LP Isolasi Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI



Disusun Oleh :



NUR EXSAN ANSORI NIM: SN 162121



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2017/2018



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI



A. MASALAH UTAMA Isolasi Sosial : Menarik Diri



B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena



orang



lain



menyatakan



sikap



yang



negatif/mengancam



(Townsend, 2010). Atau suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya, klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2009) Perilaku isolasi sosial menarik diri adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2006) 2. Tanda Dan Gejala a. Subyektif : didapati klien menolak berkomunikasi, menjawab pertanyaan singkat seperti kata iya, tidak, tidak tahu b. Obyektif: apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menghindari orang lain, komunikasi kurang (klien tampak tidak bercakap-cakap dengan orang lain), tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, berdiam diri di ruangan/kamar kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang lain, pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, posisi janin saat tidur



1



3. Jenis Dari Masalah Utama Klien dengan isolasi sosial menarik diri semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri dan orang lain, penurunan aktivitas sehingga menyebabkan deficit perawatan diri 4. Penyebab Terjadinya Masalah Menurut Budi Anna Keliat (2009) salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan 5. Faktor predisposisi Menurut Stuart dan sundeen (2007) a. Faktor perkembangannya Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses. Karena apabila tugas perkembangannya ini tidak dapat terpenuhi maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. b. Faktor sosial budaya Isolasi sosial/mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. c. Faktor biologis Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. 6. Faktor presipitasi Menurut stuart dan sundeen (2007) stressor terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal.



a. Stressor sosial budaya Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain b. Stressor biokimia 1. Teori dopamine



2



Kelebihan dopamine pada mesokartikal serta fragrus saraf dapat berupa indikasi terjadinya skizofrenia 2. Faktor endokrin Jumlah TSH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia, demikian pula proklatin mengalami penurunan karena dihambat 7. Akibat Terjadinya Masalah Klien dengan perilaku isolasi sosial menarik diri dapat berakibat terjadinya resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi). Halusinasi merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.



C. POHON MASALAH Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi



Isolasi sosial: menarik diri Core problem



Gangguan konsep diri: harga diri rendah



D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan persepsi sensori: halusinasi 2. Isolasi sosial: menarik diri 3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah E. RENCANA PERAWATAN Diagnosa 1 Perubahan persepsi sensori: halusinasi Tujuan Umum: klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran interaksi selanjutnya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan



3



c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengenal halusinasinya a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap b. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya c. Bantu klien mengenal halusinasinya 1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar 2) Apa yang dikatakan halusinasinya 3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak mendengarkannya 4) Katakan bahwa klien lain ada yang seperti itu 5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien d. Diskusikan dengan klien 1) Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan halusinasi 2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,siang, sore, malam) e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya a. Identifikasi bersama klien cara, tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll) b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian c. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timbulnya halusinasi 1) Katakan ” saya tidak mau dengar” 2) Menemui orang lain 3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari 4) Minta kleuarga/ teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri



4



d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasinya secara bertahap e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi 4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga bila mengalami halusinasi b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung kerumah): 1) Gejala halusinasi yang dialami klien 2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi 3) Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dirumah: diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan atau bepergian bersama 4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu bantuan: halusinasi tidak terkontrol, resiko mencederai diri dan orang lain



5. Klien memanfaatkan obat dengan baik a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat b. Anjurkan klien meminta obat sendiri kepada perawat dan merasakan manfaatnya c. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan d. Diskusikan akibat minum obat tanpa konsultasi e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar Diagnosa 2: isolasi sosial: menarik diri Tujuan Umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi Tujuan Khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai



5



d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri a. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri dan tanda-tandanya b. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan penyebab yang muncul d. Berikan



pujian



terhadap



kemampuan



klien



mengungkapkan



perasaannya 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain a. Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 1) Beri



kesempatan



klien



mengungkapkan



perasaan



tentang



keuntungan berhubungan dengan orang lain 2) Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 1) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan dengan orang lain 2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain



6



b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: Klien-perawat Klien-perawat-perawat lain Klien-perawat-perawat lain-klien lain Klien-keluarga atau kelompok masyarakat c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien mengisi waktu f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal seminggu sekali e. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai anggota keluarga Diagnosa 3: Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal



7



Tujuan Khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien b. Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif c. Utamakan memberikan pujian yang realistik 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dpat dilanjutkan penggunaannya 4. Klien



dapat



menetapkan/merencanakan



kegiatan



sesuai



dengan



kemampuan yang dimiliki a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan (kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total) b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan b. Beri pujian atas keberhasilan klien c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah



8



STRATEGI PELAKSANAAN 1 PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA



A. Proses keperawatan 1. Kondisi klien a. Klien mengatakan malas untuk bergaul dengan teman dan tetangga b. Klien tampak sering mondar mandir c. Klien tampak sering duduk dan tidur sendiri d. Klien tampak sering menundukkan kepala e. Afek datar tanpa ekspresi. 2. Diagnosa keperawatan Menarik diri : isolasi sosial 3. Tujuan SP 1 a. Klien dapat mempraktikkan cara berkenalan dengan orang lain b. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat c. Klien dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain d. Klien dapat mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain e. Klien dapat mempraktikkan kegiatan latihan berbincang-bincang f. Klien dapat memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian Tindakan keperawatan : a. Bina hubungan saling percaya b. Diskusi dengan klien tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain c. Bantu klien barlatih cara berkenalan dengan 1 orang d. Bantu klien memasukkan cara berkenalan dengan orang lain ke dalam jadwal kegiatan hariannya.



9



B. Strategi Komunikasi 1. FASE ORIENTASI (PERKENALAN) a



Salam Terapeutik “ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya.......biasa dipanggil..........”saya mahasiswa STIKES Kusuma Husada yang akan merawat ibu. “kalau boleh tau nama ibu siapa? Suka dipanggil siapa?



b



Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu disini sudah berapa lama?apakah ibu masih ingat siapa yang membawa ibu kesini?saya lihat ibu sering menyendiri, apakah ibu jarang ngobrol sama teman?



c



Kontrak Waktu “Bagaimana kalau kita ngobrol tentang keuntungan dan kerugian berkenalan dengan teman serta cara berkenalan dengan teman? Ibu maunya kita ngobrol berapa lama? dimana kita ngobrol?ditempat tidur ibu saja ya ? Bagaimana jika 15menit?



2. FASE KERJA ”sekarang coba ibu ceritakan, apa yang membuat ibu suka menyendiri?apakah ibu sebelumnya suka menyendir? Penyebabnya apa bu?sama tidak dengan sekarang? Menurut ibu apa saja keuntungan berkenalan dengan orang lain? Kalau kerugiannya apa pak?ada berapa tahap berkenalan dengan orang lain bu? Yang pertama ibu memperkenalkan nama ibu..hai boleh kenalan tidak?n Nama saya….suka dipanggil….namamu siapa? Suka dipanggil siapa?ayo coba ibu lakukan cara perkenalan dengan orang lain. Bagus..ibu pinta sudah bisa berkenalan dengan orang lain.



3. FASE TERMINASI a. Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita ngobrol tadi?senangkah ibu sudah bisa mengobrol



10



b. Evaluasi Obyektif Coba ibu sebutkan penyebab ibu menyendiri? Apa keuntungannya dan kerugiannya berkenalan dengan orang lain?coba ibu praktikkan cara berkenalan dengan orang lain? c. Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana jika kegiatan ini dimasukkan ke jadwal kegiatan harian ibu? d. Kontrak 1.



Topik “bagaimana kalau ibu mempraktekkan cara berkenalan dengan 1 orang teman yang ada disini?



2. Waktu ”bagaimana kalau besok? Berkenalan 15 menit saja 3.



Tempat ”Besok kenalannya disebelah kamar ibu saja….



11



DAFTAR PUSTAKA



Budi A Keliat. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Depkes RI. (2008). Standar Pedoman Perawatan Jiwa Kaplan Sadoch. (2007). Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: EGC Stuart G W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC Townsend M C. (2008) Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC



12