LP Gagal Ginjal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CKD/GGK A. DEFINISI 



Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).







Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten



dan irreversible. Sedangkan



gangguan 



fungsi



ginjal 



yaitu



penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007). B.     KLASIFIKASI CKD 1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium : a. Stadium I  : Penurunan cadangan ginjal  Kreatinin serum dan kadar BUN normal  Asimptomatik  Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR. b. Stadium II : Insufisiensi ginjal  Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)  Kadar kreatinin serum meningkat  Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan) Ada 3 derajat insufisiensi ginjal: 1) Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal 2) Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal 3) Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia  Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat  Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit  Air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010



2. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)  merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) : a.



Stadium 1   : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)



b.



Stadium 2   : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2)



c.



Stadium 3   : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)



d.



Stadium 4   : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)



e.



Stadium 5   : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.



C.    ETIOLOGI Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral. 1.



Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.



2.



Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.



3.



Penyakit



vaskuler



hipertensif,



misalnya



Nefrosklerosis



benigna,



nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis. 4.



Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.



5.



Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler ginjal.



6.



Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.



7.



Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.



8.



Nefropati obstruktif                            a.



Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.



b.



Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.



D.     PATOFISIOLOGI Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat. 1.



Gangguan Klirens Ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan



jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid. 2.



Retensi Cairan dan Ureum Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin



secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap



perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik. 3.



Asidosis Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic



seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi 4.



Anemia Sebagai



akibat



dari



produksi



eritropoetin



yang



tidak



adekuat,



memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas. 5.



Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan



metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit



tulang.



Selain



itu



juga



metabolit



aktif



vitamin



dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.



D



(1,25-



6. Penyakit Tulang Uremik Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.



Pathway Chronic Kidney Disease (CKD)/ Gagal Ginjal Kronik



E. TANDA DAN GEJALA 1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia a.



Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.



b.



Defisiensi hormone eritropoetin Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin → Depresi sumsum tulang →



sumsum



tulang



tidak



mampu



bereaksi



terhadap



proses



hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer. 2. Kelainan Saluran cerna a.



Mual, muntah, hicthcup dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.



b.



Stomatitis uremia Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.



c.



Pankreatitis Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.



3. Kelainan mata 4. Kardiovaskuler : a.



Hipertensi



b.



Pitting edema



c.



Edema periorbital



d.



Pembesaran vena leher



e.



Rub Pericardial



5. Kelainan kulit a.



Gatal : Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:







Toksik uremia yang kurang terdialisis







Peningkatan kadar kalium phosphor







Alergi bahan-bahan dalam proses HD



b.



Kering bersisik : Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit.



c.



Kulit mudah memar



d.



Kulit kering dan bersisik



e.



rambut tipis dan kasar



6. Neuropsikiatri 7.



Kelainan selaput serosa



8.



Neurologi : a.



Kelemahan dan keletihan



b.



Konfusi



c.



Disorientasi



d.



Kejang



e.



Kelemahan pada tungkai



f.



rasa panas pada telapak kaki



g.



Perubahan Perilaku



h.



Kardiomegali. Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan



fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh destruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom Uremik Terdapat dua kelompok gejala klinis : 



Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.







Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya



F. MANIFESTASI SINDROM UREMIK Sistem Tubuh Biokimia







Manifestasi Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)







Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN, kreatinin), Hiperkalemia, Retensi atau pembuangan



Perkemihan&







Natrium, Hipermagnesia, Hiperurisemia. Poliuria, menuju oliguri lalu anuria



Kelamin







Nokturia, pembalikan irama diurnal







Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010, Protein silinder,







Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas Hipertensi, Retinopati dan enselopati hipertensif,



Kardiovaskular



Beban sirkulasi berlebihan, Edema, Gagal jantung Pernafasan Hematologik







kongestif, Perikarditis (friction rub), Disritmia. Pernafasan Kusmaul, dispnea, Edema paru,







Pneumonitis. Anemia menyebabkan kelelahan, Hemolisis, Kecenderungan perdarahan, Menurunnya resistensi



Kulit







terhadap infeksi (ISK, pneumonia,septikemia). Pucat, pigmentasi Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan kehilangan protein), Pruritus,



Saluran cerna







“Kristal” uremik, Kulit kering Memar Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB, Nafas berbau amoniak, Rasa kecap logam, mulut kering, Stomatitis, parotitid, Gastritis, enteritis,



Metabolisme







Perdarahan saluran cerna, Diare, Protein-intoleransi, sintesisi abnormal



intermedier







Karbohidrat-hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun



Neuromuskular



 



Lemak-peninggian kadar trigliserida Mudah lelah







Otot mengecil dan lemah







Susunan saraf pusat :







Penurunan ketajaman mental, Konsentrasi buruk, Apati, Letargi/gelisah, insomnia, Kekacauan mental,



Koma, Otot berkedut, asteriksis, kejang. 



Neuropati perifer :







Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg, Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi, Perubahan



Gangguan kalsium







motorik – foot drop yang berlanjut menjadi paraplegi. Hiperfosfatemia, hipokalsemia



dan rangka







Hiperparatiroidisme sekunder







Osteodistropi ginjal







Fraktur patologik (demineralisasi tulang)







Deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi, pembuluh darah, jantung, paru-paru)







Konjungtivitis (uremik mata merah)



G. KOMPLIKASI a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih. b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renninangiotensin-aldosteron d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal. f. Asidosis metabolic g. Osteodistropi ginjal h. Sepsis i.



neuropati perifer



j.



hiperuremia



H. PEMERIKSAAN PENUNJANG



1. Laboratorium a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal 



Ureum kreatinin.







Asam urat serum.



b. Identifikasi etiologi gagal ginjal 



Analisis urin rutin, Mikrobiologi urin, Kimia darah, Elektrolit, Imunodiagnosis.



c. Identifikasi perjalanan penyakit 



Progresifitas penurunan fungsi ginjal







Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT).



GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:



Nilai normal : Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau                    0,93 - 1,32 mL/detik/m2 Wanita    : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau                  0,85 - 1,23 mL/detik/m2  Hemopoesis   : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan 



Elektrolit        : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+







Endokrin        : PTH dan T3,T4







Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk   ginjal, misalnya: infark miokard.



2. Diagnostik a. Etiologi CKD dan terminal  Foto polos abdomen, USG, Nefrotogram, Pielografi retrograde, Pielografi antegrade, Mictuating Cysto Urography (MCU). b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal  RetRogram, USG. I.



PENATALAKSANAAN MEDIS



1.



Terapi Konservatif Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun. Tujuan terapi konservatif : a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi. b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia. c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal. d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Prinsip terapi konservatif : 



memburuknya  fungsi ginjal.



a.



Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.



b.



Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan hipotensi.



c.



Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.



d.



Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.



e.



Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.



f.



Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.



g.



Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis yang kuat.



 Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat a.



Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.



b.



Kendalikan terapi ISK.



c.



Diet protein yang proporsional.



d.



Kendalikan hiperfosfatemia.



e.



Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.



f.



Terapi hIperfosfatemia.



g.



Terapi keadaan asidosis metabolik.



h.



Kendalikan keadaan hiperglikemia.



 Terapi alternativ gejala asotemia a. Pembatasan konsumsi protein hewani. b. Terapi keluhan gatal-gatal. c. Terapi keluhan gastrointestinal. d. Terapi keluhan neuromuskuler. e. Terapi keluhan tulang dan sendi. f. Terapi anemia. g. Terapi setiap infeksi. h. 2. Terapi simtomatik a. Asidosis metabolik Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+ (hiperkalemia ) : 1.



Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.



2.



Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.



b. Anemia 1. Anemia Normokrom normositer Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB. 2. Anemia hemolisis Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.



3. Anemia Defisiensi Besi Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah merupakan salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan secara hati-hati. Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal : a.



HCT < atau sama dengan 20 %



b.



Hb  < atau sama dengan 7 mg5



c.



Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia    dan high output heart failure.



Komplikasi tranfusi darah : a.



Hemosiderosis



b.



Supresi sumsum tulang



c.



Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia



d.



Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV



e.



Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk rencana transplantasi ginjal.



c. 1.



Kelainan Kulit Pruritus (uremic itching) Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden meningkat pada klien yang mengalami HD. Keluhan : a.



Bersifat subyektif



b.



Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula dan lichen symply



Beberapa pilihan terapi : a.



Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme



b. Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin ) c.



Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi ini bisa diulang apabila diperlukan.



d. Pemberian obat  Diphenhidramine 25-50 P.O



 Hidroxyzine 10 mg P.O    2.



Easy Bruishing Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa berhubungan denga retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi trombosit. Terapi yang diperlukan adalah tindakan dialisis. a. Kelainan Neuromuskular Terapi pilihannya :  1.



HD reguler.



2.



Obat-obatan : Diasepam, sedatif.



3.



Operasi sub total paratiroidektomi.



b. Hipertensi Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program terapinya meliputi : a.



Restriksi garam dapur.



b. Diuresis dan Ultrafiltrasi 3. Terapi pengganti Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). a. Dialisis yang meliputi : 1. Hemodialisa : Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Secara khusus, indikasi HD adalah 2. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. 3. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi: a.



Hiperkalemia > 17 mg/lt



b.



Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2



c.



Kegagalan terapi konservatif



d.



Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia, asidosis metabolik berat, hiperkalemia, perikarditis, efusi, edema paru ringan atau berat atau kreatinin tinggi dalam darah dengan nilai kreatinin > 100 mg %



4.



e.



Kelebihan cairan



f.



Mual dan muntah hebat



g.



BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )



h.



preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )



i.



Sindrom kelebihan air



j.



Intoksidasi obat jenis barbiturat



Dialisis Peritoneal (DP) Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006). Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal. Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:



1.



Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah



2.



Kualitas hidup normal kembali



3.



Masa hidup (survival rate) lebih lama



4.



Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan



5.



Biaya lebih murah dan dapat dibatasi



J.



Pengkajian Keperawatan I.



PNGKAJIAN  PRIMER



Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :  Airway 1.



Lidah jatuh kebelakang



2.



Benda asing/ darah pada rongga mulut



3.



Adanya sekret



 Breathing 1.



pasien sesak nafas dan cepat letih



2.



Pernafasan Kusmaul



3.



Dispnea



4.



Nafas berbau amoniak



 Circulation 1.



TD meningkat



2.



Nadi kuat



3.



Disritmia



4.



Adanya peningkatan JVP



5.



Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka



6.



Capillary refill > 3 detik



7.



Akral dingin



8.



Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung



 Disability : pemeriksaan neurologis  GCS menurun bahkan terjadi koma, Kelemahan



dan



keletihan,



Konfusi,



Disorientasi,



Kejang,



Kelemahan pada tungkai. 1.



A : Allert : sadar penuh, respon bagus



2.



V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara



3.



P : Pain Respon : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd rangsangan nyeri



4.



U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri



II. PENGKAJIAN SEKUNDER Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan pada pemeriksaan primer. Pemeriksaan sekunder meliputi :







1.



AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event



2.



Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe



3.



Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang Keluhan Utama



Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadangkadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah. 



Riwayat kesehatan



Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)  Anamnesa 



Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)







Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium







Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.







Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3







Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun, nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.







Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.







Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik







Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan







Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido







Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul







Lain-lain : Penurunan berat badan



J.    Masalah keperawatan 1.



Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar



2.



Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis



3.



Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis, perikarditis



4.



Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah



5.



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).



6.



Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah   dan prosedur dialysis.



N



DIAGNOSA



O



KEPERAWATAN



1



TUJUAN



Gangguan pertukaran



NOC :



gas b/d kongesti paru,







hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis



Respiratory Status : ventilation



laktat dan penurunan







curah jantung.



Kriteria Hasil : 



Vital Sign Status Mendemonstrasikan



Definisi : Kelebihan



peningkatan



atau kekurangan dalam



ventilasi dan



oksigenasi dan atau



oksigenasi yang



pengeluaran



adekuat



karbondioksida di dalam  membran kapiler alveoli



Memelihara kebersihan paru paru



o



Gangguan penglihatan







Keletihan



sianosis dan dyspneu



o



somnolen



(mampu



o



Iritabilitas



mengeluarkan



o



Hypoxia



sputum, mampu



kebingungan



bernafas dengan



warna kulit abnormal (pucat,



Pasang mayo bila perlu







Lakukan fisioterapi dada jika perlu







Keluarkan sekret dengan batuk atau suction







Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan



Atur intake untuk cairan mengoptimalkan



o



o











bersih, tidak ada



sianosis



nafas buatan



Mendemonstrasikan



Hiperkapnia



o



Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan



Barikan pelembab udara



o



AGD Normal











suara nafas yang



o



Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi



pernafasan



Takikardi



nasal faring







Berika bronkodilator bial perlu



o



o



thrust bila perlu







batuk efektif dan



Dyspnoe



mudah, tidak ada



keseimbangan. 



Tanda tanda vital dalam rentang normal



Monitor respirasi dan status O2



Respiratory Monitoring 



Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi







Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot



pursed lips) 



Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw



tanda distress



Penurunan CO2



o







Lakukan suction pada mayo



o



o



Airway Management







dan bebas dari tanda Batasan karakteristik :



NIC :



Respiratory Status : Gas exchange







INTERVENSI



supraclavicular dan intercostal 



Monitor suara nafas, seperti dengkur







Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot







Catat lokasi trakea







kehitaman) o



Hipoksemia



o



hiperkarbia



o



sakit kepala ketika



paradoksis )  



mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas



kedalaman nafas



utama 



AcidBase Managemen



ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membran kapileralveolar



2



Penurunan curah jantung b/d respon



Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya



Faktor faktor yang berhubungan :







Tentukan kebutuhan suction dengan



frekuensi dan abnormal







Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan



bangun o



Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan



NOC : 



fisiologis otot jantung,







Monitro IV line







Pertahankanjalan nafas paten







Monitor AGD, tingkat elektrolit







Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)







Monitor adanya tanda tanda gagal nafas







Monitor pola respirasi







Lakukan terapi oksigen







Monitor status neurologi







Tingkatkan oral hygiene



NIC :



Cardiac Pump







Cardiac Care



effectiveness







Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,



peningkatan frekuensi,







Circulation Status



dilatasi, hipertrofi atau







Vital Sign Status







Catat adanya disritmia jantung



peningkatan isi







Kriteria Hasil:







Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac



sekuncup







Tanda Vital dalam



durasi)



putput



rentang normal







Monitor status kardiovaskuler



(Tekanan darah,







Monitor status pernafasan yang menandakan



Nadi, respirasi) 



Dapat mentoleransi



gagal jantung 



aktivitas, tidak ada kelelahan



Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi







Monitor balance cairan



Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites







Monitor adanya perubahan tekanan darah







Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan



Tidak ada penurunan kesadaran







antiaritmia Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan 



Monitor toleransi aktivitas pasien







Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu







Anjurkan untuk menurunkan stress



Vital Sign Monitoring 



Monitor TD, nadi, suhu, dan RR







Catat adanya fluktuasi tekanan darah







Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri







Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan







Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas







Monitor kualitas dari nadi







Monitor adanya pulsus paradoksus







Monitor adanya pulsus alterans







Monitor jumlah dan irama jantung







Monitor bunyi jantung







Monitor frekuensi dan irama pernapasan







Monitor suara paru







Monitor pola pernapasan abnormal







Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit







Monitor sianosis perifer







Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)



3



Pola Nafas tidak efektif Definisi : Pertukaran







NOC :



 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign Fluid management







Respiratory status :







Pertahankan catatan intake dan output yang akurat



Ventilation







Pasang urin kateter jika diperlukan



udara inspirasi dan/atau







ekspirasi tidak adekuat



Respiratory status :







Airway patency



Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )







Vital sign Status







Batasan karakteristik :







Kriteria Hasil :



tambahan







Mendemonstrasikan







Monitor vital sign







Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,



Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP







Nasal flaring



batuk efektif dan







Dyspnea



suara nafas yang







Orthopnea



bersih, tidak ada







Perubahan



sianosis dan dyspneu 



Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake



penyimpangan



(mampu



kalori harian



dada



mengeluarkan







Monitor status nutrisi







Nafas pendek



sputum, mampu







Berikan diuretik sesuai interuksi







Assumptio



bernafas dengan







Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi



 Penurunan



mudah, tidak ada



tekanan



pursed lips)







inspirasi/ekspirasi 















nafas yang paten



pertukaran udara



(klien tidak merasa



per menit



tercekik, irama



Menggunakan otot



nafas, frekuensi



pernafasan n of 3-



pernafasan dalam



point position



rentang normal,



Pernafasan pursed-



tidak ada suara nafas abnormal)







Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama







Peningkatan diameter anteriorposterior







Pernafasan ratarata/minimal  Bayi : < 25 atau > 60











Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)



Kaji lokasi dan luas edema



dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l 



Menunjukkan jalan



Penurunan



lip



CVP , edema, distensi vena leher, asites)



Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk







Fluid Monitoring







Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi







Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )







Monitor serum dan elektrolit urine







Monitor serum dan osmilalitas urine







Monitor BP, HR, dan RR







Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung







Monitor parameter hemodinamik infasif







Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB







Monitor tanda dan gejala dari odema



 Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Usia 5-14 : < 14 atau > 25  Usia > 14 : < 11 atau > 24 



Kedalaman pernafasan  Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat  Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg







Timing rasio







Penurunan kapasitas vital



Faktor yang berhubungan : 



Hiperventilasi







Deformitas tulang







Kelainan bentuk dinding dada







Penurunan energi/kelelahan







Perusakan/pelemah an muskuloskeletal







Obesitas







Posisi tubuh







Kelelahan otot pernafasan







Hipoventilasi sindrom







Nyeri







Kecemasan







Disfungsi Neuromuskuler







Kerusakan persepsi/kognitif







Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang



 4



Imaturitas



Neurologis Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya



NOC : 



curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan







Electrolit and acid



hipertensi pulmonal







Timbang popok/pembalut jika diperlukan



Fluid balance







Pertahankan catatan intake dan output yang akurat







Pasang urin kateter jika diperlukan







Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi



Terbebas dari edema, efusi, anaskara



Definisi : Retensi cairan



Fluid management



base balance Kriteria Hasil: 



NIC :







cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin). 



Bunyi nafas bersih,



Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP



isotomik meningkat



tidak ada







Monitor vital sign



Batasan karakteristik :



dyspneu/ortopneu







Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,











Berat badan







CVP , edema, distensi vena leher, asites)



distensi vena



waktu yang singkat







Kaji lokasi dan luas edema



jugularis, reflek



Asupan berlebihan







Monitor masukan makanan / cairan dan hitung



hepatojugular (+) 



intake kalori harian



Memelihara



Tekanan darah







Monitor status nutrisi



tekanan vena



berubah, tekanan







Berikan diuretik sesuai interuksi



sentral, tekanan



arteri pulmonalis



kapiler paru, output







Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi



berubah,



jantung dan vital



peningkatan CVP



sign dalam batas



Distensi vena



normal



jugularis 



Terbebas dari



meningkat pada



dibanding output 







Perubahan pada







Terbebas dari kelelahan,



dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l 



Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk



Fluid Monitoring



pola nafas,



kecemasan atau



dyspnoe/sesak



kebingungan



nafas, orthopnoe,







Menjelaskanindika







eliminasi 



tor kelebihan



seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,



abnormal (Rales



cairan



kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi 



Monitor berat badan



paru, pleural







Monitor serum dan elektrolit urine



effusion







Monitor serum dan osmilalitas urine



Hb dan hematokrit







Monitor BP, HR, dan RR







Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan



perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis 



Suara jantung SIII







Reflek hepatojugular positif







Oliguria, azotemia







Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan



Faktor-faktor yang berhubungan : Mekanisme pengaturan melemah 



Asupan cairan berlebihan







hati, dll ).



kongestikemacetan



menurun,







Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak



suara nafas atau crakles),







Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan



Asupan natrium berlebihan



irama jantung 



Monitor parameter hemodinamik infasif







Catat secara akutar intake dan output







Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB







Monitor tanda dan gejala dari odema



5



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari



NOC : 



kebutuhan tubuh Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk



Nutritional Status :



NIC : Nutrition Management



food and Fluid







Kaji adanya alergi makanan



Intake







Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan



Kriteria Hasil : 



jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.



Adanya







Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe



keperluan metabolisme



peningkatan berat







Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan



tubuh.



badan sesuai



Batasan karakteristik : 







Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi







mengidentifikasi



intake makanan yang



kebutuhan nutrisi  



Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat







makanan harian. 



Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi



Tidak terjadi







Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan



Nutrition Monitoring 



BB pasien dalam batas normal







Monitor adanya penurunan berat badan







Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan







Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan







Monitor lingkungan selama makan







Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan



setelah mengunyah 



makanan







Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi



Dilaporkan atau







Monitor turgor kulit



fakta adanya







Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah



kekurangan makanan 



Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori



badan yang berarti



menelan/mengunyah



dikonsultasikan dengan ahli gizi)







dan konjungtiva



untuk



Berikan makanan yang terpilih (sudah



tanda malnutrisi penurunan berat



yang digunakan







Tidak ada tanda



Membran mukosa



Kelemahan otot



serat untuk mencegah konstipasi



Mampu



Dilaporkan adanya



pucat







Berat badan ideal tinggi badan



Allowance)







Berikan substansi gula



atau lebih di bawah



(Recomended Daily











sesuai dengan



kurang dari RDA







dengan tujuan Berat badan 20 % ideal 







vitamin C



Dilaporkan adanya







Monitor mual dan muntah



perubahan sensasi







rasa 



Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht



Perasaan







Monitor makanan kesukaan



ketidakmampuan







Monitor pertumbuhan dan perkembangan



untuk  mengunyah







Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan



makanan



konjungtiva







Miskonsepsi







Monitor kalori dan intake nuntrisi







Kehilangan BB







Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila







dengan makanan



lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna



cukup



magenta, scarlet



Keengganan untuk makan







Kram pada abdomen







Tonus otot jelek







Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi







Kurang berminat terhadap makanan







Pembuluh darah kapiler mulai rapuh







Diare dan atau steatorrhea







Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)







Suara usus hiperaktif







Kurangnya informasi, misinformasi



Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau



mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau 6



ekonomi. Intoleransi aktivitas b/d



NOC :



NIC :



curah jantung yang



  Energy conservation



Energy Management



rendah,



  Self Care : ADLs



  Observasi adanya pembatasan klien dalam



ketidakmampuan



Kriteria Hasil :



melakukan aktivitas



memenuhi metabolisme



  Berpartisipasi dalam



  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan



otot rangka, kongesti



aktivitas fisik tanpa



terhadap keterbatasan



pulmonal yang



disertai peningkatan



  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan



menimbulkan



tekanan darah, nadi



  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat



hipoksinia, dyspneu dan



dan RR



  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan



status nutrisi yang buruk selama sakit Intoleransi aktivitas b/d



  Mampu melakukan



emosi secara berlebihan



aktivitas sehari hari



  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas



(ADLs) secara



  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien



mandiri



fatigue



Activity Therapy



Definisi :



  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik



Ketidakcukupan energu



dalammerencanakan progran terapi yang tepat.



secara fisiologis maupun



  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang



psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.



mampu dilakukan   Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social   Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan



Batasan karakteristik :  melaporkan secara



  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek



verbal adanya



  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai



kelelahan atau



  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu



kelemahan.  Respon abnormal dari tekanan darah



luang   Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas



atau nadi terhadap aktifitas  Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia  Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas. Faktor factor yang berhubungan :  Tirah Baring atau imobilisasi  Kelemahan menyeluruh  Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan           Gaya hidup yang dipertahankan.



  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas   Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan   Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual