LP Gangren Pedis Sinistra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN STASE BEDAH



LAPORAN PENDAHULUAN GANGREN PEDIS SINISTRA



oleh : Melati Kusuma Dewi, S.Kep NIM 202311101026



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



LAPORAN PENDAHULUAN GANGREN PEDIS SINISTRA



Disusun guna untuk memnuhi tugas stase Keperawatan Bedah pada program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember



oleh : Melati Kusuma Dewi, S.Kep NIM 202311101026



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



BAB. 1 LAPORAN PENDAHULUAN



1.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas adalah kelenjar majemuk yang terletak berdekatan dengan duodenum. Panjangnya sekitar 15 cm mulai dari duodenum hingga limfa, pankreas terdiri dari bagian yang paling lebar disebut kepala, badan pankreas merupakan bagian utama pada organ pankreas, terletak dibelakang lambung dan di depan vertebrata lumbalis, sedangkan bagian runcing sebelah kiri disebut ekor (Batticaca, 2009). Pankreas merupakan bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, selain itu juga meurpakan organ endokrin yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol metabolisme energi serta penyimpanan seluruh tubuh. Pankreas merupakan struktur berlobus yang memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin mengeluarkan cairan pankreas menuju ke duktus pankreatikus dan akhirnya ke duodenum. Sekresi ini penting untuk proses pencernaan dan absorpsi lemak, protein dan karbohidrat. Endokrin pankreas bertanggung jawab untuk produksi dan sekresi glukagon serta insulin, yang terjadi dalam sel-sel khusus di pulau Langerhans.



1.2 Pengertian Gangren Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi



yang



berhubungan



dengan



abnormalitas



metabolisme



karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler. Gangren diabetik merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus yang disebabkan karena kerusakan jaringan nekrosis oleh emboli pembuluh darah besar arteri bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Gangrene dapat terjadi karena adanya neuropati dan gangguan vaskuler di daerah kaki. Gangren muncul di daerah kaki dalam bentuk luka terbuka yang diikuti kematian jaringan setempat (Rosa dkk., 2019).



1.3 Epidemiologi Berdasarkan data yang diperoleh dari Federasi Diabetes Internasional (IDF) (2017) mengungkapkan bahwa jumlah penderita di Indonesia telah mencapai angka 10,3 juta orang dan jumlah penderita di wilayah Jawa Timur pada tahun 2013 berkisar 605.974 (Riskesdas, 2018). Menurut studi epidemiologi oleh Ronald (2017) dalam Rosa dkk (2019) mengemukakan bahwa sekitar 68% penderita gangrene diabetik berjenis kelamin laki – laki dan 10% penderita gangrene mengalami rekuen.



1.4 Etiologi Ulkus gangrene terbentuk karena kerusakan lokal dari sebagian epidermis atau seluruh dermis. Gangren merupakan ulkus yang terinfeksi disertai dengan kematian jaringan. Adanya neuropati pada kaki diabetes memudahkan terjadinya luka pada kaki akibat trauma tajam, tumpul atau termis tanpa disadari oleh penderita, misalnya kaki tertusuk paku, gesekan sepatu dan kompres air panas.



1.5 Klasifikasi Diabetes Mellitus Menurut American Diabetes Assosiation (2017) menjelaskan bahwa terdapat empat klasifikasi diabetes mellitus diantaranya, sebagai berikut: 1 Diabetes melitus tipe 1, karena kerusakan sel-β, sehingga menyebabkan kekurangan insulin secara absolut (mutlak). 2 Diabetes melitus tipe 2, karena penurunan secara progresif sekresi insulin, sehingga terjadinya resistensi insulin. 3 Gestational diabetes melitus (GDM), yaitu keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. 4 Tipe tertentu lain dari diabetes karena penyebab lain, misalnya sindrom diabetes monogenik, seperti diabetes masa anak-anak, dan atau masa remaja, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan diabetes dengan obat terlarang, seperti penggunaan glukokortikoid, dalam pengobatan HIV / AIDS, atau setelah transplantasi organ



1.6 Klasifikasi Gangren Berdasarkan Derajat Luka Menurut Wagner (1983) dalam Muhartono dkk (2017) membagi gangrene kaki diabetic menjadi enam tingkatan, diantaranya sebagai berikut : 1



Derajat 0



: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan



kemungkinan 2



disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus “.



3



Derajat I



: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.



4



Derajat II



: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.



5



Derajat III



: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.



6



Derajat IV



: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau



tanpa selulitis. 7



Derajat V



: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.



1.7 Klasifikasi Berdasarkan Warna Dasar Luka Gangren 1



Red (R) : Merah a. Warna dasar luka pink/merah.merah tua, disebut sebagai jaringan sehat, granulasi/ epitelisasi, vaskularisasi. b. Luka dengan dasar warna luka merah tua (granulasi) atau terang (epitelisasi) dan selalu tampak lembab. c. Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. d. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan



2



Yellow (Y) : Kuning a. Warna dasar luka kuning muda/ kuning kehijauan/ kuning tua/ kuning kecoklatan, disebut sebagai jaringan mati yang lunak, fibrionilitik, slough/slaf, evaskularisasi b. Kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi. c. Dalam hal ini yang harus dicermati bahwa semua luka kronis merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi



3



Black (B) : Hitam Jaringan yang mengalami nekrosis, avaskularisasi



1.8 Patofisiologi Salah satu komplikasi kronik diabetes akibat hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi. Kaki diabetik dapat timbul akibat adanya suatu kelainan pada saraf dan pembuluh darah sehingga disertai dengan proses infeksi. Kelainan saraf sensori akan terjadi hilangnya rasa yang menyebabkan penderita tidak mampu merasakan rangsangan nyeri. Luka kaki merupakan kejadian luka yang tersering pada pasien dengan diabtes. Gejala klinisnya biasanya berupa kombinasi kelainan syaraf atau pembuluh darah kemudian diikuti infeksi. Infeksi inilah kemudian menjadi luka gangrene dan memperburuk keadaan. Hal tersebut seringkali mengakibatkan kaki menjadi diamputasi. Faktor utama yang berperan timbulnya kaki diabetic adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya kaki diabetik. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya



gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.



Clinical Pathway Hiperglikemi



Nyeri Akut



Neuropati Kelainan Pembuluh Darah



Proses Infeksi



Kurang Terpapar Informasi



Gangguan Integritas Kulit



Kerusakan jaringan, terjadinya Gangren



Intoleransi Aktivitas



Resiko Infeksi



Ansietas



1.9 Manifestasi Klinis Penderita gangrene diabteik biasanya mengalami gangguan yang ditandai dengan rasa nyeri pada daerah kai pada waktu istirahat/malam hari, sakit pada telapak kaki setelah berjalan kemudian hilang setelah istirahat, tidak bertahan lama, kaki terasa dingin dan luka sukar sembuh. Pada neuropati perifer didapatkan



gangguan



sensori



dan



motoric



yang



ditandai



dengan



menurunnnya sensitifitas terhadap rasa panas, dingin, dan sakit.



1.10 Komplikasi 1



Komplikasi Akut a. Hipoglikemi Hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis seperti penderita merasa pusing, lemas, pandangan berkunang-kunang, pandangan menjadi gelap, gemetar, keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, bahkan sampai kehilangan kesadaran. Bila tidak segera ditolong maka dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan selsel otak menjadi tidak mendapatkan pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan rusak Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 1, yang dapat dialami sekitar 1-2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan di Inggris diperkirakan 2-4% kematian pada penderita diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada diabetes melitus tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat terapi insulin b. Diabetes Ketoasidosis (DKA)



Diabetes ketoasidosis (DKA) merupakan komplikasi tipe yang umum dan dapat mengancam jiwa. DKA disebabkan oleh rendahnya tingkat insulin sirkulasi efektif bersamaan peningkatan hormon seperti glukagon,



kortisol,



katekolamin,



dan



hormon



pertumbuhan.



Kombinasi ini dapat menyebabkan perubahan katabolik dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Gangguan penggunaan glukosa dan peningkatan produksi glukosa oleh hati dan ginjal menyebabkan hiperglikemia. Diabetes ketoasidosis (DKA) terjadi ketika:



2



-



Hiperglikemia, glukosa plasma >250 mg/dl (>13.88 mmol/L)



-



pH vena