LP Eliminasi Urine Paling Bener [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI URINE



Disusun Oleh



:



Nama



: Putri Nursyadiah



Kelas



: S1 Keperawatan 1B



STIKES BANTEN Jl. RawaBuntu No.10, BSD City – Serpong Kota Tangerang Selatan 2020



LEMBAR PENGESAHAN



Pembimbing Akademik



Pembimbing Lapangan



( Dian Puspitasari Efendi, S.Kp, M,Kep )



( Ns. Yovita Muku, S.Kp )



LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE



A.    DEFINISI Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eleminasi adalah proses pebuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme. Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. (Tarwoto Martonah, 2006). Gangguan eleminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eleminasi urine (Lynda Juall Carpenitro-Moyet, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13, 2010). Masalah – masalah eliminasi urine : 1. Inkontinensia Urine Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia : pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat seperti pada saat tertawa. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah bladder. 2. Retensi Urine Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml. (Tarwoto Martonah, 2006). B.



TANDA DAN GEJALA 1. Inkontinensia urine



a. Ketidakmampuan pasien dalam menahan BAK sebelum mencapai toilet tepat waktu. b. Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol ekskresi urine. 2. Retensi Urine a. Data mayor (harus terdapat, satu atau lebih) 1) Distensi kandung kemih 2) Distensi kandung kemih 3) Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes 4) Residu urine 100 cc atau lebih b. Data Minor (mungkin terdapat) 1) Individu menyatakan bahwa kandung kemihnya tidak kosong setelah berkemih. C. MANIFESTASI KLINIS 1. Inkontinensia Urine Batasan Karakteristik : a.



Tidak dapat mengontrol berkemih.



b. Terlihat tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih c.



Menyatakan



ketidakmampuan



mencapai



waktunya untuk berkemih d. Mengeluarkan urine sebelum mencapai toilet e.



Merasakan perlunya untuk berkemih.



2. Retensi Urine Batasan Karakteristik :



toilet



pada



a. b. c.



Tidak ada haluaran urine Distensi kandung kemih Disuria



d.



Sering berkemih



e.



Residu urine



f.



Berkemih sedikit. (Nanda Internasional. 2011).



D. PATOFISIOLOGI



Pohon Masalah : 1) Inkontinensia Urine



Kerusakan persyarafan



Bersin, batuk



Obat anastesi



Kotraksi otot kandung



Penekanan pada abdomen



Kelemahan otot sfingter



Tidak mampu menahan



Keluarnya urine



INKONTINENSIA URINE



2) Retensi Urine



Supravesikal (Diabetes Melitus)



Vesikal (Batu Kandung Kemih)



Intravesikal (Obstruksi kandung kemih)



Otot detrusor melemah



Penyumbatan/penyempi tan uretra



Kerusakan Medula spinalis TH12-L1, kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis



Neuropati (otot tidak mau berkontraksi) Distensi kandung kemih



Retensi urin



E. PATHWAY



F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan urine (urinalisis): Warna (N : jernih kekuningan)  Penampilan (N: jernih) Bau (N: beraroma) pH (N:4,5-8,0) Berat jenis (N: 1,005-1,030) Glukosa (N: negatif) Keton (N:negatif) b. Kultur urine (N: kuman patogen negatif). (Tarwoto Martonah, 2000). G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1.



2.



Penatalaksanaan inkontinensia urine yaitu: a.



Pemanfaatan kartu berkemih



b.



Terapi non farmakologi



c.



Terapi farmakologi



d.



Terapi pembedahan



e.



Modalitas lain



Penatalaksanaan medis retensi urine yaitu a.



Menggunakan urinal untuk berkemih, dalam memenuhi kebutuhan eliminasi perkemihan



b.



Kateterasi Perkemihan, untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.



c.



Memasang kondom kateter bagi pasien pria, untuk mempertahankan hygene parineal pasien inkontinensia.



H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a.       Riwayat keperawatan 1) Pola berkemih 2) Frekuensi urine 3) Gejala dari perubahan berkemih 4) Faktor yang memengaruhi berkemih b.      Pemeriksaan fisik 1.      Abdomen Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness. 2.      Genetalia wanita Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina. 3.      Genetalia laki-laki Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum. c.       Intake dan output cairan 1. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam). 2. Kebiasaan minum di rumah. 3. Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT. 4. Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan. 5. Output urine dari urinal, cateter bag, sistostomi. 6. Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Nanda Internasional, gangguan eliminasi urine sebagai berikut : 1. Inkontinensia Urine Definisi : ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untuk mencapai toilet tepat waktu untuk menghindari kehilangan urine tanpa disengaja.



Batasan Karakteristik : a. Tidak dapat mengontrol berkemih. b. Terlihat tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih c.



Menyatakan ketidakmampuan mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih



d. Mengeluarkan urine sebelum mencapai toilet e.



Merasakan perlunya untuk berkemih.



Faktor yang Berhubungan : a.



Faktor lingkungan yang berubah



b. Gangguan kognisi c.



Keterbatasan neuromuskular



d. Faktor psikologis e.



Kelemahan struktur panggul pendukung.



2. Retensi Urine Batasan Karakteristik : a.



Tidak ada haluaran urine



b. Distensi kandung kemih c.



Disuria



d. Sering berkemih e.



Residu urine



f.



Berkemih sedikit.



Faktor yang Berhubungan a. Sumbatan b. Tekanan ureter tinggi c. Inhibisi arkus refleks d. Sfingter kuat



J. PERENCANAAN KEPERAWATAN No Diagnosa



Tujuan



Intervensi



Rasional



Keperawatan yang



mungkin



muncul 1



Gangguan pola Setelah diberikan 1. Monitor



1. Membantu



eliminasi urine: asuhan



keadaan



mencegah



inkontinensia



keperawatan 2 x



bladder setiap 2



distensi



kemungkinan



24



jam



jam



komplikasi



berhubungan



diharapkan



pola 2. Tingkatkan



dengan



faktor eliminasi



urine



atau



2. Meningkatkan



aktivitas



kekuatan



otot



lingkungan



pasien



normal



dengan



ginjal dan fungsi



yang berubah.



dengan



kriteria



kolaborasi



bladder



hasil: 



dokter/fisiotera



Pasien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam







Tidak



ada



tanda-tanda retensi



dan



inkontinensia urine 



Pasien berkemih dalam keadaan rileks



pi



3. Menguatkan otot dasar pelvis



3. Kolaborasi



4. Mengurangi atau



dalam



menghindari



bladder



training 4. Hindari



inkontinensia factor



pencetus inkontinensia urine



seperti 5. Mengatasi faktor penyebab



cemas 5. Kolaborasi dengan



dokter



dalam pengobatan dan 6. Meningkatkan kateterisasi 6. Jelaskan



pengetahuan dan diharapkan



tentang



pasien







kooperatif



Pengobatan



lebih



2



Retensi







Kateter







Penyebab







Tindakan



lainnya urine Setelah diberikan 1. Monitor



1. Menentukan



kemungkinan



asuhan



keadaan



berhubungan



keperawatan 3x24



bladder setiap 2



dengan



jam



jam



sumbatan.



tanda dan gejala 2. Ukur intake dan



diharapkan



retensi



urine



pasien tidak ada dengan



Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.



output



cairan



setiap 4 jam



kriteria 3. Berikan cairan



hasil: 



masalah



2000



ml/hari



dengan 4. Kurangi minum setelah jam 6 malam dan



monitor analisis urine elektrolit dan berat badan 6. Lakukan latihan pergerakan 7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih 8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi



keseimbangan cairan 3. Menjaga



defisit



cairan 4. Mencegah nokturia



kolaborasi



5. Kaji



2. Memonitor



5. Membantu memonitor keseimbangan cairan 6. Meningkatkan fungsi ginjal dan bladder 7. Relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih 8. Menguatkan otot pelvis 9. Mengeluarkan urine



dokter/fisiotera pi 9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter



DAFTAR PUSTAKA



Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta : ECG NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : ECG Wartonah,



Tarwoto.



2006.



Kebutuhan



Dasar



Manusia



dan



Proses



Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : ECG Academia.



2011.



Konsep



Dasar



Kebutuhan



Eliminasi.



Available



http://www.academia.edu/4799238/KONSEP_DASAR_KEBUTUHAN _ELIMINASI. (online). Diakses pada 19 November 2014.



: