A menganggap dengan tidur keluhan yang dirasa akan hilang sendiri. An. W tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak ada masalah kesehatan. Hanya saja, ketika mengeluh tidak enak badan, An. W meminta Ny. A untuk mengerik punggungnya dengan minyak kayu putih. Setelah itu, An. W mengkonsumsi obat antangin.



4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Orang tua dari Tn. B tidak memiliki riwayat penyakit. Namun, Orang tua dari Ny. A memiliki riwayat asam urat.



C. Keadaan Lingkungan 1. Karakteristik Rumah (termasuk denah rumah) Tempat tinggal keluarga Ny. A memiliki luas 60 m, tipe rumah 21, dan milik sendiri. Rumah Ny. A memiliki ruangan sebanyak 6 ruangan, ventilasi cukup dengan pemanfaatan ruangan seperti 1 teras, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Rumah Ny. A memiliki 1 septitank, jarak septitank dengan sumber air ± 10 m. Keluarga Ny. A menggunakan sumber air minum dari PDAM, tersedia tempat sampah rumah tangga yang terletak di depan rumah dan biasanya diangkut oleh petugas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) setiap hari senin. Lingkungan rumah Ny. A cukup bersih dan jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh. Keterangan: : Pintu



Teras Ruang Tamu dan Ruang Keluarga



: Jendela : Septitank



Kamar 1 Kamar 2



Dapur



WC



2. Karakteristik tetangga dan komunitas Keluarga Ny. A tinggal di daerah perumahan, tetangga yang ada di sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain. Ibu-ibu sekitar memiliki kebiasaan mengadakan turnamen dan latihan voli setiap sore hari, arisan RT dan pengajian rutin bulanan setiap 1 bulan sekali yang diadakan di masjid dekat rumah.



Bapak-bapak sekitar juga sering mengadakan turnamen dan latihan voli serta kerja bakti membersihkan lingkungan setiap 1 bulan sekali dan kegiatan ronda yang diadakan secara bergulir. 3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Ny. A sudah menempati rumah itu sejak 5 tahun yang lalu. Tn. B lahir dan besar di Bantul, Yogyakarta sedangkan Ny. A lahir di kota Yogyakarta dan besar di Jakarta sejak berumur 10 tahun. Tn. B kemudian merantau ke Tangerang untuk mencari pekerjaan sedangkan Ny. A pindah dari Jakarta ke Tangerang untuk menetap. Setelah menikah, Tn. B dan Ny. A memutuskan untuk tetap tinggal dalam satu perumahan dengan orang tua Ny. A. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Biasanya Ny. A mengikuti arisan RT sebulan sekali, pengajian rutin bulanan dan kegiatan masak bersama jika ada acara hajatan. Sedangkan Tn. B sering mengikuti kegiatan voli setiap sore hari, bermain karambol dan catur bersama tetangga lainnya serta mengikuti ronda yang diadakan secara bergulir. An. W mengatakan bahwa ia memiliki banyak teman dari berbagai usia mulai dari TK, SD hingga SMP. An. W juga mengatakan setiap hari ia bermain di luar rumah hingga terkadang belajar larut malam. Ny. A sering memberi nasihat kepada An. W untuk mengatur jadwal bermain dan belajarnya karen An. W akan mengikuti ujian nasional. Ny. A berharap An. W mengikuti arahan dari Ny. A untuk belajar. 5. Sistem pendukung keluarga Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga Ny. A memiliki fasilitas : Televisi, MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih, dan motor sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan, keluarga Ny. A memiliki askes BPJS untuk membantu biaya pengobatan.



D. Struktur Keluarga 1. Pola komunikasi keluarga Keluarga Ny. A dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Ny. A selalu berusaha membangun komunikasi yang baik dengan anaknya karena akan menginjak usia remaja. 2. Struktur kekuatan keluarga Saudara-saudara dari Tn. B dan Ny. A selalu siap membantu apabila keluarga Ny. A membutuhkan pertolongan. 3. Struktur peran -



Tn. B Peran formal : sebagai suami dari istri, sebagai kepala keluarga, ayah, pelindung dan pemberi rasa aman dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat. Peran informal : pengambil keputusan tertinggi di rumah.



-



Ny. A Peran formal : sebagai istri dari suami, ibu, mengurus rumah tangga, mendidik anak-anak Peran informal : sebagai pendamai antar anggota keluarga.



-



An. W Peran formal



: sebagai anak dan siswa SD.



Peran informal : sebagai penghibur hati orang tua. 4. Nilai dan norma agama Keluarga Ny. A menganut agama islam dan norma yang berlaku di masyarakat dan adat istiadat orang Jawa. Keluarga Ny. A sangat mematuhi peraturan yang ada di rumah seperti anak perempuannya tidak boleh keluar setelah maghrib. Tn. B dan Ny. A juga mengajarkan pentingnya bersikap sopan santun dengan orang lain.



E. Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif Tn. B dan Ny. A selalu menyayangi dan memberikan perhatian kepada anak satusatunya. Tn. B dan Ny. A selalu bergantian untuk mengantar dan menjemput An. W ke sekolah. 2. Fungsi sosialisasi Interaksi keluarga Ny. A sangat baik, saling mendukung, saling tolong menolong dan bahagia bersama. Keluarga Ny. A selalu menerapkan sopan santun dalam berperilaku kepada tetangga dan cukup aktif dalam masyarakat. Tn. B dan Ny. A sering mengobrol di depan rumah dengan tetangga diwaktu senggang. 3. Fungsi perawatan kesehatan a. Pola istirahat/ tidur Keluarga Ny. A jarang sekali untuk tidur siang. An. W selalu bermain dan tidak menuruti perintah orang tua untuk tidur siang. Keluarga Ny. A juga selalu tidur diatas jam 10 malam kecuali disaat sedang lelah, keluarga Ny. A bisa tidur pada jam 9 malam. b. Pola diet/makanan Keluarga Ny. A makan 3x sehari dengan nasi, terkadang sayur tumis atau sayur berkuah dan lauk seperti ikan atau ayam. Keluarga Ny. A jarang mengkonsumsi buah. c. Pola eliminasi Keluarg Ny. A memiliki kebiasaan BAB setiap hari pada pagi hari setelah bangun tidur. Ny. A juga mengatakan untuk BAK sering ketika minumnya banyak bisa sehari 3-5 kali. Keluarga Ny. A tidak memiliki masalah BAK dan BAB. d. Pola aktivitas Ny. A mengatakan kegiatan sehari-hari mengurus rumah tangga, suami dan anaknya. Tn. B mencari kesibukan ketika tidak ada panggilan kerja. An. W bermain saat siang dan belajar saat malam hari.



e. Pengkajian 5 tugas kesehatan keluarga 1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan Keluarga Ny. A mengatakan tidak mengerti sakit apa yang dikeluhkan oleh Tn. B. Baik itu mengenai pengertian, tanda gejala, penyebab maupun pengobatannya. Ny. A hanya tahu bahwa suaminya mengeluh sakit pada telapak kaki saat berjalan karena faktor usia dan mungkin kelelahan serta dapat sembuh dengan sendirinya. Tn. B akan beristirahat jika merasa keluhannya terasa. 2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat Keluarga Ny. A mengetahui tentang masing-masing penyakit yang pernah mereka derita namun tidak langsung berobat ke dokter terdekat melainkan hanya mengkonsumsi obat warung yang biasa dikonsumsi. 3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Ny. A mengatakan bila terasa nyeri ulu hati maka Ny. A langsung mengkonsumsi obat penurun asam lambung yang dibeli di warung dan beristiratah. An. W ikut membantu ibunya seperti dengan sigap membelikan obat ibunya di warung. 4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat Keluarga Ny. A menyadari pentingnya kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya dengan menyapu, mengepel dan menguras bak mandi seminggu sekali. 5) Kemampuan keluarga mengguanakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Ny. A mengatakan sudah mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan namun juga menyadari belum maksimal dalam memanfaatkannya.



4. Fungsi reproduksi Jumlah anak Tn. B dan Ny. A hanya memiliki 1 anak perempuan. Ny. A masih mengalami haid 1 bulan sekali dan tidak merasakan nyeri haid. Ny. A juga menggunakan KB berupa pil. An. W belum mengalami haid. 5. Fungsi ekonomi Ny. A mengatakan masih mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari walaupun terkadang keluarganya meminjam pada koperasi RT. Ny. A juga mengatakan harus pintar mengatur keuangan untuk keseharian keluarga dan biaya sekolah anaknya.



F. Stress dan Koping Keluarga 1. Stressor yang dimiliki / jangka pendek Tn. B dan Ny. A memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah bagi anaknya. Ny. A juga harus pintar mengurus keuangan. Ny. A mengatakan khawatir dengan perilaku anaknya yang akan menginjak remaja karena terkadang tidak menuruti perkataannya. Ny. A juga mengatakan An. W selalu mengikuti teman-temannya dalam berbiacara kasar. 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Tn. B berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya dengan bekerja keras. Ny. A berusaha membantu Tn. B saat kelelahan dengan memijatnya di rumah. Tn. B berusaha untuk tidak stress dan beristirahat agar nyeri yang dirasa tidak kambuh. Ny. A selalu berusaha makan tepat waktu untuk menghindari nyeri ulu hatinya kambuh. Ny. A juga selalu mengontrol keadaan An. W walaupun sedang bermain di luar rumah untuk mengingatkannya makan. Ny. A sering memberikan nasihat kepada An. W untuk mengurangi bermain dan konsisten dalam belajar karena ia akan menghadapi ujian nasional. Ny. A juga sering mengontrol ketika An. W bermain dengan teman-temannya.



3. Strategi koping yang digunakan Bila ada permasalahan, keluarga Tn. B berusaha untuk selalu menyelesaikannya dengan bermusyawarah dan tetap tenang dalam berfikir. Namun, keputusan tertinggi tetap berada di tangan Tn. B sebagai kepala rumah tangga secara adil. 4. Strategi adaptasi fungsional dan disfungsional Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam kepada anak dan istrinya ataupun memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan masalah.



G. Pemeriksaan Fisik Nama Anggota Keluarga No



Variabel Tn. B



1.



Ny. A



An. W



Gout Arthritis



Gastritis



Tidak ada



Keluhan yang



Nyeri pada telapak



Mual, sakit perut,



Tidak ada



dirasakan



kaki kiri saat



nyeri ulu hati



berjalan



dirasa seperti



Riwayat penyakit saat ini



2.



diremas-remas dan hilang timbul 3.



4.



5.



TTV



Status Gizi



Integumen



TD : 110/80 mmHg TD : 120/80



TD : 100/80 mmHg



RR: 22 x/menit



mmHg RR: 20



RR: 18 x/menit



N: 80 x/menit



x/menit



N: 75 x/menit



S : 36oC



N: 85 x/menit



S : 36,5oC



BB : 60 kg



S : 36,5oC BB : 60 kg



BB : 55 kg



TB : 170 cm



TB : 155 cm



TB : 159 cm



BMI : 20,7 (ideal)



BMI : 25 (gemuk)



BMI : 21,8 (ideal)



Warna kulit coklat,



Warna kulit coklat,



Warna kulit coklat,



kulit teraba hangat



kulit teraba hangat



kulit teraba hangat



6.



tidak ada luka,



tidak ada luka,



tidak ada luka,



tidak ada gatal –



tidak ada gatal –



tidak ada gatal –



gatal, turgor



gatal, turgor



gatal, turgor



kulit elastis



kulit elastis



kulit elastis



Mulut dan



Kemampuan bicara



Kemampuan bicara



Kemampuan bicara



Tenggorokkan



baik, mukosa



baik, mukosa bibir



baik, mukosa



lembap, tidak



kering, tidak



lembap, tidak



menggunakan gigi



menggunakan gigi



menggunakan gigi



palsu, klien dapat



palsu, warna lidah



palsu, klien dapat



makan dan



putih, klien dapat



makan dan



menelan yang baik



makan dan



menelan yang baik



menelan yang baik, nafas bau 6.



Kepala



Rambut hitam,



Rambut hitam,



Rambut hitam,



tidak ada uban,



tidak ditemukan



ikal, panjang dan



pendek dan bersih



uban, ikal,



bersih



panjang dan bersih 7.



8.



Mata



Hidung



Kedua mata



Kedua mata



Kedua mata



simetris,



simetris,



simetris,



konjungtiva an-



konjungtiva an-



konjungtiva an-



anemis, sklera



anemis, sklera



anemis, sklera



tidak ikterik,



tidak ikterik,



tidak ikterik,



penglihatan baik,



penglihatan baik,



penglihatan baik,



apabila membaca



apabila membaca



apabila membaca



tidak menggunakan



tidak menggunakan



tidak menggunakan



kacamata.



kacamata.



kacamata.



Hidung simetris,



Hidung simetris,



Hidung simetris,



tidak ada polip,



tidak ada



tidak ada polip,



tidak sinusitis,



polip, tidak



tidak sinusitis,



sinusitis,



9.



Paru-Paru



penciuman baik.



penciuman baik.



penciuman baik.



I : Pengembangan



I : Pengembangan



I : Pengembangan



paru simetris P : Vokal



P : Vokal



Premitus sama



10.



11.



Jantung



Abdomen



paru simetris



P : Vokal



Premitus sama P : Redup



P : Redup



A : Vesikuler



A : Vesikuler



A : Vesikuler



I : Tampak pulsasi



I : Tampak pulsasi



I : Tampak pulsasi



P : Ictus cordis tak



P : Ictus cordis tak



P : Ictus cordis tak



teraba CRT