LP Hernia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagianlemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong da nisi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. (NANDA NIC-NOC,2015:74) 2. Etiologi Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Congenital 2. Obesitas 3. Ibu hamil 4. Mengejan 5. Pengangkatan beban berat 3. Faktor Presdisposisi a.



Aktivitas berat



b.



Bayi premature



c.



Kelemahan dinding abdominal



d.



Intrabdominal tinggi



e.



Adanya tekanan



4. Patofisiologi Hernia disebabkan oleh faktor pencetus seperti aktivitas berat, bayi premature, kelemahan dinding abdimonal, intraabdominal tinggi dan adanya tekanan. Pada hernia ada lima yaitu hernia umbilikalis kongenital, hernia para umbilikalis, hernia inguinalis, hernia insisional (kantung hernia memasuki celah bekas insisi) dan heatus hernia (kantung hernia memasuki rongga thorak). Hernia umbilikalis kongenital yaitu masuknya omentum organ intestinal ke kantong umbilikalis sehingga terjadi gangguan suplai darah ke intestinal yang menyebabkan nekrosis intestinal. Pada hernia para umbilikalis yaitu kantung hernia melewati dinding abdomen sehingga prostusi hilang timbul yang menyebabkan ketidak nyamanan abdominal sehingga intervensi bedah relative/konservatif. Nekrosis intestinal dan intervensi 1



bedah relative/konservatif menjadi insisi bedah sehingga terjadi resti pendarahan dan resti infeksi dan terputusnya jaringan syaraf sehingga mengakibatkan adanya nyeri. Pada hernia inguinalis yaitu kantung hernia memasuki celah inguinal sehingga dinding posterior canalis inguinal menjadi lemah dan terdapat benjolan pada region inguinal dan pada bagian atas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring, karena adanya benjolan makan akan dilakukan pembedahan sehingga terjadi insisi bedah, asupan gizi kurang dan mual, asupan gizi kurang mengakibatkan peristaltic usus menurun, jika mual akan mengakibatkan nafsu makan menurun makan intake makanan inadekuat sehingga terjadi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 5. Pathway Factor pencetus: Aktivitas berat, Bayi premature, Kelemahan dinding abdominal, Intraabdominal tinggi, Adanya tekanan



Hernia



Hernia umbiikalis kongenital



Hernia para umbilikalis



Hernia inguinalis



Masuknya omentum organ intestinal ke kantong umbilikalis



Kantung hernia melewati diding abdomen



Kantung hernia memasuki celah inguinal



Gangg. Suplai darah ke intestinal



Prostusi hilang timbul



Nekrosis intstinal



Ketidaknyamanan abdominal



Intervensi bedah relative/konservatif



2



Dinidng posterior canalis inguinal yang lemah Benjolan pada region inguinal



Diatas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring



Pembedahan



Insisi bedah



Asupan gizi kurang



Mual



Resti perdarahan Resti Infeksi



Peristaltic usus meurun



Nafsu makan menurun menurun Intake makanan inadekuat



Terputusnya jaringan syaraf



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Nyeri



Hernia insisional



Kantung hernia memasuki celah bekas insisi



Heatus hernia



Kantung hernia memasuki rongga thorak



6. Klasifikasi a. Berikut adalah beberapa penjelasan hernia menurut letaknya: 1. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diagfragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (toraks). 2. Hernia epigastric terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut. Hernia epigastric biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam ketika pertama kali ditemukan. 3



3. Hernia umbilical berkembang di dalam dan sekitar umbilikis (pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa sering menyebutnya “wudel bodong”. Jika kecil (kurang dari satu centimeter), hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun. 4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Jika Anda merasa ada benjolan di bawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, Anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. 5. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. 6. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya. 7. Hernia nucleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan meningkatan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menyebakan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya terjadi punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah. b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas: 1. Hernia bawaan atau kongeninal Potogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga menjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka 4



maka biasanya yang kanan juga terbuka .dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra–abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. 2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat ): yakni hernia yang timbul karena berbagai factor pemicu. c. Menurut sifatnya ,hernia dapat disebut : 1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. 2. Hernia ireponibel, yaitu bila isis kantong hernia tidak dapat dikermbalikan ke dalam rongga . ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretes = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluar rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. 3. Hernia strangulata atau inkarserata ( incarceration = terperangkap, carcer = perlekatan karena fibrosis ), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia . hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga disertai akibatnya yang berupa ganguan pasase atau vaskularisasi . secara klinis “ hernia inkarserata “ lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulate”. Hernia strangulate mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karean tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasok terjepit . hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanaya perlu mendapat pertolongan segera. 7. Manifestasi Klinis 1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan paha. 2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual. 3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi. 4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas. 5



5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha. 6. Hernia diagfragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas. 7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertamah besar. 8. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada hernia tergantung saat penderita datang, apakah reponibilis, irreponibilis atau inkarserata. a. Reponibilis Posisi penderita berdiri  Inspeksi



: tidak ada benjolan



 Palpasi



: raba cincin eksterna (longgar)



 Masukan ujung jari telunjuk ke canalis inguinalis kemudian minta penderita maneuver Valsava/meniup lengan - bila teraba impuls isi abdomen di ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis - bila teraba impuls pada samping jari berarti hernia inguinalis medialis  Minta melakukan monuver Valsava Bila keluar sampai ke skrotum berarti hernia inguinalis lateralis/skrotalis bila benjolan tidak sampai skrotum berarti hernia inguinalis medialis atau hernia inguinalis lateralis yang belum sampai ke skrotum  Bila benjolan dibawah ligamentum inguinal berarti herniafemoralis irreponibilis b. Irreponibilis Posisi penderita tidur  Benjolan keluar dari annulus inguinalis ekstema atau segitiga hesselbach  Batas atas/ “pool” atas tidak dapat diraba, karean benjolan merupakan usus atau isi abdomen  Tidak ada tanda-tanda gangguan pasase usus/ileus obstruksi c. Inkarserata Posisi pederita tidur 6



 Benjolan keluar dari annulus inguinalis eksterna atau segitiga hasselbach yang tidak dapat masuk kembali  Batas atas/”pool” atas tidak dapat diraba, karena benjolan merupakan usus atau isi abdomen  Ada tanda-tanda gangguan pasase usus/ileus obstruksi: kembung, peristaltik usus (jarang), tidak ada nyeri tekan/nyeri lepas pada abdomen d. Strangulata Posisi penderita tidur  Benjolan keluar dari annulus inguinalis eksterna atau segituga hasselbach yang tidak dapat masuk kembali  Batas atas/ “pool” atas tidak dapat diraba, karena benjolan merupakan usus atau isi abdomen  Ada tanda-tanda gangguan passae usu/ileus obstruksi dan strangulasi: kembung, peristaltic usus (jarang), benjolan merah, nyeri, nyeri tekan/nyeri lepas pada abdomen 9. Pemeriksaan Penunjang 1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstuksi usus. 2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit. 10. Penatalaksanaan Penangannan hernia ada dua macam : a.



Konservatif (townsend CM) Pengobatan konserfatif terbatas pada tidakan melakukan reposisi dan pemakaaian penyangga atau penunjang untuk mempertahan kan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali, terdiri atas :  Reposisi Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isis hernia ke dalam cavum peritini atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakuan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan . Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak.  Suntikan 7



Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kini di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.  Sabuk hernia diberi pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi b.



Operatif  Operatif merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada ;



1.



Hernia reponibilis



2.



Hernia irreponibilis



3.



Hernia strangulasi



4.



Hernia incarserata  Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap ;  Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis  Hernioraphy Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendo (penebalan antara tepi batas mobliquus intraabdominalis dan m.trasversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).  Hernioplasty Menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhan.  Hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi dua yaitu ;  Anak berumur kurang dari 1 tahun menggunakan teknis Michele benc  Anak berumur lebih dari 1 tahun menggunakan teknik POTT



B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan a. Aktivitas/istirahat



8



Tanda dan gejala: atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama. b. Eliminasi Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defeksi adanya inkontinensia atau retensi urin. c. Integritas ego Tanda dan gejala tanda dan gejala: cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. d. Neuro sensori Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki. e. Nyeri atau ketidaknyamanan Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam, semakin memburuk dengan batuk. f.



Keamanan Gejala: adanya riwayat masalah panggung yang baru saja terjadi



2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi Gejala dan tanda mayor Subjektif



Objektif



1. Mengeluh nyeri



1. Tampak meringis 2. Bersikap waspada,



protektif posisi



(missal menghindar



nyeri) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur Gejala dan tanda minor Subjektif



Objektif



(tidak tersedia)



1. Tekanan darah meningkat 2. Pola napas berubah 9



3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaforesis



b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah Gejala dan tanda mayor Subjektif



Objektif



(tidak tersedia)



1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal



Gejala dan tanda minor Subjektif



Objektif



1. Cepat kenyang setelah makan



1. Bising usus hiperaktif



2. Kram/nyeri abdomen



2. Obat pengunyah lemah



3. Nafsu makan menurun



3. Otot menelan lemah 4. Membrane mukosa pucat 5. Sariawan 6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok berlebihan 8. Diare



c. Gangguan rasa nyaman Gejala dan tanda mayor Subjektif



Objektif



1. Mengeluh tidak nyaman



1. Gelisah



Gejala dan tanda minor Subjektif



Objektif



1. Mengeluh sulit tidur



1. Menunjukkan gejala distress 10



2. Tidak mampu rileks 3. Mengeluh kediginan/kepanasan



2. Tampak merintih/meringis



4. Merasa gatal



3. Pola eleminasi berubah



5. Mengeluh mual



4. Postur tubuh berubah



6. Mengeluh lelah



5. Iritabilitas



d. Resiko perdarahan e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisibedah/operasi



3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi No



No



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Diagnos a 1.



1.



Setelah



dilakukan



asuhan



1. Lakuakan pengkajian nyeri



keperawatan selama…x 24 jam



komprehensif yang



diharapkan



meliputi lokasi,



nyeri



berkurang



dengan kriteria hasil: 1. Nyeri yang



karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



dilaporkanberkurang



intensitas atau beratnya



dengan skala nyeri 0



nyeri dan faktor pencetus



2. Ekspresi wajah tidak meringis dan merintih 3. Nadi kembali normal (60-100x/menit)



2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri seperti teknik relaksasi 3. Edukasi klien dengan memberikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur 4. Kalaborasi dengan pasien,



11



orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikasi tindakan penurunnya nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan 2.



2.



Setelah



dilakuakan



asuhan



keperawatn selama…x 24 jam diharapkan



kebutuhan



nutrisi



1. Monitor kalori dan asupan makanan 2. Anjurkan pasien terkait



pasien terpenuhi dengan kriteria



dengan kebutuhan makanan



hasil:



tertentu berdasarkan



1. Asupan gizi terpenuhi



perkembangan atau usia



2. Asupan cairan terpenuhi



(misalnya peningkatan



3. Berat



asupan serat untuk



badan



kembali



ideal



mencegah konstipasi) 3. Edukasi klien dengan berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat 4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet pasien



3.



3.



Setelah



dilakukan



asuhan



1. Monitor kulit terutama



keperawatan selama…x 24 jam



daerah tonjolan tubuh



diharapkan pasien merasa lebih



terhadap adanya tanda-



nyaman dengan kriteria hasil:



tanda tekanan atau nutrisi



1. Relaksasi otot 2. Posisi



pasien



nyaman



2. Posisikan pasien untuk yang



memfasilitasi kenyamananan (misalkan gunakan prinsip-prinsip keselarasan tubuh, sokong dengan bantal, dan imbolisasi bagian tubuh



12



yang nyeri) 3. Ciptakan lingkungan yang tenag dan mendukung 4. Edukasi klien dengan memberikan sumbersumber edukasi yang relevan dan berguna mengenai manajemen penyakit dan cidera pada pasien dan keluarga 4.



4.



Setelah



dilakukan



asuhan



1. Monitor dengan ketat



keperawatan selama…x 24 jam



terjadinya perdarahan pada



diharapkan tidak terjadi risiko



pasien dengan mengkaji



perdarah dengan kriteria hasil:



tekanan darah pasien



1. Tekanan



darah



tetap



2. Lindungi pasien dari



normal



trauma yang dapat



Sistol 100-139 mmHg



menyebabkan perdarahan



Diastol 60-99 mmHg 2. Kulit



dan



membrane



mukosa tidak pucat



3. Edukasi klien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-obatan antikoagulan 4. Intruksi klien untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya lapor kepada perawat)



5.



5.



Setelah



dilakuakan



asuhan



1. Kaji luka pasien untuk



keperawatan selama…x 24 jam



melihat ada tidaknya tanda-



diharpka tidak terjadi resiko



tanda infeksi



infeksi dengan kiteria hasil: 1. Tidak ada kemerahan 2. Tidak ada cairan (luka) 13



2. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat 3. Edukasi klien dan keluarga



yang berbau busuk



mengenai bagaimana cara menghindari infeksi seperti melakukan cuci tangan efektif 4. Delegatif pemberian terapi antibiotic yang sesuai



4. Evaluasi Hasil yang diharapkan yaitu: a. Mencapai asupan nutrisi yang adekuat  Makan sedikit dan sering  Makan sedikit disertai dengan minum air  Mempertahankan berat badan yang diinginkan b. Bebas dari nyeri atau mampu mengotrol nyeri dalam tingkat yang dapat ditoleransi  Menghindari makanan banyak dan makanan pengiritasi  Menggunakan obat-obatan sesuai resep  Mempertahankan posisi duduk tegak setelah makan selama 1-4 jam  Menyatakan bahwa terdapat sedikit sendawa dan nyeri dada c. Merasa nyaman dan rileks d. Terhindar dari resiko perdarahan e. Terhindar dari resiko infeksi



14



DAFTAR PUSTAKA



Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogjakarta: Mediaction Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI Bulechek,Gloria M,dkk.2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi ke-6. Singapore: Elsevier Moorhead,Sue,dkk.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-5. Singapore: Elsevier



15