LP Dan Askep Scabies [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS SCABIES



Mata Kuliah : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



Dosen : Lutfi Wahyuni.,S.Kep.Ns.,M.Kes Disusun Oleh : Kelompok 1 Fikri Rachmat Purwoaji Nadisty W. Indriasih Ahmadi Armand Syah Heni Rahayaan Krisna Wicaksono Phika Pricilia Lepith Ego Adzan Fatah Erlin Kusmiyati Yonas Tayanan Shintia Pelmelay Kundrat H Jerol



(201801157) (201801136) (201801144) (201801173) (201801145) (201801153) (201801140) (201801177) (201801167) (201801181) (201801149)



STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO



TAHUN AKADEMIK 2019/2020 jl.Raya jabon,Km.6 Mojokerto Telp/Fax : (0321)390203 Website : stikesppni.ac.id Email : [email protected]



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Kasus Scabies” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah dapat menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Mojokerto, 5 Agustus 2020 Penulis



Page | 1



DAFTAR ISI



Page | 2



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, di mana pelayanankesehatan masyarakatnya belum cukup naik dengan adanya dalam krisisekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Masalah utama yangpawai masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian banyak adalah penyakit penularan yang berbasis ling kungan.Skabies ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27%dari populasi umum dan mungkin tinggi pada anak-anak juga remaja. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakitskabies dalam masyarakat diseluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6% -12,95% dan skabies durasi urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Skabies atau kudis adalah penyakit kulit penularan yang disebabkan oleh infestasitungau Sarcoptes scabiei . Penyakit ini telah dikenal sejak lama, yaitu kompilasi Bonomo dan Cestoni mampu mengilustrasikan sebuah tungau sebagai penyebab skabies pada tahun 1689 (Montesu dan Cottoni, 1991) Literatur lain menyebutkan itu skabies diteliti pertama kali oleh Aristoteles dan Cicero sekitar tiga ribu tahun yang lalu danmelewati sebagai "kutu rambut di itu daging" (Alexander, 1984) . Tungau ini mampumenyerang manusia dan ternak termasuk hewan kesayangan (membelai satwa ) jugahewan pembohong (liar satwa) (Pence dan Ueckermann, 200)



1.2.



Rumusan Masalah



1.2.1. Apa yang dimaksud dengan scabies ? 1.2.2. Apa saja klasifikasi dari scabies ? 1.2.3. Apa saja etiologi dari scabies ?



Page | 3



1.2.4. Bagaimana patofisiologi dari scabies ? 1.2.5. Apa saja Manifestasi Klinis scabies ? 1.2.6. Diagnosis apa yang akan muncul ? 1.2.7. Bagaimana Penatalaksanaan untuk scabies ? 1.2.8. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita scabies ?



Page | 4



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



Pengertian Scabies Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit



kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan produknya (Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung (kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) dan tidak langsung (melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Mansjoer et al., 2000). Penyakit



scabies



bersifat



menular



dan



perkembangannya



dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, sering berganti pasangan seksual, minimnya pengetahuan masyarakat



tentang



penyakit



skabies,



kesalahan



diagnosa



dan



penatalaksanaannya (Daili et al., 2005).



Gambar 1. Penyakit Scabies



Page | 5



2.2.



Klasifikasi Scabies Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai berikut (Stone, 2003, dalam Sunaryanto, 2009).



2.2.1.1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated) Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2.2.1.2. Skabies incognito Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 2.2.1.3. Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 2.2.1.4. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah. 2.2.1.5. Skabies pada orang tua Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke senile pruritus, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya.



Page | 6



2.2.1.6. Skabies norwegia Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah 2.2.1.7. Skabies pada penderita HIV/AIDS Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya. 2.2.1.8. Skabies di daerah kulit kepala Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan dermatomiositis. 2.2.1.9. Skabies bullosa Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada orang



dewasa,



maka gambarannya



sulit



dibedakan



dengan



pemphigoid bullosa.



Page | 7



2.3.



Etiologi Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah



parasit yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara



morfologik



merupakan



tungau



kecil



berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron x 250-350



mikron,



sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240



mikron x 150-200 mikron. Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2010).



Page | 8



Gambar 2. Sarcoptes scabiei var. hominis 2.4.



Patofisiologi Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu tuma sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian kutu betina akan menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya membentuk terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan serotonin. Pelepasan mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala terutama gatal, edema local, adanya vesikel, dan eritema. Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan.



Page | 9



2.5.



Manifestasi Klinis Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat



ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau menemukan tanda kardinal ke-4 yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010). 1.5.1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1.5.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan



diserang



tungau



tersebut.



Dikenal



keadaan



hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun



mengalami



infestasi



tungau,



tetapi



tidak



memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 1.5.3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 1.5.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.



Page | 10



2.6.



Diagnosis Scabies Adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada



tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah, sudah dapat diindikasi bahwa penyakit tersebut adalah skabies dan diperkuat apanila ditemukan terowongan dari tungau. Cara menemukan tungau yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010). 1.6.1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya. 1.6.2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 1.6.3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. 1.6.4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E. Diagnosis banding yang dapat dilakukan adalah pitiriasis rosea, tinea versikolor, predikulosis korporis, prurigo, dermatitis, daliken planus, dan berbagai penyakit kulit lain dengan keluhan gatal (Mansjoer et al., 2000). 2.7.



Penatalaksanaan Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati



(termasuk penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Syarat obat yang ideal adalah sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000). 



Harus efektif terhadap semua stadium tungau.







Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.







Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian. Page | 11







Mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah



sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000). 1.7.1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 1.7.2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 1.7.3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 1.7.4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. 1.7.5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.



Page | 12



Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas (Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009). 2.8.



Komplikasi Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis,



folikulitis, dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis. Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses, internal, pneumonia piogenik, dan septicemia (Stone, 2003, dalam Sunaryanto, 2009).



Page | 13



BAB III PATHWAY



Sarcoptes scabiei var. hominis betina



Kontak langsung



Kontak tidak langsung



Kontak kulit dg kulit



Melalui benda Misal pakaian, handuk, sprei, bantal, sprei, dsb



Misal berjabat tangan, tidur bersama, hub. seksual dsb



Tungau berada di permukaan kulit Masuk ke dalam stratum korneum Membentuk kanali kulit (terowongan lurus/berkelok) Tungau mengeluarkan cairan Reaksi sensitisasi oleh tubuh Lesi pada kulit



Pruritus (gatal-gatal)



Papul, vesikel, dan urtika



Garukan



Gangguan Citra Tubuh



Erosi, eksoriasi atau krusta



Nyeri Akut



Pruritus nokturnal Gangguan Pola Tidur



Terbentuknya luka Kerusakan Integritas Kulit



Port de entre Resiko infeksi sekunder Resiko Infeksi



Page | 14



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN 4.1.



Pengkajian



4.1.1. Identitas pasien Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis. 4.1.2. Keluhan utama Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal. 4.1.3. Riwayat kesehatan  Riwayat penyakit sekarang Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.  Riwayat penyakit dahulu Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine yang buruk)  Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.  Riwayat pemakaian obat Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat 4.1.4. Pola Fungsional Gordon 



Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.







Pola Nutrisi/Metabolisme



Page | 15



Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang dan malam). Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi. 



Pola Eliminasi Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.



 Pola Aktivitas/Olahraga Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit. Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya. Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.  Pola Istirahat/Tidur Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak? Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya akibat rasa gatal pada malam hari  Pola Kognitif/Persepsi Kaji status mental klien Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien Kaji penglihatan dan pendengaran klien. Kaji apakah klien mengalami vertigo Kaji nyeri: Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit. Page | 16



 Pola Persepsi dan Konsep Diri Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut Apakah ada hal yang menjadi pikirannya  Pola Peran Hubungan Tanyakan apa pekerjaan pasien Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien  Pola Seksualitas/Reproduksi Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks  Pola Koping-Toleransi Stres Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri ) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.  Pola Keyakinan-Nilai Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.



Page | 17



4.2.



Diagnosa Keperawatan 



Nyeri akut berhubungan dengan pruritus, lesi kulit







Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (garukan: erosi, eksoriasi atau krusta)







Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus nokturnal







Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi penampilan kulit







Resiko infeksi berhubungan dengan lesi pada kulit



Page | 18



4.3. NO 1.



Intervensi Keperawatan



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x24 berhubungan jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan indikator: dengan a. Mengenali faktor penyebab pruritus, lesi b. Mengenali onset (lamanya sakit) kulit c. Menggunakan metode pencegahan d. Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri e. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan f. Mencari bantuan tenaga kesehatan g. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan h. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia i. Mengenali gejala-gejala nyeri j. Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya k. Melaporkan nyeri sudah terkontrol DIAGNOSA



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan nyeri dengan indikator: a. melaporkan adanya nyeri b. luas bagian tubuh yang terpengaruh c. frekuensi nyeri d. panjangnya episode nyeri e. pernyataan nyeri f. ekspresi nyeri pada wajah g. posisi tubuh protektif h. kurangnya istirahat i. ketegangan otot j. perubahan pada frekuensi pernafasan k. perubahan nadi l. perubahan tekanan darah m. perubahan ukuran pupil n. keringat berlebih o. kehilangan selera makan



INTERVENSI (NIC) MANAJEMEN NYERI Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Intervensi: a. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b. observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan c. gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e. evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f. evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain g. tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau h. bantu pasien dan keluarga untuk Page | 19



mencari dan menemukan dukungan i. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi j. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan k. kurangi faktor presipitasi l. pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) m. kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi n. ajarkan tentang teknik non farmakologi o. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri p. evaluasi keefektifan kontrol nyeri q. tingkatkan istirahat r. kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil ANALGETIC ADMINISTRATION Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri Page | 20



Intervensi : a. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi c. cek riwayat alergi d. pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu e. tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri f. tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal g. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h. monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali i. berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat j. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping) Page | 21



2



Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 integritas jam integritas jaringan: kulit dan kulit mukosa normal dengan indikator: berhubungan a. temperatur jaringan dalam rentang yang diharapkan dengan factor b. elastisitas dalam rentang yang diharapkan mekanik c. hidrasi dalam rentang yang diharapkan (garukan: d. pigmentasi dalam rentang yang diharapkan erosi, eksoriasi atau e. warna dalam rentang yang diharapkan f. tektur dalam rentang yang diharapkan krusta) g. bebas dari lesi h. kulit utuh



PENGAWASAN KULIT a. Inspeksi kondisi luka b. Observasi ekstremitas untuk warna, panas, keringat, nadi, tekstur, edema, dan luka c. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk kemerahan, panas, drainase d. Monitor kulit pada area kemerahan e. Monitor penyebab tekanan f. Monitor adanya infeksi g. Monitor kulit adanya rashes dan abrasi h. Monitor warna kulit i. Monitor temperatur kulit j. Catat perubahan kulit dan membran mukosa k. Monitor kulit di area kemerahan MANAJEMEN TEKANAN a. Tempatkan pasien pada terapeutic bed b. Elevasi ekstremitas yang terluka c. Monitor status nutrisi pasien d. Monitor sumber tekanan e. Monitor mobilitas dan aktivitas Page | 22



3



Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pola tidur x24jam gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria berhubungan hasil: dengan a. Jumlah jam tidur dalam batas normal pruritus b. Pola tidur,kualitas dalam batas normal nokturnal c. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat d. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur



4



Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. citra tubuh x24jam , diharapkan Pengembangan peningkatan berhubungan penerimaan diri pada klien tercapai dengan kriteria hasil: dengan a. Mengembangkan persepsi peningkatan kemauan untuk penampilan menerima keadaan diri. kulit b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri. c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi. d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.



pasien f. Mobilisasi pasien minimal setiap 2 jam sekali g. Back rup h. Ajarkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Sleep Enhancement a. Menjaga kulit agar selalu lembab b. Determinasi efekefek medikasi terhadap pola tidur c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat d. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca) e. Ciptakan lingkungan yang nyaman f. Kolaburasi pemberian obat tidur a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri b. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan c. Berikan kesempatan pengungkapan Page | 23



5



perasaan. d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya. e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, seperti merias, merapikan f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 KONTROL INFEKSI infeksi jam status kekebalan pasien meningkat dengan Definisi: berhubungan indilaktor: meminimalkan dengan lesi a. tidak didapatkan infeksi berulang mendapatkan infeksi pada kulit dan transmisi agen b. tidak didapatkan tumor c. status rspirasi sesuai yang diharapkan temperatur badan infeksi Intervensi : sesuai yang diharapkan a. Bersihkan d. integritas kulit lingkungan setelah e. integritas mukosa dipakai pasien lain f. tidak didapatkan fatigue kronis b. Pertahankan teknik g. reaksi skintes sesuai paparan isolasi h. WBC absolut dalam batas normal c. Batasi pengunjung Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 bila perlu jam psien mengetahui cara cara mengontrol infeksi d. Instruksikan dengan indikator: pengunjung untuk a. Mendeskripsikan proses penularan penyakit mencuci tangan b. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terhadap saat berkunjung proses penularan penyakit dan setelah c. Mendeskripsikan tindakan yang berkunjung Dapat dilakukan untuk pencegahan proses penularan penyakit e. Gunakan sabun d. Mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi anti mikroba untuk e. Mendeskripsikan penatalaksanaan yang tepat untuk cuci tangan infeksi f. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan Page | 24



keperawatan g. Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selma kontak dengan kulit yang tidak utuh h. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan i. Berikan terapi antibiotik bila perlu j. Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor k. Kaji temperatur tiap 4 jam l. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC m. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial n. Istirahat yang adekuat o. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci kulit dengan hati-hati p. Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku q. Pastikan perawatan aseptik pada IV line r. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat s. Berikan antibiotik sesuai aturan t. Ajari pasien dan Page | 25



keluarga tanda dan gejala infeksi dan kalau terjadi melaporkan pada perawat u. Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi



BAB V PENUTUP



Page | 26



5.1. Kesimpulan Scabies adalah kulit penderita gatal-gatal penuh bintik-bintik kecil sampai besar, Berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi Bernanah jika Berwarna . Penularan penyakit skabies bisa terjadi secara langsung seperti seperti berjabat tangan, tidur bersamadan hubungan seksual atau tidak langsung misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk untuk Menghindari penyebaran penyakit harus keamanan kebersihan lingkungan, rumah dan badan. Pengobatan kudis bisa dilakukan baiksecara medis seperti Belerang endap (sulfur presipitatum), Emulsi benzil-benzoat,Gama benzena hek saklorida, Krotamiton d anPermetrin juga secara tradisionalseperti daun salam, biji buah pinang dan daun buah srikaya 5.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit menular salah satunya adalah scabies, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.



DAFTAR PUSTAKA



Djuanda Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI Page | 27



Muttaqin Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba Medika  Prabu. 1996. Penyakit-penyakit infeksi umum. Jakarta: Widya Medika Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika Widoyono.



2008. Penyakit



Tropis



Epidemiologi,



Penularan,



Pencegahan



dan



Pemberantasanya. Jakarta: Erlangga 



Page | 28