LP Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER : HYPERTENSION HEART FAILURE (HHF) DI RUANG ICU RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA JEMBER



OLEH: Dian Priambarsari, S.Kep. NIM 20010174



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER JEMBER 2023



BAB 1. KONSEP TEORI PENYAKIT I.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung Sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai sistem regulasi dalam melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh (Muttaqin, 2014). 1. Anatomi Jantung Jantung merupakan organ yang paling penting dalam sisitem tubuh manusia. Jantung berfungsi memompa darah yang mengandung oksigen dan nutrien ke seluruh tubuh. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh beberapa katup. Katup-katup tersebut diantaranya adalah katup atrioventrikular dan semilunar. Katup atrio ventrikular terdiri atas katup bicuspid (mitral) dan katup tricuspid, yang terletak diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katup semilunar terletak antara ventrikel dengan aorta dan arteri pulmonal (Ramli & Karani, 2018) Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak ke kanan tepatnya pada kosta ke III, 1cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12cm, lebar 8-9cm dan tebalnya 6cm. memiliki berat sekitar 200-425gram, pada laki-laki sekitar 310gram, pada perempuan sekitar 225gram. a. Lapisan Otot Jantung Terdapat tiga lapisan jantung, yaitu Endokardium, merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung. Kedua Miokardium, merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung. Otot jantung membentuk bundalan otot, yaitu bundalan otot atria, bundalan otot ventrikel, dan bundalan otot atrioventrikuler. Kemudian yang terakhhir Perikardium, merupakan lapisan jantung terlar yang merupakan selaput pembugkus, terdiri dari dua lapisan, yaitu parietal dan viseral bertemu di pangkal jantung dan membentuk kantung jantung. b. Selaput Jantung Jantung dilapisi oleh dua membrane untuk mencegah terjadinya trauma juga infeksi, yaitu pericardium parietal yang tersusun atas jaringan fibrosa dan pericardium visceral.



2



c. Ruang Jantung Jantung terbagi atas dua belahan yang dipisahkan oleh otot pemisah yang disebut septum. Dengan demikian jantung memiliki empat ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. d. Katup Jantung Jantung memiliki dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikuler dan katup semilunar. Katup jantung tersusun atas endothelium yang dilapisi oleh jaringan fibrosa, sehingga katup dapat membuka dan menutup karena sifatnya yang fleksibel. e. Siklus Jantung Merupakan periode dimana jantung berkontraksi relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat ventrikel berkontraksi) satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel. f. Frekuensi Jantung Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75 kali per menit. Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali disebut tachycardia, jika kurang dari 60 kali disebut bradycardia. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin, endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri. 2. Fisiologi Jantung Sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung, otak, untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut (Mutaqqin, 2014). a. Curah Jantung Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme kontrol regulasi yang digunakan untuk meningkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan, yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output). Pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter per menit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup. b. Denyut Jantung Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali per menit. 3



c. Tekanan Vena Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120mmHg pada saat sistolik dan 70mmHg pada saat diastolik. I.2 Definisi Penyakit Hypertension Heart Failure (HHF) adalah masalah kesehatan masyarakat utama yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Penyakit gagal jantung adalah penyakit kardiovaskuler yang mempunyai angka penderita tinggi dan memerlukan perawatan medis yang optimal. Bahkan dengan meningkatnya penggunaan perawatan medis yang direkomendasikan oleh perawat di rawat inap. Tingkat kematian untuk pasien gagal jantung juga sangat tinggi (Albakri, 2018). Hypertension Heart Failure (HHF) merupakan komplikasi penyakit jantung pada pasien hipertensi yang disebabkan tingginya tekanan darah dan proses aterosklerosis yaitu proses pengerasan pada pembuluh darah bahkan menjadi plak berupa endapan lemak, kolesterol, trombosit, sel makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler yang mengganggu aliran darah jantung ke seluruh tubuh (PAPDI, 2014). I.3 Epidemiologi Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung di Indonesia, faktor resiko paling banyak pada penyakit gagal ginjal adalah hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2014), ). Hipertesni merupakan salah satu penyakit yang paling umum di Amerika yang mempengaruhi sekitar 75 juta orang dewasa atau satu dari tiga orang dewasa Amerika Serikat. Prevalensi secara global pada hipertensi adalah 26,4%



yang



menyumbang 1,1 miliar orang. Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gagal jantung dengan rata-rata waktu 14,1 tahun (Tackling dan Borhade, 2019). Tekanan darah tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hipertesi pada wanita menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung 3 kali lipat dibandingkan dengan pria 2 kali lipat. Wanita lebih cenderung memiliki tekannan darah yang tidak terkontrol (Tackling dan Borhade, 2019).



4



I.4 Etiologi Menurut (Albakri, 2018) faktor penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu: a. Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab gagal jantung yang paling sering. Penyakit ini terjadi akibat penyempitan pada pembuluh darah yang memasok darah ke jantung. b. Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan penebalan otot jantung. Jika dibiarkan, otot jantung akan melemah dan jantung tidak lagi mampu memompa darah secara efektif. c. Diabetes. Selain penderita diabetes rentan terkena penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab utama gagal jantung, gula darah yang tinggi juga dapat merusak jantung. d. Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati). Otot jantung memiliki peran penting dalam memompa darah. Jika otot jantung mengalami kerusakan atau kelainan, maka pemompaan darah juga akan terganggu. e. Radang otot jantung (miokarditis). Peradangan pada otot jantung menyebabkan otot jantung tidak bekerja secara maksimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus. f. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi mengatur aliran darah di dalam jantung, sehingga jantung bisa memompa darah dengan efektif. Jika katup jantung rusak, aliran darah akan terganggu. Kondisi ini akan menyebabkan peningkatan beban kerja otot jantung. g. Gangguan irama jantung (aritmia). Kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat, dan tidak teratur. Aritmia membuat kerja jantung menjadi tidak efektif. Lama kelamaan, kondisi ini akan mengubah struktur jantung dan akhirnya menimbulkan gagal jantung. h. Penyakit jantung bawaan. Sebagian bayi terlahir dengan sekat ruang jantung atau katup jantung yang tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan bagian jantung yang sehat harus bekerja lebih keras dalam memompa darah, dan berpotensi menimbulkan gagal jantung. i. Kadar hormon tiroid yang tinggi (hipertiroidisme). Tingginya kadar hormon tiroid di dalam darah akan meningkatkan denyut jantung, sehingga membuat jantung bekerja ekstra. Lama kelamaan, jantung akan menjadi lelah dan gagal berfungsi. 5



j. Anemia atau kurang darah. Seseorang yang menderita anemia kekurangan alat transportasi dalam darah untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Alat transportasi ini disebut hemoglobin (Hb). Kondisi ini akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk mempercepat aliran darah, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh tetap terpenuhi. Hal inilah yang memicu terjadinya gagal jantung, akibat kelelahan pada otot jantung.Faktor risiko lain terjadinya HHF, antara lain (Albakri, 2018) : 1) Obesites, lebih tinggi massa lemak menyebabkan obesitas mengalami peningktan volume darah sistemik, curah jantung dan redistribusi volume darah yang bersirkulasi ke daerah kardiopulmoner dengan penurunan vaskuler perifer resistensi, selain itu meningkatkan volume darah dalam sirkulasi sehingga menyebabkan ventrikel kiri membesar . 2) Genetik, individu dengan keluarga yang memiliki riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Hal ini berhubungan dengan sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium dan sodium. 3) Usia, dinding arteri akan mengalami penebalan pada usia 45 tahun sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Pertambahan usia menyebabkan beberapa perubahan pada fisiologis. 4) Asupan garam, hal ini dikaitkan dengan miokard fibrosis dengan merangsang sintesis aldosteron dan meningkatkan reseptop ATP di miokardium. 5) Memiliki kebiasaan merokok 6) Kurang olahraga. 7) Mengonsumsi alkohol secara berlebihan. I.5 Klasifikasi Menurut Siswanto et al., (2015) klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan structural jantung yaitu : a. Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung, tidak terdapat gangguan structural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda dan gejala. b. Stadium B Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubngan dengan perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda dan gejala. 6



c. Stadium C Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit structural jantung yang mendasari. d. Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapatkan terapi medis maksimal. Penyakit jantung hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan dampak patofisiologi dan klinis hipertnsi pada jantung (Misserli, 2017): Tingkat I



: disfungsi diastolik ventrikel kiri terisolasi dengan hipertrofi ventrikel kiri. Pada pemeriksaan EKG gelombang QRS dapat melebar atau meninggi.



Tingkat II : disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan konsentris hepertrofi ventrikel kiri. Pada pemeriksaan EKG, derajat LAD semakin tinggi, kompleks GRS melebar. Tingkat III :



gagal jantung klinis (dispnea dan paru-paru) edema dengan fraksi ejeksi dipertahankan. Pada pemeriksaan EKG terjadi perubahan komplek pada P, QRS, dan T.



Tingkat IV : dilatasi kardiomiopati atau kematian otot jantung dan Heart failure. Pada pemeriksaan EKG GRS dan ST terjadi depresi. American Heart Association juga membagi hipertensi menjadi 4 tahap yaitu: a. Optimal Blood Pressure, merupakan keadaan dimana tekanan sistolik berada pada angka 100 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan menurut Klasifikasi tekanan darah menurut American Heart Association (2014) adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Kategori Normal Pre Hipertensi Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3



Sistolik (mmHg) < 120 120-139 Hipertensi 140-159 160 atau lebih tinggi ≥ 180



7



Diastolik (mmHg) < 80 80-89 90-99 100 atau lebih tinggi ≥ 110



Sumber: American Heart Association (2014)



Hipertensi berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, yaitu genetik, obesitas, konsumsi garam berlebih, dan kebiasaan buruk. 2) Hipertensi sekunder, hipertensi yang disebabkan oleh adanya penyakit lain, seperti gangguan pembuluh darah, ginjal, jantung, dan sistem kelenjar endokrin. I.6 Patofisiologi Menurut PAPDI (2014) patofisiologi gagal jantung hipertensi ialah sebagai berikut : 1. Stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada funsi pompa efektif ventrikel kiri. 2. Stadium selanjutnya, karena penyakit terus berlanjut, hipertrofi menjadi tidak teratur, dan akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung mengakibatkan peningkatan volume diastolik yang merupakan khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. 3. Dilanjutkan dengan penurunan secara menyeluruh fungsi pompa yaitu penurunan ejeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik pompa jantung. 4. Tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. I.7 Manifestasi Klinis Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung di bagi atas (Kadavi, 2017): 1. Gagal jantung kiri : terjadi dispneu, fatique, ortopnea, dispnea noktural proksimal, batuk 2. Gagal jantung kanan : timbul fatique, sesak, edemal 3. Gagal jantung campuran : manifestasi antara gagal jantung kanan dan kiri.



8



Gagal Jantung Kanan



Gagal Jantung Kiri



a. Oedema/pitting oedema



a. Lemas/fatique



b. Anoreksia/ perut kembung



b. Berdebar-debar



c. Nausea



c. Sesak nafas (dyspneu d’effort)



d. Ascites



d. Orthopnea



e. Jugulare



Vein



Pressure



e. Dyspnea nocturnal paroxismal



meningkat



f. Pembesaran jantung



f. Pulsasi vena jugularis



g. Keringat dingin



g. Hepatomegali



h. Takikardia



h. Fatique



i. Kongesti vena pulmonalis



i. Hipertrofi jantung kanan



j. Ronchi basah dan wheezing



j. Irama derap/ gallop ventrikel



k. Terdapat BJ III dan IV (gallop)



kanan



l. Cheynes stokes



k. Irama derap/ gallop atrium kanan l. Murmur m. Tanda-tanda penyakit paru kronik n. Hidrothorax I.8 Komplikasi a. Serangan jantung Serangan jantung terjadi karena kematian sel jantung ketika jantung tidak mendapat asupan darah yang cukup. Kondisi ini dipicu oleh arteri jantung mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol atau arterosklerosis. Di samping kesulitan bernapas, gejala serangan jantung pada laki-laki lebih mungkin berupa rasa nyeri di area sekitar dada, sedangkan pada perempuan memiliki tanda yang berbeda seperti mual, sakit perut dan muntah-muntah. b. Penyakit stroke Bila jantung tidak bekerja dengan efektif, gumpalan darah mudah terbentuk dan dapat menyumbat



pembuluh



darah. Penyakit



stroke



terjadi



akibat



gumpalan



darah



ini menghambat aliran darah menuju otak dan menyebabkan gangguan fungsi dalam mengingat, berbicara dan koordinasi serta disertai dengan mati rasa salah satu sisi tubuh. Karena menyerang sel otak, penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan dengan cepat bahkan bersifat permanen. 9



c. Henti jantung Henti jantung adalah komplikasi yang terjadi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba dan menyebabkan gangguan bernapas dan kehilangan kesadaran akibat gangguan irama jantung. Henti jantung merupakan kondisi darurat, jika tidak ditangani segera maka akan menyebabkan kematian mendadak. d. Penyakit arteri perifer Penyempitan pembuluh darah tidak hanya dapat berdampak pada aliran ke jantung, namun juga dapat terjadi pada ujung-ujung bagian tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka bagian tubuh tersebut tidak mendapatkan aliran yang cukup sehingga menyebabkan gejala seperti rasa nyeri, terutama pada kaki ketika berjalan. e. Aneurisma Aneurisma  adalah komplikasi serius yang gejalanya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun berupa pembekakan arteri. Jika suatu aneurism pecah maka dapat menimbulkan kondisi fatal akibat perdarahan internal. f. Angina Angina atau lebih dikenal dengan istilah nyeri pada bagian dada, merupakan gejala yang muncul ketika otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga menyebabkan suatu sensasi terpelintir atau rasa tertekan pada bagian dada. Pada umumnya gejala ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu angina stabil (stable angina) dan  angina tidak stabil (unstable angina).Angina stabil cenderung muncul ketika tubuh seseorang kekurangan oksigen karena beraktivitas fisik sedangkan angina tidak stabil merupakan rasa nyeri yang muncul secara tiba-tiba tanpa didahului dengan adanya aktivitas fisik. I.9 Pemeriksaan Penunjang Menurut Kadavi (2017), berikut merupakan pemeriksaan penunjang gagal jantung: 1. Radiologi Pada gambar rontgent torak posisi anterior posterior terlihat pembesaran jantung kekiri,elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru stadium payah jantung hipertensi. 2. Laboratorium 10



Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum dan kreatinin, untuk menilai ruang ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron. Pemeriksaan laboratorium urinalis juga diperlukan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal. 3. Elektrokardiogram Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain 4. Ekokardiografi Perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertnsi yang dapat dilihat dari ekokardiogram adalah sebagai berikut : a. Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis dan hipervolemia b. Hipertrofi yang difus/konsentrik atau yang reguler eksentrik c. Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung serta tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkat d. Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut adanya dikinetik juga dapat terlihat pada ekokardiografi I.10



Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi



1. Penatalaksanaan farmakologi pada hipertensi antara lain: 1) Diuretik seperti tiazid, furosemid, dan spironolaktan digunakan untuk menurunkan tekanan darah, volume darah, dan curah jantung. 2) Beta blocker seperti atenolol, dan nadolod digunakan untuk menekan sekresi urin. 3) Kalsium antagonis seperti nifedipin, diltiazem, verapamil digunakan untuk menghambat pengeluaran kalsium, dan dapat menyebabkan vasodilatasi. 4) ACE Inhibitor seperti captopril, isonopril, quinapril digunakan untuk menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. 2. Penatalaksaan non farmakologi pada hipertensi diantaranya: 1) Diet rendah lemak, diet rendah garam dapur (tidak lebih dari ¼-1/2 sendok the atau 6gr/hari), soda, baking powder, natrium benzoate, monosodium glutamate. 2) Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. 3) Lakukan olahraga secara teratur sebanyak 30–60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu. 4) Hentikan kebiasaan merokok (minum kopi).



11



5) Menjaga kestabilan BB pada penderita hipertensi dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan untuk menghindari diabetes dan dislipidemia. 6) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.



12



Pemeriksaan EKG



I.11 Clinical Pathway Hipertensi



Hypertension Heart Failure (HHF)



Kontraktilitas jantung meningkat



iskemia



Penurunan cardiak output



Jantung tidak mampu berkontraksi



ekstremitas Metabolisme anaerob ATP menurun Asam laktat naik Fatig / kelelahan Intoleransi aktivitas



Hipertrofi atrium kiri Bendungan atrium kiri dan pe dalam vena



pulmonalis Regurgitasi darah ke paru Edema paru



ketidakseimbangan suplay oksigen Gangguan pertukaran gas



ginjal



otak Tekanan vaskuler serebral meningkat



GFR menurun Retensi air + Na



Nyeri akut



Produksi urine menurun Gangguan eliminasi urine



sesak Ketidakefektifan pola nafas



11



Kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit



Hipertrofi ventrikekl kiri



Struk volume menrun



BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian A. Pengkajian Umum 1. Identitas klien meliputi: nama, umur (kelompok umur yang beresiko antara lain : kelompok umur setelah usia remaja (sering pada usia 30 tahun keatas)), jenis kelamin, status pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnosa medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Diagnosa Medis b. Keluhan Utama, pada pasien dengan HHF pada umumnya mengeluh nyeri pada dada. 3. Riwayat Kesehatan sekarang Klien mengeluh sesak nafas, terjadi peningkatan tekanan darah, batuk dahak kadang darah, sakit kepala, kelelahan, muntah, pandangan menjadi kabur karena adanya kerusakan pada mata, otak, jantung dan ginjal. Kadang juga dapat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma 4. Riwayat penyakit Adanya riwayat hipertensi, penggunaan diuretik, riwayat merokok, penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, konsumsi alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi diri. 5. Riwayat penyakit keluarga Terdapat anggota keluarga yang mengalami hipertensi dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi 6. Riwayat psiko, sosio Psiko: Kegelisahan, emosi labil, kecemasan terhadap penyakit ketergantungan dan kepedihan Sosio : Sulit berinteraksi karena emosi labil dan marah



12



B. Pengkajian Keperawatan 1. Aktivitas/istirahat Gejala berupa kelemahan, letih, sesak nafas, nyeri kepala. aktifitas yang berlebihan menyebabkan frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea, dan sulit tidur karena mengalami nyeri kepala 2. Sirkulasi Gejala berupa riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler. Tanda berupa kenaikan TD, takikardi, bunyi jantung murmur, perubahan warna kulit, suhu dingin. 3. Eliminasi Gejala berupa gangguan pada ginjal saat ini maupun yang lalu menyebabkan konstipasi dan retensi 4. Makanan dan cairan Makanan yang disukai berupa makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol, alkohol, rokok, dan riwayat penggunaan diuretik menyebabkan mual muntah, perubahan berat badan, edema, dan peningkatan jvp (tekanan vena jugularis). 5. Neurosensori Gejalanya berupa keluhan pusing dan pening, sakit kepala, gangguan penglihatan, epistaksis (perdarahan hidung). Tandanya berupa perubahan proses pikir atau ingatan memori, pola nafas, dan perubahan retinal optik. 6. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala berupa nyeri kepala pada bagian tengkuk, sakit kepala berat, dan nyeri abdomen. 7. Pernafasan Gejala berupa dispneu pada saat melakukan aktivitas, takipnea, riwayat merokok. Tandanya berupa penggunaan bantuan alat pernafasan, bunyi nafas tambahan (ronkhi, mengi), dan sianosis. C. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum    :  lemah 2) TTV: Tekanan Darah    :   tinggi (Normal : 120/80mmHg) Pernafasan (RR)  :  abnormal >20 x / menit (Normal : 16-20x/menit) 13



Denyut nadi (HR): bradikardi > 100 x/menit (Normal : 60-100x/menit) Suhu tubuh          :   kadang normal atau tinggi (Normal: 36 ˚C) 3) Kesadaran           :   Compos Mentis GCS 456 4) Pemeriksaan fisik per system Berdasarkan sistem – sistem tubuh: a) B1 (Breathing) 1. Inspeksi Pada klien hipertensi terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan. Inspeksi terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernafasan dan frekuensi pernafsan. 2. Palpasi Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.Namun, terdapat juga pada pasien asma taktil fremitus menurun disisi yang sakit. 3. Perkusi Retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada. 4. Auskultasi Bunyi nafas tambahan utama terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing. b) B2 (Blood) Perawat perlu memonotori dampak hipertensi pada status kardiovaskuler meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,tekanan darah, dan CRT. c) B3 (Brain) Pada saat inspeksi,tingkat kesadarn perlu dikaji. Di samping itu, diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis,somnolen, atau koma. d) B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonotor ada tidaknya oligouria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. e) B5 (Bowel)



14



Pengkaji tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitankesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan hipertensi,sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi,hal ini karena sering mengalami mual dan pusing sehingga sulit makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien. f) B6 (Bone) Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, pendarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama waktunya. 5) Pemeriksaan fisik Kepala : Mata anemis, penglihatan berkurang, odem pupil Leher : Sering di dapat bendungan vena jugularis Dada : Gangguan irama dan otot gerak pernafasan, bunyi jantung galop, bising abdomen meningkat 2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral 2. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan paningkatan beban jantung yang mendesak diafragma 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output, kelemahan fisik, ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen 2.3 Intervensi Keperawatan Diagnosa



NOC



Nyeri akut berhubungan



Setelah



dengan



peningkatan



keperawatan selama 3x24 jam



tekanan



vaskuler



serebral



NIC dilakukan



diharapkan



nyeri



tindakan dapat



berkurang. Kriteria Hasil: 1. Mampu mengenali kapan terjadinya nyeri 15



1. Kaji lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan 3. Gali pengetahuan dan



2. Mampu mengontrol nyeri 3. Melaporkan bahwa nyeri berkurang



dengan



menggunakan



manajemen



nyeri 4. Mampu



mengenali



nyeri



(skala, frekuensi dan tanda nyeri) 5. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 6. Melaporkan



nyeri



yang



terkontrol 7. Menggunakan pengurangan



tindakan nyeri



analgesik



tanpa



kepercayaan pasien mengenai nyeri 4. Berikan informasi mengenai nyeri (penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan, akibat dari ketidaknyamanan akibat prosedur) 5. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan pasien 6. Ajarkan prinsip-prrinsip untuk menurunkan nyeri 7. Dorong pasien untuk memonitor nyeri daan menangani nyeri dengan tepat 8. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat 9. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan 10. Dukung tidur/istirahat yang adekua untuk membantu penurunan nyeri 11. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai kebutuhan 12. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik 13. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan 14. Monitor kepuasan pasien



terhadap



menajemen nyeri dalam 16



interval yang spesifik 15. Mempertahankan



tirah



baring selama fase akut Ketidakefektifan



pola Setelah dilakukan tindakan Monitor Pernafasan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor kecepatan, irama napas yang berhubungan pasien menunjukkan hasil: kedalaman dan kesulitan dengan paningkatan bernafas 2. Catat pergerakan dada, beban jantung yang 1. Frekuensi pernafasan kesimetrisan, mendesak diafragma penggunaan otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclevicul dan intercosta 3. Monitor suara nafas tambahan 4. Monitor pola nafas 5. Monitor saturasi oksigen 6. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan 7. Buka jalan napas 8. Monitor tingkat kelelahan, kecemasan, dan kekurangan udara pada pasien 9. Monitor kemampuan batuk efektif 10. Monitor sekresi pernafasan 11. Berikan terapi oksigen 12. Monitor hasil foto thorax 13. Kolaborasi pemberian terapi nafas jika diperlukan Terapi Oksigen 14. Pertahankan kepatenan jalan nafas 15. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 16. Monitor aliran oksigen 17. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa 17



konsentrasi (yang telah) ditentukan telah diberikan 18. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat 19. Amati tanda-tanda hipventilasi induksi oksigen Gangguan



pertukaran Setelah



dilakukan



tindakan



1.



gas berhubungan dengan keperawatan selama 1 jam ketidakseimbangan



diharapkan



gangguan



suplay O2



pertukaran gas dapat teratasi



Berikan oksigen sesuai indikasi



2.



Auskultasi bunyi nafas



3.



Anjurkan pasien untuk



Kriteria Hasil:



batuk



1. RR normal (16-20x/mnt)



dalam



2. Tidak



ada



pergerakan



4.



cuping hidung 3. Tidak



ada



efektif,



Dorong



nafas



perubahan



posisi semi fowler tarikan



intercostae Intoleransi



aktivitas Setelah



dilakukan



tindakan Manajemen Energi 1. Kaji status fisiologis berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam pasien yang kelemahan fisik diharapkan klien dapat menyebabkan kelelahan 2. Anjurkan pasien melakukan aktivitas secara mengungkapkan mandiri perasaan secara verbal mengenai ketebatasan Kriteria Hasil: yang dialami 1. Mampu melakukan aktivitas 3. Monitor sistem kardiovaskuler pasien sehari-hari secara mandiri selama kegiatan 2. Tanda-tanda vital normal 4. Monitor asupan nutrisi 5. Lakukan ROM 3. Level kelemahan aktif/pasif untuk 4. Menunjukkan tingkat energi menghilangkan ketegangan otot yang stabil 6. Bantu klien untuk 1. mengidentfikasikan aktifitas yang mampu dilakukan 7. 18



Bantu



klien



untuk



membuat jadwal latihan diwaktu luang 8.



Bantu



pasien



untuk



mengembangkan motivasi



diri



dan



penguatan 9.



Monitor respon fisik, emosi,



sosial,



dan



spiritual 2.4 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu: 1. S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. 2. O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan tindakan keperawatan. 3. A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru 4. P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau dimodifikasi 2.5 Discharge Planning a. Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan RS b. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang kebelanjutan perawatan klien di rumah c. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau petugas kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien d. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu hindari penyebab hipertensi dan HHF, kontrol tekanan darah dengan diet hipertensi dan gaya hidup sehat, hindari benturan pada kepala, dan mengenali tanda dan gejala timbulnya perdarahan serebral. e. Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang 19



f.



Dokumentasikan perencanaan pulang



g. Anjurkan klien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin Adapun langkah-langkah gaya hidup untuk menajemen faktor dan mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi sebagai berikut : -



Pembatasan garam,



-



Kurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok,



-



Konsumsi sayuran, buah-buahan dan diet rendah lemal,



-



Pengurangan dan pemeliharaan berat badan normal,



-



Latihan fisik secara teratur (Albakri, 2018).



20



DAFTAR PUSTAKA Albakri, A. (2018). Review Article Hypertensive heart failure : A review of clinical status and meta-analyses of prognostic value of echocardiography and antihypertensive medication, 5(6), 1–16. https://doi.org/10.15761/IMM.1000349 American Heart Association. 2017. High Blood Pressure. https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/the-facts-abouthigh-blood-pressure/what-is-high-blood-pressure Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby: Elsevier. Kadavi, M. 2017. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hipertensi Heart Failure di Ruang ICCU RSUD Kabupaten Sidoarjo https://www.scribd.com/mobile/document/359294238/HHF Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta. Misserli, Franz H., Stefano F., S. Bangalore. 2017. The Transition from Hypertension to Heart Failure. American College of Cardiology Foundation. Vol. 5 (8) : 543-551. Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby: Elsevier PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI : Hipertensi Esensial. Jakarta : Interna Publishing. Hal. 599-603. Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 103–112. Siswanto, B. B., Hersunarti, N., Erwinanto, Barack, R., Pratikto, R. S., Nauli, S. E., & Lubis, A. C. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta. Tackling, Gary., and M.B.Borhade. 2019. Hypertensive Heart Disease. StatPearls Publishing. Serial Onlien , https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539800/ Ziliwu, H.J. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung (Health Failure/ Decompensatio Cordis). Jurnal diterbitkan: Jakarta.



17