LP Febris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS



I.



Konsep Dasar Medis A. Pengertian Febris atau Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Dandapat terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes (Twisti ayani & Wintari, 2017). Demam (Febris) merupakan salah satu tanda tidak normal yang terjadi pada tubuh, dimana otak memberikan sinyal peningkatan suhu 37,5oC (Rahmawati & Purwanto, 2020). Demam (Febris) adalah kondisi yang terjadi jika suhu tubuh diatas kisaran normal 37º C (100º C), rektal 38,8oC (101ºC) yang ditandai dengan kulit terasa hangat, dan kulit kemerahan (Sofikah et al., 2021). B. Etiologi Penyebab demam pada anak adalah infeksi, baik karena bakteri maupun virus. Selain karena infeksi, demam juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain inflamasi atau peradangan, penyakit autoimun seperti kawasaki atau lupus. Sedangkan penyebab lain dari demam yaitu efektivitas fisik yang berlebihan, aktivitas fisik yang berlebihan (Sofikah et al., 2021). C. Patofisiologi Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.



Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus), menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pad neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris. Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler. Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya demam. D. Manifestasi Klinis Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: 1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil).



Tanda dan gejala : Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan, Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot, Peningkatan suhu tubuh , Pengeluaran keringat berlebih, Rambut pada kulit berdiri g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah. 2. Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala : Proses mengigil lenyap, Kulit terasa hangat / panas, Merasa tidak panas / dingin, Peningkatan nadi, Peningkatan rasa haus, Dehidrasi, Kelemahan, Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat), Nyeri pada otot akibat katabolisme protein 3. Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala : kulit tampak merah dan hangat, Berkeringat, Mengigil ringan dan Kemungkinan mengalami dehidrasi E. Pemeriksaan Penunjang 1. Uji coba darah, Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun. 2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. 3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning



F. Komplikasi 1. Takikardi 2. Insufisiensi jantung 3. Insufisiensi pulmonal 4. Kejang G. Penatalaksanaan Penanganan demam terbagi menjadi dua, yaitu penanganan tanpa obat (terapi non- farmakologis) dan dengan obat (terapi farma- kologis). Penanganan tanpa obat dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian cairan, penggunaan kompres hangat basah, kompres hangat kering menggunakan buli-buli hangat,



kompres dingin basah dengan larutan obat anti septik. Penanganan dengan obat dilakukan dengan pemberian obat golongan antipiretik yang dapat menurunkan suhu tubuh dengan berbagai mekanisme (Sudibyo et al., 2020).



II.



Konsep Dasar Keperawatan A. Pengkajian 1) Data biografi Data biografi meliputi : nama, alamat, umur, tanggal Masuk rumah sakit, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi. 2) Keluhan utama : Demam 3) Riwayat kesehatan sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mungkin dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis dan anak semakin lemah. Kadangkadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal. 4) Riwayat kesehatan dahulu Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I, bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil. Kemudian apakah anak sebelumnya pernah mengalami demam juga atau tidak atau Penyakit apa saja yang pernah diderita 5) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada dalam keluarga klien yang sakit seperti klien 6) Pola fungsi kesehatan a) Pola nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. b) Pola eliminasi Eliminasi Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak c) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas Klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu



d) Persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan penyakit anaknya e) Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh f) Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan g) Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total h) Pola penanggulangan stress Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015). 7) Data Fokus 8) Klasifikasi Data 9) Analisa Data B. DIgnosa Keperawatan 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130) 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056) 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur (D.0055) 4. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D0019) 5. Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (D.0080) C. Intervensi



No 1.



DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)



SLKI-SIKI SLKI



SIKI



D.0130 Setelah dilakukan Observasi Hipertermia berhubungan intervensi keperawatan 1. identifikasi dengan proses penyakit diharapkan termogulasi hipertermia



penyebab



ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal. Ditandai dengan : - suhu tubuh diatas nilai normal - kejang - takikardi - takipnea - kulit terasa hangat



membaik dengan kriteria hasil : - menggigil membaik - kejang menurun - takikardi membaik - takipnea membaik - suhu tubuh membaik - suhu kulit membaik - tekanan darah membaik - ventilasi membaik



2. monitor suhu tubuh 3. monitor warna dan suhu kulit Teraupetik 4. longgarkan atau lepaslan pakaian 5. berikan cairan oral 6. lakukan kompres dingin 7. sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien Edukasi 8. anjurkan tirah baring



2.



3.



D.0056 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring, kelemahan,. Dibuktikan dengan : Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat 2. Sianosis 3. Mengeluh lelah 4. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas



D.0055 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur. Ditandai dengan : - Mengeluh sulit tidur - Mengeluh sering



Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil : 1. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat 2. kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat 3. keluhan lelah membaik 4. dispneu saat aktivitas menurun



Kolaborasi 9. kolaborasi pemberian cairan elektrolit 10. Kolaborasikan pemberian antipiretik Observasi 1. monitor kelelahan fisik 2. identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu Teraupetik 3. latihan gerak pasif dan aktif 4. libatkan keluarga dalam aktivitas Kolaborasi 5. anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



Setelah dilakukan Observasi intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan diharapkan pola tidur tidur membaik dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab susah hasil : tidur 1. Keluhan sulit tidur menurun



-



4.



terjaga Mengeluh tidak puas tidur Mengeluh pola tidur berubah Mengeluh istirahat tidak cukup



D.0019 Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan, Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrient. Dibuktikan dengan : Fakto resiko : - Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal Kriteria - Cepat kenyang setelah makan - Kram/nyeri abdomen - Nafsu makan menurun - Bising usus hiperaktif - Otot pengunyah lemah - Otot menelan lemah - Membrane mukosa pucat



2. Mengeluh sering terjaga menurun 3. Mengeluh tidak puas tidur menurun 4. Melaporkan pola tidur membaik 5. Melaporkan istirahat cukup



Teraupetik 3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (posisi tidur) Edukasi 4. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit 5. Anjurkan pasien untuk tidur tepat waktu Kolaborasi 6. Kolaborasi pemberian obat 7. tidur agar tidak terjaga Observasi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. identifikasi makanan yang disukai 4. Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi 5. Monitor asupan makanan 6. Monitor berat badan



Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil : - Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Diare menurun - Frekuensi makan membaik - Nafsu makan membaik - Bising usus membaik Terapeutik 7. Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 8. Berikan makanan tinggi kalori dan protein Edukasi 9. Anjurkan diet diprogramkan



yang



Kolaborasi 10. Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis nutsisi yang dibutuhkan jika perlu. 11. Kolaborasi pemberian obat



5.



D.0080 Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi. Ditandai dengan : - merasa bingung - merasa kahwatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi - sulit berkosentrasi - tampak gelisah - tampak tegang - suara bergetar - tekanan darah meningkat



Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan ansietas menurun dengan kriteria hasil : - perilaku gelisah menurun - verbalisasi kahwatir akibat kondisi yang dihadapi menurun - perilaku tegang cukup menurun



antimetik jika perlu Observasi 1. Identifikasi penyebab ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas Teraupetik 3. Ciptakan suasana teraupetik untuk menimbulkan kepercayaan 4. Temani pasien atau keluarga pasien untuk mengurangi kecemasan 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Edukasi 6. Latihan teknik relaksasi 7. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis 8. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien



D. Implementasi Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020). E. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan



evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020).



DAFTAR PUSTAKA Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebutuhan _Dasar/VeMNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1 Rahmawati, I., & Purwanto, D. (2020). Efektifitas Perbedaan Kompres Hangat Dan Dingin Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Anak Di Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 246. https://doi.org/10.33366/jc.v8i2.1665 Sofikah, N., Mustaghfiroh, L., & ... (2021). Hubungan Pemberian Kompres Hangat Dan Paracetamol Pada Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Penurunan Demam Di Desa Larikrejo …. Jurnal Ilmu Kebidanan …, 12(1), 35–49. http://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/jks/article/view/81 Sudibyo, D. G., Anindra, R. P., Gihart, Y. El, Ni’azzah, R. A., Kharisma, N., Pratiwi, S. C., Chelsea, S. D., Sari, R. F., Arista, I., Damayanti, V. M., Azizah, E. W., Poerwantoro, E., Fatmaningrum, H., & Hermansyah, A. (2020). Pengetahuan Ibu Dan Cara Penanganan Demam Pada Anak. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), 69. https://doi.org/10.20473/jfk.v7i2.21808 Tim



Pokja SDKI DPP PPNI. Indonesia.Jakarta Selatan.



(2017).



Standar



Diagnosa



Keperawatan



Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan Twisti ayani, R., & Wintari, H. R. (2017). Hubungan Kadar Hemoglobin dan Leukosit dengan Kejadian Febris (Demam) pada Anak Usia 6-12 Tahun. Jurnal Sains, 7(14), 37–42. http://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/view/613



PATHWAY



Agen infeksius Mediator inflamasi



Dehidrasi



Monosit/Makrofag



Tubuh kehilangan cairan



Sitokin pirogen



Penurunan cairan intrasel



Mempengaruhi hipotalamus anterior



Demam (Febris)



Peningkatan suhu tubuh



Meningkatnya metabolic tubuh



Ph berkurang



Hipertermi



Kelemahan



Anoreksia



Susah tidur



Intoleransi aktivitas



Intake makanan berkurang



Gangguan Pola tidur



Defisit Nutrisi



gelisah Kurangnya paparan informasi Ansietas