Askep Keluarga Anak Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK KECANDUAN GADGET MENGGUNAKAN



Disusun Oleh: ARI SUSZAMA



SUWARDI



YUSIYANA



LAILY NURJANAH



SUGIYANTO



MELIYANTI



MUKLISNO



TRI DAMAYANTI



FAJAR WIJAYANTI



DWI ASTUTI



ROSEN AGUSTINA



FITRIYADI



SUWARNO



SUMALI



IDA GRESTINA



RISMILAWATI



PUJI ASTUTI



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKKES BHAKTI HUSADA BENGKULU 2021



KATA PENGANTAR



KATA PENGANTAR



Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Askep Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah tepat pada waktunya. Rasa terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini ini dapat disusun dengan baik. Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi.



Bengkulu,



Juni 2021



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...........................................................................................



i



KATA PENGANTAR ........................................................................................



ii



DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ....................................................................................



6



C. Tujuan.......................................................................................................



6



D. Manfaat ....................................................................................................



6



BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Gadget.....................................................................................



7



B. Daya Kembang Otak Pada Usia Anak ......................................................



7



C. Bahaya Radiasi Gadget Terhadap Daya Kembang Anak ......................... 10 D. Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak..................................... 14 E. Sikap Orang Tua/Keluarga kepada Anak Mengenai Gadget Saat ini ...... 18 F. Dampak Penggunaan Gadget pada Anak ................................................. 21 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN a) Kasus ........................................................................................................ 24 b) Pengkajian ................................................................................................ 24 c) Analisa Data ............................................................................................. 34 d) Prioritas Masalah Kesehatan..................................................................... 35 e) Diagnosa Keperawatan yang Muncul Berdasarkan Prioritas ................... 37 f) Rencana Keperawatan Keluarga ............................................................... 38 g) Implementasi dan Evaluasi ....................................................................... 42 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................................... 47 B. Saran ......................................................................................................... 47



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi pada abad ke 21 ini semakin berkembang pesat. Berbagai macam penemuan dengan tujuan mempermudah ruang gerak dan ruang lingkup manusia diciptakan satu persatu setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa daya pikir masyarakat dan juga pola perilaku manusia semakin maju dan berkembang dengan pesat. Hampir setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang tua kini memiliki handphone atau smartphone. Tentu saja hal ini bukan hanya terjadi tanpa alasan karena daya konsumsi dan kebutuhan masyarakat saat ini sudah sangat jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade ke belakang. Kini kebutuhan akan komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling penting bagi semua kalangan masyarakat, di tambah dengan mudahnya mengakses berbagai macam fitur yang ditawarkan dari penyedia jasa layanan dari produsen smartphone itu sendiri dan berbagai provider pendukung. Gadget memiliki fitur menarik yang ditawarkan dan seringkali membuat anak-anak cepat akrab dengannya. Namun penggunaan gadget secara continue akan berdampak buruk bagi pola perilaku anak dalam kesehariannya, anak-anak yang cenderung terus-menerus menggunakan gadget akan sangat tergantung dan menjadi kegiatan yang harus dan rutin dilakukan oleh anak dalam aktifitas sehari-hari, tidak dipungkiri saat ini anak lebih sering bermain gadget dari pada belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengkhawatirkan, sebab pada masa anak-anak mereka masih tidak stabil, memiliki rasa keingin tahuan yang sangat tinggi, dan berpengaruh pada meningkatnya sifat konsumtif pada anak-anak untuk itu penggunaan gadget pada anak-anak perlu mendapatkan perhatian khusus bagi orang tua. Salah satu faktor timbulnya gangguan ini adalah kehidupan di kota besar di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat



memberi tuntutan dan tekanan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak dan remaja. Gadget merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi yang diciptakan dalam bentuk perangkat kecil yang penggunaannya semakin meningkat. Jika dipandang dari harga, gadget bukanlah barang yang murah sehingga hanya digunakan oleh orang-orang yang berkepentingan saja, tetapi faktanya



anak-anak



mulai



usia



3



tahun



dan



remaja



pun



sudah



menggunakannya. Dampak buruk gadget bagi anak usia dini dapat beresiko seperti ketagihan/kecanduan. Artinya jika sudah kecanduan anak-anak akan lupa waktu untuk makan, belajar, bermain dan aktifitas bermanfaat lainnya. Anak- anak yg lupa makan berpengaruh terhadap kesehatannya karena asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya terganggu. Selain itu resiko perubahan mental juga bisa terjadi dan mengakibatkan anak tidak akan mempunyai gairah lagi untuk bermain diluar dengan teman sebayanya. Sehingga ia tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang disekitarnya yang membuat dia menjadi tersisih dari teman sebayanya. Di Indonesia, menurut salah satu pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung ITB, Dimitri Mahayana, sekitar 5-10 % gadget mania atau pecandu gadget terbiasa menyentuh gadgetnya sebanyak 100-200 kali dalam sehari. Jika waktu efektif manusia beraktifitas 16 jamatau 960 menit sehari, dengan demikian orang yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit sekali. Demam perangkat ini berlangsung sejak 2008, tepat ketika Facebook naik daun dan penetrasi telefon seluler di negeri ini melewati angka 50 %. Kesibukan orang tua merusak kelekatan hubungan orang tua anak, yang penting dalam pengasuhan. Ini artinya ada masalah penggunaan gadget yang berlebihan dan telah mengurangi waktu produktif, baik untuk bekerja atau untuk belajar. bila di tahun 2012 hanya 27 % anak di usia balita yang menggunakan gadget, di tahun 2014, jumlahnya meningkat hingga 73 %. Dan 29 % di antaranya, sudah memiliki tablet pribadi pemberian orang tua. Hasil penelitian dari Maulida tentang pengaruh penggunaan gadget pada anak, menggambarkan bahwa penggunaan gadget dapat menyebabkan kesenjangan sosial dalam bermasyarakat. Menurut hasil observasi yang



dilakukan kepada beberapa keluarga di salah satu daerah di Yogyakarta pada tahun 2013, menunjukan sejak menggunakan gadget, ketika di rumah anak menjadi susah diajak berkomunikasi, tidak peduli dan kurang berespon pada saat orang tua mengajaknya berbicara. Pada usia tujuh tahun, anak-anak akan menghabiskan total waktu untuk menonton layar gadget sekitar satu tahun. Remaja saat ini menghabiskan enam jam sehari untuk memainkan ponsel pintar mereka. Anak-anak yang saat ini berusia 10 tahun, rata-rata melihat layar berbeda dari gadget mereka di rumah dan bahkan menonton dua atau lebih layar pada saat yang sama. Remaja akhirnya akan tumbuh menjadi pecandu komputer, televisi, dan ponsel pintar. Hal tersebut tidak berbeda dengan mereka yang kecanduan alkohol. Paparan layar gadget dapat menginduksi pelepasan hormon dopamine yang berperan penting dalam pembentukan sifat ketergantungan atau kecanduan. Armayanti (2013) mengatakan bahwa hubungan antara penggunaan gadget terhadap empati yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya adalah penemuan-penemuan ide baru, tekhnologi baru yang terjadi didalam masyarakat. Hal ini tidak hanya membawa dampak positif namun membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia diantaranya adalah mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan melalui internet daripada bertemu secara langsung dan juga mengakibatkan kecanduan. Gadget menurut Griffiths (Essau,2008) menyatakan bahwa kecanduan



merupakan



aspek



perilaku



yang



kompulsif,



adanya



ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Kata kecanduan (adiksi) biasanya digunakan dalam konteks klinis dan diperhalus dengan perilaku berlebihan (excessive). Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT) (Yuwanto, 2010). Aspek-aspek kecanduan gadget menurut Young (1999) adalah : merasa sibuk dengan gadgetnya, merasa membutuhkan menggunakan internet dengan meningkatkan jumlah waktu untuk mencapai kepuasan, berulang kali melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan gadget namun selalu gagal, merasa gelisah, murung, depresi,



atau marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan gadget, bermain gadget lebih lama daripada yang direncanakan. Pada umumnya, anak-anak sangat menikmati keasikan dalam menggunakan smartphone dalam kegiatan mereka sehari-hari baik itu di rumah, lingkungan sekolah dan juga lingkungan bermain anak, sehingga sebagian anak cenderung merasa asik menikmati sajian game dari sebuah gadget yang dimiliki dibandingkan bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah. Bahkan anak-anak lebih asik dengan gadget daripada mendengarkan perintah orangtua. Selain itu seringkali ada yang marah jika diperintah oleh orangtua. Itulah salah satu bentuk kecanduan anak-anak terhadap gadget yang dimiliki. Lebih mementingkan benda mati daripada dunia nyatanya. Kadang anak disuruh makan, diminta untuk mandi, tidur dan lainnya tidak mau. Anak-anak mementingkan bermain gadget daripada melakukan rutinitas yang mesti dilakukan setiap hari. Lebih parahnya lagi jika sudah asik dengan gadget yang ada di tangan, anak-anak sering tidak menengok kanan kiri atau memperdulikan siapa orang yang ada di sekitarnya. Bahkan untuk menyapa orang yang lebih tua saja enggan. Itu akibat penggunaan gadget yang berlebihan. Hal itu membuat perkembangan sosial anak tidak normal. Ia bisa menjadi anak yang antisosial. Manusia tidak dapat menolak kemajuan teknologi yang menjadi bagian tak terpisahakan dalam sebuah peradaban. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan gadget ? 2. Mengapa anak kecanduan memakai gadget? 3. Bagaimana pengaruh gadget terhadap perkembangan anak? 4. Penyalahgunaan apa saja yang dilakukan anak terhadap gadget? 5. Bagaimana sikap orang tua terhadap anak mengenai kecanduan gadget?



6. Apa dampak penggunaan gadget pada anak?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui menyebab kecanduan gadget pada anak 2. Untuk mengetahui pengaruh gadget terhadap perkembangan anak 3. Untuk mengetahui peran orangtua dalam menanggulangi kecanduan gadget pada anak D. Manfaat 1. Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi orangtua dalam menghadapi anak yang kecanduan gadget 2. Untuk memberikan informasi-informasi mengenai seberapa besar pengaruh gadget terhadap perkembangan anak



BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Gadget Ma’ruf(2015), gadget adalah sebuah benda (alat atau barang elektronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Gadget selalu diartikan lebih tidak biasa atau didesain secara lebih pintar dibandingkan dengan teknologi normal pada masa penemuannya. Gadget merupakan salah satu teknologi yang sangat berperan pada era globalisasi ini. B. Daya Kembang Otak pada Usia Anak Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berjalan dengan pesat. Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengayaan. Masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Balita terbagi menjadi dua golongan yaitu: 1. Balita dengan usia satu sampai tiga tahun dan balita dengan usia tiga sampai lima tahun.



2. Pada balita kebutuhan akan aktivitas hariannya seperti dari makan, buang air besar maupun buang air kecil dan kebersihan dirinya masih tergantung penuh terhadap orang lain. Perkembangan anak adalah semua perubahan yang terjadi pada anak. Meliputi perkembangan fisik maupun psikologisnya. Pada masa ini terjadi tumbuh kembang yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus, terutama fungsi sistem saraf yang terjadi dalam usia anak infancy di usia 0 – 12 bulan. Perlu dilakukan stimulasi yang memadai untuk merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Hal tersebut terjadi sangat cepat pada masa balita, dan merupakan pertumbuhan dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Masa ini berlangsung pendek sehingga disebut sebagai masa kritis (critical period) atau masa keemasan (golden period) yang sangat menentukan kualitas kehidupan manusia di masa depan. Penyimpangan sekecil apapun pada masa ini apabila tidak terdeteksi akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi, kognitif, dan psikososial. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menilai pertumbuhan



fisik



dan



perkembangan



motorik.



Secara



umum



perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan pilan otot-otot besar. Gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangkat leher, merupakan contoh motorik kasar. Gerakan ini yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak. Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otototot kecil seperti, menggambar, meronce manik, menulis, dan makan.



Kemampuan motorik halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar berkembang. Perkembangan motorik merupakan salah satu dimensi dari pekembangan melibatkan



yang



mengontrol



koordinasi



antara



gerakan-gerakan



susunan



syaraf



tubuh



pusat



dan



dengan otot.



Perkembangan motorik kasar melibatkan sebagian besar otot-otot dalam tubuh untuk malakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak, sehingga laju perkembangan seorang anak berbeda-beda. Perkembangan motorik halus melibatkan anggota tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil dan perlu koordinasi yang cermat. Dengan bertambahnya usia tampak perubahan dari gerakan kasar mengarah ke gerakan yang halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot yang lebih halus. Kegiatan yang berhubungan dengan fungsi motorik ini melibatkan suatu mekanisme yang membutuhkan energi dan fisik yang adekuat. Perkembangan motorik merupakan aspek perkembangan yang penting karena berkaitan dan mendorong aspek perkembangan lain. Pada masa balita kecepatan pertumbuhan mulai menurun sedangkan dalam perkembangan motoriknya mengalami kemajuan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinalcord. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Pada umumnya anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal , dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam dua golongan, yaitu faktor internal (perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, kelainan kromosom) dan faktor eksternal (faktor prenatal, faktor persalinan, pasca natal).



C. Bahaya Radiasi Gadget terhadap Daya Kembang Anak 1. Anak berisiko tinggi Anak-anak lebih rentan terhadap radiasi yang dipancarkan gadget, karena: a) Anak lebih banyak menyerap energi (dalam hal ini radiasi) daripada orang dewasa karena memiliki ukuran kepala dan otak yang lebih kecil, tulang tengkorak yang lebih tipis, telinga yang lebih elastis, jumlah sel darah yang lebih sedikit, dan sel saraf yang sedang giat bertumbuh. b) Sel-sel pada anak tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada orang dewasa, sehingga sel tersebut rentan berubah menjadi kanker. Jika demikian, penyebarannya akan lebih dahsyat. c) Sistem kekebalan tubuh pada anak-anak belum sesempurna orang dewasa, sehingga lebih lemah dalam menangkal gangguan akibat penetrasi radiasi. d) Dibanding orang dewasa, anak-anak zaman sekarang sudah terpapar teknologi nirkabel sejak kecil sehingga waktu ‘bersentuhan’ dengan radiasi lebih panjang. Penelitian Gandhi dkk. memperlihatkan bahwa ketika radiasi dari gadget memasuki kepala, orang dewasa menyerapnya sebanyak 25%, anak usia 10 tahun sebanyak 50%, dan tertinggi pada anak usia 5 tahun, yaitu 75%.  Oleh karenanya, risiko radiasi ini akan lebih besar pada anak yang sudah ‘akrab’ dengan gadget di usia kurang dari 16 tahun. 2. Gangguan tidur Jika anak susah tidur ataupun terlihat ngantuk walaupun jam tidurnya cukup, coba cek durasi dan cara penggunaan gadgetnya apakah berlebihan atau tidak. Penelitian neuropsikobiologi oleh Mann K dan Roschke J pada 1996 membuktikan bahwa radiasi elektromagnetik dari telepon genggam menyebabkan gangguan pada 4 fase tidur yang



seharusnya dilewati anak saat terlelap. Menggunakan headset yang terkoneksi dengan gadget  selama tidur juga menyebabkan susah tidur, sakit kepala, mudah bingung, dan depresi. A. Gangguan penglihatan Penggunaan mobile gadget terlalu sering pada anak juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem penglihatan. Radiasinya menginduksi rusaknya ikatan kromosom pada sel epitel pada kornea mata dan meningkatkan suhu pada bagian dalam mata untuk penggunaan gadget dalam waktu lama. Perubahan suhu tersebut dapat meningkatkan risiko katarak dan menurunkan tingkat akurasi lensa mata. B. Gangguan belajar The Russian National Committee in Non-Iionizing Radiation Protection dengan tegas menyebutkan bahwa menggunakan telepon harus dibatasi. Mereka menemukan bahwa jika tidak dilakukan hal tersebut secara jangka pendek dapat menyebabkan gangguan ingatan, penurunan kemampuan memperhatikan, serta menganggu kemampuan belajar dan berpikir. Dan dalam jangka panjang menimbulkan bahaya depresi serta kerusakan struktur saraf otak. C. Risiko kanker Banyak penelitian menyebutkan bahwa penggunaan berlebihan akan gadget, khususnya telepon genggam, dapat menyebabkan kanker. Penggunaan lebih dari 10 tahun secara konsisten lebih dari 20 menit per hari dapat meningkatkan risiko terkena kanker otak, yakni glioma (kanker sel glial, yakni sel yang menyokong sistem saraf pusat) dan acoustic neuroma (tumor jinak pada sel yang berhubungan dengan pendengaran di otak). Radiasi gelombang elektromagnetik dari gadget memang tak terlihat, efeknya pun tak instan terasa. Oleh karenanya berhati-hati dengan berlaku bijak dalam membolehkan anak menggunakan gadget menjadi kuncinya.



Radiasi elektromagnetik terdiri dari gelombang elektrik dan energi magnetik dengan kecepatan cahaya. Semua energi elektromagnetik jatuh pada spectrum elektromagnetik, yang memiliki kisaran radiasi ELF (Extremly Low Frequency), sinar X, hingga sinar Gamma. Frekuensi yang dipancarkan oleh telepon genggam maupun tablet pada umumnya berada dikisaran 3 hingga 30 Hz, yaitu termasuk gelombang radio (radiasi ELF). Walaupun tak sekuat sinar X yang merupakan jenis radiasi terionisasi dan mampu mengubah material genetik, radiasi yang dipancarkan gadget tetap memiliki pengaruh pada tubuh manusia (Jerry B, 1999: 84). Bahaya radiasi gadget terhadap daya kembang anak adalah radiasi dari penggunan gadget yang tergolong gelombang RF, bukan merupakan gelombang yang sangat mematikan dan berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi serta dengan intensitas yang intensif dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF memiliki kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena



tubuh kita tidak dilengkapi sistem



ketahanan untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF.



Penelitian



lain



menunjukkan



radiasi



non-ionisasi



(termasuk



gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang.Penyakit yang berpotensi timbul karena radiasi gadget adalah kanker, tumor otak, alzheimer, parkinson, sakit kepala. Dibanding orang dewasa, anak-anak zaman sekarang sudah mengenal teknologi nirkabel sejak kecil sehingga waktu ‘bersentuhan’ dengan radiasi lebih panjang. Hal ini disebabkan karena di usia 12-15 tahun, anak mengalami proses bangkitnya akal, nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba. Data memperlihatkan bahwa ketika radiasi dari gadget memasuki kepala, orang dewasa menyerapnya sebanyak 25%, anak usia 12 tahun sebanyak 50%, dan tertinggi pada anak usia 5 tahun, yaitu 75%. Oleh karenanya, risiko radiasi ini akan lebih besar pada anak yang sudah ‘akrab’ dengan gadget di usia kurang dari 16 tahun (Jonathan, 2015 : 115).



D. Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak Setiap orang tua tentu ingin anaknya bahaagia dan senang. Apa lagi masalah gadget anak yang disukainya. Menjauhkan anak dari gadget (smartphone, tablet, handphone, pad dan laptop) pada saat sekarang ini, sungguh hal yang agak mustahil dan susah. Persoalannya adalah orangtua tidak bisa lepas dari gadget ini. Kerja berhubungan dengan gadget, menghubungi sanak-saudara dengan gadget, menyelesaikan banyak urusan dengn gadget. Pada sisi lain, anak-anak tentu saja ada didekat mereka. Sehingga, menjauhkan anak-anak dari gadget adalah pekerjaan yang butuh energi dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Namun, setidaknya sebagai bentuk perlindungan, kehati-hatian dan masa dean pertumbuhan dan perkembangan anak-anak wajib dilakukan. Dokter anak asal Amerika Serikat, Cris Rowan dalam tulisannya di Huffington Post, menyebutkan dampak buruk gadget terhadap anak: 1. Pertumbuhan otak yang terlalu cepat Diantara usia 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak memasuki masa yang paling cepat dan terus berkembang hingga usia 21 tahun. Stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu perkembangan otak, termasuk dari gadget. Hanya saja, stimulasi yang berasal dari gadget diketahui berhubungan dengan defisit perhatian, gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri. 2. Hambatan perkembangan Saat menggunakan



gadget, anak cenderung kurang



bergerak, yang berdampak pada hambatan perkembangan. Satu dari tiga anak yang masuk sekolah cenderung mengalami hambatan perkembangan sehingga berdampak buruk pada kemampuan berbahasa dan prestasi di sekolah.



3. Obesitas Penggunaan



gadget yang berlebihan diketahui bisa



meningkatkan risiko obesitas. Anak-anak yang diperbolehkan menggunakan gadget di kamarnya mengalami peningkatan risiko obesitas sebanyak 75%. Padahal, diketahui bahwa obesitas pada anak meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung sehingga menurunkan angka harapan hidup 4. Gangguan tidur Tidak



semua



orang



menggunakan



gadget



mengoperasikan



gadget



tua



mengawasi



sehingga di



kamar



anaknya



kebanyakan tidurnya.



saat



anakpun



Sebuah



studi



menemukan, 75% anak-anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gadget di kamar tidur mengalami gangguan tidur yang berdampak pada penurunan prestasi belajar mereka. 5. Penyakit mental Sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan gadget yang berlebihan merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi, kecemasan, defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak. 6. Agresif Anak-anak yang terpapar tayangan kekerasan di gadget mereka berisiko untuk menjadi agresif. Apalagi, saat ini banyak video



game



ataupun



tayangan



yang



berisi



pembunuhan,



pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan-kekerasan lainnya. 7. Pikun digital Konten media dengan kecepatan tinggi berpegaruh dalam meningkatkan risiko defisit perhatian sekaligus penurunan daya konsentrasi dan ingatan. Pasalnya, bagian otak yang berperab dalam melakukan hal itu cenderung menyusut. 8. Adiksi



Karena kurangnya perhatian orang tua (yang dialihkan pula oleh gadget), anak-anak cenderung lebih dekat dengan gadget mereka. Padahal, hal itu memicu adiksi sehingga mereka seakan tak bisa hidup tanpa gadget mereka. 9. Radiasi WHO mengategorikan ponsel dalam risiko 28 karena radiasi yang dikeluarkannya. Apalagi, anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi karena otak dan sistem imun masih berkembang sehingga risiko mengalami masalah dari radiasi gadget lebih besar dari orang dewas. 10. Tidak berkelanjutan Sebuah penelitian membuktikan, edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak. Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi mereka. E. Sikap Orang Tua/Keluarga kepada Anak Mengenai Gadget Saat ini Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya terutama dalam mengakses informasi dengan cepat. Tentunya kemajuan teknologi tersebut harus disikapi secara bijak dan tepat agar memberikan manfaat bagi keluarga terutama dalam mendidik anak. Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produkproduk teknologi digital baru seperti smartphone, komputer, berbagai jaringan sosial maya yang kesemuanya terkoneksi menggunakan Internet, menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, dan juga anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Membesarkan anak di era informasi ini memiliki tantangan tersendiri. Kalau orang tua tidak pandai-pandai mengantisipasinya, anakanak bukan menjadi ahli atau pengguna teknologi informasi tapi jadi



korbannya.Bermain gadget tidak selalu membawa dampak buruk. Asal digunakan dengan tepat dan sesuai usia anak, gadget bisa bermanfaat. Di antaranya sebagai media belajar interaktif, sarana mengasah kreativitas, dan



memberi



dukungan



untuk



anak



yang



memiliki



kebutuhan



pembelajaran berbeda. Orang tua bertindak sebagai komunikator dan anak sebagai komunikan, orang tua berbicara dengan anak dengan bahasa yang dipakai sehari-hari dan bahasa non lisan (nirverbal) digunakan ketika komunikator perlu menjelaskan melalui isyarat, baik tubuh maupun benda lainnya sehingga komunikan akan mengerti. Anak usia dini cenderung menggunakan benda yang berwarna untuk memacu perkembangan otaknya. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Pada usia 0-2 tahun masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja.Komunikasi yang efektif pada anak usia dini syaratnya (Hermoyo, 2015) sebagai berikut: 1. Orang tua perlu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi pada anak. Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini dalam Penggunaan Teknologi Digital 2. Bahasa yang digunakan harus bisa dimengerti oleh anak. 3. Sikap ketika berkomunikasi. 4. Jenis kelompok di mana komunikasiakan dilaksanakan. Komunikasi yang berkualitas pada anak usia dini akan membuat mereka mampu mengenal dan membedakan benar salah, memudahkan dalam mengetahui akar persoalan, serta memberikan kepentingan yang terbaik untuk anak. Menimbang untung ruginya mengenalkan teknologi digital pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orang tua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat menggunakan gadget.



Anak usia dini memiliki tantangan tersendiri mengingat pada periode inilah anak mengalami proses pembentukan karakter dasar, apapun yang terjadi pada masa ini akan berdampak pada anak dan akan terbawa sepanjang masa usia selanjutnya. Namun seiring dengan teknologi yang sudah diperkenalkan pada anak sejak usia dini sehingga menjaga keamanan anak menjadi hal utama yang harus para orang tua pikirkan. Berikut adalah beberapa trik yang dapat orang tua praktikkan dalam mengawasi dan mendampingi anak dalam penggunaan gadget. Trik pertama adalah belajar tetapkan batas. Kalau terlalu berlebihan, sesuatu yang baik pun bisa merusak. Orang tua perlu tetapkan batas waktu saat menggunakan teknologi untuk bekerja ataupun menikmati hiburan, dan jangan melanggarnya. Orang tua juga dapat membatasi aktivitas berinternet anak di rumah dengan menyimpan password dan memblokir konten yang berisi pornografi atau mengaktifkan program kids mode atau parental control di smartphonenya. Trik kedua dengan selalu berusaha mendampingi anak saat menggunakan gadget. Beri penjelasan tentang apa yang sedang dipelajari. Ketika anak tertarik pada hal atau konten yang menurut orang tua kurang sesuai, beritahu mereka mengapa ini baik atau mengapa yang lainnya tidak baik. Trik ketiga adalah orang tua disarankan menerapkan gerakan 1821, yaitu melakukan puasa gadget dan televisi hanya 3 jam mulai dari jam 18.00 sampai dengan 21.00, menghabiskan waktu bersama anak dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa raga selama 3 jam saja. Bisa bermain bersama, menemani



belajar,



mengobrol,



aktivitas



apapun



yang



dapat



mengembalikan hak-hak anak yang telah dirampas karena gadget. Gadget memang mempermudah hidup kita. Tapi, perlu diingat bahwa gadget bagaikan pedang bermata dua. Jadi, harus pintar-pintar dalam menggunakannya. Generasi bangsa akan diharapkan menjadi penguasa teknologi dan bukan sebaliknya, menjadi generasi yang dikuasai dan dikendalikan oleh teknologi. Oleh karena itu diperlukan pengawasan orang tua terhadap aktivitas berinternet anak. Orang tua di era digital harus



waspada dan berperan aktif dalam perkembangan anak dengan tidak mengandalkan gadget. F. Dampak Penggunaan Gadget pada Anak 1. Dampak Positif  a) Mempermudah komunikasi.  b) Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.  c) Memperluas jaringan persahabatan.  2. Dampak Negatif Gadget Walau memberi begitu banyak keuntungan bagi pemakainya, jika tidak bijak dalam penggunakannya, gadget bisa memberi kerugian. Diantaranya adalah ; a) Mengganggu Perkembangan Anak Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di hand phone (HP) seperti : kamera, permainan (games) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah? Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ulangan. Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi. Salah satu tanggung jawab anak adalah belajar dan sekolah, tapi jika anak terlalu bebas menggunakan telepon genggamnya maka ia cenderung mengabaikan kewajibannya ini. Kondisi ini tak urung bisa membuat prestasi anak jadi menurun. Untuk itu beberapa ahli tidak menyarankan orangtua memberikan gadget canggih sebagai hadiah atas prestasi anak. b) Bahaya kesehatan terutama anak usia di bawah 12 tahun Anak bukanlah orang dewasa yang bertubuh kecil, jadi seharusnya memang tidak menggunakan handphone sebelum usia 12 tahun. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh anak masih



berkembang dan ia lebih sensitif terhadap hal-hal seperti ultraviolet atau radiasi dari telepon genggam. Studi yang dilakukan peneliti Imperial College London mendapatkan anak berusia di bawah 12 tahun yang dibekali telepon genggam oleh orangtuanya paling rentan terhadap semua dampak negatif dari penggunaan handphone tersebut. c) Rawan terhadap tindak kejahatan  Ingat, pelajar merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.  d) Perubahan Perilaku Salah satu kebutuhan anak dalam memenuhi proses perkembangan dan pertumbuhannya adalah bermain dan sosialisasi dengan anak lain. Tapi anak yang sudah kecanduan telepon genggam cenderung lebih senang bermain dengan gadgetnya dibanding dengan anak-anak lain. Bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan setiap hari secara kontinyu, bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang antisosial. Ini terjadi karena anak-anak ini tidak diperkenalkan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ambil contoh dua orang anak usia 5 tahun yang sama-sama tengah menunggu penerbangan bersama orangtua mereka. Salah seorang anak



memegang



tablet



terbaru,



sementara



yang



satunya



menghabiskan waktu menunggu jadwal terbang dengan berkeliling di ruang tunggu, berkomunikasi dengan orang baru di sebelahnya, dan mengamati sekitarnya. Dari sini bisa kita lihat, anak yang tidak memegang tablet akan mendapat lebih banyak pembelajaran secara konkret. e) Pemborosan  Kondisi ini dialami oleh remaja belia berusia 12 tahun, Oscar Rushen yang sedang tergila-gila menelepon pacarnya hingga membuat tagihan telepon ayahnya membengkak sampai Rp 25 juta. Hal ini tentu saja membuat sang ayah kewalahan membayar



tagihan telepon sendiri, dan sang anak pun dilarang menggunakan handphone. Jika memang orangtua ingin memberikan handphone untuk anaknya agar mudah dipantau atau dihubungi, sebaiknya berikan limit tertentu untuk pulsanya seperti prabayar sehingga bisa diatur penggunaan pulsanya.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BAPAK A DENGAN ANAK KECANDUAN GADGET DI DUSUN PUNDUNG A. KASUS Keluarga Tn.A (40 th) tinggal bersama anggota keluarga yang terdiri dari istrinya Ny.P (40 th) dan anak pertamanya perempuan An.A (13 th) anak ke dua adalah laki-laki An.B(11 th). Saat perawat melakukan pengkajian pada tuan A didapatkan hasil, anaknya yang laki-laki berusia 11 th, kemudian Tn. A mengatakan anaknya tidak mau berangkat sekolah akibatnya anak tersebut mengalami penurunan prestasi belajar, tidak pernah berinteraksi dengan teman-temannya dan sering menyendiri dikamar bermain gadget. Perawat menanyakan faktor apa yang menyebabkan anak bersikap seperti itu. Tuan A mengatakan hal itu terjadi semenjak dibelikan gadget sekitar 2 tahun yang lalu. Keluarga tidak mengetahui cara untuk menyikapi lagi anaknya yang sudah kecanduan gadget.



Semenjak memiliki gadget anak saat di suruh untuk sholat,



mengaji selalu menunda-nunda dan sering tidak dilaksanakan. B. PENGKAJIAN  Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga



:Tn A



2. Umur



: 40 th



3. Alamat



: Dusun pundung, nogotirto, gamping, sleman, DIY



4. Pekerjaan KK



: petani



5. Pendidikan KK



: SD



6. Komposisi Anggota Keluarga



:



N



Nam



Jenis



Hub



Umu



Pendidika



o



a



kelamin



dengan



r



n



Pekerjaan



KK 1



Tn A



L



KK



40 th



SD



Petani



2



Ny P



P



Istri



40 th



SMP



Ibu rumah tangga



3



An A



P



anak



13 th



SD



-



4



An B



L



anak



11 th



TK



-



7. Tipe keluarga: Keluarga kecil (nuclear family). Keluarga Tn. Atinggal bersama istrinya Ny Pdan 2 anaknya. 8. Suku bangsa: Jawa. 9. Agama: Islam. Awalnya keluarga Tn A rajin sholat 5 waktu berjamaah tetapi akhir-akhir ini salah satu anaknya yang bernama An. B kegiatan keagamaanya seperti sholat dan mengaji menurun. 10. Status sosial ekonomi keluarga: Tn A bekerja sebegai petani selama 15 tahun. Pengasilan yang didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan keluarga Tn. A juga memiliki tabungan.



11. Rekreasi keluarga: Keluarga tidak memiliki waktu khusus untuk rekreasi bersama. Hanya jika di waktu luang kegiatan yang sering dilakukan adalah menonton televisi dan mendengarkan music bersama. 12. Pola kebiasaan sehari-hari: a. Pola makan: Tn. A mengatakan pola makan teratur dengan jumlah makan 3x sehari. Menu makanan sehari-hari yaitu nasi, tahu, tempe, sayur ayam, ikan dan kadang diselingi dengan buah-buahan setiap hari secara bervariasi. b. Pola minum:Tn. A mengatakan kebiasaan di tiap pagi hari minum teh manis hangat dan untuk ketiga anaknya minum susu. Selain itu keluarga juga sering minum jus buah ketika panen buah di kebun miliknya. c. Pola istirahat dan tidur: Tn. A mengatakan keluarghanya biasa tidur pukul 21.00-04.30. Tetapi anaknya yg bernama An. B semenjak dibelikan gadget tidurnya selalu larut malam sehingga menyebabkan bangun tidurnya telat sekitar jam 06.30. Ketika Tn. Atidak dapat tidur, biasanya sholat malam dan membaca al-qur’an. d. Pola eliminasi : Tn. A mengatakan kebiasaan BAB sebanyak 1x sehari dan jarang mengalami gangguan BAB. BAK



kurang



lebih



4-5x



sehari.



Keluarga



tidak



mengeluhkan adanya gangguan pada pola BAB dan BAK. e. Personal Hygiene: Tn. A mengatakan kebiasaan mandi 2x sehari menggunakan sabun, keramas seminggu 3x sehari menggunakan shampoo, gosok gigi 2x sehari dipagi hari dan sore hari. Kebiasaan menggunting kuku dilakukan saat kukunya panjang. f. Pola aktivitas: Tn. A sehari-hari pergi kesawah dan kebun bersama istrinya, anak-anak jarang melakukan olahraga. Ny Psering mengikuti kegiatan yang ada didesa seperti PKK, pengajian, senam. Tn. Ajuga mengikuti aktivitas di desanya



seperti kerja bakti, pengajian dan kumpulan. Kegiatan keluarga dirumah biasanya menonton tv, tidur malam. An. B sering tidak mau diajak tidur siang.  Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga -



Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tugas perkembangan keluarga dengan anak dimana Tn. A sebagai kepala keluarga adalah dimana kedua anaknya masih perlu dipantau orang tuanya disaat ayah dan ibunya bekerja anak mandiri tentang aktivitasnya.



-



Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Semenjak An. B sering mengurung diri di kamar akibat memainkan gadget Tn. A merasa kesepian, dengan kondisi anak tersebut Tn. A dan Ny P bekerja lebih giat guna menghidupi kebutuhan hidup keluarganya.



-



Riwayat keluarga inti: Tn. Adan Ny P tinggal di dusun tersebut semenjak kecil. Mereka selalu mengikuti budaya yang ada disana.



-



Riwayat keluarga sebelumnya: Tn. Adan Ny P asli penduduk dari dusun Pundung dan tidak keluarga yang menderita penyakit keturunan atau menular.



 Lingkungan a)



Karakteristik rumah: Rumah terletak didalam perkampungan, milik sendiri, permanen, luas kurang lebih 9x7m terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi, dipisahkan dengan sekat tang permanen. Memiliki jendela dan ventilasi yang cukup, ruangan terlihat bersih, sumber air berasal dari sumur, jarak sapi teng denganm sumur kurang lebih 9 meter dan tidak terdapat jentik nyamuk di dalam bak mandi. Penerangan rumah dari listrik, memasak menggunakan kompor gas, lantai menggunakan semen, wc menggunakan leher angsa, tempat pembuangan sampai di tempat sementara samping



rumah. Halaman rumah tidak begitu luas dan tidak terdapat tanaman. Denah rumah:



Dapur



KM



Kamar 1



Kamar 2



Ruang tamu



b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW : c) Mobilitas geografis keluarga: d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Tn. A memiliki Istri bernama Ny.P dan seorang anak perempuan bernama An A 13 tahun. Tn. A sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar seperti kerja bakti, kumpulan sedangkan Ibu P juga bekerja di kantor akan tetapi sering berinteraksi dengan masyarakat seperti pada pengajian, senam dan PKK sedangkan anak A berinteraksi dengan teman disekolahnya dan teman main disekitar rumahnya, dan anak B hanya berinteraksi di sekolah saja. e)Sistem pendukung keluarga: keluarga Tn. A terdiri dari 4 orang yaitu suami isteri dan 2 orang anak  -



Struktur Keluarga Pola komunikasi keluarga : kurang, interaksi antar anggota keluarga kurang baik dan tidak intens dikarenakan suami terlalu lelah setelah dari sawah.



-



Struktur kekuatan keluarga: -



-



Struktur peran : peran formal



 Tn. A: menjadi kepala keluarga dan suami  Ny.P : memegang peran sebagai ibu rumah tangga  Fungsi Keluarga -



Fungsi afektif : tidak cukup rukun dan kasih sayang dalam keluarga kurang



-



Fungsi sosialisasi : cukup



-



Fungsi reproduksi (biologi) : jumlah anak 2



-



Fungsi ekonomi : berkecukupan



-



Fungsi perawatan keluarga : -



 Stress dan koping keluarga -



Stressor jangka pendek : ketidakmampuan pada orangtua dalam mendidik anaknya dengan baik.



-



Stressor jangka panjang : Tn. Ajarang berkomunikasi dengan Ny.P dan anak B



-



Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah : Keluarga kurang tanggap terhadap masalah yang dihadapi karena keterbatasan akan pengetahuan mengenai masalah yang dialami



-



Strategi koping yang digunakan : Ny.P menghabiskan waktunya dengan rajin terlibat dengan kegiatan pengajian rutin. Ikut aktif dalam senam rutin yang dilaksanakan setiap hari kamis minggu sekali



-



Strategi adaptasi disfungsional : Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional. Ny.P kalau banyak pikirin lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa, sholat dan dzikir.







Pemeriksaan Fisik 1. Penampilan Umum Kesadaran



Composmentis



Cara Berpakaian



Rapi



Kebersihan Personal



Bersih



Postur dan Cara berjalan



Postur tubuh simetris, berjalan tanpa bantuan



Bentuk dan ukuran tubuh



Proporsional sesuai dengan tinggi badan



Tanda-tanda vital



TD : 110/80 mmHg N : 82 x/menit S



: 36,5 oC



RR : 24x/menit



2. Status Mental dan Cara Berbicara Status Emosional



stabil



Orientasi



Dapat mengenal waktu, tempat, dan orang



Proses berfikir



Berpikir rasional



Gaya Bicara



Bicara dengan gerakan dan lancar



3. Pemeriksaan Kulit Perut



Pemeriksaan dengan kulit



Auskultasi bising usus 12x/menit Perkusi : suara timpani tidak ada Palpasi: perut terasa lemas, tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak teraba. Genetalia dan Anus



Tidak dikaji



Ekstremitas



Bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat benjolan



1. Pemeriksaan Kepala Bentuk dan Sensori



Muka simetris, sensasi normal, saat di rangsang klien merasakan



Rambut



Rambut dan kulit kulit kepala bersih, warna hitam, distribusi menyebar rata, tidak rontok rambutnya



Mata



Bola mata dapat dapat mengikuti arah gerak tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva tidak anemis, tidak ada krluhan penglihatan



Dada (pernapasan)



Simetris, warna sama dengan kulit, tidak ada benjolan abnormal, bergerak seimbang, tidak terdapat suara tambahan



ANALISA DATA N



DATA FOKUS



MASALAH KEPERAWATAN



O 1



DS: -



Hambatan interaksi sosial An.B.



DO: Anak sulit berinteraksi 2



DS:-



Hambatan religiositas An.B.



DO: Semenjak memiliki gadget anak saat di suruh untuk sholat, mengaji selalu menunda-nunda dan sering tidak dilaksanakan. 3



DS:-



DO: Keluarga tidak mengetahui cara untuk menyikapi lagi anaknya yang sudah kecanduan gadget.



Defisiensi pengetahuan keluarga Tn. A



C. PRIORITAS MASALAH KESEHATAN 1. Hambatan interaksi sosial An.B. No .



Kriteria



Skor



Pembenaran



1.



Sifat masalah : Aktual



3/3x1=1



Sudah terjadi masalah interaksi sosial pada Tn. A yang jarang berinteraksi dengan keluarga



2.



Kemungkinan untuk diubah : sebagian



1/2x2= 1



Kemungkinan untuk diubah sebagian karena kebiasaan Tn. A tidak pernah meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga besarnya karena telah lelah seharian kesawah.



3.



Potensi untuk dicegah : cukup



2/3x1= 2/3



Potensi untuk dicegah cukup karena Tn. A bisa mendapatkan dukungan dari Ny.P yang sangat komunikatif terhadap keluarga besar dan masyarakat sekitar



4.



Menonjolnya masalah : segera diatasi



2/2x1= 1



Ny.P menyadari bahwa hal yang dilakukan Tn. A dapat berdampak negatif kepada



anaknya dan lingkungannya maka dia berusaha untuk mencari jalan agar suaminya mau terlibat dalam kehidupan keluarganya TOTAL



3 2/3



2. Hambatan religiositas An.B. No



Kriteria



Skor



Pembenaran



. 1.



Sifat masalah : Aktual



3/3x1=1



Sudah terjadi masalah religius pada An. B.



2.



Kemungkinan untuk diubah :



1/2x2= 1



sebagian



Kemungkinan masalah untuk diubah



sebagian karena



An.B sudah lama kecanduan dalam menggunakan gadget. 3.



Potensi untuk dicegah :



1/3x1=1/3



rendah



Potensi



masalah



untuk



dicegah



rendah



karena



masalah sudah terjadi.



4.



Menonjolnya masalah :



2/2x1= 1



segera diatasi



Masalah harus segera diatasi agar tidak semakin parah.



TOTAL



3 1/3



3. Defisiensi pengetahuan keluarga Tn.A.



No



Kriteria



Skor



Pembenaran



. 1.



Sifat masalah : Aktual



3/3x1=1



Sudah terjadi masalah pengetahuan pada Tn.A.



2.



Kemungkinan untuk diubah :



1/2x2= 1



sebagian



Kemungkinan masalah untuk diubah



sebagian



karena



masalah sudah lama terjadi. 3.



Potensi



untuk



dicegah



: 3/3x1=1



tinggi



Potensi



masalah



untuk



dicegah



rendah



karena



masalah sudah terjadi. 4



Menonjolnya masalah :



2/2x1= 1



segera diatasi



Masalah



harus



diatasi agar tidak semakin parah.



TOTAL



4



D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL BERDASARKAN PRIORITAS 4. Defisiensi pengetahuan keluarga Tn.A 5. Hambatan interaksi sosial An.B. 6. Hambatan religiositas An.B.



segera



E. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA N



Diagnosa



Tujuan



Intervensi Keperawatan



O



Keperawatan



1.



Defisiensi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x



PENDIDIKAN ORANG TUA : KELUARGA YANG



pengetahuan



pertemuan diharapkan keluarga mampu mengenal



MEMBESARKAN ANAK



keluarga



masalah defisiensi Pengetahuan dengan kriteria hasil



1. Pahami hubungan antara perilaku orangtua dan tujuan yang



Tn.A.



:



sesuai dengan usia anak



PENGETAHUAN: PENGASUHAN 1. Perilaku anak yang normal 2. Kebutuhan psikologis 3. Kebutuhan untuk bersosialisasi 4. Kebutuhan spiritual 5. Kebutuhan bimbingan moral 6. Strategi komunikasi yang efektif 7. Strategi untuk mengelola faktor risiko lingkungan yang bisa dikendalikan.



2. Rancang program pendidikan yang didasarkan pada kekuatan keluarga 3. Identifikasi faktor-faktor personal yang berdampak pada keberhasilan program pendidikan (misalnya, nilai-nilai budaya, pengalaman negatif dengan penyedia layanan sosial, hambatan bahasa, komitmen waktu, masalah penjadwalan, perjalanan, dan kurangnya minat ) 4. Identifikasi tugas perkembangan atau tujuan yang sesuai untuk anak 5. Fasilitasi diskusi orangtua terkait metode disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang diperoleh 6. Ajarkan orangtua mengenai fisiologi,emosional dan



karakteristik perilaku normal anak. 7. Berikan sumber informasi online, buku, dan literatur yang dirancang untuk mengajarkan orangtua mengenai pengasuhan anak. 8. Berikan orangtua bahan bacaan dan materi lainnya yang akan membantu dalam melakukan dalam peran pengasuhan. 9. Diskusikan cara yang dapat digunakan orangtua untuk membantu anak-anak dalam mengelola kemarahan. 10. Diskusikan pendekatan orangtua yang dapat digunakan dalam membantu anak-anak untuk mengungkapkan perasaan positif. 11. Informasikan orangtua mengenai sumber daya yang ada dimasyarakat 12. Identifikasi dan mengajarkan orangtua mengenai cara menggunakan berbagai strategi dalam mengelola perilaku anak. 13. Motivasi orangtua untuk mencoba strategi berbeda dalam mengasuh anak



14. Gunakan tekhnik bermain peran akan tekhnik pengasuhan dan keterampilan komunikasi. 2



Hambatan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



MODIFIKASI PERILAKU: KETERAMPILAN-



interaksi



2x pertemuan diharapkan keluarga mampu



KETERAMPILAN SOSIAL



sosial An.B.



mengenal masalah interaksi sosial dengan



1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah dari



kriteria hasil : KETERLIBATAN SOSIAL 1. Berinteraksi dengan teman dekat 2. Berinteraksi dengan tetangga 3. Berinteraksi dengan anggota keluarga



kurangnya keterampilan sosial 2. Bantu pasiern untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/sosialnya. 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam berperilaku dalam rangka mencapai kemampuan keterampilan sosial 4. Bantu pasien bermain peran dalam setiap langkah dalam berperilaku 5. Sediakan umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien mampu menunjukkan kemampuan keterampilan sosial yang ditargetkan 6. Didik SO pasien (keluarga,group, dan pimpinan) dengan cara yang tepat mengenai tujuan dan proses training



keterampilan sosial 7. Libatkan SO dalam sesi kegiatan latihan keterampilan sosial (bermain peran) dengan pasien, dengan cara yang tepat 8. Sediakan umpan balik bagi pasien dan SO mengenai ketepatan dari respon sosial dalam situasi latihan 9. Dukung pasien/SO untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial, memberikan reward pada diri sendiri terhadap hasil yang positif, dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.



3



Hambatan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



PENINGKATAN RITUAL KEAGAMAAN



religiositas



2x pertemuan diharapkan keluarga mampu



1. Dukung rencana acara ritual dan partisipasi, dengan cara



An.B.



mengenal masalah Hambatan religiositas dengan kriteria hasil : KESEHATAN SPIRITUAL 1. Kualitas keyakinan 2. Arti dan tujuan hidup 3. Kemampuan berdoa



yang tepat 2. Dukung kehadiran dalam acara ritual, dengan cara yang tepat 3. Eksplorasi alternatif untuk beribadah 4. Dorong diskusi mengenai minat terhadap keagamaan 5. Dengarkan dan kembangkan perasaan mengenai waktu



4. Kemampuan beribadah



untuk beribadah atau melakukan ritual.



5. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi ide,perasaan dan keyakinan.



F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI N



HARI,



O



TANGGAL



1



DIAGNOSA



IMPLEMENTASI



EVALUASI



Senin , 21Juni



Defisiensi



PENDIDIKAN ORANG TUA : KELUARGA



2021



pengetahuan



YANG MEMBESARKAN ANAK (5566)



keluarga Tn.A



1. Memahami



hubungan



antara



mengetahui menyikapi kasus ini lagi perilaku



orangtua dan tujuan yang sesuai dengan usia anak 2.



Merancang



program



pendidikan



yang



didasarkan pada kekuatan keluarga 3. Mengidentifikasi faktor-faktor personal yang berdampak



pada



keberhasilan



S : Keluarga mengatakan sudah paham dan



program



pendidikan (misalnya, nilai-nilai budaya,



O



:



Keluarga



tampak



sudah



mulai



membatasi sang anak dengan cara yang baik dan sudah memberikan informasi kepada anak A : Tujuan teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi



pengalaman negatif dengan penyedia layanan



 Memberikan online,



masalah



dirancang untuk mengajarkan orangtua



perjalanan,



dan



kurangnya minat )



dan



informasi



sosial, hambatan bahasa, komitmen waktu, penjadwalan,



buku,



sumber



literatur



mengenai pengasuhan anak



4. Mengidentifikasi tugas perkembangan atau



 Menggunakan tekhnik bermain peran



tujuan yang sesuai untuk anak



akan



5. Menfasilitasi diskusi orangtua terkait metode disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang diperoleh.



teknik



pengasuhan



ketrampilan komunikasi I : Melakukan tindakan sesuai intervensi E : Masalah teratasi sebagian



6. Mengajarkan



orangtua



mengenai



fisiologi,emosional dan karakteristik perilaku normal anak. 7. Memberikan sumber informasi online, buku, dan



literatur



yang



yang



dirancang



untuk



mengajarkan orangtua mengenai pengasuhan anak. 8. Memberikan orangtua bahan bacaan dan



R:-



dan



materi lainnya yang akan membantu dalam melakukan dalam peran pengasuhan. 9. Mendiskusikan cara yang dapat digunakan orangtua untuk membantu anak-anak dalam mengelola kemarahan. 10. Mendiskusikan pendekatan orangtua yang dapat digunakan dalam membantu anak-anak untuk mengungkapkan perasaan positif. 11. Menginformasikan orangtua mengenai sumber daya yang ada dimasyarakat 12. Mengidentifikasi dan mengajarkan orangtua mengenai



cara



menggunakan



berbagai



strategi dalam mengelola perilaku anak. 13. Memotivasi orangtua untuk mencoba strategi berbeda dalam mengasuh anak 14. Menggunakan tekhnik bermain peran akan tekhnik



pengasuhan



komunikasi.



dan



keterampilan



2



Selasa, 22



Hambatan



MODIFIKASI PERILAKU: KETERAMPILAN-



Juni 2021



interaksi sosial



KETERAMPILAN SOSIAL (4362)



sering berinteraksi dengan keluarga dan



An.B.



1. Membantu pasien untuk mengidentifikasi



temannya



masalah dari kurangnya keterampilan sosial 2. Membantu pasiern untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/sosialnya. 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam berperilaku dalam rangka mencapai kemampuan keterampilan sosial 4. Membantu pasien bermain peran dalam setiap langkah dalam berperilaku 5. Menyediakan umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien mampu menunjukkan kemampuan keterampilan sosial yang ditargetkan 6. Mendidik SO pasien (keluarga,group, dan



S : Klien mengatakan dirinya sudah mulai



O : Klien tampak sudah mulai bisa menjauh dari gadget, dan mulai terlihat bisa berinteraksi dengan perawat A : Tujuan tercapai sebagian P : Lanjutkan intervensi - anjurkan klien untuk berinteraksi dengan teman - anjurkan klien berinteraksi dengan tetangga - anjurkan klien berinteraksi dengan keluarga I : Melakukan tindakan sesuai intervensi



pimpinan) dengan cara yang tepat mengenai tujuan dan proses training keterampilan sosial 7. Melibatkan SO dalam sesi kegiatan latihan



E : Masalah teratasi sebagian R:-



keterampilan sosial (bermain peran) dengan pasien, dengan cara yang tepat 8. Menyediakan umpan balik bagi pasien dan SO mengenai ketepatan dari respon sosial dalam situasi latihan 9. Mendukung pasien/SO untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial, memberikan reward pada diri sendiri terhadap hasil yang positif, dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan. 3



Rabu, 23 Juni



Hambatan



PENINGKATAN RITUAL KEAGAMAAN



2021



religiositas



1. Mendukung



An.B.



rencana



acara



ritual



S : Anak mengatakan sudah mulai ingin dan



partisipasi, dengan cara yang tepat 2. Mendukung kehadiran dalam acara ritual, dengan cara yang tepat



merubah



kebiasaan



dengan



menjalankan shalat tepat waktu. O : Klien tampak mulai bisa mengurangi penggunaan gadget



dan mulai bisa



3. Mengeksplorasi alternatif untuk beribadah



menjalankan



4. Mendorong diskusi mengenai minat terhadap



mestinya



keagamaan 5. Mendengarkan dan kembangkan perasaan mengenai



waktu



melakukan ritual.



untuk



beribadah



atau



ibadah



sebagaimana



A : Tujuan teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi - Mendukung rencana acara ritual dan partisipasi, dengan cara yang tepat - Mendorong diskusi mengenai minat terhadap keagamaan - Mendengarkan perasaan



dan



mengenai



kembangkan waktu



untuk



beribadah atau melakukan ritual



I : Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi E : Masih terdapat masalah



BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Gadget adalah suatu piranti atau alat yang memiliki tujuan dan fungsi yang praktis dan spesifik yang berguna dan umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru dan merupakan sesuatu yang tidak biasa dan selalu didesain lebih pintar dari teknologi yang ada. Contohnya adalah komputer, handphone, tablet, game console, dan lain-lain. Gadget yang sangat banyak digunakan saat ini ialah smartphone dan tablet. Ukurannya yang kecil dan mudah dibawa kemana-mana, dan juga sangat praktis, membuat gadget jenis ini sangat diminati oleh penggunanya. Banyak dampak positif yang didapat dari penggunaan gadget, seperti menjadikan komunikasi menjadi lebih mudah dan praktis dari segi komunikasi, menambah banyak teman dari segi sosial, dan juga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dari segi pendidikan. Gadget juga memberikan dampak negatif seperti pada dapat menyebabkan mengganggu perkembangan anak, bahaya kesehatan terutama anak usia di bawah 12 tahun, rawan terhadap tindak kejahatan, perubahan perilaku, pemborosan. B. Saran  Gadget merupakan suatu alat yang sangat membantu kehidupan kita sebagai manusia. Gadget memiliki banyak sekali manfaatnya. Kita sebagai manusia yang beradab dan berpendidikan, harus bisa memanfaatkan gadget dengan sebaik-baiknya. Gadget hanyalah suatu alat yang memudahkan kita dalam melakukan sesuatu, bukanlah sebuah alat yang harus kita junjung tinggi. Kita harus bisa memilah-milah mana kebutuhan yang paling penting bagi kita. Kita juga harus menilai suatu hal berdasarkan fungsionalisme nya bukan berdasarkan trend atau gengsinya. Kita harus tetap waspada pada perkembangan gadget, nikmatilah perkembangannya, jangan menerapkan paham konsumerisme dan pilah-pilihlah mana jenis gadget yang benar-benar kita butuhkan, dan tetaplah menjaga komunikasi secara langsung dengan sesama manusia. Ini hidup kita, kitalah yang harus menjaganya, tempatkanlah sesuatu pada tempatnya.



Semua tergantung pada kita sebagai manusia bagaimana menyikapi perkembangan gadget yang ada. Sehingga dampak positif dari gadget tersebut akan lebih menonjol daripada dampak negatifnya.