LP Scabies Fiks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SCABIES



A. DEFINISI Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei tungau (mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas diseluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan kemanusia dan sebaliknya. Tungau ini berukuran 200-450 mikron, berbentuk lonjong, bagian dorsal konveks sedangkan bagian ventral pipih (Soedarto, 2009). Penyakit skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gudig, gatal agogo, budukan dan penyakit ampera (Harahap, 2000). B. Etiologi Skabies (Scabies, bahasa latin = keropeng, kudis, gatal) disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan (Sarcoptes scabiei) dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Penularan penyakit ini seringkali terjadi saat berpegangan tangan dalam waktu yang lama dan dapat di katakan penyebab umum terjadinya penyebaran penyakit ini (Harahap, 2000). C. Tanda dan gejala Gejala scabies sering kali dianggap sebagai impetigo atau eksim. Namun infeksi kulit karena tungau ini memiliki perbedaan dengan gejala pemyakit menular lainnya. Gejala kudis juga tidak langsung muncul setelah tungau masuk kedalam jaringan kulit. Bagi orang yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi tungau, tubuh membutuhkan waktu cukup lama untuk bereaksi sampai memunculkan gejal. Tungau penyebab scabies rata-rata akan berinkubasi dulu selama 2-6 minggu sampai akhirnya memperbanyak diri di dalam kulit. 1. Gejala kudis secara umum Tanda bahwa tungau sudah aktif bertelur didalam kulit adalah munculnya papula atau lubang-lubang kecil berukuran 0,1-1 cm, biasanya pada bagian lipatan kulit.



Ciri scabies ini sulit dikenali dengan karena berlangsung di dalam kulit. Sementara untuk gejala kudis di permukaan kulit biasanya ditandai dengan ruam berupa bintik-bintik merah yang menonjol yang kerap di temukan pada bagian  Sela – sela jari  Di bawah ketiak  Area pinggul  Sekitar pergelangan tangan  Bagian dalam siku  Telapk kaki  Sekitar payudara  Sekitar organ kelamin laki-laki  Bokong  Siku Selain itu, bagian kulit lainnya yang lembab akibat sering tertutup pakaian ketat atau perhiasan juga lebih rentan untuk terinfeksi tangau. Sebelum bintil kemerahan muncul, reaksi pertama tubuh atas infeksi tungau adalah timbulnya rasa gatal. Gangguan ini bia sangat mengganggu karena rasa gatal terkadang bisa sangat tidak tertahankan sehingga mengganggu waktu istirahat atau membuat penderita kesulitan tidur. Akibat selalu sering menggaruk bagian kulit yang terdampak bisamengalami iritasi, kulit bisa menjadi kering dan mengelupas. 2. Gegaja kudis pada bayi Anak-anak dan bayi juga dapat mengidap penyakit kulit menular ini, bahkan kudis bisa menyebar luas sehingga menutupi bagian besar kulitnya. Sama halnya dengan orang dewasa, ciri-ciriscabies pada anak-anak juga di tandai dengan munculnya



bintil-bintil merah yang menyebar. Infeksi tungau dikulit bisa sangat mengganggu kenyamanan sikecil. Akibatnya, mereka menjadi lebih rewel, menurun nafsu makannya, atau kesulitan tidur. 3. Ciri scabies nodular Ciri scabies ini ditandai dengan nodul atau bintil berukuran 2-20mm yang muncul pada area kulit yang sangat tipis, yaitu:  Sekital genital  Bokong  Pangkal paha  Ketiak 4. Ciri skabies berkrusta Scabies berkrusta yang juga dikenal dengan nama norwegian scabies adalah kondisi dimana terdapat ribuan hingga jutaan tungau yang menginfeksi kulit. Oleh sebab itu, bentuk gejala kudis ini begitu parah dan sangat menular. Jenis scabies ini biasanya ditemukan pada orang yang mengalami kondisi penurunan sistem imun secara drastis seperti pada penderita HIV atau penyakit autoimun, setelah menjalani pengobatan kemoterapi, imunosupresan, atau cangkok organ. Ciri dari scabies berkrusta ditandai dengn gejala yang disebut dermatitis psoriasisinformis seperti:  Bintil-bintil berwarna putih mengerak dikulit  Permukaan kulit bersisik  Distribusi gejala bisa menyebar ke seluruh tubuh  Rasa gatal yang tak tertahankan



D. Patofisiologi Skabies ditularkan melalui migrasi tungau betina yang telah dibuahi dari satu orang ke orang lain yang dapat terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi malalui jabt tangan, tidur bersama, skin-toskin attachment, dan hubungan seksual. Kontak tidak langsung terjadi bila individu yang menderita scabies bertukar benda dengan individu sehat, seperti handuk, pakain, selimut, bantal dan seprey. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum kulit dengan kecepatan 2-3 sehari sambil meletakkan 2-4 butir telur sehari, sehingga mencapai 40 hingga 50 telu. Telur-telur ini akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva dengan tiga pasang kaki. Larva dapat tinggal di dalam terowongan maupun keluar permukaan kulit. Setelah 2-3 hari, larva akan berubah menjadi nimfa dan mempunyai 2 bentuk yaitu jantan dan betina. Secara keseluruhan, siklus hidup scabies mulai dari telur hingga dewasa memerlukan 8-12 hari. Literatur lain menyatakan bahwa hanya membutuhkan 10-17 hari untuk menciptakan tungau betina infeksius baru yang dapat bermigrasi keindiidu lain. Periode inkubasi pada orang tanpa papapran terhadap scabies sebelumnya hingga akhirnya menimbulkan gejala berkisar antar 2-6 minggu.



E. Woc Tungau sarcoptes scababies Kontak kulit



Timbul reaksi alergi



Terjadi inflamasi



Pelepasan mediator kimia histamine, kinin, prostaglandin



Fsodilatasi pembuluh darah



Permeabilitas kapiler



Prostaglandin mengiritasi ujung saraf



Perpindahan IV ke IS



Nyeri



Permeabilitas kapiler



Aliran pembuluh darah meningkat



Plak merah



Masuk ke jaringan



Erosi, krusta, ekskoriasi



Papule



Perubahan body image



Gangguan citra tubuh



Edema



Garuka n



Papule pecah



Resiko infeksi



Keruskan integritas kulit



Gatal



Gangguan pola tidur



F. Komplikasi Menggaruk bagian kulit yang terdampak secara terus menerus dapat memecah lapisan kulit pelindung sehingga kulit menjadi rentan terinfeksi oleh bakteri yang berasal dari lingkungan luar tubuh. Salah satu penyakit komplikasi yang berisiko muncul



adalah



impertigo.



Kondisi



impertigo



terjadi



ketika



bakteri



strep



(streptococcus) menginfeksi permukaan kulit sehingga menyebabkan munculnya ruam merah berisi cairan. Ruam merah ini dapat muncul di bagian tubuh mana pun. Namun, paling sering terjadi di sekitar hidung, mulut, area sekitar tangan dan kaki. Setelah pecah, ruam tersebut akan mebuat kulit berkerak kuning dan cokelat. G. Pemeriksaan penunjang Scabies ditegakan den gan ditemukannya tungau melalu pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Kerokan kulit ini dicapai dengan menempatkan setetes minyak mineral diatas liang dan kemudian menggoreskan longitudunal menggunakan scapel no 15. Kerokan diletakakn pada kaca abjek, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau 100x dapat dilihat tungau, telur atau skibala. 2. Pengambil tungau dengan jarum dimasukkan ke dalam bagian yang gelap dan digerkkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar. 3. Epidemal shave biopsi menemukan terowongan atau papul yang ducurigai diantara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scapel no 15 yang dilakukan sejajar dengan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi peendarahan dan tidak perlu anastesi spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.



TEORI ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Biodata a. Identitas pasien b. Identitas penanggung jawab 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari. b. Riwayat kesehatan sekarang Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dean kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat. c. Riwayat kesehatan dahulu Pasien pernah masuk rumah sakit karena alergi d. Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarg pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis. 3. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi terhadap kesehatan Apabila sakit, pasien biasa membeli obat di toko obat terdekat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.



b. Pola aktivitas latihan 1. Aktivitas 2. Makan 3. Mandi 4. Berpakaian 5. Eliminasi 6. Mobilisasi di tempat tidur c. Pola istirahat tidur Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari d. Pola nutrisi metabolik Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya e. Pola eliminasi Klien BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari dengan bau khas warna kuning jernih. f. Pola kognitif perceptual Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal. g. Pola koping 1. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasakan gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja



2. Kehilangan atau perubahan yang terjadi 3. Perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari – hari 4. Klien optimis untuk sembuh B. DIAGNOSA 1. Nyeri akut b/d agen cedera biologi 2. Gangguan pola tidur b/d nyeri 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan status kesehatan 4. Kerusakan integritas kulit b/d edema 5. Resiko infeksi b/d jaringan kulit rusak dn prosedur infasif C. INTERVENSI 1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis Tujuan : nyeri pada pasien dapat bekurang atau hilang Intervensi : a. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi b. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan yang kurang menyenangkan c. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik d. Kolaborasi pemberian antibiotik 2. Gangguan pola tidur b/d nyeri Tujuan : kebutuhan tidur klien tidak terpenuhi



Intervensi : a. Kaji tidur klien b. Berikan kenyaman pada klien (kebersihan tempat tidur) c. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik d. Catat banyaknya klien terbangun di malam hari e.



Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan



f. Berikan minum hangat (susu) jika perlu g. Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan status kesehatan Tujuan : gangguan citra tubuh tidak terjadi Intervensi : a. Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandang dirinya b. Dorong



individu



untuk



bertanya



mengenai



masalah



perkembangan kesehatan c. Ijinkan kliien mengungkapkan emosi negatif seperti marah 4. Kerusakan integritas kulit b/d edema Tujuan : diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal Intervensi : a. Anjurkn klien menggunakan pakain yang longgar b. Jaga kebersihan kulit agar tetap berih dn kering



penanganan,



c. Monitor kulit akan adanya kemerahan d. Mandikan klien dengan air hangat dan sabun 5. Resiko infeksi b/d jaringan kulit rusak dan prosedur infasif Tujuan : di harapkan klien tidak terjadi resiko infeksi Intervensi : a. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan klien b. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat c. Berikan inpeksi kulit dan membranmukosa terhadap kemerahan dan panas d. Berikan terapi antibiotik bila perlu e. Ajarkan cara menghindari infeksi D. IMPLEMENTASI Implementasi dapat di laksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan. E. EVALUASI Evaluasi di lakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi.



DAFTAR PUSTAKA Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita selekta kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Carpenito, Linda Jual. 2001. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Closkey, Mc,et all.2007. diagnosa keperawatan Nic-No. St-Louis Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika



LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG “SCABIES’’



OLEH : SISILIA RUKUWA, S.Kep



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA KAIRATU 2020