LP Istirahat Dan Tidur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR



OLEH : NI MADE DWIPAYANTI 209012457



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR A. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur 1. Definisi Istirahat dan Tidur Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, tapi juga kondisi yang membtuhkan ketenangan. Terkadang, jalan-jalan di taman, nonton tv, dan sebagainya juga dapat dikatakan sebagai bentuk istirahat. Keadaan istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan untuk melepaskan diri dari segala hal yang



membosankan,



menyullitkan



bahkan



menjengkelkan



(Kasiati



&



Rosmalawati, 2016). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda (Prasetyo, Widyastuti, dkk, 2013). 2. Faktor Predisposisi Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur menurut Kasiati & Rosmalawati, 2016 antara lain : 1. Penyakit Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi, namun banyak juga penyakit yang menjadikan klien kurang atau bahkan tidak bisa tidur, misalnya nyeri habis operasi. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. 2.



Lingkungan Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak



adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus dapat menghambat upaya tidur.



Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut. 3. Latihan dan Kelelahan Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. 4. Gaya Hidup Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat. 5. Stress Emosional Ansietas dan Depresi Stress emosional ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur. 6. Stimulant dan Alkohol Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang susunan syaraf pusat (SSP) sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk. 7. Diet Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari. 8. Merokok Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari. 9. Medikasi Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi



buruk, sedangkan narkotik (misalnya:



meperidin



hidroklorida dan morfin (yang biasanya di gunakan dalam pengobatan saat perang)) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. 10. Motivasi Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk. 3. Fisiologi Istirahat Dan Tidur Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu: Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Ritme Sirkadian adalah irama siklus 24 jam siang-malam. Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi hormon, metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah.



4. Patway Penggunaan Obat - obatan



Lingkungan



Menekan tidur REM



Ventilasi buruk, kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan bau tidak sedap



Sering terjaga saat tidur



Mengurangi kenyamanan saat tidur



Mempengaruhi kualitas tidur



Hipnotik



Narkotik



Mengganggu tahap III dan IV tidur NREM Insomnia



Latihan dan kelelahan Pendeknya siklus REM



Stress & emosional



Gaya hidup



Kadar norepinfrin dalam darah



Rutinitas dan pekerjaasn



Stimulasi saraf simpatis



Kesulitan menyesuaikan perubahan jam tidur



Berkurangnya tidur siklus NREM tahap IV dan tidur REM Sering terjaga saat tidur



Gangguan tidur



Selalu merasa istirahat kurang cukup



Perbaikan pola tidur



Kurang kontrol tidur



Perasaan cukup istirahat setelah tidur



Gangguan Pola Tidur



Sumber: Dwipayanti (2020)



Kesiapan Peningkatan Tidur



5. Klasifikasi Adapun klasifikasi gangguan istirahat dan tidur menurut Kasiati & Rosmalawati, 2016 antara lain : a. Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia: a) Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur. b) Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga. c) Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar mengantuk). b. Parasomnia Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme). c. Hipersomnia Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari. d. Narkolepsi



Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tibatiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida. e. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam pengairan udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut. f. Enuresa Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis: enuresa noktural: merupakan amengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM. 6. Tanda dan Gejala Klinis Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), 2017 adapun tanda dan gejala yang sering muncul ketika mengalami gangguan tidur dilihat dari data mayor dan minor antara lain: a. Tanda mayor -



Susah tidur



-



Sering terjaga pada malam hari



-



Merasa tidak puas tidur



-



Pola tidur sering berubah – ubah



-



Istirahat selalu merasa kurang cukup



b. Tanda minor -



Kemampuan saat beraktivitas menurun



Menurut Kasiati & Rosmalawati,2016 adapun gejala klinis lain yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala. 7. Tahapan Tidur Berdasarkan



penelitian



yang



dilakukan



dengan



bantuan



alat



elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). (Kasiati & Rosmalawati, 2016). a. Tidur NREM Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep). b. Tidur REM Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur. Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet



normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. 8. Pola Tidur Normal a. Neonatus sampai dengan 3 bulan Kira-kira membutuhkan 16jam/hari, mudah berespons terhadap stimulus, pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM. b. Bayi Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14jam/hari, tahap Rem 20-30%. c. Toddler Tidur 10-12 jam/hari, tahap REM 25%. d. Preschooler Tidur 11 jam pada malam hari, tahap REM 20%. e. Usia sekolah Tidur 10 jam pada malam hari, tahap REM 18,5%. f. Remaja Tidur 8,5 jam pada malam hari, Tahap REM 20%. g. Dewasa muda. Tidur 7-9jam/ hari, tahap REM 20-25%. h. Usia dewasa pertengahan Tidur ± 6jam /hari, tahap REM 20%. i. Usia Tua Tidur ± 6 jam/ hari, tahap REM 20-25%, Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam hari. 9. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan Diagnostik -



Elektroecepalogram (EEG)



-



Elektromipogram (EMG)



-



Elektrookulogram (EOG)



10. Penatalaksan Medis a. Terapi Non Farmakologi Terapi farmakologi merupakan pilihan yang utama sebelum menggunakan obat – obatan karena penggunaan obat – obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Adapun cara yang dapat dilakukan antara lain : a) Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau strees yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernafasan, aromaterapi, peningkatan spiritual, dan pengendalian emosi. b) Terapi tidur yang bersih Terapi ini ditujukan untuk untuk menciptakan suasana yang nyaman dan bersih. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti dengann kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman. c) Terapi pengaturan tidur Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur dengan mengikuti irama sirkandian tidur normal. d) Terapi psikogi/psikiatri Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli yaitu dokter psikiatri e) Sleep Restriction Therapy Sleep Restriction Therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur pada pasien yang mengalami gangguan tidur. f) Mengubah gaya hidup Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alcohol, mengontrol berat badan,dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat – tempat terbuka seperti pantai dan gunung. b. Terapi Farmakologi



Mengingat banyaknya efek efek samping yang ditimbulkan dariobat – obatan seperti ketergantungan,maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat – obatan yang digunakan untuk penangana gangguan tidur: a) Golongan obat hipnotik b) Golongan obat antidepresian c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin d) Golongan obat antihistamin. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Istirahat dan Tidur 1. Pengkajian (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal: a. Riwayat tidur a) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien b) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain c) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya d) Kebiasaan tidur siang; apakah klien biasa tidur siang? Jam berapa? Berapa lama? e) Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain f) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur? g) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.



b. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung b)



Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung



c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu. c. Gejala Klinis Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala. d. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dan lain-lain. e. Pemeriksaan fisik a) Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu. b) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat. c) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok mata, bicara lambat, sikap loyo. d) Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pemenuhan gangguan istirahat dan tidur (SDKI DPP PPNI, 2017): 1. Gangguan Pola Tidur a. Definisi Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal b. Penyebab



-



Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar,suhu lingkungan,



pencahayaan,



kebisingan,bau



tidak



sedap,



pemantauan/pemeriksaan/tindakan) -



Kurang kontrol tidur



-



Kurang privasi



-



Restraint fisik



-



Ketiadaan teman tidur



-



Tidak familiar dengan peralatan tidur



c. Gejala dan Tanda Mayor -



Subjektif Mengeluh sulit tidur



-



Mengeluh sering terjaga



-



Mengeluh tidak puas tidur



-



Mengeluh pola tidur berubah



-



Mengeluh



istirahat



-



Objektif (tidak tersedia)



-



Objektif (tidak tersedia)



tidak



cukup d. Gejala dan Tanda Minor Subjektif Mengeluh kemampuan



-



beraktivitas menurun e. Kondisi Klinis Terkait -



Nyeri / kolik



-



Hipertiroidisme



-



Kecemasan



-



Penyakit paru obstruktif kronis



-



Kehamilan



-



Periode pasca partum



-



Kondisi pasca operasi



2. Kesiapan peningkatan tidur a. Definisi



jadwal



Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan. b. Gejala dan tanda mayor Subjektif Mengekspresikan



-



keinginan



-



Jumlah



Objektif waktu tidur



untuk meningkatkan tidur



dengan



Mengekspresikan



perkembangan



perasaan



sesuai



pertumbuhan



dan



cukup istirahat setelah tidur c. Gejala dan tanda minor Subjektif Tidak menggunakan obat tidur



-



-



Objektif Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur



d. Kondisi klinis terkait -



Pemulihan pasca operasi



-



Nyeri kronis



-



Kehamilan



-



Sleep apnea



3. Intervensi Keperawatan No 1



Tgl/hari



Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan



Dukungan Tidur



keerawatan …x 24 jam



1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur



diharapkan gangguan pola



2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik



tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: . -



dan/atau psikologis) 3. Identifikasi makananan dan minuman



Tidak mengalami



yang mengganggu tidur (mis. Kopi, teh,



keluhan sulit tidur



alcohol, makanan mendekati waktu tidur,



Tidak mengalami



minum banyak air sebelum tidur)



keluhan sering terjaga -



Intervensi



Tidak mengalami



4. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)



keluhan tidak puas



5. Batasi waktu tidur siang



saat tidur



6. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum



-



Tidak mengalami pola



tidur



tidur yang berubah



7. Tetapkan jadwal tidur rutin



Mampu istirahat



8. Lakukan prosedur untuk meningkatkan



dengan cukup



kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur 9. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus tidurterjaga 10. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup saat sakit 11. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 12. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM 13. Ajarkan faktor – faktor yang berkonstribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup,sering berubah shift kerja). 14. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.



4. Implementasi Keperawatan Melakukan Implementasi sesuai dengan intervensi 5. Evaluasi Keperawatan No



Tgl/Hari/



Nama Diagnosa



Evaluasi



Gangguan Pola Tidur



S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam



Jam 1



jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur



Nama dan TTD



sesuai yang diharapkan, mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan



perasaannya



tenang



sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor-faktor



yang



dapat



meningkatkan tidur O:



klien



tampak



tenang



saat



di



wawancarai setelah bangun tidur A: Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak tercapai P: Pertahankan Kondisi Pasien.



DAFTAR PUSTAKA



Kasiati & Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. https://www.scribd.com/doc/297566456/Lp-Aktivitas-Istirahat-Tidur