LP FRAKTUR REMOVE IMPLANT SARTINA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS FRAKTUR REMOVE IMPLANT DENGAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUANGAN MAWAR RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH



DI SUSUN OLEH : NAMA NIM



: SARTINA : 2022031031



CI LAHAN



CI INSTITUSI



Nova Ningsih, S.Kep,Ns NIP. 198011232007012009



Ns.Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep.,M.Kep NIK. 20120901025



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA 2022



LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIS 1. Rasa Nyaman Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman



baik



secara



mental,



fisik



maupun



sosial



(Keliat,



Windarwati,Pawirowiyono, & Subu, 2015). Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI, 2016). Kenyamanan menurut (Keliat dkk, 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a) Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik. b) Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya. c) Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan situasi sosialnya. Kenyamanan atau rasa aman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu ransangan. Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu: a) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. b) Sosial, berhubungan dengan interpersonal keluarga, dan social. c) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri seorangyang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan d) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat



telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. 2. Keamanan Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang. a) Oksigen Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida. b) Kelembaban Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat. c) Nutrisi Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yangdapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resikoinfeksi dan keracunan makanan 3. Gangguan Rasa Nyaman Akibat Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan



akibat



dari



kerusakan



jaringan



yang



aktual



atau



potensial(Smatzler & Bare, 2002). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (dalam Potter & Perry, 2006). Nyeri adalah segalasesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc Caffery dalam Potter &Perry, 2006). 4. Remove Implan Remove implant adalah pengambilan implan ( plate dan screw ) pada tulang sesuai kondisi yang telah terpasang yang mana tulang yang fraktur telah tersambung dengan insisi seminimal mungkin.



3



Teknik instrumentasi remove implant adalah pengelolaan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan



tindakan pembedahan pada operasi



pengangkatan plate screw pada klien fraktur. Indikasi dari remove Implan yaitu : 1) Jika terasa tidak nyaman dengan udara dingin terasa ngilu dan sebagainya. 2) Jika terdapat infeksi. 3) Jika dekat dengan sendi dan mengganggu pergerakan sendi. 4) Jika terdapat reaksi inflamasi karena gesekan tendon atau otot denga plate 5) Jika plate nya patah atau ada screw yang patah, atau posisi tidak bagus / bergeser. 5. Pengertian Fraktur Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. 6. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Tulang Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang dlh jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama: 1) Membentuk rangka badan 2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot 3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alatalt dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru) 4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan garam. 5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.



4



Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan. Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6 yaitu: 1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus. 2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal 3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis. 4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra 5) Tulang Sesmoid: tulang patella 6) Tulang Sutura: atap tengkorak 7) Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum. 7. Fisiologi tulang Tulang terdiri dari 3 jenis sel: 1) Osteoblast Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yangh disebut osifikasi. 2) Osteosit Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. 3) Osteoklas Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. 8. Etiologi Penyebab fraktur antara lain: 5



a. Fraktur terbuka Disebabkan oleh trauma langsung pada paha b. Fraktur tertutup Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis. 9. Patofisiologi Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare, 2007). Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner dan Suddarth, 2010 ). Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2007). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita



6



komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan perawatan diri (Carpenito, 2013). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Arif Muttaqin, 2014). 10. Pathway



7



11. Tanda dan gejala a. Nyeri Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. b. Gerakan luar biasa Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya. c. Pemendekan tulang Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah tempat fraktur. d. Krepitus tulang (derik tulang) Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya. e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari. 12. Penatalaksanaan fraktur Menurut Muttaqin (2013) konsep dasar penatalaksanaan fraktur yaitu: a. Fraktur terbuka Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan: Pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau debridement, hecting situasi dan pemberian antibiotik. b. Seluruh fraktur Rekognisi (Pengenalan). Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. 1) Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction and Internal Fixation/ORIF). Merupakan upaya untuk 8



memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. 2) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal Fixation/ORIF), digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang melibatkan kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara dengan gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas



untuk



penyembuhan



tulang.



Alat



ini



akan



memberikan dukungan yang stabil bagi fraktur comminuted (hancur dan remuk) sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif (Smeltzer & Bare, 2013). 3) Retensi (Immobilisasi). Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksatoreksternal. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi internal yang berperan sebagia bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. 4) Graf



tulang,



yaitu



penggantian



jaringan



tulang



untuk



menstabilkan sendi, mengisi defek atau perangsangan dalam proses penyembuhan. Tipe graf yang digunakan tergantung pada lokasi yang terkena, kondisi tulang, dan jumlah tulang yang hilang akibat cidera. Graft tulang dapat berasal dari tulang pasien sendiri (autograft) atau tulang dari tissue bank (allograft) (Smeltzer & Bare, 2013) 5) Rehabilitasi adalah upaya menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (missal: Pengkajian



9



peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah orthopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.



Kegelisahan



ansietas



dan



ketidaknyamanan



dikontrol dengan berbagai pendekatan (misalnya: menyakinkan, perubahan posisi, stageri peredaan nyeri, termasuk analgetik). Latihan



isometric



dan



setting



otot



diusahakan



untuk



meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik. 13. Perawatan post operasi fraktur Menurut Yanty dalam Zarlinda (2016), asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas adalah: a. Monitor neurovaskuler setiap 1-2 jam, b. Monitor tanda-tanda vital selama 4 jam, kemudian setiap 4 jam sekali selama 1-3 hari dan seterusnya, c. Monitor hematocrit dan hemoglobin, d. Monitor karakteristik dan cairan yang keluar, laporkan pengeluaran cairan dari 100-150 ml/hari selama 4 jam pertama, e. Atur posisi klien setiap 2 jam dan sediakan trapeze gantung yang dapat digunakan pasien untuk melakukan perubahan posisi f. Letakkan



bantal



diantara



kaki



klien



untuk



memelihara



kesejajaran tulang (fraktur ekstremitas bawah) g. Ajarkan dan bantu klien untuk melakukan teknik non farmakologi seperti teknik nafas dalam, h. Kolaborasi pemberian obat analgesik, obat relaksasi otot, dan antikoagulan atau antibiotik, i. Minta klien untuk melakukan wight bearing yang sesuai kondisi pasien dan melakukan mobilisasi dini.



10



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri klien, perawat mengunakan OPQRSTUV. O (onset) P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah trauma bagian pada Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk. R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha yang mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi atau istirahat. S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-4 pada skala pengukuran 0-4 T (Treatment) U (Understanding) V (Value) b. Riwayat penyakit sekarang Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobt ke dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain. c. Riwayat penyakit dahulu



11



Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan tulang. d. Riwayat penyaklit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik. e. Riwayat psikospiritual Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. b. Hambatan



mobilitas



fisik



berhubungan



dengan



gangguan



muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot. c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, hambatan mobilitas. d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang. e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi interna. f. Ansietas berhubungan dengan pola tidur ,stres,dan krisis situasional.



12



13



3. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa Keperawatan



Rencana Perawatan Nursing Out Come (NOC)



1



Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah cedera fisik.



dilakukan



keperawatan



Nursing Intervention Classification (NIC) tindakan



selama



3x24



jam



diharapkan nyeri hilang/ berkurang dengan kriteria hasil: a. Melaporkan



a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian nyeri OPQRSTUV b. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien



nyeri



pada



skala 0-1



terhadap ketidaknyamanan (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan



b. TTV dalam batas normal c. Ekspresi



wajah



tidak



menahan nyeri



kegaduhan) c. Berikan teknik relaksasi d. Ajarkan manajemen nyeri (misal nafas dalam) e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.



2



Hambatan



mobilitas



berhubungan



dengan



fisik Setelah



dilakukan



gangguan keperawatan



muskuloskeletal, kerusakan integritas diharapkan



selama pasien



14



tindakan 3x24



a. Kaji



mobilitas



jam



observasi



mampu



kerusakan



yang



terhadap



ada



dan



peningkatan



struktur tulang, penurunan kekuatan melakukan aktifitas fisik sesuai otot.



dengan



kemampuannya



dengan



kriteria hasil:



b. Pantau kulit bagian distal setiap hari terhadap adanya iritasi, kemerahan. c. Ubah posisi pasien yang imobilisasi



a. Mampu



melakukan



perpindahan b. Meminta



minimal setiap 2 jam. d. Ajarkan klien untuk melakukan



bantuan



untuk



aktifitas mobilisasi.



gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.



c. Tidak terjadi kontraktur



e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.



3



Defisit eliminasi)



perawatan



diri



berhubungan



(mandi, Setelah



dilakukan



dengan keperawatan



gangguan muskuloskeletal, hambatan diharapkan mobilitas.



tindakan



selama



3x24



pasien



mengalami



peningkatan



perilaku



jam dalam



merawat diri dengan kriteria hasil: a. Klien mampu melakukan aktifitas



a. Kaji kemampuan penggunaa alat bantu b. Kaji kondisi kulit saat mandi c. Berikan mampu



bantuan



sampai



pasien



secara



mandiri



untuk



melakuakn perawatan diri



perawatan



d. Letakkan sabun, handuk, peralatan



dirisesuai denmgan tingkat



mandi, peralata BAB/BAK, didekat



kemampuan



klien.



b. Mengungkapkan



15



secara



e. Ajarkan pasien atau keluarga untuk



verbal



kepuasan



kebersihantubuh,



tentang



menggunakan



hygiene



dalam



mulut.



metode



mandi,



alternaltif



hygiene



mulut,



BAB/BAK. f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian supositoria kalau terjadi konstipasi



4



Kerusakan



integritas



kulit Setelah



berhubungan dengan tonjolan tulang.



dilakukan



keperawatan



selama



tindakan 3x24



jam



diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit secara luas dengan kriteria hasil: a. Nyeri



a. Kaji adanya faktor resiko yang menyebabkan kerusakan integritas kulit b. Observasi kulit setiap hari dan catat sirkulasi dan sensori serta perubahan



lokal



ekstremitas



tidak terjadi



c. Berikan bantalan pada ujung dan



b. Menunjukkan perawatan efektif.



yang terjadi



rutinitas kulit



yang



sambungan traksi d. Jika memungkinkan ubah posisi 1-2 jam secara rutin e. Konsultasikan ka ahli gizi untuk maknan



tinggi



protein



untuk



membantu penmyembuhan luka



16



5



Ansietas berhubungan dengan pola Setelah tidur, stres, krisis situasional.



dilakukan



tindakan



keperawatan



selama



3x24



jam



diharapkan



tingkat



kecemasan



berkuranmg dengan kriteria hasil: a. Tidak



menunjukkan



perilaku agresif b. Melaporkan manifestasi secara fisik.



17



a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien b. Kaji cara pasien untuk mengatasi kecemasan c. Sediakan informasi yang aktual tentang



tidak



ada



prognsis



kecemasan



d. Ajarkan



diagnosa ke



medis



pasien



dan



tentang



peggunaan teknik relaksasi



4. Implementasi Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang



dimulai



setelah



perawat



menyusun



rencana



keperawatan.



Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2018). Menurut Setiadi (2018) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.



18



DAFTAR PUSTAKA Brunner, Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC. Syaifuddin. 2018. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:EGC. Arif Muttaqin. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC Arif Muttaqin. 2015. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC. NANDA International. 2021. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.



19