18 0 179 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT
Disusun Oleh : ERIKA RAHMAWATI NIM : P2002087
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA PROGRAM PROFESI NERS 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT A. Pengertian Tidur dan Istirahat Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603). Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012). 1. Fisiologi Tidur Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. a. Non Rapid Eye Movement (NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu: 1) Tahap I Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan : a) Mata menjadi kabur dan rileks. b) Seluruh otot menjadi lemas. c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan. d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun. e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa. f) Dapat terbangun dengan mudah. g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi. 2) Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan : a) Kedua Bola mata berhenti bergerak. b) Suhu tubuh menurun. c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang. d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas. e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan: a) Relaksasi otot menyeluruh. b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur. c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik. d) Sulit dibangunkan dan digerakkan. 4) Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan : a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan. b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi. c) Tonus Otot menurun (relaksasi total). d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %. e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik. f) Gerak bola mata mulai meningkat. g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol). b. Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya. 1) Tahap REM ditandai dengan: a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul. c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai. d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi. f) Metabolisme meningkat. g) Lebih sulit dibangunkan. h) Sekresi ambung meningkat. i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit. 2)
Karakteristik tidur REM a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka. b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi. c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea. d) Nadi : Cepat dan ireguler. e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. f) Sekresi gaster : Meningkat. g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. h) Gelombang otak : EEG aktif. i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur a. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan. b. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. c. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. d. Kelelahan Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. e. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah. g. Obat-obatan Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM). 3. Gangguan Tidur Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005). a. Insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. b. Parasomnia Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak). c. Hipersomnia Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari. d. Narkolepsi Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata
yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005). e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. f. Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. B. Tanda dan Gejala 1. Dewasa a. Data Mayor
: Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor 1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari 2) Perubahan mood 3) Agitasi 4) Mengantuk sepanjang hari 2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam. b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua. c. Sering bangun saat malam hari.
C. Pohon Masalah Obat & Substansi
Mengubah pola tidur Nutrisi & kalori Gangguan pencernaan
Stress / emosional
Gaya hidup
Rutinitas & bekerja rotasi
Kecemasan
Latihan kelelahan
Lingkungan tidak nyaman
Mengurangi kenyamanan tidur
Sulit tidur
Tegang / frustasi Kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur
Motivasi tidur Sering terbangun
Gangguan tidur
Keinginan menanti tidur Penyakit infeksi
Lemah & letih
Butuh lebih banyak tidur
Akibat factor eksternal
Gangguan pola tidur
Gangguan Tidur
Tidak dapat tidur dengan kualitas baik
Akibat factor internal
Insomnia
Perbaikan pola tidur
Kesiapan meningkatkan tidur
Gangguan proses tidur
Tidak dapat tidur dalam periode panjang
Deprivasi tidur
D. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap : 1. Pola tidur penderita 2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang 3. Tingkatan stres psikis 4. Riwayat medis 5. Aktivitas fisik. Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005). E. Penatalaksanaan Medis 1. Terapi Non Farmakologi Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi. b. Terapi tidur yang bersih Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur. c. Terapi pengaturan tidur Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktuwaktu tidurnya. d. Terapi psikologi/psikiatri Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri. e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga. f. Sleep Restriction Therapy Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita gangguan tidur. g. Stimulus Control Therapy Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat. h. Cognitive Therapy Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur. i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan. j. Mengubah gaya hidup Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung. 2. Terapi Farmakologi Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain: a. Golongan obat hipnotik b. Golongan obat antidepresan c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin. d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb. F. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian Umum Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti : 1) Apa yang dirasakan klien 2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan 3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari 4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien. b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan. d. Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur. 3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual a. Bernapas b. Nutrisi c. Eliminasi d. Aktivitas e. Istirahat tidur f.
Berpakaian
g.
Pengaturan suhu tubuh
h.
Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman j. Komunikasi k. Spiritual l. Rekreasi m. Bekerja n. Pengetahuan atau belajar 4. Data Pengkajian Fisik a.
Keadaan Umum Pasien Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b.
Gejala Kardial Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c.
Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. 5. Data Pemeriksaan Penunjang Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit. 6. Pengkajian Psikososial Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. G. Diagnosa Keperawatan 1. Insomnia 2. Gangguan pola tidur H. Rencana Keperawatan No
Diagnosa
1
Insomnia
Tujuan & Kriteria
Intervensi (NIC) Rasional Hasil (NOC) Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan Koping : 1. Mengurangi keperawatan selama... x
Membantu
24 jam diharapkan pasien
untuk
tidak mengalami insomnia
dengan
dengan kriteria hasil :
stressor,
1.
atau
Jumlah jam tidur
pasien beradaptasi perubahan
ancaman
yang
mengganggu
24 jam untuk orang
pemenuhan
dewasa.
dan peran hidup. kualitas
3. Perasaan
segar
setelah tidur. 4. Terbangun di waktu yang sesuai.
membuat
pasien
relaksasi
dan
membantu pasien tuntutan
santai. 3. Agar
dan 2. Manajemen
rutinitas tidur.
pasien.
persepsi, 2. Kenyamanan
(sedikitnya 5 jam per
2. Pola,
tekanan pada diri
pasien
mampu
Lingkungan
membangun pola
Kenyamanan:
tidur yang sesuai
Memanipulasi lingkungan pasien
sekitar untuk
meningkatkan kenyamanan
yang
optimal. 3. Peningkatan Tidur :
2
Memfasilitasi
siklus
tidur-terjaga
yang
Gangguan
teratur. Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui
Pola Tidur
keperawatan selama... x
medikasi terhadap pola
pengaruh
24 jam diharapkan px
tidur.
dengan pola tidur
tidak terganggu saat tidur 2. Jelaskan dengan kriteria hasil : 1. Jumlah
jam
pentingnya
tidur yang adekuat. tidur 3. Fasilitas
untuk
obat
pasien. 2. Memberikan informasi kepada
dalam batas normal 6-
mempertahankan
pasien
8 jam/hari.
aktivitas sebelum tidur
keluarga pasien.
2. Pola
tidur,
kualitas
dalam batas normal. 3. Perasaan sesudah
segar tidur
lingkungan
yang nyaman.
6. Diskusikan halyang
meningkatkan tidur.
tidur. 4. Agar periode tidur
obat tidur.
4. Mampu hal
4. Ciptakan
3. Meningkatkan
atau 5. Kolaborasi pemberian
istirahat. mengidentifikasi
(membaca).
dan
tidak
terganggu
dan rileks. dengan 5. Mengurangi
pasien dan keluarga
gangguan tidur.
tentang teknik tidur 6. Meningkatkan pasien.
pola tidur yang
7. Instruksikan
untuk
memonitor
tidur
pasien. minum
secara
mandiri. 7. Mengetahui
8. Monitor waktu makan dan
baik
dengan
perkembangan pola tidur pasien.
waktu tidur.
8. Mengetahui
9. Monitor/catat
pengaruh
waktu
kebutuhan tidur pasien
makan dan minum
setiap hari dan jam.
terhadap
pola
tidur pasien. 9. Mengetahui perkembangan
pola tidur pasien.
I. Daftar Pustaka Carpenito-Moyet,Lynda 13.Jakarta:EGC
Juall.2012.Buku
Saku
Diagnosa
Keperawatan
Edisi
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20122014.Jakarta: EGC Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta: Salemba Medika Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba. Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.