13 0 186 KB
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stase Keperawatan Komunitas
Disusun oleh : Ega Wahdiana KHGD21057
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT 2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Pendahuluan Hipertensi ini. Laporan Pendahuluan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki tugas ini. Akhir kata penulis berharap semoga pembelajaran dalam tugas ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Garut, 22 Maret 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii PENDAHULUAN................................................................................................1 1.
Latar Belakang..........................................................................................1
2.
Rumusan Masalah.....................................................................................1
3.
Tujuan.......................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI....................................................3 1.
Definisi Hipertensi....................................................................................3
2.
Klasifikasi Hipertensi................................................................................3
3.
Etiologi......................................................................................................3
4.
Patofisiologi..............................................................................................5
5.
Tanda Dan Gejala......................................................................................6
6.
Pemeriksaan Penunjang............................................................................6
7.
Komplikasi................................................................................................7
8.
Penatalaksanaan........................................................................................7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................9 1.
Pengkajian Keperawatan...........................................................................9
2.
Diagnosa Keperawatan............................................................................10
3.
Intervensi Keperawatan...........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21
ii
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah salah stu jenis penyakit yang sangat berbahaya. Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800 juta orang. Sebanyak 10-30 % dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap Negara (Anjas et.al., 2018). Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Anjas et.al., 2018). 2. Rumusan Masalah 1) Apa definisi hipertensi ? 2) Apa klasifikasi dari hipertertensi? 3) Sebutkan etiologi hipertensi! 4) Jelaskan patofisiologi hipertensi! 5) Sebutkan tanda dan gejala hipertensi! 6) Sebutkan pemeriksaan penunjang hipertensi! 7) Jelaskan konsep asuhan keperawatan hipertensi! 3. Tujuan 1) Untuk mengetahui definisi hipertensi. 1
2) Untuk mengetahui klasifikasi dari hipertertensi. 3) Untuk mengetahui etiologi hipertensi. 4) Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi. 5) Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi. 6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi. 7) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan hipertensi.
2
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI 1. Definisi Hipertensi Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Dewi. et al., 2019). Menurut Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan. 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut Dewi et. al., (2019) klasifikasi hipertensi adalah : 1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg 2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg 3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg. 3. Etiologi Beberapa penyebab hipertensi menurut Musakkar (2021) antara lain : 1) Keturunan Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi. 3
2) Usia Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat. 3) Garam Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang. 4) Kolesterol Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat. 5) Obesitas/kegemukan Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi mengidap hipertensi. 6) Stress Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu)(Anggriani et al., 2014). 7) Rokok Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. 8) Kafein Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat meningkatkan tekanan darah 9) Alkohol Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. 10) Kurang olahraga 4
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat. 4. Patofisiologi
5
5. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala hipertensi menurut Salma (2020) yaitu : 1) Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur) 2) Bising (bunyi “nging”) di telinga 3) Jantung berdebar-debar 4) Pengelihatan kabur 5) Mimisan 6) Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi. 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu: 1) Pemeriksaan yang segera seperti: a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi). d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi. f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler). g. Pemeriksaan
tiroid:
Hipertiroidisme
vasokonstriksi dan hipertensi. 6
dapat
menimbulkan
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi. k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme. l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung. 7. Komplikasi Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung). 8. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi: 1) Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
7
tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh. 2) Penurunan berat badan 3) Penurunan asupan etanol 4) Menghentikan merokok 5) Latihan Fisik Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu 6) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi: a. Tehnik Biofeedback b. Tehnik relaksasi 7) Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan 1) Aktivitas / istirahat Gejala
: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda
: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea. 2) Sirkulasi Gejala
: giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup, penyakit serebrovaskuler. Tanda
: kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama
(takikardia, berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat. 3) Integritas Ego Gejala
: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan). Tanda
: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara. 4) Eliminasi Gejala
: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal). 5) Makanan / Cairan Gejala
: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik. Tanda
: BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
peningkatan JVP, glikosuria. 9
6) Neurosensori Gejala
: keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode epistaksis. Tanda
: perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses
pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik. 7) Nyeri / ketidaknyamanan Gejala
: nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen. 8) Pernapasan Gejala
: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda
:
distress
respirasi
/
penggunaan
otot
aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan (krekles, mengi), sianosis. 9) Keamanan Gejala
: gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien. 10) Pembelajaran / Penyuluhan Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol. 2. Diagnosa Keperawatan 1.
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d suplai O2 otak menurun
2.
Nyeri akut b.d resistensi pembuluh darah otak meningkat
3.
Penurunan curah jantung b.d vasokontriksi pembuluh darah
10
4.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 5.
Kelebihan volume cairan b.d resistensi natrium
11
kelemahan,
3. Intervensi Keperawatan No. 1.
Diagnosa
Tujuan
Gangguan perfusi Setelah
dilakukan Observasi
jaringan perifer b.d tindakan suplai menurun
O2
Rencana
keperawatan,
1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema,
otak diharapkan
masalah
pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle brachial
klien
dengan
teratasi
kriteria hasil:
index). 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis.
- Kulit pucat menurun
Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
- Edema menurun
kolesterol tinggi).
- Kelemahan otot
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
membaik
pada ekstremitas
- Pengisian kapiler
Terapeutik
membaik
4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi 5. Hindari
pengukuran
tekanan
darah
pada
ekstremitas pada keterbatasan perfusi 6. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera 7. Lakukan pencegahan infeksi 8. Lakukan perawatan kaki dan kuku 9. Lakukan hidrasi
12
Edukasi 10. Anjurkan berhenti merokok 11. Anjurkan berolahraga rutin 12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar 13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu 14. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur 15. Ajurkan
melahkukan
perawatan
kulit
yang
tepat(mis. melembabkan kulit kering pada kaki) 16. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler 17. Anjurkan
program
diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi( mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega3) 18. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa) 2.
Nyeri
akut
resistensi
b.d Setelah tindakan
dilakukan Observasi keperawatan,
13
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pembuluh
darah diharapkan
otak meningkat
klien
teratasi
masalah dengan
kriteria hasil: nadi
membaik
3. Identifikasi
faktor
yang
memperberat
dan
memperingan nyeri
- Pola nafas membaik nyeri
menurun - Kesulitan
2. Identifikasi skala nyeriIdentifikasi respon nyeri non verbal
- Frekuensi
- Keluhan
kualitas, intensitas nyeri
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
tidur
menurun
nyeri 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Gelisah menurun
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 9. Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 10. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
14
11. Fasilitasi istirahat dan tidur 12. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 13. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 14. Jelaskan strategi meredakan nyeri 15. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri 16. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 17. Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 18. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 3.
Penurunan
curah Setelah
jantung
dilakukan Observasi
b.d tindakan
vasokontriksi
diharapkan
pembuluh darah
klien
keperawatan,
1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
masalah
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
teratasi
dengan
kriteria hasil: - Tekanan
ortopnea
paroxysmal
nocturnal
dyspenea,
peningkatan CPV) darah
dalam batas normal
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
- CRT normal
hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
- Tidak ada kelelahan
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
15
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu) 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama 6. Monitor saturasi oksigen 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri) 8. Monitor EKG 12 sadapoan 9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi) 10. Monitor
nilai
laboratorium
jantung
(mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP) 11. Monitor fungsi alat pacu jantung 12. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas 13. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis. Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin) Terapeutik 14. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
16
kaki kebawah atau posisi nyaman 15. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak) 16. Gunakan
stocking
elastis
atau
pneumatik
intermiten, sesuai indikasi 17. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat 18. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu 19. Berikan dukungan emosional dan spiritual 20. Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94% Edukasi 21. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi 22. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap 23. Anjurkan berhenti merokok 24. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian 25. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
17
Kolaborasi 26. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu 27. Rujuk ke program rehabilitasi jantung 4.
Intoleransi
Setelah
aktivitas
tindakan
berhubungan
diharapkan
dengan
klien
kelemahan,
kriteria hasil:
ketidakseimbanga
- Kemudahan
n
suplai
dan
kebutuhan oksigen
dilakukan Observasi keperawatan,
teratasi
1.
masalah dengan dalam
- Kekuatan
tubuh
yang
Monitor kelelahan fisik dan emosional
3.
Monitor pola dan jam tidur
4.
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik tubuh
5.
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
lelah
menurun - Dispnea
fungsi
2.
meningkat - Keluhan
gangguan
mengakibatkan kelelahan
aktivitas sehari-hari meningkat
Identifkasi
saat
6.
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
7.
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
8.
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
aktivitas menurun
dapat berpindah atau berjalan Edukasi 9.
Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan 11. Anjurkan
18
melakukan aktivitas secara bertahap menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang 12. Ajarkan
strategi
koping
untuk
mengurangi
kelelahan Kolaborasi 13. Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
tentang
cara
meningkatkan asupan makanan 5.
Kelebihan volume Setelah cairan
dilakukan Observasi
b.d tindakan
resistensi natrium
keperawatan,
1.
Periksa tanda dan gejala hypervolemia
masalah
2.
Identifikasi penyebab hypervolemia
dengan
3.
Monitor status hemodinamik, tekanan darah,
diharapkan klien
teratasi
kriteria hasil: - Haluaran
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO jika tersedia urin
normal
4.
Monitor intaje dan output cairan
5.
Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium,
- Edema
BUN, hematocrit, berat jenis urine)
berkurang/tidak ada
6.
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
7.
Monitor kecepatan infus secara ketat
8.
Monitor efek samping diuretik
Therapeutik 9.
Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
19
10. Batasi
asupan cairan dan garam
11. Tinggikan
kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi 12. Anjurkan
melapor jika haluaran urine 1 kg
dalam sehari 14. Ajarkan
cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan 15. Ajarkan
cara membatasi cairan
Kolaborasi 16. Kolaborasi
pemberian diuritik
17. Kolaborasi
penggantian kehilangan kalium akibat
diuretic 18. Kolaborasi
pemberian
replacement therapy
20
continuous
renal
DAFTAR PUSTAKA Anggun Buana Dewi, Jenita Doli Tine Donsu, M. (2019). Gambaran Sikap Keluarga Terhadap Lansia Dengan Hipertensi Di Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul. Jurnal Poltekkes Kemenkes Yogakarta, 3, 3–4. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/ Anjas, Eni Nurhikmah, Puput Wahyu, O. (2018). Hipertensi. Akademi Farmasi Kusuma Husada Purwokerto. Kemenkes. (2018). Hipertensi Membunuh Diam-Diam Ketahui Tekanan Darah Anda. Musakkar, D. (2021). Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya Hipertensi. CV. Pena Persada. PPNI, P. D. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI. PPNI, P. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI. PPNI, P. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI. Salma. (2020). Tetap Sehat Setelah Usia 40: 100 Artikel Kesehatan Pilihan (J. Haryani (ed.)). Gema Insani.
21