LP Hiperpireksia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN DEMAM : HIPERPIREKSIA DI RUANG ANAK RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK 4



OLEH :



VINDA PURNAMAWATI 202020461011069



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021



1



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN DEMAM : HIPERPIREKSIA DI RUANG ANAK RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG



DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 1



NAMA: Vinda Purnamawati NIM: 202020461011069 TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 30 Agustus-5 September 2021/ Minggu ke 2 Malang, 1 September 2021 Mahasiswa,



Vinda Purnamawati Pembimbing Akademik,



Reni Ilmiasih, M.Kep.Sp.Kep.An



Pembimbing Lahan,



Rizky Erlinda Febrina S.Kep., Ns 2



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Demam : Hiperpireksia Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh meningkat diatas normal sebagai respon dari stimulus psikologis (stimulus yang menyebabkan sakit) (Kapti, 2017). Suhu badan normal berkisar 36,5˚C-37˚C, ketika meningkat bisa jadi keadaan tersebut disebabkan karena reaksi tubuh terhadap kuman/infeksi (Suranto, 2011). Selain itu demam juga dapat terjadi apabila anak kekurangan cairan dalam tubuh (Suranto, 2011). Hiperpireksia sendiri merupakan bagian dari demam, dimana meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 41˚C (Santoso, 2016). B. Klasifikasi Dan Jenis Demam Demam diklasifikasikan menjadi akut, subakut dan kronik, dimana penggolongan tersebut berdasarkan durasi terjadinya demam (Kapti, 2017) : -



Demam Akut yaitu demam yang terjadi kurang dari 7 hari dengan karakteristik adanya penyakit infeksi seperti infeksi saluran napas atas yang umum terjadi karena virus.



-



Demam subakut terjadi tidak lebih dari 2 minggu dengan karakteristik yang dapat dilihat dari kasus demam tifoid dan adanya abses di organ perut dalam/intraabdominal.



-



Demam kronik terjadi lebih dari 2 minggu contohnya pada kasus TBC / TB, infeksi virus seperti HIV, kanker, dan penyakit jaringan penghubung seperti reumatoid artritis, lupus.



Jika didasarkan pada tingginya suhu tubuh dikategorikan sebagai berikut (Kapti, 2017) :



3



Suhu Normal dan Demam (rektal/dubur) (Sumber : Ogoina, 2011) :



Suhu Tubuh



˚Celcius



˚Fahrenheit



Normal



37-38



98,6-100,4



Demam Ringan



38,1-39



100,5-102,2



Demam Sedang



39,1-40



102-104,0



Demam Tinggi



40,1-41,1



104,1-106,0



Hiperpireksia



>41,1



>106,0



Hipotermia



95



C. Tanda Dan Gejala Demam Pada Kasus demam pada anak sering muncul tanda dan gejala sbb (Santoso, 2016) : 1. Pucat 2. Sesak 3. Kedinginan 4. Berkeringat 5. Hipotensi 6. Takikardi 7. Sianosis 8. Kulit kering dan kemerahan Pada kasus Hiperpireksia penderita akan mengalami (Soedarto, 2019): 1. Penurunan kesadaran yaitu bisa dalam keadaan koma atau delirium 2. Sakit kepala 3. Pusing 4. Mudah mengantuk 4



5. Tidak bisa istirahat/anak rewel terus menerus 6. Mual dan muntah 7. Anoresia 8. Gangguan bicara dan menelan 9. Suhu tubuh > 41,1 ˚C 10. Kulit kering tidak berkeringat 11. Merasa kedinginan bahkan sampai menggigil 12. Dehidrasi hebat yang mengurangi produksi keringat D. Etiologi Demam : Hiperpireksia / penyebab terjadinya Menurut Sofwan R (2010), mengatakan bahwa penyebab demam pada anak yaitu adanya inflamasi atau peradangan, efek samping obat tertentu, aktivitas fisik yang berlebihan dan lama berada di lingkungan terlalu panas (Doloksaribu & Siburian, 2018). Selain itu demam merupakan akibat dari kenaikan set point (oleh sebab infeksi), kenaikan tersebut dibentuk oleh prostaglandin di hipotalamus (Ismoedijanto, 2016). Penyakit penyebab demam pada anak Saat suhu tubuh meningkat, kecil kemungkinan bakteri atau virus dalam tubuh bisa bertahan. Itulah bentuk pertahanan tubuh secara alami. Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab demam pada anak di antaranya (Trifiana, 2020) :



-



ISPA



-



Flu



-



Infeksi telinga



-



Roseola Infeksi virus umum pada anak-anak yang dapat menyebabkan demam tinggi dan ruam 5



-



Radang amandel



-



Infeksi saluran kemih



-



Infeksi saat mengalami cedera



E. Patofisiologi dan Pathway Patofisiologi : Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan terjadi 6



vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior



akan



mengeluarkan impuls eferen sehingga



pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat.



7



Pathway Hiperpireksia Infeksi (bakteri, virus dan jamur



Dehidrasi



Parasit/makrofag



Tubuh kehilangan cairan



Sitokin Pirogen



Cairan intrasel



Mempengaruhi hipotalamus



DEMAM



Kadar Ph (-)



Suhu



Anoreksia



M.K Hipertermia



Intake makanan (-)



M.K Defisit Nutrisi



Masuk ke dalam saluran napas



Saliva mendorong virus ke jaringan



Merusak lapisan epitel



Infeksi pada tenggorokan



M.K Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif



Pengeluaran Cairan/mukus berlebih



Produksi Mukus



8



F. Komplikasi : Berikut ini merupakan komplikasi dari hiperpireksia (Andriyani et al., 2021) 1. Dehidrasi : demam meningkat menyebabkan penguapan pada cairan tubuh 2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada



anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. G. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit (Doloksaribu & Siburian, 2018). H. Penatalaksanaan Hiperpireksia : Untuk penatalaksanaan hiperpireksia sendiri secara umum dapat dilakukan dengan (Kapti, 2017) 1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran. 2. Berikan oksigen 3. Berikan anti konvulsan bila ada kejang 4. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin. 5. Berikan kompres 6. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5- 1 mgr/kgBB (I.V). 7. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema. 9



8. Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1mgr/kgBB I.V.), maksimal 10 mgr/kgBB I. Asuhan Keperawatan Pada Hiperpireksia 1. Pengkajian A. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan B. b.



Riwayat kesehatan



C. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas. D. b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah. E. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). F. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak). 2. Pemeriksaan fisik A. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi B. Pemeriksaan persistem a. Sistem persepsi sensori b. Sistem persyarafan : kesadaran c. Sistem pernafasan d. Sistem kardiovaskuler e. Sistem gastrointestin 10



f. Sistem integumen g. Sistem perkemihan C. Pada fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan b. Pola nutrisi dan metabolisme D. Pola eliminasi a. Pola aktivitas dan latihan b. Pola tidur dan istirahat c. Pola kognitif dan perseptual d. Pola toleransi dan koping stress e. Pola nilai dan keyakinan f. Pola hubungan dan peran E. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium b. foto rontgent c. USG F. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermia b.d Proses penyakit (infeksi) d.d ibu klien mengatakan anak demam 40˚C saat dirumah dan kulit teraba hangat 2. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d keengganan untuk makan d.d keluarga mengatakan nafsu makan menurun 3. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) b.d sekresi yang tertahan d.d anak terlihat tidak mampu menuntaskan batuknya karena sputum tidak keluar



11



Referensi : Andriyani, S., Windahandayani, V. Y., Damayanti, D., Faridah, U., & Sari, Y. I. P. dkk. (2021). Asuhan



Keperawatan



pada



Anak.



Yayasan



Kita



Menulis.



https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Anak/tyA5EAAAQBAJ? hl=en&gbpv=1&dq=Hidrosefalus+adalah&pg=PA173&printsec=frontcover Doloksaribu, T. M., & Siburian, M. (2018). Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Demam Pada Anak Balita (1-5 Tahun) Di Rsu Fajar Sari Rejo Medan Polonia Tahun 2016. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 11(3), 213–216. https://doi.org/10.36911/pannmed.v11i3.103 Ismoedijanto,



I.



(2016).



Demam



pada



Anak.



Sari



Pediatri,



Di



Rumah.



2(2),



103.



https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.103-8 Kapti,



R.



E.



(2017).



Perawatan



Anak



Sakit



UB



Press.



https://www.google.co.id/books/edition/Perawatan_Anak_Sakit_di_Rumah/sYtSDwAAQBAJ ?hl=en&gbpv=1&dq=hiperpireksia&pg=PA33&printsec=frontcover Santoso, D. (2016). Pemeriksaan Klinik Dasar (1st ed.). Airlangga University Press. https://books.google.co.id/books?id=1KXIDwAAQBAJ&pg=PA27&dq=pemeriksaan+tekana n+darah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjAr92Dl5znAhXQfX0KHddJDVAQ6AEINjAC#v=on epage&q=pemeriksaan tekanan darah&f=false Soedarto.



(2019).



Sinopsis



Kedokteran



Tropis.



Airlangga



University



Press.



https://www.google.co.id/books/edition/Sinopsis_Kedokteran_Tropis/xNq0DwAAQBAJ?hl=e n&gbpv=0 Suranto,



dr.



A.



(2011).



Jangan



Panik



Bunda.



Penebar



plus.



https://www.google.co.id/books/edition/Jangan_Panik_Bunda/0woU51wtqBUC?hl=en&gbpv =1&dq=hiperpireksia&pg=PA43&printsec=frontcover Trifiana, A. (2020). 7 Penyakit yang Kerap Jadi Penyebab Demam pada Anak. Sehatq. https://www.sehatq.com/artikel/penyakit-yang-kerap-jadi-penyebab-demam-pada-anak



12