LP Ihd Atik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • WIWIK
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ISCHEMIC HEARTH DISEASE (IHD)



DISUSUN OLEH : ATIK RISTIASIH 62019040227



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2019/2020



LAPORAN PENDAHULUAN ISCHEMIC HEARTH DISEASE (IHD) A. PENGERTIAN Iskemik adalah kondisi dimana aliran darah (termasuk oksigen di dalamnya) berkurang pada bagian tubuh tertentu. Iskemik jantung yaitu penurunan suplai darah dan oksigen untuk otot jantung. Ischemic Heart Disease adalah istilah yang diberikan pada masalah jantung yang diakibatkan oleh arteri jantung. Ketika arteri mengalami penyempitan, suplai darah dan oksigen untuk otot jantung berkurang. Hal ini disebut dengan penyakit arteri coroner dan penyakit jantung coroner (American Heart Association, 2015). B. ETIOLOGI Penyebab penyakit jantung iskemik adalah aterosklerosis akibat peningkata LDL dan penurunan HDL. Aterosklerosis yang terjadi di pembuluh koroner jantung dapat menyebabkan penyempitan aliran darah yang masuk ke jantung sehingga otot jantung kekurangan suplai oksigen. Adapun etiologi penyakit jantung iskemik yaitu sebagai berikut: 1) Penyakit jantung kongenital 2) Penyakit inflamasi kronik 3) Gangguan ginjal kronik 4) Diabetes 5) Hipertensi 6) Kadar kolesterol tinggi (NHS, 2014)



C. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala penyakit jantung iskemik adalah sebaga berikut: 1) Nyeri dada iskemik berat yang berlangsung > 20 menit 2) Berkeringat 3) Mual 4) Riwayat IHD atau factor risiko IHD 5) Riwayat angina pectoris 6) Nyeri dirasakan di resosternal, terasa sesak, terutama bila berat ada penjalaran ke leher atau ke bawah lengan 7) Nyeri berlangsung selama > 4 minggu yang berkaitan dengan aktivitas. Namun, nyeri yang baru berlangsung < 2 minggu tidak berhubungan dengan aktivitas.



8) Nyeri persis sama dengan yang dirasakan pada episode sebelumnya yang telah dipastikan merupakan iskemia miokard.



D. PATHOFISIOLOGI 1. Perubahan awal Terjadinya penimbunan plak-plak srterosklerosis 2. Perubahan intermediate Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen srteri koroner epikardium. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebankyak 2-3 kali lipat akibat olehraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat. 3. Perubahan akhir Terjadi rupture pada “cap” atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi suatu situasi yang tidak stabil dan berbagai macam manifestasi klinik seperti Angina at rest atau Infark miokard. Dengan terpaparnya sis plak dengan darah akan memicu serangkaian proses platelet agregasi yang pada akhirnya akan menambah obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut. 4. Iskemia miokard Peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi diastolic, lalu kemudian pada fungsi sistolik. Menyusul dengan perubahan impuls listrik (gelombang STT) dan akhirnya timbul keadaan infark miokard. Angina stabil : bila obstruksi pada arteri koroner ≥75% Unstable angina : bila terjadi vasospasme dari arteri koroner utama



E. PATWAY



DM,Hipertensi,Hiperkolesteromia,Obesitas



Rusaknya lapisan endotel pembuluh darah koroner menghasilkan sel adheson monosit dan T-limfosit masuk ke permukaan migrasi ke sub berdiferensiasi, mengambil LDL, (Loe density lipoprotein) terbentuk sel penyempitan, penyumbatan, kelainan pembuluh iskemik hearth disease hambatan aliran darah ke otot



jantung kurang darah



kemampuan jantung memompa turun



suplai O2 kejaringan metabolism



sel tubuh berkurang mekanisme pengaktifan pusat pernafasan



ATP frekuensi nafas Lemah dan letih



sesak nafas



intoleransi aktivitas



ketidakefektifan pola nafas



F. PEMERIKSAANPENUNJANG 1.



Computed Tomography (CT) Scan utnuk mendeteksi adanya kalsium pada arteri koronari.



2.



Magnetic Resonance Imanging (MRI) untuk mengevaluasi proses aterosklerosis. Mengevaluasi adanya plak aterosklerosis dan stenosis aortic supravalvar pada pasien muda dengan riwayat hiperkolesterolemia familial, pada pasien dewasa mengevaluasi apakah plak arteri yang terbentuk tidak stabil dan risiko terjadi rupture.



3.



Ultrasonografi (USG) untuk mengevaluasi adanya aterosklerosis, evaluasi dan risiko terjadinya penyakit cyclic vominting syndrome (CVS) pada anak dan remaja dengan difokuskan pada kerusakan organ yang terjadi (Rahayuningsih, 2011).



4.



EKG untuk mendeteksi adanya iskemik



5.



Foto thoraks untuk prevalensi dari gagal jantung dan kelainan lain.



6.



Penanda nekrosis miokard, kreanitin kinase (CK), aspartate aminotransferase (SGOT), laktat dehydrogenase (LDH), troponin yang spesifik untuk jantung



7.



Pemeriksaan laboratorium seperti (kimia klinik: kolestrerol, trigliserida, glukosa), pemeriksaan darah rutin (Davey, 2006).



G. PENALATAKSANAAN 1.



Istirahat total



2.



Diet makanan lunak/saing serta rendah garam



3.



Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena



4.



Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal



5.



Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan arteri



6.



Oksigen 2-4 l/menit



7.



Sedatif sedang seperti diazepam 3-4x 2-5 mg perhari. Pada insomnia dapat ditambah fluratepam 15-30 mg



8.



Anti koagulan.



@ Mengatasi nyeri:  



Morfin 2,5 – 5 mg atau petidin 25-50 mg/m bisa diulang-ulang Lain-lain: nitra, antagonis kalsium, dan beta bloker



@ Resusitasi jantung paru bila terjadi fibrilasi jantung 



Heparin 20.000-40.000 u/24jam iv tiap 4-6jam/drip iv dilakukan sesuai indikasi







Diteruskan aseta kumoral/walfin



(Corwn, J Elizabeh, 2001)



H. PENGKAJIAN 1. PENGKAJIAN PRIMER 1) Circulation Pemeriksaan sistem sirkulasi meliputi: a. Tekanan darah dan MAP b. Denyut nadi dan irama c. Tanda-tanda sianosis seperti bibir kebiruan, akral dingin d. Konjungtiva e. CRT (Capirally Refill Time) untuk memperkirakan kecepatan aliran darah perifer f. Pemeriksaan jantung, pada pemeriksaan auskultasi terdengar suara jantung tambahan seperti murmur. g. Mengkaji JVP (Jugularis Vena Pressure), pada pasien jantung terdapat penonjolan JVP. 2) Airways Look a. Mengkaji terdapat sumbatan jalan nafas seperti adanya darah, secret atau terpasang alat bantu nafas seperti ETT atau OPA. Listen a. Mengkaji suara nafas tambahan seperti snoring (lidah jatuh kebelakang sehingga jalan nafas tersumbat), gurgling (terdapat cairan di jalan nafas seperti darah). Feel a. Mengkaji hembusan nafas spontan, apabila pasien terpasang ETT rasakan hembusan nafas yang keluar dari ETT. 3) Breathing Look a. Mengkaji respiratory rate dalam satu menit, pola nafas seperti hiperventilasi, hipoventilasi dan irama nafas regular atau irregular. b. Mengkaji terdapat otot bantu nafas seperti rektraksi intercostalis dan otot diafragma.



c. Mengkaji alat bantu nafas seperti ventilator atau nafas spontan seperti masker. Apabila menggunakan ventilator, kaji mode yang digunakan. d. Pada pasien dengan ischemic heart disease, nyeri dada menjadi hambatan bernafas spontan, posisi mempengaruhi perpindahan cairan serta aktivitas mempengaruhi pernafasan. Listen a. Mengkaji suara nafas dengan pemeriksaan auskultasi. Suara nafas tambahan seperti wheezing, ronkhi, crakles. Feel a. Mengkaji hembusan nafas spontan yang keluar dari jalan nafas seperti mulut, hidung. Apabila menggunakan ETT, hembusan nafas yang keluar melalui ETT.



4) Disability a. Mengkaji keadaan umum seperti somnolent, sopor atau apatis. b. Mengkaji GCS c. Melebaran pupil d. Rangsangan pupil terhadap cahaya e. Kekuatan otot atau rentang pergerakan ekstremitas



5) Exposure a. Mengkaji adanya oedem di ekstremitas dan kaji adanya asites. Pada pasien yang mengalami penyakit jantung iskemik biasanya terdapat edema di ekstremitas karena kerusakan jantung sebelah kanan b. Mengkaji adanya fraktur c. Mengkaji alat bantu yang terdapat di tubuh seperti alat bantu nafas (terpasang ETT), terpasang kateter dan infus d. Mengkaji suhu tubuh



2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Penurunan curah jantung b.d perubahan fungsi jantung (preload, afterload, kontraktilitas, perubahan volume sekuncup) 2) Ketidakfektifan pola nafas b. d keletihan, keletihan otot pernafasan, posisi yang menghambat ekspansi paru 3) Nyeri kronis b.d gangguan iskemik



4) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membrane alveolar dan kapiler 5) Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian 6) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (NANDA, 2015-2017).



3. INTERVENSI 1) Penurunan curah jantung b.d perubahan fungsi jantung (preload, afterload, kontraktilitas, perubahan volume sekuncup) Intervensi: a. Cardiac Care a) Evaluasi adanya nyeri dada (PQRST) apabila menggunakan ventilator (CPOT) b) Catat adanya disritmia jantung c) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output d) Monitor status kardiovaskuler e) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung f) Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi g) Monitor balance cairan h) Monitor adanya perubahan tekanan darah i) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia j) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan k) Monitor toleransi aktivitas pasien l) Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu m) Anjurkan untuk menurunkan stress b. Vital Sign Monitoring a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah c) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri d) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan e) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas f) Monitor kualitas dari nadi g) Monitor adanya pulsus paradoksus h) Monitor adanya pulsus alterans i) Monitor jumlah dan irama jantung



j) Monitor bunyi jantung k) Monitor frekuensi dan irama pernapasan l) Monitor suara paru m) Monitor pola pernapasan abnormal n) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit o) Monitor sianosis perifer p) Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) q) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign 2) Ketidakfektifan pola nafas b. d keletihan, keletihan otot pernafasan, posisi yang menghambat ekspansi paru Intervensi: a. Airway Management a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan d) Lakukan fisioterapi dada bila perlu e) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction f) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan g) Lakukan suksion pada mayo h) Berikan bronkodilator apabila diperlukan i) Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan j) Monitor respirasi dan status O2 b. Oxygen Therapy a) Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea b) Pertahankan kepatenan jalan nafas c) Atur peralatan oksigen d) Monitor aliran oksigen e) Pertahankan posisi pasien f) Observasi adanya hipoventilasi c. Vital Sign Monitoring a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah c) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri



d) Monitor TD sebelum, selama, setelah aktivitas e) Monitor pola pernapasan abnormal



3) Nyeri kronis b.d gangguan iskemik Intervensi: a. Pain management a) Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi b) Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal c) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri d) Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup( napsu makan, tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial) e) Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeriLakukan evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lain tentang ukuran pengontrolan nyeri yang telah dilakukan f) Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur g) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan klien (suhu ruangan, cahaya dan suara) h) Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri klien( ketakutan, kurang pengetahuan) i) Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery, relaksasi) j) Kolaborasi pemberian analgesic



4) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membrane alveolar dan kapiler Intervensi: a. Airway Management a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan d) Lakukan fisioterapi dada bila perlu e) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction



f) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan b. Respiratory Monitoring a) Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas b) Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan c) Monitor suara nafas seperti snoring d) Monitor kelelahan otot diafragma e) Auskultasi suara paru setelah tindakan f) Catat lokasi trakea



5) Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian Intervensi: a. Anxiety Reduction a) Gunakan pendekatan yang menenangkan b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur d) Pahami perspektif pasien terhadap stres e) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut f) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis g) Dorong keluarga untuk menemani anak h) Identifikasi tingkat kecemasan i) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi j) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan



6) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Intervensi: a. Activity Therapy a) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat b) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan c) Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan alat bantu d) Monitor respon fisik, emosi, sosial spiritual e) Bantu pasien dan keularga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas (NIC, 2008).



DAFAR PUSTAKA



Corwin J,Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC. Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Ed 3.Jakarta: EGC. Mutaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardovask uler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Mutaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardovask uler. Jakarta: Salemba Medika. Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Ed 2. Jakarta : EGC. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4. Jakarta: EGC .