LP Kanker Serviks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER SERVIKS



A. KONSEP KANKER SERVIKS 1. Pengertian Menurut American Cancer Society [ACS] (2014), kanker serviks dimulai pada sel-sel yang melapisi serviks. Sebagian kanker serviks dimulai pada zona tranformasi yaitu tempat bertemunya sel squamosa dan sel glandular. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi kanker. Sebaliknya, sel-sel serviks yang normal secara bertahap berkembang menjadi pra-kanker dan selanjutnya berubah menjadi kanker. Penyebab kanker servis adalah Human Papiloma Virus (HPV). HPV tipe 16, 18 31, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prekanker. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan poliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa (Rasjidi, 2008 cit Rahmayanti 2012).



2. Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : a. Pemakaian Celana Ketat Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung perkembangan



sebagian



mikroorganisme



lainnya.



Akhirnya,



pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru menyebabkan terjadinya infeksi. b. Umur Umur



pertama



kali



melakukan



hubungan



seksual



Penelitian



menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan sexual pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda Umur Peningkatan usia seseorang kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relatif mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun. c. Paritas Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini berkembang kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas. d. Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh Tubuh kita memiliki serangkaian system kekebalan yang secara otomatis



berusaha



mengatasi



gangguan-gangguan



infeksi



dan



pertumbuhan sel abnormal. Namun dalam kondisi tertentu, system



kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya pun melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani operasi gagal ginjal, atau pengiap virus HIV. Dengan melemahnya sistem kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak terhambat, dan pertumbuhan sel abnormal terus meningkat hingga mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana). e. Pemakaian Pil KB Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini menetap menjadi 2 kali lebih besar disbanding wanita yang tidak memakai pil KB. f. Ras Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko mengidap kanker rahim. Hasil penelitian menunjukkan ras Afrika-Amerika paling berisiko tinggi mengidap kanker rahim. Sementara Amerika-Hispanik cenderung di bawahnya. Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan Amerika-Hispanik. g. Polusi Udara Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan, pabrik dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi memunculkan sel kanker.



h. Pemakaian obat DES DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang dikonsumsi untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah tidak popular. Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel kanker di wilawah serviks. i. Pemakaian Antiseptik di Vagina Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang biasa membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini biasa berkembang menjadi sel abnormal yang berpontensi displasia. j. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. k. Jumlah perkawinan



Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. l. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks m. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. n. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma. o. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang



berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.



3. Manifestasi klinik Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif. Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam, dan anemia. a. Tahap klinis Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.



Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy. Tahapan-tahapan tersebut yaitu : -



Karsinoma pre invasive.



-



Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.



-



Karsinoma invasive 1) Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks  Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).  Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks. 2) Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding panggul  Para metrium masih bebas.  Para metrium sudah terkena. 3) Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal.  Belum mencapai dinding panggul.



 Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau afungsi ginjal. 4) Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).  Menyebar ke organ sekitarnya.  Menyebar ke organ yang jauh.



4. Penatalaksanaan a. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. 1) Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal)



serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. 2) Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi: a.



Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar . Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.



b.



Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu Efek samping dari terapi penyinaran adalah:  Iritasi rektum dan vagina  Kerusakan kandung kemih dan rektum  Ovarium berhenti berfungsi.



b. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu. Premedikasi :  Antalgin injeksi.  Dipenhydramine injeksi.  Dexamethason injeksi.  Metochlorpropamide injeksi.  Furosemide injeksi. Sitostatika :  Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).  Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).  Bleomisin (30 mg) per infus hari II.  Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).



c.



Terapi Biologis Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.



5. Pemeriksaan Penunjang a. Tes Pap Smear Berdasarkan CDC (2014) bahwa tes skrining dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks dan bertujuan untuk mendeteksi lebih dini terjadinya kanker serviks. Tes pap smear bertujuan untuk melihat prekanker, perubahan sel pada leher rahim (serviks) yang mungkin untuk terjadinya kanker serviks. Tes pap smear dianjurkan bagi wanita yang berusia 21-65 tahun. Menurut National Cancer Institute [NCI] (2014), wanita usia 21 sampai 29 tahun harus melakukan skrining dengan tes pap smear setiap 3 tahun, sedangkan untuk wanita usia 30 sampai 65 tahun dapat melakukan skrining diikuti dengan tes HPV setiap 5 tahun atau lakukan skrining setiap 3 tahun dengan tes pap smear saja. Pedoman ini juga menyatakan bahwa wanita yang lebih memiliki faktor risiko terkena kanker serviks dianjurkan untuk lebih sering melakukan



skrining dengan tes pap smear dan untuk wanita yang telah melakukan histerektomi (pengangkatan rahim dan leher rahim) tidak perlu melakukan skrining serviks, kecuali histerektomi yang dilakukan untuk mengobati lesi prakanker serviks atau kanker leher rahim.



b. Tes IVA Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan pemeriksaan dengan mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas yang menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Keunggulan dari tes IVA yaitu praktis, dapat dilakukan dimana saja (fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki tenaga kesehatan terlatih), lebih mudah dan murah, peralatan yang dibutuhkan sederhana, informasi dan hasilnya dapat segera diperoleh sehingga tidak memerlukan kunjungan ulang, serta memiliki sensivitas yang tinggi. Syarat melakukan tes IVA yaitu sudah pernah melakukan hubungan seksual, tidak sedang haid, tidak sedang hamil, dan 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual (Heny, 2013).



6. Patofisiologi dan pathway 1. Patofiologi Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu). Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum



uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam



7. Komplikasi a. Berkaitan dengan intervensi pembedahan 1. Vistula Uretra 2. Disfungsi bladder 3. Emboli pulmonal 4. Infeksi pelvis 5. Obstruksi usus b. Berkaitan dengan kemoterapi 1. Sistitis radiasi 2. Enteritis. c. Berkaitan dengan kemoterapi 1. Supresi sumsum tulang 2. Mual



muntah



akibat



pengunaan



mengandung sisplatin 3. Kerusakan membrane mukosa GI 4. Mielosupresi



obat



kemoterapi



yang



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Data Subjektif Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang. 1) Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir. 2) Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan 3) Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. 4) Riwayat penyakit sebelumnya : Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. a. Data Objektif 1.



Pemeriksaan Fisik Pada



pemeriksaan



fisik ditemukan



adanya pembengkakan



kelenjar limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan



spekulum



didapatkan



lapisan-lapisan



besar



selaput lendir mudah lepas dan mudah berdarah waktu disuap spatel Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri : a)



Inspeksi : Perdarahan, keputihan



b)



Palpasi : Nyeri abdomen, nyeri punggung bawah



2. Diagnosis keperawatan a. Ansietas b. Nyeri akut c. Risiko kekurangan volume cairan d. Risiko Infeksi e. Intoleransi aktivitas



3. Perencanaan Diagnosis No Keperawatan 1 Nyeri akut



Tujuan Dan Kriteria Hasil



Intervensi



NOC NIC Pain control Pain management Kriteria Hasil:  Lakukan pengkajian nyeri  Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,  Melaporkan bahwa karakteristik, durasi, nyeri berkurang dengan frekuensi, kualitas, menggunakan manajemen dan faktor presipitasi nyeri reaksi  Mampu mengenali  Observasi nonverbal dari nyeri (skala, intensitas, ketidaknyamanan frekuensi dan tanda nyeri)  Gunakan teknik komunikasi  Menyatakan rasa terapeutik untuk nyaman setelah nyeri



berkurang 











    



2



Resiko kekurangan volume cairan



NOC - Fluid balance - Hydration - Nutritional status: food and fluid intake Kriteria Hasil:



mengetahui pengalaman nyeri pasien Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan denganmdokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil



NIC Fluid management - Timbang popok/pembalut jika diperlukan - Pertahankan catatan intake dan output



- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan



3



Resiko infeksi



NOC - Imunne Status - Knowledge: Infection Control - Risk control



yang akurat - Monitor status hidrasi 15 normal, HT normal - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan - Monitor vital sign - Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian



NIC Infection Control - Bersihkan dilingkungan setelah dipakai pasien lain - Pertahankan teknik Kriteria Hasil: isolasi - Klien bebas dari tanda dan - Batasi pengunjung gejala infeksi bila perlu - Mendeskripsikan proses - Instruksikan pada penularan penyakit, faktor pengunjung untuk yang mempengaruhi mencuci tangan saat penularan serta berkunjung dan pelaksanaannya setelah berkunjung - Menunjukkan kemampuan meninggalkan pasien untuk mencegah - Gunakan sabun timbulnya infeksi antimikroba untuk - Jumlah leukosit dalam batas cuci tangan



4



Ansietas



normal - Menunjukkan perilaku hidup sehat



- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung - Pertahankan lingkungam aseptic selama pemasangan alat - Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petinjuk umum - Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing



NOC - Anxiety self-control - Anxiety level - Coping



NIC Anxiety Reduction - Lakukan pendekatan yang menenangkan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut - Dorong keluarga untuk menemani pasien - Lakukan back/neck rub - Dengarkan dengan



Kriteria Hasil: - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menujukkan teknik untuk mengontrol Cemas - Vital sign dalam batas normal - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan



penuh perhatian - Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi - Instruksikan pasien melakukan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi kecemasan



5



Intoleransi aktivitas



NOC - Energy conservation - Activity tolerance - Self Care : ADLs Kriteria Hasil - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR - Mampu melakukan aktivitas aktivitas sehari-hari secara mandiri - TTV normal



NIC Activity Therapy - Kolaborasikan dengan - Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosia - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang



-



-



-



-



diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual



4. Pelaksanaan Keperawatan Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosis yang ditemukan pada klien.



5. Evaluasi Keperawatan a. Mampu mengontrol nyeri b. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh c. Tidak ada tanda-tanda infeksi d. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal e. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. f. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.



g. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran. h. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi



DAFTAR PUSTAKA



Arif Mansjoer dkk (2010), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta Manuaba. (2010). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Pedoman Pelayanan Medik Kanker Ginekologi, Kanker Serviks, ed2,2011, hal 19-28. 2. European Society Gyncology Oncology (ESGO), Algorithms for management of cervical cancer, 2011. Huda,Amin dan Hardhi kusuma.2016. Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC. Jakarta :MediaAction Huda,Amin dan Hardhi kusuma.2013. Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC. Jakarta :MediaAction