LP Fraktur Radius Ulna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN NY. ST DENGAN KASUS PENYAKIT FRAKTUR RADIUS ULNA DI RUANG AD-DHUHA RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR



NAMA



: SARWIN SANTOSO



NIM



: 2107101009



RUANGAN



: AD-DHUHA



Preceptor lahan



preceptor Institusi



………………….



……………………



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR TAHUN AJARAN 2022/202



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasihnya Kepada Penulis sehingga penulisan Laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien FRAKTUR RADIUS ULNA Di Rumah Sakit Haji Makassar, dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari



bahwa



dalam



penyusunan



laporan pendahuluan asuhan



kepeeawatan dengan kasus FRAKTUR RADIUS ULNA ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dalam penulisan banyak sekali pihak yang telah membantu penulis baik dalam memberi motivasi, bimbingan materi, dan lain sebagainya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan asuhan keperawatan FRAKTUR RADIUS ULNA ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya yang akan digunakan untuk perbaikan di masa mendatang baik untuk pendidikan, pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan yang professional.



Penulis



SARWIN SANTOSO



DAFTAR ISI Daftar isi Kata Pengantar BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR FRAKTUR RADIUS ULNA 1. Pengertian fraktur radius ulna 2. Patofisiologi 3. Etiologi 4. Klasifikasi 5. Panifestasi klinik 6. Komplikasi 7. Pemeriksaan penunjang 8. Penatalasanaan BAB II KONSEP KEPERAWATAN B. KONSEP KEPERAWATAN FRAKTUR RADIUS ULNA 1. Pengkajian 2. Diagnose keperawatan 3. Intervensi 4. Implementasi 5. Evaluasi dan dokumentasi BAB III ASKEP PENGKAJIAN PASIEN 1. Pengkajian 2. Analisa data 3. Diagnosa keperawatan 4. Rencana asuhan keperawatan 5. Implementasi keperawatan 6. Evaluasi keperawatan Patofisiologi dan penyimpagan KDM Daftar Pustak



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR RADIUS ULNA A. KONSEP KEPERAWATAN FRAKTUR RADIUS ULNA Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. a. Klasifikasi Klasifikasi fraktur secara umum : 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst). 2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur: a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan b.



Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.



c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. 4. Berdasarkan posisi fragmen a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh. b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen



5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan). a. Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan  jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: 1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya. 2) Tingkat



1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan



subkutan. 3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan. 4) Tingkat  3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman sindroma kompartement. b. Fraktur Terbuka (Open/Compound),



bila terdapat hubungan antara hubungan



antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : 1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. 2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. 3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif 6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma 1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. 2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga. 3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. 4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain. 5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.. 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :



1) Tidak adanya dislokasi. 2) Adanya dislokasi 3)



At axim : membentuk sudut.



4) t lotus : fragmen tulang berjauhan. 5) At longitudinal : berjauhan memanjang. 6) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek. 8. Berdasarkan posisi frakur Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3 distal 9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang. 10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. b. Anatomi fisiologi tulang lengan Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang tangan. Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen- elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu. 1. Tulang - tulang lengan bawah



Gamba r1 Tulang Humerus



a. Ulna Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku mempunyai taju yang disebut



prosesus olekrani, gunanya ialah tempat



melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Terdapat dua ekstremitas Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M. brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis ulna yang berhubungan dengan karpi ulnaris. Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris. b. Radius Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua ujung (ekstremitas). Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan humeri.Sirkumferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus radii, bagian medial kolumna radii terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. biseps brakhii.Korpus radii berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies). Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor polisis longus.Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang



disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii untuk persendian dengan kapitulum. 1.



DEFINISI FRAKTUR RADIU ULNA Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan



menyangga dengan siku ekstensi. Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3 distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak. Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk. Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi- supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna. 2. PATOFISIOLOGI Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi. Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran lengan bawah kearah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretche.



Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan. Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi pada otot sbb: 1. M. Pronator Teres : mengakibatkan ketidakmampuanpronasi lengan bawah. 2.  M. fleksus kapi radialis : mengakibatkan ketidakmampuan  fleksi dan  abduksi pergelangan tangan. 3.  M. Palmaris longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi pergelangan tangan. 4. M. fleksor digitorum superfisialis: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dua falang proksimal dan pergelangan tangan. 5. M. fleksor polisis longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi semua sendi jempol. 6. M. pronator kuadratus : mengakibatkan ketidakmampuan pronator lengan bawah. 7. M. abductor polisisi brevis: mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol. 8. M. oponens polisis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal jempol. Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan terjadi pada otot



1. M.Fleksor karpi ulnaris: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan adfuksi pergelangan tangan. 2. M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi jempol. 3. M. abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal jempol. 4. M.oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidakmampuan oposisi terhadap kelingking. 3. ETIOLOGI Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang, osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang peningkatan tekanan. Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu, terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh. Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah : 1. Fraktur akibat peristiwa trauma



Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain : a. Trauma langsung Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur. b. Trauma tidak langsung Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula. c. Trauma ringan Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena tarikan spontan otot yang kuat. 2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya. 3.    Fraktur Patologis Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis. 4.



KLASIFIKASI Klasifikasi fraktur antebrachii : 1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna 2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna 3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi Radioulna proksimal. 4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius



5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi radioulna distal



5.



MANIFESTASI KLINIK 1.



Tanda dan gejala dari fraktur antara lain: Nyeri hebat di tempat fraktur



2.



Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.



3.



Adanya pemendekan tulang Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.



4.



Pembengkakan dan Perubahan Warna Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.



5.



Hilangnya fungsi radius-ulna



6.



Deformitas



7.



Krepitasi



Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerah sekitar radius- ulna pada tangan klien(helmi,2013). a. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang tidak baik(akral dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini merupakan tandatanda peringatan tentang terjadinya kompartemen sindrom. Sering didapatkan kasus fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut. b. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi, sensasi masih terasa di area distal. c. Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas . 6.



KOMPLIKASI Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat



cedera), awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu atau



bulan). 1. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi: a) Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang mengalami fraktur. b)   Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna 2. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi: a) Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur radius ulna b) Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena profunda, infeksi dada). c) Sindrom kompartemen. 7.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.  Pemeriksaan radiologi



Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk mendapatkan



gambaran



spesifik



terkait



keadaan



dan



kedudukan



tulang,



maka digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa superposisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang humerus pada foto polos. Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu: 1. Anatomi 2. Articular 3. Alignment 4. Angulation 5. Apeks 6. Apposition Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed tomografi-scanning (CT-scan) : menggambarkan potongan secara transfersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak. 2. Pemeriksaan laboraturium a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. b.  Alkalin



fosfat



meningkat



pada



kerusakan



tulang



karena



menunjukan



bahwakegiatan osteoblast dalam membentuk tulang. c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tualang. 3.    Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan



a.



Pemeriksaan



mikroorganisme



kultur



dan



test



sensitifitas



yang



mungkin mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme. b.



Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.



c.



Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena trauma yang berlebihan.



d. Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang. e.



MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur, termasuk jaringan lunak, dan tulang



3. Komplikasi Lambat, meliputi: a) Deformitas. b) Osteoarthritis sekunder (sendi). c) Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang tersebut setelah fraktur. 8.



PENATALAKSANAAN Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur



radius dan ulna biasanya



selalu berupa perubahan



posisi dan tidak



stabil



sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara efektif dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak- anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus. Terapi fraktur diperlukan konsep



”empat



R”



yaitu



:



rekognisi,



reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi. 1.



Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.



2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal. 3.



Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.



4.



Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut dapat kembali normal.



BAB II KONSEP KEPERAWATAN FRAKTUR RADIUS ULNA B. KONSEP KEPERAWAN FRAKTUR RADIUS ULNA 1. PENGKAJIAN Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2007) diperoleh data sebagai berikut: 1. Aktivitas (istirahat) Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri). 2. Sirkulasi Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera. 3. Neurosensori Gejala :Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis) Tanda Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma). 4. Nyeri / kenyamanan Gejala:Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi). 5. Keamanan Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba). 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan



rontgen



:Menentukan



lokasi/luasnya fraktur/trauma.



b. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi jaringan lunak. c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. d. Hitung



darah



lengkap



:



Ht



mungkin



meningkat



(hemokonsentrasi). Peningkatan jumlah SOP adalah respon stress setelah trauma. e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kirens ginjal. f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cedera hati. (Doengoes, 2007) 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur). b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas. c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interprestasi informasi/tidak mengenal sumber informasi 3. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur). 1) Pertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai indikasi, berikan sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila bergerak. 2) Letakkan papan di bawah tempat tidur, pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, gulungan trochanter, papan kaki. a. Kaji integritas alat fiksasi eksternal. b. Kaji tulang foto atau evaluasi. 2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan ragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas. 1) Kaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, kedalaman, karakteristik serta intensitas. 2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pemberat, traksi. 3) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena. 4) Berikan alternatif tindakan kenyamanan misalnya : pijatan dan perubahan posisi. 5) Ajarkan menggunakan teknik manajemen stress misalnya :



relaksasi progresif, latihan nafas dalam. 6) Kolaborasi, berikan analgetik sesuai program 3.  Kurang



pengetahuan



(kebutuhan



belajar)



tentang



kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengankurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber informasi 1) Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan dating 2) Beri penguat metode mobilotas dan ambulasi sesuai program dengan fisioterapi bila diindikasikan. 3) Anjurkan penggunaan buck spalk. 4) Buat daftar perkembangan aktifitas sejauh mana klien dapat melakukan tindakan mandiri dan yang memerlukan bantuan. 4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi / pelaksanaan keperawatan merupakan inisiatif dari perencanaan tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk mambantu klien mencapai tujuan yang diharapkankan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan langkah langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasiakn dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberikan tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.



5.



EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur



seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah perencanaan keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip objektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evalusi proses/formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil/sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana  pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada akhir asuhan.



DAFTAR PUSTAKA Brunner . 2002 . Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta Doenges . 2007 . Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Donna L. Wong . 2004 . Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Efendy . 2005 . Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI. Faradisi . (2012). Kondas fraktur kolumna femur. http://healthreferenceilham.blogspot.com/2008/07/kondas-fraktur-collum-femur.html.



.



Diperoleh pada tanggal 18 Oktober 2008 Ignatavicius, Donna D . 2006 . Terapi dan rehabilitasi Fraktur. Jakarta. EGC. Mansjoer. 2007 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI. Oswari



E



.



2000



.



Asuhan



http://www.kfoes.cn/index



Keperawatan .



dengan



Fraktur



Femu



.



php/article/girls/2008-09-24/1103.html.



Diperolehpada tanggal 12 April 2017. Price, A & L. Wilson . 2006 . Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta. EGC. Price . 2007 . Bedah Primer Trauma. Jakarta. EGC Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta. http://satriaperwira.wordpress.com/2009/01/28/fraktur-femur/ tanggal akses 20 April 2017 Ropyanto, 2011 . Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta Depkes RI, 2007 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Jakarata Musliha, 2010 Buku Ajar Medikal Bedah . Jakarta Maryam, dkk, 2013 . Bedah Primer Trauma . EGC . Jakarta