LP Gea [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) BANGSAL BLUE 2 RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA



Chintya Elta Ridayanti 1120021013



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2021



LAPORAN PENDAHULUAN GEA



1.



Pengertian Gastroenteritis Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab utama morbiditas



dan mortalitas pada anak di negara berkembang. Gastroenteritis akut adalah diare disertai muntah yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Muhammad Iqbal, 2018). Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2012).



2.



Etiologi Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011): a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan gizi / gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi). b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan sebagainya. c. Defisiensi



imun



terutama



SigA



(Secretory



Immunoglobulin



A)



yang



mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama Candida). d. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.



3.



Pathway



infeksi Infeksi



Kuman masuk dan berkembang dalam usus



Toksin dalam dinding usus halus



Hipersekresi air dan elektrolit usus meningkat



Malabsorbsi



Makanan



Tekanan osmotik meningkat



Toksin tidak dapat diabsorbsi



Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus



hiperperistaltik



Isi rongga usus meningkat



Kemampuan absorbsi menurun



Gastroenteritis Akut



Inflamasi saluran pencernaan



BAB sering dengan konsistensi encer



Kulit di sekitar anus lecet dan iritasi



Cairan yang keluar banyak



Frekwensi defekasi



Agen pirogenic



dehidrasi



BAB encer dengan atau tanpa darah



Suhu tubuh meningkat



Mual dan muntah



anoreksia Kemerahan dan gatal



Resiko kerusakan integritas kulit



Kekurangan volume cairan



diare



hipertermia



Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



4.



Manifestasi Klinis Menurut Mansjoer Arief (2012) tanda dan gejala gastroenteritis dapat berupa bayi atau anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, mengalami diare, feses cair dengan darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam, dehidrasi dan berat badan menurun. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat. Tabel derajat Dehidrasi Berdasarkan Persentase Kehilangan Air dari BeratBadan. Derajat Dehidrasi Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat



Dewasa 4% dari berat badan 6% dari berat badan 8% dari berat badan



Bayi dan anak 5% dari berat badan 10% dari berat badan 15% dari berat badan



Tabel tanda Dehidrasi pada anak berdasrkan WHO



Tabel tanda klinis Dehidrasi pada anak



5.



Pemeriksaan Penunjang Menurut (Suryadi, 2016) pemeriksaan penunjang pada pasien gastroenteritis meliputi : a. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia. b. Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12. c. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses. d. Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi. e. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori. f. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum. g. Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.



6.



Komplikasi Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2012) antara lain: a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. b. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat. c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat. d. Anemia pernisiosa, keganasan lambung.



7.



Penatalaksanaan a. Rehidrasi Oral Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium, kalium dan bikarbonat dan larutan



tersebut juga harus Isotonik atau hipotonik. Penambahan Glukosa ke dalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan mak memanfaatkan kon transportasi Natrium yang digabungkan dengan glukosa yang maksimal. b. Asi Eksklusif c. Obat Anti Diare



8.



Konsep Asuhan Keperawatan a) Pengkajian 1.



Identitas pasien



2.



Keluhan utama



3.



Riwayat penyakit sekarang yaitu: a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada dan mungkin diare. b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. d. Gejala muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare. e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak. f. Diuresis, terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare anpa dehidrasi. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).



4. Riwayat kesehatan meliputi: a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien. b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan, karena factor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.



c. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama atau setelah diare. 5. Riwayat nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi: a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius. b. Pemberian susu formula, apakah di buat menggunakan air masak dan diberikan botol atau dot yang tidak bersih, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran. c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tiak merasa haus. Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum. 6. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum: -



Baik, sadar (tanpa dehidrasi)



-



Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)



-



Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)



b. Berat badan Penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak di rawat dirumah sakit. c. Kulit Dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mencubit daerah perut mengguanakan ujung jari. Apabila turgor kembali dengan cepat berarti diare tersebut tanpa dehidrasi, apabila turgor kembali dengan lambat, ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang dan apabila turgor kembali sangat lambat berarti diare dengan dehidrasi berat. Kepala anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi ubun-ubunnya biasanya cekung. d. Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung.Sedang apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung. e. Mulut dan lidah



- Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi) - Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang) - Mulut dalidah sangat kering (dehidrasi berat) d. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus menigkat. e. Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya. f. Pemeriksaan penunjang. - Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur. - Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini tes), lemak dan kultur urine.



b) Diagnosa Defisit Nutrisi



c)



Intervensi Keperawatan



No . 1.



SDKI



SLKI



SIKI



Defisit Nutrisi (D.0019)



Fungsi Gastrointestinal



Manajemen Cairan



Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk



Kode : L03019



Kode : I03098



memenuhi kebutuhan metabolisme



Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam



Observasi



diharapkan dapat membaik



1.



1.



Muntah



Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi,



Ket : skala 1 (meningkat), skala 2



akral,



(cukup meningkat), skala 3 (sedang),



kelembapan



skala 4 (cukup menurun), dan skala 5



kulit, tekanan darah)



(menurun).



2.



2.



Terapeutik



Frekuensi BAB



Ket : skala 1 (memburuk), skala 2



1.



pengisian mukosa,



kapiler, turgor



Monitor berat badan harian Berikan asupan cairan, sesuai



(cukup memburuk), skala 3 (sedang),



kebutuhan



skala 4 (cukup membaik), dan skala 5 2.



Berikan cairan intravena, jika



(menurun).



perlu



3.



Kosistensi Feses



Ket : skala 1 (memburuk), skala 2 (cukup memburuk), skala 3 (sedang), skala 4 (cukup membaik), dan skala 5 (membaik).



Kolaborasi 1.



Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu.



d) Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan keperawatan yang dibuat diaplikasikan pada pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin saja berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada pasien berbeda-beda sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien (Debora, 2015). e)



Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang membandingkan hasil tindakan yang dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2015).



DAFTAR PUSTAKA



Nur. 2016. Asuhan Keperawatan Dengan Diare Pada An. A di Ruang Flamboyan RSI Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Stikes Muhammadiyah Pekajangan. Pekalongan Tahun 2016