LP Hernia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA DI RUANG POLI BEDAH RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO



oleh Rhozy Sadya Mangrasih NIM 192311101067



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER SITUBONDO 2019



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Bedah yang disusun oleh : Nama NIM



: Rhozy Sadya Mangrasih : 192311101067



telah diperiksa dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Situbondo,



2019



FAKULTAS KEPERAWATAN



Mengetahui, PJ Program Profesi Ners



PJMK



Ns. Erti Ikhtiarini D. S.Kep., M.Kep.Sp.Kep.J NIP. 19811028 200604 2 002



Ns. Mulia Hakam,M.Kep.,Sp,MB NIP. 19810319 201404 1 001



Mengetahui, Wakil Dekan I



Ns. Wantiyah, M.Kep NIP. 19810712 200604 2 001



ii



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan pendahuluan yang dibuat oleh: Nama : Rhozy Sadya Mangrasih, S.Kep NIM : 192311101067 Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hernia di Ruang Poli Bedah RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada: Hari : Tanggal :



Situbondo,



Oktober 2019



TIM PEMBIMBING



Pembimbing Akademik,



Pembimbing Klinik,



Ns. Mulia Hakam,M.Kep.,Sp,MB NIP. 19810319 201404 1 001



Dian Carolina, S.Kep., Ners NIP 19821023 201407 2 003



iii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN. .......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN. ....................... iii DAFTAR ISI. .................................................................................................. iv A. Anatomi Fisiologi ..................................................................................... 1 B. Definisi Penyakit. ...................................................................................... 2 C. Epidemiologi. ............................................................................................ 2 D



Etiologi. ..................................................................................................... 3



E. Klasifikasi. ................................................................................................. 3 F. Patofisiologi .............................................................................................. 4 G. Manifestasi Klinis. .................................................................................... 5 H. Pemeriksaan Penunjang. ........................................................................... 5 I.



Penatalaksanaan Keperawatan. ................................................................. 5



I.



Clinical Pathway. ...................................................................................... 6



J.



Asuhan Keperawatan. ............................................................................... 8



K. Discharge Planning. .................................................................................. 15 Daftar Pustaka .................................................................................................. 16



iv



A. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Hernia



Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ ekstraperitoneal seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli- buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya (Martini 2001 dalam Pambudi, 2013) b. Fisiologi Menurut Preace , 2002 dalam Pambudi, 2013 1) Krista illika berfungsi sebagai penopang seikum dan sebelah depan menyentuh kolon desendes. 2) Mukulus obliges externus abdominus fungsinya adalah mengencangkan dan melindunngi organ intra abdomen. 3) Saluran ingunialis atau lingkaran ingunialis berfungsi sbagai tempat berjalan tali mani (funukulus spermatikus) pada pria dan ligamen bundar dari uterus pada wanita dan juga beberapa urat saraf dan pembuluh darah. 4) Liena alba atau garis putih berfungsi memisahkan otot relatus abdominus.



1



5) Tembuk lubang dalam atau internal berfungsi sebagai tempat pada fosia otot tranfersal dimana tali mani masuk melintasi salura ingunial, tembuk lubang tepi atau external adalah tempat di dalam abdominal oblik external dimana tali mani muncul atau turun ke lipat paha atau masuk skrotum. Vena safena magma yang panjang fungsinya untuk mengalirkan darah kotor dari seluruh tubuh ke jantun B. Definisi Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian dari dinding rongga bersangkutan pada dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Wahid dkk., 2019). Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Letak hernia: ventral, epigastrik, umbilical, inguinal indirek/lateral, a.v. epigastrika inferior, inguinal direk/media, a.v. femoralis, femoral, obturatoria perineal, rectum, perineal, iskiadika, m. Periformis, a.v. iliakakomunis kiri, lumbal, aorta, hiatus diafragma, vena Kava inferior (Win de jong dalam Huda A. dan Kusuma H., 2015)



C. Epidemiologi Hernia yang paling banyak ditemukan di Indonesia yaitu hernia inguinalis (medialis/direkdan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai presentase



75 – 80 % dari seluruh jenis lainnya.



Sebanyak 80-90 % dari hernia inguinalis pada laki laki dibandingkan pada perempuan. Hernia terjadi pada lipat paha sekitar 75%, berupa hernia inguinal direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia



umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar 3% (Amrizal, 2015 dan Rawis dkk., 2015)



2



D. Etiologi Menurut Huda A. dan Kusuma H. (2015), hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Kongenital atau bawaan 2. Obesitas 3. Ibu hamil 4. Mengejan 5. Pengangkatan beban berat



E. Klasifikasi 1. Hernia berdasarkna tempatnya (Amrizal, 2015) a. Hernia Hiatal, adalah kondisi dimana kerongkongan turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (thoraks) b. Hernia epigastrik, terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk yang dimana biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. c. Hernia umbilikal, berkemban di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan dari dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. d. Hernia inguinalis, adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul debagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. e. Hernia femoralis, muncul di tonjolan di pangkal paha dan hernia ini lebih dering belu daripada nasi f. Hernia insisional, dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. g. Hernia Nukleus Pulposi (HNP), adaah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. 2. Menurut sifatnya hernia (Amrizal, 2015) a. Hernia reponible/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.



3



b. Hernia irreponible, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan pada ke dalam rongga. Hernia irreponible dibagi mejadi 2 yaitu -



Hernia strangulate, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia disertai adanya vaskularisasi



-



Hernia inkaserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia disertai gangguan motalitas atau gerakan/pasase



c. Hernia strangulata atau inkaserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia disertai adanya pasase atau vaskularisasi. 3. Berdasarkan Terjadinya hernia (Amrizal, 2015) a. Hernia bawaan atau kongenital, b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu. F. Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organorgan selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah



penonjolan dan



mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Marilynn E. Doenges. 1999).



4



G. Manifestasi Klinis Huda A. dan Kusuma H. ( 2015) menjelaskan tentang manifestasi klinis untuk penyakit hernia sebagai berikut. 1. Berupa benjolan kelur masuk / keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan paha. 2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual. 3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi apabila telah ada komplikasi. 4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit si atasnya menjadi merah dan panas. 5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit ketika kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)disamping benjolan di bawah sela paha. 6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak napas. 7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.



H. Pemeriksaan Penunjang Huda A. dan Kusuma H. ( 2015) menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien Hernia sebagai berikut. 1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus. 2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.



I. Penatalaksanaan 1. Kongestif (Townsend CM dalam Huda A. dan Kusuma H., 2015) Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan isi hernia yang telah



5



direposisi. Bukan merupakan tindakan definitife sehingga dapt kambuh kembali. Terdiri atas a. Reposisi Reposisi adalah suati usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen yang dilakukan secara bimanual. b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol ataukinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau oenyempitan sehingga isi hernia keluat dari cavun peritonii. c. Sabuk Hernia Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak melakukan operasi. 2. Operatif Operasi adalah tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada: (Norton JA dalam Huda A. dan Kusuma H., 2015) a. Heria responibilis b. Hernia irreponibilis Hernia Strangulasi c. Hernia Incarserata Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap sebagai berikut. a. Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis. b. Hernioraphy Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon. c. Hernioplasty Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR tertutup dan dinding perut menjadi lebih kuat karena tertutup otot.



6



Operasi hernia pada anak dilakukan tapa hernioplasty, dibagi menjadi dua yaitu: a. Anak berumur kurang dari satu tahun: menggunakan teknik Michele Benc b. Anak berumur lebih dari satu tahun: menggunakan teknik POTT.



7



I. Clinical Pathway Pekerjaan berat, batuk, mengejan, kebiasaan mengangkat benda berat.



Bayi baru lahir Prosesus vaginalisperitpneal tdk terobiliserasi



Kegemukan, kelemahan abdomen



Peningkatan tekanan intra abdomen



Kanalis inguinalis terbuka



Otot dinding abdomen tipis atau mengalami kelemahan



Fasia Abdomen tidak mampu menahan tekanan Peritoneum tertarik ke daerah scrotum Hernia inguinalis lateralis kongenital



Hernia inguinalis lateralis



HERNIA



Pre Operasi



Perubahan status kesehatan



Post Operasi



Peningkatan isi abdomen memasuki kantong hernia Peningkatan tekanan



Kantong hernia semakin sempit



Kurang informasi Ansietas



Usus terjepit Sistem limfe terbendung



Peristaltik usus terganggu, sumbatan saluran cerna



Oedema



Regurgitasi isi usus Iskemia jaringan Mual/muntah Pelepasan mediator nyeri ( prostaglandin, histamin, bradikinin) Stimulasi saraf



Intake menurun Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Nyeri Aktivitas menurun



Intoleransi aktivitas



Prosedur anastesi



Penurunan Motorik



Prosedur pembedahan



Resiko Infeksi



Diskontinuitas jaringan



Pelepasan mediator nyeri ( prostaglandin, histamin, bradikinin) Kelemahan anggota gerak, penurunan kekuatan otot Stimulasi saraf Intoleransi Aktivitas



8



Nyeri



J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi : 1). Sirkulasi Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus). 2). Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis. 3). Makanan / cairan Gejala



:



insufisiensi



pancreas/DM,



hipoglikemia/ketoasidosis)



;



malnutrisi



(predisposisi (termasuk



untuk



obesitas)



;



membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi). 4). Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. 5). Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. 6). Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik



glokosid,



antidisritmia,



bronchodilator,



diuretic,



dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer



9



dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan



alcohol



(risiko



akan



kerusakan



ginjal,



yang



mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi). 2. Diagnosa Keperawata yang Sering Muncul (PES) a



Nyeri akut Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat dianstipasi atau diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan Berhubungan dengan : -



Agens cedera biologis



-



Agens cedera kimiawi



-



Agens cedera fisik



Batasan karakteristik : -



Perubahan selera makan



-



Perubahan pada parameter fisiologis



-



Diaforesis



-



Perilaku distraksi



-



Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya



b



-



Perilaku ekspresif



-



Ekspresi wajah nyeri



-



Sikap tubuh melindungi



-



Putus asa



Resiko Infeksi (00266) Definisi :



10



Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat menggangu kesehatan c



Ketidakseimbangan nutrisi (00002) Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Berhubungan dengan : -



Asupan diet kurang



Batasan karakteristik -



Nyeri abdomen



-



Gangguan sensasi rasa



-



Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal



-



Kerapuhan kapiler



-



Diare



-



Kehilangan rambut berlebihan



-



Enggan makan



-



Bising usus hiperaktif



-



Kurang informasi



-



Kurang minat pada makanan



11



3. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut



Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)



Intervensi (NIC)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria hasil :



Manajemen Nyeri (1400)



Kepuasan klien : Manajemen nyeri (3061)



No Indikator 1. 2. 3.



Awal



Tujuan 1 2 3 4 5



Nyeri terkontrol Tingkat nyeri terpantau secara reguler Efek samping obat terpantau



Keterangan:



- Lakukan pengakjian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi atau onset, frekuensi kualitas, intensiatas atau beranya nyeri dan faktor pencetus - Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri aka dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur - Dorong pasien dalam menggunakan obat-oabtan penurun nyeri yang adekuat - Kolaborasi dengan pasien, orang tedekat, dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan Terapi Relaksasi (6040)



1. 2. 3. 4. 5.



- Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditas, bernafas dengan ritme, relaksasi rahang, dan relaksasi progresif - Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa dikstrasi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan - Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian yang longgar dan mata tertutup - Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang tejadi - Dorong pengulangan tehnik praktik praktik tertentu secara berkala - Berikan waktu yang tidak terganggu karena mungkin saja klien tertidur



Tidak puas Agak puas Cukup puas Sangat puas Sepenuhnya puas



12



- Gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan dengan penggunaan obat-obatan nyeri atau sejalan dengan terapi lainnya



Resiko infeksi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 diharapkan resiko infeksi berkurang dengan kriteria hasil :



Keparahan infeksi 0703 No



Indikator



Awal



Tujual 1 2 3



4



5



1.



Kemerahan Cairan luka yang berbau 2. busuk 3. Nyeri 4 Ketidakstabilan suhu Keterangan:



1. 2. 3. 4. 5.



Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada



Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 diharapkan ketidakseimbangan nutrisi teratasi dengan kriteria nutrisi hasil :



Status Nutrisi (1004) No



Indikator



Awal



Tujual 1 2 3



4



13



5



Kontrol infeksi (6540) - Alokasikan kesesuaian luas ruang per pasien, seperti diindikasikan oleh pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit - Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakannuntuk setiap pasien - Ganti peralata perawatan per pasien sesuai protokol institusi - Isolasi orang yang terkena penyakit menular - Batasi jumlah pengunjung - Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan - Anjurkan pasien mengenal cuci tangan dengan tepat - Pakai sarung tangan steril dengan tepat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien manajemen nutrisi (1100) 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan tubuh 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk



1. 2. 3.



Asupan gizi Asupan makanan Asupan cairan Rasio berat badan/tinggi 4 badan 5 Hidrasi Keterangan:



1. Sangat menyimpang dari rentang normal 2. Banyak menyimpang dari rentang normal 3. Cukup menyimpang dari rentang normal 4. Sedikit menyimpang dari rentang normal 5. Tidak menyimpang dari rentang normal



14



memenuhi kebutuhan persyaratan gizi 4. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsusmi makan 5. Mnjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan Manajemen gangguan makan (1030) 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembanggkan rencana perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat 2. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik 3. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi 4. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat 5. Rundingkan dengan tim kesehatan lainnya setiap hari terkait perkembangan klien 6. Monitor berat badan klien secara rutin



K. Discharge Planing Huda A. dan Kusuma H. ( 2015) menjelaskan discharge planning yang dapat diberikan kepada pasien dengan hernia adalah sebagai berikut. 1. Menggunakan korset atau penyangga 2. Hindari hal – hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut 3. Tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernis yang menyebabkan nyeri sesuai resep dokter 4. Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat berat 5. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari 6. Jindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan adekuat.



15



DAFTAR PUSTAKA Amrizal. 2015. Hernia inguinalis : tinjauan pustaka. 6(1) Pambudi, A. W. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Nyeri Akut Causa Post Operasi Hernioraphi Inguinalis Lateralis Dextra Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Banyuas. Purwokerto Rawis, C. G., H. P. Limpeleh, dan P. A. V. Wowiling. 2015. POLA hernia inguinalis lateralis di rsup prof . dr . r . d . kandou manado. 3:1–5. Wahid, F., J. Sampe, A. Langitan, dan M. P. Program. 2019. Hernia inguinalis lateralis dextra dengan hemiparese sinistra. 1(1):12–15. Heather T. dan Kamitsuru S. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran: EGC Huda, A dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (Jilid 1). MedicAtion: Jogjakarta NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed.11. Jakarta : EGC. Moorhead, S. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. United Kingdom: Elsevier. Rawis, C. G., H. P. Limpeleh, dan P. A. V. Wowiling. 2015. POLA hernia inguinalis lateralis di rsup prof . dr . r . d . kandou manado. 3:1–5.



16